MAKALAH
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas Mata Kuliah Keperawatan dasar
II
Disusun oleh :
19112239
Dosen Pembimbing :
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Keperawatan Transkultural”
Salawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi besar kita
Muhammad S.A.W yang telah menjadi uswah bagi pengikutnya,sehingga dapat melahirkan
peradaban baru di dunia ini, yaitu peradaban Islam yang tidak pernah lekang oleh zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, semua
itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan
dari berbagai pihak.Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi seluruh pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh
perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan,
perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi
perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk
menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak
terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah
yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di
lingkungan yang tepat.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat
adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun
peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan
krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga,
seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya,
perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi
perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian
klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia,
menjelang kematian, dan saat kematian.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi rohani).
Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga
gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient,
Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang
ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat memahami tentang perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan
dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi
pasien menjelang dan saat kematian.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan
berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan
b. Mahasiswa mampu memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural
c. Mahasiswa mampu memaparkan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat
kematian
d. Mahasiswa mampu memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila
dihadapkan pada situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk
membantu pasien
e. Mahasiswa mampu Mengetahui konsep bimbingan klien sakaratul maut sesuai dengan
standar keperawatan
C. Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu:
“ Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat
kematian dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien tersebut dilihat
dari proses transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan
kesehatan.
D. Metode penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah:
BAB 1 Pendahuluan didalamnya mengenai latar belakang, tujuan, rumusan masalah, dan
metode penulisan makalah
BAB 2 Landasan Teori didalamnya mengenai teori tentang Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan, Asuhan keperawatan klien terminal (sakaratul maut)
BAB 3 Pembahasan Kasus didalamnya mengenai kasus yang dibahas serta jawaban kasus.
BAB 4 Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran mengenai masalah
gangguan pada sistem endokrin. Dan juga terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi
yang diambil dari buku – buku dan dari teknologi komputer seperti internet membantu untuk
melengkapi isi makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya
manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan
masyarakat. (koentjoroningrat, 1986)
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
d. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut
cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid, mongoloid.
g. Etnografi : Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan
individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
j. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan
untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
k. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
1) Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation),
penggunaan bahasa non verbal,penggunaan ‘diam’
2) Space (ruang gerak)
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak
dan pergerakan tubuh.
3) Orientasi social (social orientastion)
Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu luang,persahabatan
dan kegiatan social keagamaan.
4) Waktu (time)
Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin
hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang.
5) Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.
6) VariasiVariasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan
genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit
tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristikpsikologis,koping dan dukungan
social.
c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle
a) Identitas budaya
b) Ethnohistory
c) Nilai-nilai budaya
d) Hubungan kekeluargaan
e) Kepercayaan agama dan spiritual
f) Kode etik dan moral
g) Pendidikan
h) Politik
i) Status ekonomi dan social
j) Kebiasaan dan gaya hidup
k) Faktor/sifat-sifat bawaan
l) Kecenderungan individu
m) Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada
klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi Transkultural nya melalui media :
verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan
dan kesejahteraan klien.
5. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu :
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien
maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan
klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
7. Evaluasi
1. Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distres (oncology
society and the American Nurses Association,1974)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan :
a. Kontrol nyeri
Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengatasi rasa
nyeri, karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat
tidur,nafsu makan, mobilitas dan fungsi psikologis.
b. Ketakutan
Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa ketakutan
terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang setiap saat yang
dapat membuat segala aktifitas terganggu.
c. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit.
Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti
rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi, pemberian chemotherapi,dan radiasi
dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit.
d. Higiene personal
Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar klien merasa
segar dan nyaman.
2. Pemeliharaan Kemandirian
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat
perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien, karena sebagian besar klien
menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri.Dalam pemeliharaan
kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit, ada juga perawatan dirumah
atau perawatan hospice.
Pemeliharaan kemandirian di rumah sakit
Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan
kebebasan sesuai kemampuan.
Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit :
a. Perawat harus menginformasikan klien tentang pilihan
b. Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien
c. Perawat tidak boleh memaksakan bantuan
d. Perawat memberikan dorongan kepada keluarga untuk memberikan kebebasan klien
membuat keputusan.
Pemeliharaan kemandirian dirumah (perawatan hospice)
Adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien
sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan gaya hidupnya senormal
mungkin sepanjang proses menjelang ajal.
Menurut Pitorak (1985) menggambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut :
a. Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah
administrasi rumah sakit
b. Kontrol gejala (fisik,sosiologi,fisiologi, dan spiritual ).
c. Pelayanan yang diarahkan dokter
d. Perawtan interdisiplin ilmu
e. Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu
f. Klien dan keluarga sebagai unit perawatan
g. Tindak lanjut kehilangan karena kematian
h. Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian tim
i. Penerimaan kedalam program berdasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan
ketimbang pada kemampuan untuk membayar.
Perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelah
kematian karena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase sakit.
Dengan demikian perawat mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh klien dengan
martabat dan sensitivitas.
Peran perawat :
1. perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan
senyaman mungkin
2. perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien
3. perawat memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh klien
4. perawat harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantu keluarga
yang berduka
a. Penolakan (denial)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau
sedang terjadi. Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar sesuatu
yang tidak diharapkan.
b. Marah (anger)
Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa marah
ini terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena dapat dipicu oleh hal-hal yang
secara normal tidak menimbulkan kemarahan, sering terjadi karena merasa tidak
berdaya.
c. Tawar – Menawar (bargaining)
Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa
masa lalu. Klien mencoba untuk melakukan tawar-menawar dengan tuhan dengan
cara diam atau dinyatakan secara terbuka.
d. Kesedihan Mendalam (depression)
Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan
abadi dengan siapa pun dan apa pun.
e. Menerima (acceptable)
Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan
kedamaian dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan
panjang.
2.Asuhan Keperawatan
Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan psikologis:
a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan dukungan pada
klien pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang terjadi di Indonesia pada kondisi
terminal ini, klien dianggap membutuhkan asupan religi. Sehingga yang terjadi bukanlah
perawat memberikan dukungan, tetapi keluarga klien membacakan doa-doa kepada klien.
b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal. Sekarang ini, perawat
lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga klien agar keluarga klien pun tidak
cemas melihat klien mengalami keadaan seperti tersebut.
c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak lagi sendiri
dalam menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi selalu banyak pihak keluarga
yang datang untuk memberikan semangat atau motivasi kepada klien. Perawat lebih
berfungsi untuk memberikan arahan kepada keluarga klien apa yang harus dilakukannya
ketika klien menghadapi respon respon tersebut.
d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan perawat
hanyalah mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan ikut serta membantu
memotivasi keluarga klien.
Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut.
Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan
spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya apabila
keluarga tersebut mempunyai keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka akan lebih
memilih untuk berdoa di sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat diterima oleh yang
kuasa. Ada pula adat kebiasaan tersebut mengharuskan klien meninggal di rumah klien, klien
langsung dibawa pulang ketika keluarga, atau bahwa klien berada dalam kondisi terminal.
Gejala-gejala pada saat kondisi terminal :
a. Nafsu makan berkurang
b. Lesu
c. Gangguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh tubuh
secara normal sehingga menjadikan kulit klien berubah menjadi biru
d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi bernafas
klien makin lama makin berkurang
e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya lagi
f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang diberikan.
Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
secara medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara
nutrisi klien, (3) mengatur dosis reguler, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan
obat-obatan esensial. Seperti itulah proses keperawatan pada pasien terminal, perawat dan
pihak keluarga pasien berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan klien dalam menuju
perjalanan yang sangat panjang. Proses perawatan pun akan menjadi fleksibel dan lebih
menurut kepada aturan adat dan kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien.
Selama tidak membahayakan klien, pihak rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat budaya
keluarga tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan
terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah ke ilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
B. Saran
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan,
karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran
agama.
Sebagai penulis makalah ini menyatakan siapa pun yang membaca makalah ini dapat
memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama dan
Kepercayaan dalam Keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihan kepemimpinan
yang baik, dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para
pembaca, dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35260561/MAKALAH_TRANSKULTURAL_NURSING_K
EPERAWATAN_LINTAS_BUDAYA diunduh pada tanggal 7 April 2020