OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS B13-B
Om Swastiastu,
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya
mampu menyelesaikan makalah Keperawatan Keluarga dengan judul
“Konsep Dasar Keperawatan Gerontik”. Adapun pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik.
Penyusu
ii
iii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................4
A. Pengertian Keperawatan Gerontik..............................................................4
B. Pembagian Lansia.......................................................................................4
C. Lingkup Askep Gerontik............................................................................5
D. Peran dan Fungsi Keperawatan Gerontik...................................................5
E. Tanggung Jawab Perawat Gerontik............................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................10
A. Simpulan...................................................................................................10
B. Saran.........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia. UU No.13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
menyatakan bahwa lansia adalah seorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun ke atas. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lansia
adalah kelompok orang yang berusia 60 sampai dengan 74 tahun (Marzuki,
2014).
Berbicara lansia berhubungan erat dengan proses menua (aging) yang
merupakan suatu perubahan hubungan yang progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irrevensibel serta menunjukan
adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling
berinteraksi satu sama lain (Martono, 2013).
Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan
melalui tiga tahap, yaitu kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional
(functional limitations), ketidakmampuan (disabilitiy), dan keterhambatan
(handicap), yang akan dialami bersamaan dengan proses penuaan (Rusli, 2018).
Masalah kesehatan lansia melalui proses kemunduran yang panjang
sehingga dapat dihambat dan dalam beberapa hal tertentu dapat dicegah.
Pertimbangan lain adalah tingginya biaya pelayanan kesehatan sehingga
pencegahan akan jauh lebih murah dari biaya pengobatan. Meskipun aktivitasnya
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, lansia tetap membutuhkan asupan
gizi yang lengkap, membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi biologis
tubuhnya (Utomo, 2003).
Ada beberapa hal yang harus yang perlu dilakukan dalam pelayanan
lansia, pelayanan lansia konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keperawatan gerontik adalah
1
suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang ditujukan pada lansia baik
sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-psiko-sosial dan
spiritual dengan pendekatan proses keperawatan dalam ruang lingkup
keperawatan gerontik yang akan dibahas dalam makalah ini (Kholifah, 2018).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari keperawatan gerontik?
2. Bagaimanakah konsep pembagian lansia ?
3. Bagaimanakah lingkup askep gerontik ?
4. Bagaimanakah peran dan fungsi keperawatan gerontik ?
5. Bagaimanakah tanggung jawab perawat gerontik?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai konsep dasar keperawatan gerontik.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian dari keperawatan gerontik.
b. Untuk mengetahui konsep pembagian lansia.
c. Untuk mengetahui lingkup askep gerontik.
d. Untuk mengetahui peran dan fungsi keperawatan gerontik.
e. Untuk mengetahui tanggung jawab perawat gerontik.
2
D. Manfaat
Adapun manfaat penyusunan makalah ini yaitu :
1. Manfaat praktis
Makalah ini secara praktis diharapkan dapat meyumbangkan
pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan konsep
dasar keperawatan gerontik.
2. Manfaat teoretis
Secara teoretis diharapkan mahasiswa dapat memperluas wawasan ilmu
pengetahuannya mengenai konsep dasar keperawatan gerontik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pembagian Lansia
Pembagian lansia adalah sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
4
C. Lingkup Askep Gerontik
Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses
penuaan. Lingkup askep gerontik meliputi:
1.Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
5
biasa dilakukan, rehabilitasi, serta perawatan yang dibutuhkan pada akhir usia
(Hindle & Coates, 2011).
2. Perawat sebagai Advokator
Perawat dalam hal ini bertindak memihak atau memastikan lansia
untuk mendapatkan haknya, pelayanan yang layak, memperkuat otonomi
klien dalam pengambilan keputusan, dan mendidik orang lain mengenai
stereotip negative dari penuaan (Miller, 2012). Contoh kecilnya seperti
menjelaskan prosedur medis atau perawatan kepada anggota keluarga pada
tingkat unit.Selain itu, perawat juga dapat membantu anggota keluarga untuk
memilih panti werdha terbaik bagi anggota keluarga yang dicintainya atau
mendukung anggota keluarga yang berada dalam peran pengasuhan.Hal yang
perlu diingat, apapun situasinya peran advokator tidak berarti membuat
keputusan untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka untuk tetap
independen dan bermartabat bahkan dalam situasi sulit sekalipun (Stanley &
Beare, 2006).
3. Perawat sebagai Edukator
Perawat yang berperan sebagai edukator memiliki kewajiban untuk
memberi informasi mengenai status kesehatan klien kepada klien serta
keluarga klien dan membantu klien mencapai perawatan diri sesuai
kemampuannya (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menunjukkan prinsip, prosedur, dan teknik dalam
pemeliharaan kesehatan kepada lansia. Menurut Tabloski (2014), perawat
dapat melakukan edukasi mengenai beberapa hal kepada lansia seperti deteksi
penyakit, memberikan edukasi tentang penuaan yang sehat, pengobatan
terhadap penyakit, dan rehabilitasi kepada lansia serta keluarganya. Selain itu,
perawat edukator dapat juga berpartisipasi dalam ranah pendidikan hingga
memberikan pelatihan untuk perawat.
Memberikan edukasi kepada lansia menjadi tantangan tersendiri bagi
perawat. Hal ini dikarenakan lansia mengalami cognitive aging yang
mempengaruhi proses belajar (Miller, 2012). Sehingga, perawat perlu
6
menyesuaikan metode dan bahan edukasi agar edukasi yang diberikan dapat
dimengerti dengan baik oleh lansia.Apabila lansia tidak dapat di berikan
edukasi, maka edukasi diberikan kepada keluarganya. Namun, jika lansia
masih memiliki kognitif yang baik, terdapat lima hal yang perlu dilakukan
agar edukasi yang diberikan dapat dipahami dengan baik menurut Miller
(2012), antara lain:
a. Memberikan waktu yang cukup untuk lansia menyerap informasi, artinya
pemberian informasi dilakukan dengan tidak terburu-buru
b. Memberikan sejumlah kecil informasi dalam beberapa sesi, artinya tidak
diberikan banyak informasi pada satu pertemuan
c. Membuat rujukan kepada perawat untuk melakukan perawatan di rumah
dengan salah satunya follow up pengajaran yang diberikan
d. Membuat lingkungan pembelajaran nyaman dengan menghilangkan
berbagai hal yang dapat menjadi distraksi.
e. Mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengalaman masa lalu klien
agar mudah diserap klien.
4. Perawat sebagai Manajer
Perawat sebagai manajer bertanggung jawab dalam memberikan
lingkungan yang positif serta profesional di rumah sakit atau komunitas agar
terwujudnya pelayanan yang berkualitas. Selain itu, perawat sebagai manajer
juga harus mampu memimpin dan mengelola tim klinis yang dibentuk. Mauk
(2014), mengemukakan bahwa perawat manajer dalam keperawatan gerontik
perlu memiliki kemampuan dalam beberapa hal antara lain:
a. Membangun dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan anggota
tim keperawatan gerontik. Dalam hal ini, seorang perawat gerontik harus
memiliki standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia.
Standar tersebut antara lain, pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga
kesehatan lansia, mencegah penyakit, mengelola penyakit kronis yang
kompleks, penurunan fungsi fisik dan mental, hingga perawatan paliatif
(ANA, 2010 dalam Touhy & Jett, 2014). Sehingga, manajer perlu
7
memfasilitasi pelatihan atau workshop agar kemamuan anggota tim dapat
meningkat
b. Menentukan prioritas dan tujuan yang realistis, dapat terukur serta
memiliki batasan waktu.
c. Membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah baik masalah internal
antar anggota tim dan masalah klien.
d. Mendelegasikan tugas kepada seseorang yang dianggap dapat menjalankan
tugas dengan baik.
e. Mampu memberikan dorongan, arahan yang jelas, dan harapan terhadap
stafnya.
5. Perawat sebagai Praktisi Independen
Praktisi independen artinya perawat melakukan praktik keperawatan
secara mandiri. Menurut Tabloski (2014), parameter praktik keperawatan
dapat berbeda di setiap negara namun perawat harus memiliki kode etik
profesi dan standar praktik keperawatan yang berlaku untuk menunjukkan
kompetensi perawat. Menurut Undang-Undang No. 38 tahun 2014, untuk
membuka praktik keperawatan mandiri, perawat harus memiliki Surat Izin
Praktik Perawat (SIPP) yang berlaku selama STR masih berlaku.Contoh
praktik mandiri dalam keperawatan gerontik ialah membuka praktik
perawatan luka, menerima kontrol perawatan untuk lansia, dan lain-lain.
6. Perawat sebagai Konselor
Perawat gerontik sebagai konselor bertugas membantu pasien
mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah kesehatan dan memilik
tindakan-tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut (Potter,
Perry, Stockert, & Hall, 2013).Contoh peran ini, yaitu perawat membantu
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan lansia melalui
konsultasi kesehatan berkelanjutan, membantu keluarga pasien memutuskan
apakah perlu lansia dimasukkan ke panti, memberikan arahan terkait biaya
perawatan lansia yang sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.Seperti halnya
pada peran sebagai advokator, seorang perawat konselor tidak membuat
8
keputusan untuk klien namun membiarkan klien memilih keputusan
terbaiknya.
7. Perawat sebagai Kolabolator
Kolaborasi atau bekerja dalam upaya gabungan dengan semua pihak
yang terlibat dalam perawatan perlu mengembangkan rencana yang dapat
diterima bersama demi tercapainya tujuan bersama (Potter, Perry, Stockert, &
Hall, 2013). Contoh peran ini, seperti praktisi perawat berada pada tim
perawatan berbasis rumah yang berkolaborasi dengan dokter untuk
memberikan layanan perawatan primer kepada pasien lansia yang berisiko
tinggi (Touhy & Jett, 2014).
9
manusiawi sampai meninggal
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Lansia atau menua adalah salah satu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari satu waktu tertentu, tetap dimulai dari sejak permulaan hidup.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua. Masalah kesehatan lansia
melalui proses kemunduran yang panjang sehingga dapat dihambat dan dalam
beberapa hal tertentu dapat dicegah. Ada beberapa hal yang harus yang perlu
dilakukan dalam pelayanan lansia, pelayanan lansia konsultasi, pelayanan
mediasi, dan pelayanan advokasi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan
profesional yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat
komprehensif terdiri dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan
proses keperawatan dalam ruang lingkup keperawatan gerontik.
B. Saran
Pendekatan yang baik pada lansia hendaknya dilakukan oleh semua
tim kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat agar
lansia merasa diperhatikan. Dalam proses keperawatan perlu adanya motivasi
atau bimbingan dan perawatan, berharap tindakan keperawatan berjalan
efektif dengan menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat
seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti. Catatan perawatan di dokumentasikan dengan
menggunakan implementasi dan tindakan tersebut. Perlu adanya peningkatan
10
kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien, tim medis dalam
proses keperawatan untuk memudahkan dalam perawatan lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Hindle, A., and Coates, A. (2011). Nursing care of older people. New York: Oxford
University Press.
Martono, D. dan. (2013). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta.
Balai Penerbit FK UI.
Peter Mahmud Marzuki. (n.d.). Penelitian Hukum. Edisi Revisi. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta.
Potter, P, A., Perry, A, G., Stockert, P, A., & Hall, A, M. (2013). Fundamental of
Nursing, 8th edition. Canada: Elsevier
Rusli, (2018). Pentingnya Latihan Fisik Bagi Manusia Usia Lanjut. Journal of Materials
Processing Technology
Touhy, T.A & Jett, K.F (2014). Ebersole and Hess Gerontological Nursing & Healthy
Aging, 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby.
11
https://ppniqatar.files.wordpress.com/2015/12/uu-38-tentang-keperawatan.pdf
On Feb 21, 2021
12