Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM EKOLOGI

“MENGHITUNG ESTIMASI POPULASI HEWAN”

Disusun oleh :
Fadhila Fauzia Syahriar
4411419007
Biologi B

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2021
BAB III

MENGHITUNG ESTIMASI POPULASI HEWAN

A. Lokasi dan Koordinat Pengamatan Praktikum


Gg. Lapangan Rt 08, Rw 01, Kel. Wonoplumbon, Kec. Mijen, Kota
Semarang, Jawa Tengah

B. Tanggal Praktikum
Praktikum dilakukan pada hari Kamis,1 April 2021

C. Tujuan

Untuk mengestimasi jumlah individu dalam suatu populasi hewan (ikan)


menggunakan metode Capture-Mark-Recapture (CMR)

D. Landasan Teori
Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme. Organisme
dan spesies yang sama ( kelompok-kelompok lain di mana individu-individu
dapat bertukar informasi genetika ) menduduki ruang atau tempat tertentu,
memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat milik individu di dalam
kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh,
mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti yang dilakukan
oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju kematian,
perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada
populasi (Resosoedarmo, 1990).
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik
yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar
populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran
besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti
dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan

1
isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan
ekologik (=kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa
persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu
biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk
menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata
dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk
mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah
menghitung makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi
(Soetjipta.1992).
Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah
dengan cara menghitung seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud
(sensus), namun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan
pelaksaan hal tersebut, terutama pada penghitungan hewan liar misalnya nyamuk
atau rusa. Mungkin sebagian medan habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau
beberapa individu sangat sulit untuk dijumpai secara langsung. Selain itu
pergerakan hewan dari dan ke arah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya
perhitungan.
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara
tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai
dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk
menghitung sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan
metode kuadarat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan
metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah
ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya
dengan metode Capture Mark Recapture (CMR).
Penggunaan metode CMR pada populasi ikan diuji dengan meneliti
sisiknya, atau dengan meneliti otolith atau mengenai lensa mata. Pada hewan

2
jenis lain dapat diuji dengan penelitian umur meliputi penelitian tentang gigi
geligi, atau mungkin metode catch - perunit - effort. Perlu diingat harus
diperhitungkan adanya kesalahan baik sejak perencanaan maupun sampai
pelaksanaan dan juga analisisnya serta interpretasinya. Pengaruh luas medan
penelitian dan unit pengambilan sampel, letak stasiun pengambilan sampel, jenis
alat sampling dan waktu sampling semuanya perlu dimasukkan dalam analisis,
demikian pula pengaruh faktor lingkungan.
Metode CMR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai,
melepaskan dan menangkap kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang
bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah (trap shy). Southwood (1971)
menyatakan bahwa penerapan metode CMR dengan asumsi- asumsi sebagai
berikut.
1. Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak
mudah hilang.
2. Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi.
3. Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi
dapat dihitung).
4. Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling.
5. Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil
sampling selanjutnya.
6. Populasi sampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur
dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai
kemampuan yang sama untuk ditangkap.
7. Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap.

Metode Capture-Mark-Recapture merupakan suatu metode yang


dipergunakan untuk menaksir ukuran populasi dengan teknik Capture,
Marking, Recapture (CMR) yaitu menangkap, menandai, melepaskan, dan
menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Sejak
ditemukan sejak 55 tahun yang lalu, metode menangkap-menandai-
menangkap lagi (“Capture-Mark-Recapture Metode”) ini sudah mengalami

3
berbagai pengembangan dan perbaikan, kini metode yang sudah banyak
variasinya itu telah merupakan metode yang cukup penting dalam ekologi
hewan.

Metode menangkap-menandai-menangkap kembali ini, yang juga


dikenal sebagai metode Lincoln-Petersen dalam bentuk yang paling dasar
dan sederhana mencangkup dua kali pencuplikan. Semua individu hewan
yang diperoleh dari pencuplikan kesatu ditandai, lalu dilepaskan kembali
dan jumlahnya di catat (=M). setelah selang waktu tertentu ( umumnya
satu hari) ,yang tidak memberikan peluang timbulnya individu-individu
baru hasil perbiakan-, dilakukan penangkapan kembali (pencuplikan kedua)
di area yang sama secara acak. R3

Metode Lincoln-Peterson
Rumus dasar yang digunakan untuk penghitungan adalah rumus Petersen yaitu:

M .n
N  R

Untuk menghitung kesalahan (error) metode CMRR dapat dilakukan


dengan cara menghitung kesalahan baku (standar errornya) dengan
rumus:
(M )(n)(M 
R)(n  R)
SE 
R3
Setelah ditentukan standar errornya, kemudian ditentukan
selang kepercayaannya dengan rumus:

N ± t (SE)

Dengan catatan:
N = cacah hewan di alam/dalam populasi
M = cacah hewan yang tertangkap pada penangkapan pertama dan ditandai
n = cacah hewan yang tertangkap pada penagkapan kedua, terdiri atas
hewan yang tidak bertanda dan hewan yang bertanda hasil
penangkapan kedua

4
R = cacah hewan yang bertanda dari penangkapan pertama yang
tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
t = (df,  ), lihat tabel distribusi t dengan df =  , dan  adalah tingkat
signifikasi

Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena
sample relatif kecil), dapat digunakan Metode Schanabel. Metode ini
selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson,
juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan
dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Pada metode
ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode
setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan
dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan
rumus:

N 
(ni.Mi)
Ri

Dengan catatan:

Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap periode ke I ditambah


periode sebelumnya,
ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri =adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i

Karena pengambilan sample di atas akan mengurangi kesalahan


sampling. Maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan
rumus:

1
SE 
1 (k 1) 

N
1
N
MiN ni

5
Dengan catatan:
k = jumlah periode sampling
Mi = Jumlah total hewan yang bertanda. (Sugianto.A.1994)

E. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum antara lain:

1. Ikan dengan dua warna yang berbeda


2. Bak plastik
3. Serokan ikan.
4. Air
5. Menyiapkan dua bak berisi dua macam ikan dengan warna yang berbeda
(A dan B)

F. Cara Kerja

Metode Lincoln-Peterson
1. Siapkan dua bak berisi dua macam ikan dengan warna yang berbeda (A
dan B)
2. Tangkap ikan berwarna A secara zig-zag dan dihitung jumlahnya (ni),
3. Ganti ikan berwarna A yang tertangkap dengan ikan berwarna B kedalam
bak
4. Lakukan pengulangan sebanyak 5 kali, jika terdapat ikan berwarna orange
pada saat pengambilan di catat sebagai (Ri)
5. Hitung estimasi populasi dengan rumus Lincoln-Peterson

Metode Schnabel
1. Siapkan dua bak berisi dua macam ikan dengan warna yang berbeda (A
dan B)

2. Tangkap ikan berwarna A secara zig-zag dan dihitung jumlahnya (ni),

6
3. Ganti ikan berwarna A yang tertangkap dengan ikan berwarna B
kedalam bak

4. Lakukan pengulangan sebanyak 2 kali, jika terdapat ikan berwarna


orange pada saat pengambilan di catat sebagai (Ri)

5. Hitung estimasi populasi dengan rumus Lincoln-Peterson

7
G. Pembahasan

A. Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 3. Tabel Pengamatan Schnabel

Jumlah
Jumlah
Jumlah hewan Jumlah
hewan
hewan yang total
Pengambilan yang (ni x Mi)
sampel tertangkap hewan bertanda
diberi
(ni) kembali (Mi)
tanda
(Ri)
1 6 - 6 6 36
2 6 4 2 8 48
3 4 2 2 10 40
4 6 4 2 12 78
5 8 6 2 14 112
Ʃni=30 ƩRi = 16 ƩMi = 14 Ʃni x Mi = 314

METODE CMRR (Schnabel)


Ukuran populasi

N=
∑ (¿ X mi)
∑ (Ri)

314
¿
16
=19,625 (20)
1
SE = 1 1

( N −mi)
+
(K−1)
N
−∑ (
N−¿
)

SE =

1
1
(√ 20−14 )+( 5−1
20 )−∑ (
1
20−6 ) +(
1
20−6 ) +(
1
20−4 ) +(
1
20−6 )+(
1
20−8 )
1
SE =
(√ 16 )+( 204 )−∑ ( 141 )+( 141 )+( 161 )+( 141 )+( 121 )
8
1
SE =
√ 0,167+0,2−∑ (0,071+0 , 071+0,063+0,071+0 , 083)
1
SE =
√ 0,367−(0 , 359)
1
SE =
√ 0,008
1
SE =
0,089
SE = 11,24

Tabel 4. Tabel Pengamatan Lincoln-Peterson.

Jumlah hewan yang


Jumlah Jumlah
Pengambilan hewan tertangkap kembali total
sampel (ni) hewan bertanda (Mi)
(Ri)
1 5 - 5
2 6 2 6

METODE CMRR (Lincoln-Petersen)


Penangkapan pertama = 5 (M)
Penangkapan kedua = 6 (n)
Individu yang tertangkap kembali = 2 (R)
UKURAN POPULASI
( m )(n)
N=
R
( 5 ) (6)
=
2
30
=
2
= 15

SE =
√( M . n ) x ( M −R ) x( N −R)
R3

9
=
√( 5.6 ) x (5−2 ) x(15−2)
23

=
√( 30 ) x (3 ) x (13)
8

=
√1170
8
34,2
=
8

SE = 4,275=4,28
Penentuan silang kepercayaan :
1. Schnable method

Menggunakan rumus dasar : N±t (SE), dan nilai t tabel = 1,96


Jumlah maksimal = (20) ± 1,96 (11,24)
= 20 + 22,03
= 42,03= 42
Jumlah minimal = (20) ± 1,96 (11,24)
= 20 – 22,03
= -2,03
= 2,03 = 2
Rentang populasi yaitu 2 s/d 42
Jadi, nilai interval N berkisar antara 14 sampai 20

2. Lincoln-Paterson method

Menggunakan rumus dasar : N±t (SE), dan nilai t tabel = 1,96


Jumlah maksimal = (15) ± 1,96 (4,28)
= 15 + 8,39
= 23,39 = 23
Jumlah minimal = (15) ± 1,96 (4,28)
= 15 – 8,39
= 6,61= 7

10
Jadi, nilai interval N berkisar antara 7 sampai 23

B. Pembahasan
Kegiatan simulasi sampling biotik yang dilakukan ini bertujuan untuk
melihat estimasi populasi ikan pada ember ukuran sedang. Populasi ikan yang
diamati yaitu menggunkan ikan nila dengan dominan warna merah dan dominan
warna hitam. Masing-masing jenis warna berjumlah 15 ekor ikan. Dalam
pengambilan data yang dilakukan digunakan metode Capture, Mark, and
Recapture (CMR). Metode CMR dilakukan dengan menangkap ikan atau objek
amatan, kemudian menandai objek amatan yang tertangkap, kemudian melepas
objek amatan yang telah ditandai dan yang terakhir yaitu menangkap kembali
objek amatan tersebut. Dalam hal ini objek amatan yang ditandai disimulasikan
sebagai ikan warna merah, serta objek amatan sebagai tanda disimulasikan
sebagai ikan warna hitam.
Alasan menggunakan metode tersebut karena hewan yang menjadi objek
amatan memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Pada penggunaan metode CMR
dilakukan dengan dua cara yaitu Metode Lincoln-Peterson dan metode Schnabel.
Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada banyaknya periode pengambilan
sampel. Metode Lincoln-Peterson menggunakan dua kali pengambilan sampel,
sedangkan pada metode Schnabel pengambilan sampel dilakukan dalam
beberapa periode. Dalam penerapan metode Lincoln-Peterson harus diperhatikan
beberapa syarat seperti misalnya ikan yang digunakan harus memiliki
kesempatan yang sama untuk tertangkap, tidak terdapat perbedaan rasio antar
masing-masing jenis ikan dan yang terpenting yaitu penyebaran ikan pada saat
dilakukan penangkapan harus merata.
Untuk CMRR dengan rumus Scanabel terdapat 5 kali pengulangan.

Ʃ (¿−mi)
Analisa ukuran populasi dengan rumus scanabel yaitu N = dan hasil
Ʃ ( Ri)
yang didapat sebesar 20 dengan SE 11,24 dan selang kepercayaan antara 2
sampai dengan 42. Hasil tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan dan
pengurangan jumlah populasi total yaitu 20 dengan standar eror yaitu 11,24

11
yang dikalikan dengan t tabel distribusi sebesar 1,96 dengan tingkat kepercayaan
0,05 dan df tak terhingga. Standar eror yang dihasilkan tersebut tergolong kecil,
sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengamatan tersebut representatif.
Sedangkan menggunakan Lincoln-Petersen hanya dilakukan 2 kali

( m )(n)
pengambilan ikan, dan di analisis dengan menggunakan rumus N= , dari
R
rumus tersebut diketahui besar nilai N sebesar 15 dengan standart eror 4,28
dengan selang kepercayaan antara 7 sampai 23. Hasil tersebut didapatkan dari
hasil penjumlahan dan pengurangan jumlah populasi total yaitu 15 dengan
standar error yaitu 4,28 yang dikalikan dengan t tabel distribusi sebesar 1,96
dengan tingkat kepercayaan 0,05 dan df tak terhingga. Standar Eror merupakan
parameter yang menunjukan berapa besar kesalahan yang dilakukan selama
penangkapan ikan. Standar eror yang dihasilkan tersebut tergolong kecil,
sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengamatan tersebut representatif.
Berdasarkan perhitungan diatas dengan menggunakan rumus Lincoln-
Peterson dan Scanabel menunjukan hasil yag berbeda. Dengan adanya
perbedaan ini akan memberikan perbedaan pada perikiraan total ikan yang
berada di bak.
Selain itu perbedaan nilai akhir kedua metode tersebut dikarenakan
perbedaan jumlah ikan yang terangkap kembali. Pada metode Lincoln ikan yang
tertangkap kembali sebanyak 2 ekor, sedangkan metode schnabel ikan yang
tertangkap kembali berjumlah 25 ekor. Akar tersebut sangat tidak seimbang jika
dihubungkan dengan banyak pengambilan ikan.
Metode Capture recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga
populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture
recapture pada kenyataannya sulit dilaksanakan di lapangan seperti halnya yang
terjadi didalam percobaan dimana nilai yang diperoleh tidak mampu untuk
menduga secara valid populasi hewan di areal tersebut. Hal-hal yang mungkin
menyebabkan terjadinya perbedaan kesalahan pada percobaan adalah cara
penangkapan ikan, luas area, kondisi lingkungan dan suhu sekitar lingkungan.

12
13
H. Kesimpulan

1. Perhitungan simulasi estimasi populasi ikan dalam kolam dengan


menggunakan metode CMR dengan menggunakan metode Schnabel didapat
jumlah populasi 20 dengan SE adalah 11,24 dan selang kepercayaan antara
2 sampai dengan 42.
2. Perhitungan simulasi estimasi populasi ikan dalam kolam dengan
menggunakan metode CMR Lincoln-Peterson didapatkan jumlah populasi
15 dengan SE adalah 4,28 dengan selang kepercayaan antara 7 sampai 23.

14
Daftar Pustaka

Fachrul, Melati Ferinto. 2006. Metode Sampling Bioteknologi. Jakarta : Bumi


Aksara

Ngabekti, Sri. 2006. Paparan Kuliah Ekologi. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA


UNNES

Pipia. 2010. Penghitungan Populasi. Online at  Blog » Blog Archive »


Penghitungan Populasi.htm (diakses tanggal 4 Mei 2012)

Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta: PT Remaja


Rosdakarya.

Soegianto, Agoes. 1994. EkologiKuantitatif


:MetodeAnalisisPopulasidanKomunitas. Surabaya : Usaha Nasional

Soetjipta.1992. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. UI Press. Jakarta.

Southwood. 1971. Ekologi Umum. Angkasa. Bandung.

15
Lampiran

Alat Dan Bahan

Aklimatisasi

Proses Praktikum

16
17

Anda mungkin juga menyukai