UNIVERSITAS MEGAREZKY
LAPORAN LENGKAP
OLEH
KELAS D/2019
KELOMPOK II
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan untuk
Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
Ningsih Wano Kaka Tefa yang telah membimbing penulis menyusun Laporan
praktikum ini masih belum sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini dibuat dengan syarat untuk mengikuti Ujian Praktikum Farmakologi
Koordinator Praktikum
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
Koordinator Praktikum
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
Koordinator Praktikum
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
NAMA : NURCAHAYA
NIM : B1A119157
KELOMPOK : II ( DUA )
KELAS : D/2019
Koordinator Praktikum
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
Koordinator Praktikum
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
Koordinator Praktikum
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
Koordinator Praktikum
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
NAMA : EDWIN
NIM : B1A119153
KELOMPOK : II ( DUA )
KELAS : D/2019
Koordinator Praktikum
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
Koordinator Praktikum
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Lembar Pengesahan
Kartu Kontrol
Daftar Isi
LAPORAN
SISTEM SARAF OTONOM
OLEH
KELOMPOK II (DUA)
EDWIN B1A119153
SITTI AISAH B1A119147
NUR CAHAYA B1A119157
NURUL AZMI B1A119171
NUR AWALIYAH HAMZAH B1A119176
SRI RAMADHANI 173145201135
WAHYU RISMAULINA K. B1A119172
PENDAHULUAN
sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologis.
sifat, dan kimiawi, cara meracik dan efek fisiologi dan manusiawi. Toksikologi
ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia termaksuk obat, zat yang digunakan
kebun.
yang diujiakan bisa dalam bentuk ekstrak, isolat maupun fraksi. Hasil dan
pengujian ini akan mengahasilkan data pendukung mengenai tingkat efikasi dan
keamanan dan senyawa-senyawa diujikan. Untuk mengamati efek-efek ini, maka
penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Beberapa jenis hewan
dari laboratorium ukurannya terkecil dan sederhana. Ukuran yang besar dan lebih
komplik digunakan untuk keperluan penelitian ini seperti mencit, tikus dan
kelinci.
manusia. Mus musculus yang memiliki perilaku yang unik dari beragam lainnya
Sistem saraf otonom atau saraf tak sadar merupakan bagian dari sistem
saraf tepi (SST) yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja
mengatur dan mengendalikan otot jantung, otot-otot polos, dan sejumlah kelenjar
secara permanen. Sistem saraf otonom mengatur fungsi viseral tubuh. Sistem
Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsisten yaitu sistem saraf simpatis
dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawan. Bagian sistem saraf
yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom sistem ini
membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinal
lainnya.
TINJAUAN PUSTAKA
untuk mengukur setiap kegiatan dalam tubuh. Beberapa fungsi sistem saraf
yang sering manusia dengar adalah untuk berfikir, melihat, bergerak, hingga
Sistem saraf tepi terletak diluar otak dan medula spinalis, terdiri dari dua
bagian : otonom dan asomatik. Setelah di tafsirkan oleh SSP. Sistem saraf tepi
1994).
saraf otonom (SSO) terutama berfungsi dalam pengaturan fungsi organ dalam
seperti curah jantung, aliran darah berbagai organ, sekresi dan motolitas
secara prinsip terjadi dipusat hypotalumus, batang otak dan spinalis (Indra,
2012).
Sistem saraf otonom dikendalikan oleh pusat kendali tertinggi yaitu
hipotalamus. Pusat kendali sistem saraf simpatis terlihat pada bagian posterior
dan teral hypotalamus, sedangkan pusat kendali sistem saraf simpatis terletak
Sistem saraf otonom ini terdiri dari substan yakni sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Jika sistem saraf
simpatis pada saat individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja
saraf otonom. Divisi ini terdiri dari serabut – serabut saraf yang berasal dari
otak dan medula spinalis untuk menimbulkan ekstasi atau inhibitori otot – otot
polos, jantung dan kelenjar kulit serta oran verasa. Sistem ini merupakan
Susunan sistem saraf otonom terdiri dari dua sistem yaitu sistem sipatis
tekanan darah. Sistem saraf simpatis, berkaitan dengan aktivitas utuk konversi
dan restorasi sumber – sumber tubuh, antara lain mencakup penurunan denyut
(Satyanegara,2010).
Sistem saraf simpatis dari SSO disebut juga sebagai sistem adrenergik
– organ depesosraki baik oleh sistem simpatis dan parasimpatis maka mereka
mengenai efek aktifitas setip divisi saraf otonom membersihkan dasar yang
dapat meramalkan efek obat otonom. Respon terhadap berbagai organ pada
Sistem saraf otonom terdiri dari pregangan, ganglion, dan saraf paskaganglion
yang mempersarafi sel efektor. Secara garis besar dibagi menjadi sistem
simpatis (tharalumbal) dan parasimpatis (klarosakral) keduanya berasal dari
nukleus yang berada dalam sistem saraf pusat, serta proganglion parasimpatis
saraf otonom terdiri dari saraf eferen yang sentripekal disalurkan melalui N,
Vagus Rewkius, Spalanknikus, dan saraf otonom lainnya ( Imai Indra, 2012).
memperlihatkan fungsi antaginis bila yang satu menghambat suatu fungsi mata
pertimbangan kedua sistem tersebut inhibisi salah satu sistem oleh obat maupun
yang lain. Antagonisme ini tidak terjadi pada semua organ kadang – kadang
Fungsi dua sistem tersebut dapat juga saling melengkapi, misalnya pada
bahwa sistem simpatis berfungsi mempertahankan diri dari tantangan dari luar
tubuh dengan reaksi berupa perlawan atau pertahanan diri yang dikenal dengan
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak
besar (serebrum), otak kecil (serebelum), dan medula spinalis, serta ganglion,
yang berfungsi meneruskan implus dari dan menuju sistem saraf pusat, baik
siste saraf pusat maupun sistem saraf tepi memiliki hitologis yang dapat
Unit fungsional primer dari jaringan saraf adalah sel saraf (neutron),
terletak disekeliling neuron dan brjumlah lbih banyak neuron. Neurolya pada
sedanglkan pada sistem saraf tepi terdapat sel asan dan sel satelit selain
neuron dan neugrolia pada jaringan saraf juga dapat sel – sel lain yang tidak
khas, seperti sel endotel yang menyusun dinding pembuluh darah (Rimbun,
2012).
neuron antara lain badan sel (semua atau kontrol), dendrit pembentuk serta
salah satu akson sel – sel Penyusun letina dari sel gagligon neurus
vestibuloklestilea. Badan sel saraf mengandung satu inti sel organel. Beberapa
struktur khas di dalam sitoplasma neuron yang disebut bahan missi (Nisis
Bodies).
Cara kerja obat otonom yaitu obat – obat otonom yang mempengaruhi
mekanisme kerja obat kolinergik dibagi menjadi dua kelompok yaitu obat yang
bekerja langsung pada reseptor kolinergik dan obat yang bekerja tidak langsung
muskanik dan anti narkotik. Obat ini memberi obat /efek nikodinik
(Budi,2017).
Gangguan- gangguan pada sistem saraf otonom terdiri atas dua bagian yaitu
tekanan darah pada posisi berdiri dapat menyebabkan gejala seperti kepala
Struktur sel saraf otonom, sistem saraf otonom terdiri atas dua bagia
yaitu sistem saraf simpatis berisi simpatis dan parasimpatis diantara genmen
I.1 dsn I.2. Saraf simpatis berisi neuron perangsang yang berada diantara
sagmen T1 dan I.2 saraf spinalis dan neoron – neuron ganglionik yang berada
pada sisi lateral tanduk anu – abu dan akson – akson masuk melalui akar
simpatis terletak dirus tulang torakal dan lumal yaitu pada susunan saraf
Parasimpatis serabut – serabut sistem saraf simpatis terletak diarea, satu pada
batang otak, dan lainnya pada segmen spinal. Oleh karena itu lokasi serabut –
Kingdom : Animali
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai umur 3
tahun. Pada umur 8 minggu, tikus siap dikawinkan. Perkawinan mencit terjadi
pada saat mencit terjadi pada saat mencit betina mengalami estus yaitu 4-5 hari,
sesdangkan lama bunting 19-21 hari. Berat badan mencit jantan dewasa
RM/BM : H H
H-C-C-H
H H
dalam eter P
RM/BM : H2O/18,03
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
sebagian pada suhu tidak lebih dari 30; jauh dari api.
RM/BM : CHCl3/119, 38
na P.
n dosis tingi.
keracunan organphaspat,asma
au ; rasa pahit
from P.
ektosis
dak berbau
METODE KERJA
a. Alat
1. Kapas
2. Spoit injeksi
4. Stopwarch
b. Bahan
1. Alkohol
2. Air sulung
4. Adrenalin 1 mg/mL
5. Asam piklat
7. Na – CMC 1%
9. Propanolol HCL 10 mg
lll. 2. Prosedur kerja
Pilih hewan coba berupa mencit yang sehat. Timbang mencit dan
berat badan. Beri tanda mencit pada bagian tubuhnya dengan menggunakan
asam pikrat.
2. Penyiapan Bahan
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Timbang Na-CMC sebanyak 1
gram. Masukkan air ke dalam beker gelas sebanyak 100 mi lalu panaskan.
Masukkan Na-CMC sedikit demi sedikit ke dalam beker gelas sambil aduk.
Injeksi. Ambil lagi 1 ml dari larutan tersebut dan dicukupkan hingga 10 ml.
Ambil lagi 1 ml dari larutan tersebut dan cukupkan lagi hingga 10 ml.
yang ada. Jadi jumlah obat yang diambil ditentukan berdasarkan dosis yang di
gunakan
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kelompokkan hewan coba
antar kelompok:
Kelompok I - Berikan Na-CMC 146 dan Agua Pro Injeksi sebagai kontrol.
IV. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum uji efek sistem saraf otonom pada mencit (Mus
a. Pemberian Pilokarpin Dan Air Suling Terhadap Efek Sistem Parasimpatis Pada
Mencit
Kelompok
30 60 90 120 30 60 90 120
Miosis 1 - - - - - + - +
2 - - + + + - - +
3 - - + + - - - -
Vasodilatasi 1 - - + + - - - -
2 - + - + - - + +
3 - - - - + - - -
Salivasi 1 + - - - - - + -
2 + - - - - + - -
3 + - - - - - - -
Diare 1 - - - - - - - -
2 - - - - + - - -
3 - - - - - - - -
Hilangnya 1 - - - - - - - +
Refleks 2 - - - + + - + +
Kornea 3 - - - + - - - +
Pelupuk 1 - - - + - - + -
Mata 2 - - - + - - + +
Menutup 3 - - - + - - + +
b. Pemberian Atropin Sulfat Dan Air Suling Terhadap Efek Sistem Simpatis Pada
Mencit
Kelompok
Waktu (Menit)
30 60 90 120 30 60 90 120
Midriasis 1 + + + - + - + -
2 + + - - + - - +
3 + - - - - + - -
Vasokontriksi 1 + - + - + - + +
2 + + - - + - - -
3 + - - + + + - -
Eksoftalamus 1 + + - - - - - -
2 + - + - - + - -
3 + - - - - - - -
Kejang 1 - - + - - - + +
2 - + + + + + - +
3 - - + - - - - +
Hilangnya 1 - - + - - - - +
Refleks 2 - - + + + - + +
Kornea 3 - - + + - - - +
Pelupuk Mata 1 - - + - - - + -
Menutup 2 - - + - - - + +
3 - - + + - - + +
b. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan tentang sistem saraf otonom. Pada
sistem saraf otonom merupakan sistem saraf tak sadar yang tidak dapat
dikendalikan. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk mengetahui efek
Adapun hasil yang diperoleh dari tabel 1 yaitu pemberian pilokarpin dan air
suling terhadap efek sistem parasimpatis pada mencit adalah satu yang diberi obat
pada menit ke-90 dan 120, terjadi juga efek salivasi ditandai saat mencit
mengeluarkan saliva pada menit ke-30, dan efek pelupuk mata menutup pada menit
ke-90 dan 120 ditandai dengan kelopak mata yang tertutup rapat. Sedangkan mencit
yang diberi kontrol atau air suling pada menit ke-60 dan 120 mengalami efek miosis
atau penyempitan adanya tanda parasimpatomimetik atau kolinergik, pada menit ke-
90 mencit mengalami efek salivasi dilihat saat mencit mengeluarkan air liur atau
efek hilangnya refleks kornea juga terlihat pada menit ke-120 yaitu suatu gerakan
menghindari rangsangan mekanis pada kornea mata dan efek pelupuk mata menutup
Pada mencit 2 mengalami efek miosis atau penyempitan pada menit ke-90 dan
120. Setelah pemberian pilokarpin mencit juga mengalami efek vasodilatasi pada
menit ke- 60 dan 120, serta hilangnya refleks kornea dan pelupuk mata menutup
pada menit ke 120. Sedangkan pada pemberian air suling pada mencit dilihat efek
Meiosis pada menit ke-30 dan 120. Selain itu pada menit 90 dan 120 mencit juga
mengalami efek samping salivasi, hilangnya refleks kornea dan efek pelupuk mata
menutup.
Pada mencit 3 mengalami efek meiosis atau penyempitan pupil pada menit ke-
90 dan 120 dan efek hilangnya refleks kornea serta efek pelupuk mata menutup
terjadi pada menit ke 120 pada pemberian obat pilokarpin sedangkan mencit 3 yang
diberi air suling atau kontrol mengalami hilangnya refleks kornea dilihat ketika
mencit menghindari rangsangan pada kornea mata pada menit ke 120 dan pelupuk
Adapun hasil yang diperoleh dari tabel 2 yaitu pemberian atropin sulfat dan air
suling terhadap efek sistem simpatis pada mencit adalah 1,2,3 mengalami efek
vasokontriksi yaitu penyempitan pembuluh darah dan eksoftalmus adanya tanda efek
stimulasi Simpati yang terlihat pada menit ke-30. Pada menit ke-90 mencit 1,2,3
juga terlihat efek kejang, hilangnya refleks kornea dan pelupuk mata menutup.
Mencit 1 pada menit ke- 60 dan 90 kembali mengalami efek midriasis dilihat dengan
melebarnya pupil mencit dan pada menit ke-90 mencit mengalami efek
vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah. Mencit 2 juga dilihat adanya efek
midriasis vasokontriksi dan kejang pada menit ke-60 dan pada menit ke-90 terlihat
adanya efek eksoftalmus serta mencit kembali mengalami efek kejang dan hilangnya
Pada pemberian air suling diperoleh hasil adanya efek farmakodinamik pada
mencit yaitu hanya mencit 3 yang dilihat adanya efek vasokontriksi atau
penyempitan pembuluh darah pada menit ke-30. Pada mencit 1 dan 2 dilihat juga
adanya efek midriasis dan vasokontriksi pada menit ke-30. Pada menit ke-60 mencit
adanya efek eksoftalamus dan kejang. Efek midriasis, vasokontriksi, kejang, dan
pelupuk mata menutup kembali dilihat pada menit ke-90, mencit 2 pada menit ke-90
hanya dilihat efek hilangnya refleks kornea dan mencit 3 pada menit ke-90 dan 120
mengalami efek pelupuk mata menutup. Mencit 1,2,3 dilihat adanya efek kejang dan
hilangnya refleks mata pada menit ke 120. Efek midriasis dan pelupuk mata
menutup kembali dilihat pada menit ke- 120 serta efek vasokontriksi pada satu
menyerupai kerja sistem saraf otonom baik secara langsung atau tidak langsung
agonis adrenergik, obat adrenergik kerja langsung. Fenileprin topical tersedia dalam
bentuk tetes mata efek yang dihasilkan adalah midriasis, retraksi palpebial superior,
PENUTUP
Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang bergantung pada sistem saraf
pusat dan antara kerjanya dihubungkan oleh urut – urut saraf. Sistem saraf
gartrantistinal kelenjar keringat dan temperatur suhu tubuh. Sistem saraf otonom
a) Kritik
Kritik saya yaitu agar sebaiknya kepada kakak memberikan toleransi
teman.
b) Saran
Saran saya agar diakhir praktikum kakak menjelaskan dengan jelas
Depyatanusa, dkk. 2020. Comprehen sive biomedical sains: sastra saraf. Gadjah
Emanda, dkk. 2003. Jurnal obat tetes mata pilokarpin. Fakultas MIPA : ITB
EGC : Jakarta
Handayani, dkk. 2021. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Media sains Indone
Indra Imai, 2012. Iso informasi spesiak obat Indonesia ikatan apoteker Indonesia.
: Jakarta
Nugroho rudy Agung. 2018. Mengenal mencit sebagai hewan coba laboratorium.
Marcos Hindra dan Galuh Kusumasturi. 2016. Restim pakor diagnosis penyakit sa
raf pusat dengan metode foward charming. Program studi teknik informat
Ika : STIMIK Amikom Purwokerto
Mustaqim Ivan, dkk. 2010. Aplikasi media pembelajaran biologi, sistem saraf pus
Redjeki Purowoti, dkk. 2018. Ovasektomi pada mencit dan tikus. Airlangga unive
Rizky, dkk. 2013. Obat susunan saraf pusat. Poltekes pangkal pinang
: Jakarta
Sunaryo Hadi, dkk. 2020. Buku ajar farmakologi obat obatan sistem saraf pusat.
Dokumentasi
LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI
TOKSIKOLOGI 1 TOKSIKOLOGI 1
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
LAPORAN
SISTEM SARAF PUSAT
OLEH
KELOMPOK II (DUA)
EDWIN B1A119153
SITTI AISAH B1A119147
NUR CAHAYA B1A119157
NURUL AZMI B1A119171
NUR AWALIYAH HAMZAH B1A119176
SRI RAMADHANI 173145201135
WAHYU RISMAULINA K. B1A119172
PENDAHULUAN
sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologis.
sifat, dan kimiawi, cara meracik dan efek fisiologi dan manusiawi. Toksikologi
ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia termaksuk obat, zat yang digunakan
kebun.
yang diujiakan bisa dalam bentuk ekstrak, isolat maupun fraksi. Hasil dan
pengujian ini akan mengahasilkan data pendukung mengenai tingkat efikasi dan
manusia. Mus musculus yang memiliki perilaku yang unik dari beragam lainnya
sel saraf (neuron) sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormon, berfungsi
untuk memelihara fungsi tubuh. Pada umumnya sistem saraf berfungsi untuk
mengatur, misalnya kontraksi obat, perubahan alat-alat tubuh bagian dalam yang
Sistem saraf pusat merupakan salah satu bagian dari sistem saraf manusia.
Sistem saraf pusat ini fungsinya untuk memengang segala kendali dan pengatur
atas kerja jaringan saraf hingga kepada sel saraf. Bagian-bagian dari sistem saraf
ini ialah otak besar, otak kecil, sumsum tulang belakang dan sumsum lanjutan.
Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang
tidak spesifik misalnya hipnotik sedatif. Obat yang bekerja pada sistem saraf
pusat terbagi menajdi obat dipresan saraf pusat yaitu anastesik umum, hipnotik
memahami efek farmakodinamik dari obat (luminal dan diazepan) pada hewan
memahami efek farmakodinamik dari obat (luminal dan diazepan) pada hewan
memahami efek farmakodinamik dari obat (luminal dan diazepan) pada hewan
memahami efek farmakodinamik dari obat (luminal dan diazepan) pada hewan
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi
sebagai indra untuk berkomunikasi antar sel maupun organ dan dapat berfungsi
sebagai pengendalian berbagai sistem organ lain serta dapat pula memproduksi
Sistem saraf adalah sistem tubuh yang menerima dan memproses semua
informasi dari semua bagian tubuuh sangat penting bagi kelangsungan hidup
Sistem saraf pusat manusia sulit diamati secara langsung karena berada dalam
tubuh. Sistem saraf pusat terdiri dari otak besar, otak kecil, sumsum tulang
lanjutan (medula oblongata) dan sumsum tulang belakang/ medula spinalis – otak
ditubuh,mulai dari gerakan, sekeresi atau mengeluarkan hormon, daya pikir atau
Otak besar (cerebrum) merupakan pusat saraf utama yang berfungsi untuk
ingatan (memori), kesadaran dan pertimbangan jaringan otak pada sistem saraf
pusat (SSP) sangat peka terhadap sebagai cedera diantanranya akibat oksidatif dan
Otak tengah (merensefalon) terletak di depan otak kecil dan jembatan vorol.
Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipotesis yang mengatur kerja
kelenjar. Kelenjar endoktrin, bagian atas (dosal) otak tengah merupakan lobur
optikus yang mengatur refleks mata seperti penyimpitan pupil mata. Dan juga
(Rosita, 2016)
Medula spinalis (spinalis Cord) adalah sususnan saraf pusat yang dapat
menghubungkan otak dengan bagian tubuh lainnya. Sama halnya dengan medula
spinalis juga dilapisi oleh sakut araknoid yang berfungsi sebagai lapisan pelindung
Penghubung komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh (Rosita, 2016.
Obat obat golongan anastetika sistematik adalah obat yang bekerja secara
sistematik, dan dugunkan untu oprasi besar yang mamakan waktu lama. Obat
tersebut bekerja dengan cara memblokir sinyal saraf di otak dan tubuh, sehingga
penderita kehilangan kesadaran dan tidak merasakan sakit sama sekali selama
menghambat fungsi pusat asowal. Relaksan pusat adalah senyawa yang dapat
menekan fungsi sistem saraf pusat dan menimbulkan relaksasi otot pangkal (otot
Golongan obat ini digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot rangka, pada
keadaan kekejangan atau opasma dan untuk pengobatan tetanus. Obat antipsikotik
sehingga tidak dapat berintraksi dengan reseptor. Salah satu hipotesis mekanisme
kerja obat antikejang adalah serupa dnegan anstetik sistemati, yaitu termasuk obat
disebabkan oleh patologi pada sistem saraf, suatu teknik menggunakan obat
(inhalases), intravena atau lokal yang menyebabkan keseluruhan atau bagian dan
organisme menjadi mati rasa untuk berbagai periode waktu (Grace, 2016)
Tahap tahap anastesi yaitu analgesi, dimulai dengan keadaan sadar dan
diakhiri dengan hilangnya kesadaran bicara : indra penciuman dan rasa nyeri
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat
(SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari ringannya itu menyebabkan
tenang kantuk, menidurkan hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran hingga
Mekanisme kerja obat sistem saraf pusat yaitu struktur kimia, fisika, dan efek
menunjukkan bahwa anastetika sistemik menekan sistem saraf pusat secara tidak
selektif dan aktivitasnya lebih ditentukan oleh sifat kimia dan bukan oleh
Obat obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat dengan merangsang atau
stimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsanf aktivitas otak,
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai umur 3
tahun. Pada umur 8 minggu, tikus siap dikawinkan. Perkawinan mencit terjadi
pada saat mencit terjadi pada saat mencit betina mengalami estus yaitu 4-5 hari,
sesdangkan lama bunting 19-21 hari. Berat badan mencit jantan dewasa
RM/BM : C2H2O/46, 07
Rumus struktur : H H
H-C-C-H
H H
RM/BM : H2O/18,03
Rumus molekul : H-O-H
mempunyai rasa.
meledak
(95 %) p
A dan glisirin
ak pahit
inin
METODE KERJA
a. Alat
1. Kapas
2. Papan bedah
4. Spoit oral(kanula)
5. Spoit injeksi
6. Stopwatch
7. Toples kaca
b. Bahan
1. Alkohol
2. Air sulung
4. Diazepam
5. Eter
6. Kloroform
7. Kloralhidrat
8. Luminal
1. Perlakuan anastesi
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Mencit dikelompokkan dan
kapas lalu diberi dengan larutan uji atau obat (eter, kloroform, dan alkohol).
Kapas tersebut dimasukkan ke dalam toples. Catat onset dan durasi dengan
menggunakan stopwatch.
2. Perlakuan Hipnotik-Sedatif
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Mencit dikelompokkan dan
IV.1 Hasil
(Detik)
(dosis III), kontrol positif dan obat diazepam 0,013 mg/ 20 gram BB dan kontrol
negatif aquadest 0,5 ml. Efek depresan pada penelitian ini dapat dilihat dari waktu
setelah perlakuan mencit terjatuh di rotard setelah pemberian perlakuan yang paling
obat yang bekerja pada koordinasi gerak, terutama penurunan kontrol saraf pusat,
Setelah dilakukan uji lanjut duncan dapat dinyatakan bahwa pemberian perlakuan
sangat berpengaruh dibandingkan dengan kontrol negatif yakni aquades sebanyak 0,5
(dosis II), 48 mg/ 20 g BB (dosis III) memperlihatkan pengaruh yang relatif sama
terhadap efek depresan pada mencit jantan antar dosis. Obat diazepam sebagai kontrol
positif memberikan pengaruh yang sangat nyata dengan depresan pada mencit jantan.
Efek depresan, dengan dilihat dari lamanya durasi mencit terjatuh dari rotard.
Pada setiap jamnya selama 6 jam dilakukan pengamatan dengan dilarikan pada rotard
untuk setiap perlakuan, mulai dari dosis 1 dilihat dari rata-ratanya sampai jam ke- 6
mencit masih mampu berlari dengan rata-rata 22,8 detik sampai jam ke -6. Begitupun
pada dosis II rata-rata kecepatan berlari sampai jam ke- 6 adalah 8,24 detik. Namun
pada dosis III rata-rata lamanya durasi mencit berlari menurun drastis yakni sekitar
4,46 detik sampai jam ke-6 sama sekali tidak ada pergerakan dari hewan uji atau
mencit sehingga hasil nilai rata-rata durasinya yakni 1,38 detik untuk kontrol berupa
Aquadest. Mencit dari jam 8 sampai ke-6 relatif normal dengan nilai durasi yakni 51,
18 detik sebagai kontrol negatif tidak menimbulkan efek apapun atau efeknya Netral
neutrotransmitter inhibisi utama pada sistem saraf pusat. Ikatan diazepam pada reseptor
GABA di sistem limb dan hipotalamus akan meningkatkan laju ion klorida di dalam
neuron.
Faktor yang mempengaruhi pada pemberian obat SSP. Pada obat sedatif hipnotik
sebagai perekam tidur- REM, pemberian obat ini dalam waktu lama dianggap tidak
baik. Penggunaannya dalam masa lama dapat merusak karena obat tersebut tidak
menyebabkan tidur yang alami, toleransi akan timbul dan dapat terdapat bahaya
susunan saraf pusat atau SSP efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari ringannya
yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan hingga yang berat yaitu hilangnya
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Sistem saraf pusat adalah sistem tubuh yang menerima dan memproris semua
informasi dari semua bagian tubuh yang sangat penting bagi kelangsungan tiap
manusia. Sistem saraf pusat terdiri dari otak besar, otak kecil, sumsum tulang
terletak fi ruas ruas tulang belakang. Sistem saraf pusat berfungsi untuk
berbagai hormon, suhu tubuh, dan koordinasi seluruh tubuh untuk melakukan
V.2 saran
banyak sehingga praktikum bisa berjalan dengan lancar dan semua praktikan bisa
Dwijita,dkk. 2003. Industri ekstrak penggagasan secara invitro terhadap prolepsi sel
sel otak besar anak tikus. Fakultas hewani : Bogor
Husna Amrah. 2016. Biologi dasar dan kesehatan. Cv Sosial politik genus: Makassar
Joewana Satya. 2005. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoa
ktif. EGC : Jakarta
Marcos Hendra dan Ealuh Kusumashtri. 2016. Sistem pakarr diagnosis penyakit saraf
Saraf pusat dengan metode forward chanring. Program studi teknik informati
tika : Purwokerto
Mustaqim Ivan,dkk. 2018. Aplikasi media pembelajaran biologi sistem saraf menggu
nakan augimrented realty. University Tanjung : Purwokerto
Nugroho Rudy, Agung. 2018. Mengenal macam mencit sebagai hewan coba biologi
. University mulawarman : Samarinda
Rodjiki Purwo, Sri. 2018. Ovasklektoni pada tikus dan mencit. Airlangga universitas
press : Surabaya
Siswandono. 2010. Kimia medisinal 2. Airlangga university press : Surabaya
LAMPIRAN
Dokumentasi
LAPORAN
ANALGETIK, ANTIPIRETIK DAN ANTIINFLAMASI
OLEH
KELOMPOK II (DUA)
EDWIN B1A119153
SITTI AISAH B1A119147
NUR CAHAYA B1A119157
NURUL AZMI B1A119171
NUR AWALIYAH HAMZAH B1A119176
SRI RAMADHANI 173145201135
WAHYU RISMAULINA K. B1A119172
PENDAHULUAN
definisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada
sejarah, sumber, sifat sifat, dan kimiawi, cara mearcik dan efek fisiologi dan
obat, zat yang digunakan dala industri, lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan hidup.
biologi.
yang diujikan bisa dalam bentuk ekstrak, isolat maupun reaksi hasil pengujian
sakit. Sadar tidak sadar kita sering mengguakan misalnya ketika kita sakit
kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya
Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh atau obat
untuk menurunkan demam atau panas tidak berektif pada orang normal.
nyeri sakit, fungsi terganggu. Obat antiinflamasi adalah obat golongan yang
memilii aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Obat ini terbagi atas
TINJAUAN PUSTAKA
(Auliah, 2019).
sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap
stimulus nyeri atau juga peranan frekuensi respon nyeri. Penggunan obat-
( Evacuasiany, 2010).
2020).
hipertensi, golongan fungsi ginjal, olegurta, serta relensi garam dan air
(Halilintar, 2020).
kalor, dulor dan tumor. Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah
(Annesia,2020).
ujung saraf bebas dikulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian
juga terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, terkucuali di SSP. (Tan
Hoan, 2015).
nosiseptif, jenis ini nyeri berasal dari rangsanga resptor nyeri dan bisa
sistem saraf pusat atau sistem perifer. Ketiga nyeri campuran, jenis ini
2016).
lain ibu profen dan naproxen. Beberapa jenis dari obat NSAID ini
Mekanisme nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur non opiate. Jalur
opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur
spinal desendens dan talamus, yang melalui otak tengah dan medula, ke
2014).
tubuh. Pirogen dapat berasal dari dalam tubuh sebagai respon pertahanan
makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi
(diatas 38,5 °𝐶) pasien di mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat,
jumlah darah unutuk mengalir organ vital (otak, jantung dan paru)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai umur 3
terjadi pada saat mencit terjadi pada saat mencit betina mengalami estus
yaitu 4-5 hari, sesdangkan lama bunting 19-21 hari. Berat badan mencit
jantan dewasa berkisar antara 25-40 gram, sedangkan mencit betina 20-
40 gram.
II.4. Uraian Bahan
RM/BM : C2H2O/46, 07
Rumus struktur : H H
H-C-C-H
H H
an
RM/BM : H2O/18,03
Rumus molekul : H-O-H
mempunyai rasa.
destillata.
higreokopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam cair, membentuk
020).
20)
n dalam eter
METODE KERJA
a. Alat
2. Pletysnometer
3. Spoit injeksi
4. Termometer
b. Bahan
1. Alkohol 96%
2. Air sulung
5. Pegagan
6. Daun pepaya
7. Diklofenat
8. Ibu profen
9. Indometasin
10. Kapas
11. Mencit
12. Na – CMC 1%
13. Paracetamol
14. Pepton
15. Pirazolon
1. Percobaan Analgetik
Mencit diletakkan diatas plat panas suhu 55°C selama (5”,10”,15' dan 20”)
2. Percobaan Antipiretik
3. Percobaan Antiinflamasi
kelompok diukur volume kakinya pada menit 15, 30, 45, dan 60 menit.
BAB IV
IV.1 Hasil
a. Analgetik
Na - CMC 0
b. Antiinflamasi
Ekstrak 2,5 mg/ 200 gram BB 52,73 32.00 24,36 16,45 12,91
Ekstrak 7,5 mg/ 200 gram BB 57,56 38,67 28,00 17,00 10,00
c. Antipiretik
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil tabel pengamatan yaitu pada tabel.I memperlihatkan
yang tidak jauh berbeda dengan (kontrol postif). Dosis yang efektif sebagai
dengan kelompok (kontrol negatif), dan efek yang tidak jauh beda dengan
kelompok (kontrol postif). Pada perhitungan rata-rata persentase volume
sedangkan pada kelompok Natrium diklofenak dan ekstrak 2,5 mg/200g BB,
5 mg/200g BB, dan 7,5 mg/200g BB. Terlihat terjadi penurunan persentase
voluem bengkak kaki tiap jamnya. Pada jam 1 dan jam ke 2 belum terdapat
300mg/kg BB, Ekstrak 600mg/kg BB. Semua hewan uji yang mengalami
peningkatakan suhu sebesar atau lebih dari 0.6℃ dapat dikategorikan telah
mengalami demam. Berdasrkan data pada tabel III semua hewan uji
cukup tinggi.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
atau obat penghilang nyeri adalah obat untuk mengurangi atau melenyapkan rasa
yaitu analgetik non narkotik dan norkotik. Antipiretik adalah obat yang menekan
suhu tubuh pada keadaan dmem, sedangkan antiinflamasi adalah obat yang dapat
V.2 Saran
Saran kami yaitu ketika selesai percobaan atau praktikan kakak asiten
lebih menjelaskan dan memeberikan sedikit materi agar kami lebih paham dalam
menjalankan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Auliah Nielma, dkk. 2019. Uji efek analgetik ekstrak etanol daun nagka (Artocarpus
Heterophlus Lam) yang diinduksi asam asetat. Stikes megarezky : Makassar
Benjamin Sri Gintari, dkk. 2020. Uji efek antipiretik ekstrak etanol daun miana
(coleus seutassiodes L) benih pada tikus putih jantan galur wisata (Rattus
Norvigicus. FMIPS : Unstrat Manado
Dewi Tia Santika, dkk. 2015. Aktivitas antiinflamasi ekstrak etis kulit batang
tunggulun (protium javanioum burim) terhadap edema pada tikus westos yang
diinfuksi dengan keberagaman. FMIPA : Universitas Udayana
Halilintar Muhammad Perwira. 2010. Uji aktivitas antipiretik ekstrak etanol daun
kecombang pada kelinci lokal. Fakultas ilmu kesehatan universitas
Muhammadiyah : Pekalongan
Moot Clementia Luigy, dkk. 2013. Uji efek antipiretik infusa daun sesewanua (
cleorendren savamatum Vahl) terhadap kelinci jantan yang diinduksi. FMIPA :
Mana do
Nugroho Rudy Ageng. 2018. Mengenal mencit sebagai hewan coba laboratorium.
Universitas Mulawarman : Samarinda
Redjeki Purwo Sri, dkk. 2018. Ovasiektomi pada tikus dan mencit. Airlangga
university press : Surabaya
Wardoyo Aryraf Vivaldi, dkk. 2019. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap obat
analgetik pada swameditasi untuk untuk mengatasi nyeri akut. Fakultas
kedokteran : University Lampung
Amir Nurmiati, 2016. Depresi aspek neurologi dragnosis dan tatalakasan. Fakultas
kedokteran university Indonesia : Jakarta
Sarbini Dwi, dkk. 2019. Gizi geriatri. University muhammadiyah press : Surakarta
Hidayat Aziz Alimul. 2008. Keterampilan dasar praktis klinik kebidanan. Salemba
medika : Jakarta
Dokumentasi
LAPORAN
ANTIHIPERTENSI DAN DIURETIK
OLEH
KELOMPOK II (DUA)
EDWIN B1A119153
SITTI AISAH B1A119147
NUR CAHAYA B1A119157
NURUL AZMI B1A119171
NUR AWALIYAH HAMZAH B1A119176
SRI RAMADHANI 173145201135
WAHYU RISMAULINA K. B1A119172
PENDAHULUAN
Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi
dan natrium klorida. Sebagian besar bekerja dengan menurunkan reabsorbsi
elektrolit oleh tubulus. Beberapa diuretic, secara luas digunakan pada hipertensi.
Salah satu, penyebab penyakit hipertensi, yakni diakibatkan oleh asupan natrium
tinggi dan peningkatan sirkulasi hormone natriuetik yang menghinbisi transport
natrium intraseluler menghasilkan peningkatan reaksi vascular dan tekanan
darah.
Pengetahuan tentang antihipertensi dan diuretik, penggunaan klisnis
maupun efek sampingnya melalui percobaan ini diharpkan dapat menjadi dasar
bagi mahasiswa farmasi dalam memberikan terapi farmakologi yang tepat bagi
penderita hipertensi.
TINJUAN PUSTAKA
1. Diuretic memilki efek anti hipertensi dengan menigkatkan pelepasan air dan
garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan
merendahkan tekanan darah (Joyce 1, 1996).
2. Beta adienergic Blockus, golongan obat ini bekerja kinerja beta adrienergic
pada system safar simpatis yaitu menurunkan kerja jantung yang lebih akan
oksigen melalui penurunan frekuensi jantung dan vasodilatasi artin
(Ida,2020).
3. Vasidilator yaitu bekerja dengan menurunkan tanus otot polos sehingga
terjadi dalatasi ateri dan vena. : Angiotensin Converting Enzim (ACE)
inhibitor degradasi bradykinin dan menstimulasi sintetis substansi vasodilatasi
yang lain, termasuk protaglanin E2 prostasiklin, ACE inhibitor meurunkan
tekanan darah (Rita,2016).
4. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB) Angiotensi II dihasilkan melalui dua
jalur enzimatis : RAAS yang melibatkan ACE dan jalur alternatif yang
menggunakan enzim lain seperti aymeses. ARB langsung memblok receptor
angiotensin II tipe I (AT1) dimana receptor ini mempengaruhi vasikontriksi,
pelepasan aldsteron, aktivasi simpatik, pelepasan hormone antidiuretik dan
kontruksi aeferen aferen artericks pada glomelurus (Rita,2016).
Diretik menjadi subkelas yakni: Thiazide loop, mekanisme kerjanya
yaitumenghambat reabsorpsi Nacl dari sesi luminal sel epitel tubulus distal.
Diuretik loop bekerja dengan menghambat aktivitas simportee Na+/K+/2 Kcl-
di thick ascending limb di lengkung henle (loop). Diuretik hemat kalium
bekerja menjegah sekresi K+ dengan melawan aldosteron pada tubulus distal
dan korteks tubulus kolektivus. Diuretik Antagonis aldosterone yaitu bekerja
menghambat aldosterone dan aldosteron berfungsi mereabsorpsi Na dan
menskresi K, maka obat mengahmbat reksistensi dan mengahmbat
vasikonstriksi (Rita, 2016).
Efek samping dari obat anti hipertensi berbeda-beda tergantung jenis
obatnya. Obat hipertensi jenis diuretic akan meningkatkan jumlah air seni
sehingga sering buang air kecil. Ini biasa menyebabkan kekurangan kalium
bahkan sampai dehidrasi. Efek samping dari obat antihipertensi golongan
penghambat kalsium antara lain sakit kepala, denyut jantung yang cepat,
kemerahan pada kulit, kaki bengkak, pembengkakan pada gusi dan sembelit
(Lili,2016).
Anatomi dan Fisiologi system kardiovaskuler, secara fisiologi jantung
adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan
dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung
mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubh
lainnya terutama ginjal dan otak(Nurhidayat, 2015).
Secara anatomi ukuran jantung sangtlah variatif. Dari beberapa refernsi,
ukuran jantung mausia mendekati ukuran kepalan tanganya atau dengan
ukuran panjang kira-kira 50 (12cm) dan lebar sekitar 3,50 (9cm). jantung
terletak dibelakang tulang sternum, tepatnya diruang mediastinum diantara
kedua paru-paru dan bersentuhan dengan difragma. Bagian atas jantung
terletak di bagian atas bawah esternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah
kanan dari midline sternum, 2/3 nya di seblah midline sternum. Sedangkan
bagian apeks jantung di intercostal ke-5 atau tepatnya di bagian bawah putting
susu sebelah kiri. Janting dibungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
pericardium, dimana lapisan pericardium ini dibagi menjadi 3 lapisan, yaitu
lapisan fibrosa,lapisan panetal, dan lapisan visceral. Lapisan otot jantung
terbagi menjadi 3 yaitu Epikardium adalah bagian luar otot jantung atau
Pericardium Visceral, Miokardium adalah, jaringan utama oto jantung yang
bertanggungjawab atas kemampuan kontraksi jantung. Endokardium adalah
lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel sel yang
berhubungan langsung dengan darah (Nurhidayat,2015).
Katup jantung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang
menguhubungkan atrium kanan dengan ventrikel kanan, dinamakan
atrioventrikuler. Sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sitematik
dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup seminular. Jantung dibagi menjadi 2
bagian ruang, yaitu Atrium (serambi) dan Ventrikel (bilik). Ruang atrium
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Demikian halnya
dengan ventrikel, dibagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri.
Jadi, kita boleh mengatakan jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian
kanan (atrium kanan dan ventrikel kanan) dan jantung bagian kiri (atrium kiri
dan ventrikel kiri). Arteri koroner kiri dan arteri koroner kanan. Secara umum
siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu systole atau kontraksi
jantung dan disastole atau relaksasi atau ekspansi jantung. Secara spesifik
siklus jantung dibagi menjadi 5 fase, yaitu fase ventrikel filling, fase atrial
contraction, fase Isovolumetric Ccontraction, fase Ejection, fase
Isovolumetric Relaxation.
Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII yaitu normal, sistolik
<120 dan diastolik <80, pra-hipertensi sistolik 120-139 mmHG dan diastolic
80-89 mmHG, hipertensi st 1 sistolik 140-159 mmHG dan diastolic 90-99
mmHG, hipertensi st 2 sistolik =160 dan diastolic = 100 mmHG (Sylvestris,
2014).
Hipertensi ada dua macam yaitu hipertensi akibat api hati berlebihan.
Jenis ini disebut juga hipertensi akibat yang hati berlebihan (liver-yang
dominan hypertension) atau organ hatinya panas. Gejalanya berupa sakit
kepala, pusing, wajah merah dan panas, mata merah, lidah merah berselaput
kuning mengkilap, nadi teganga atau kuat dan licin, mudah marah, tidak
nyenyak, telinga berdenging, kaki lemas dan sembelit. Hipertensi akibat
kekurangan air ginjal. Jenis ini disebut juga hipertensi akibat kekurangan Yin
Ginjal (kidney-yin deficient hypertension) atau organ ginjalnya kuning.
Gejalanya berupa sakit kepala, pening, telinga berbunyi, berdebar, susah tidur,
lidah merah atau merah terang dan licin, nadi cepat dan kuat, pinggang
pegal/ngilu, banyak mimpi dan lemah syahwat (impoven) (Dalimartha,2008).
Etiologi penyakit hipertensi, berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu hipertensi essensial (hipertensi
primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain
(Nurhidayat,2015).
Penyebab hipertensi eksternal dan internal yaitu faktor internal seperti
jenis kelamin, umur genetic dan faktor eksternal seperti pola makan,
kebiasaan olahraga dan lain-lain (Sartik, 2017).
Patofesologi hipertensi, tekanan darah dipengaruhi volume sekunsup
dan total pesipheral resistense. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari
variable tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan
timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki system yang berfungsi menangani
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi
dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang (Nuraini,
2015).
Mekanisme kerja diuretik, kebanyakan diuretik bekerja dengan
mengurangi reabsorpsi ion-ion Na+, sehingga pengeluarannya bersama air
diperbanyak. Obat ini bekerja khusus terhadap tabuli ginjal pada tempat yang
berlainan (Tim MGMP Pati, 2019).
Terapi non farmokologis terdiri dari menghentikan kebiasaan
merokok, menurunkan berat bada berlebih, konsumsi alcohol berlebih, asupan
garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan
sayur. Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldisteron antagonis,
beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin
converting enzyme Inhibitor (ACEI) Angiotensin II Receptor Blocker atau
AT1 receptor antagonist/blocker (ARB) diuretic trazid (misalnya
bendroflumetiazid). Adapun contoh-contoh obat antihipertensi antara lain
yaitu beta-bloker, (misalnya propranolol, atenol), penghambat angiotensin
converting enzymes (misalnya captopril, enalapril), antagonis angiotensin II
(misalnya candesartan, losartan) calcium channel blocker (misalnya
amlodipine, nifedipin), dan alpha-blocker misalnya doxasozin (Nuraini,
2015).
Faktor yang mempengaruhi dalam pemberian obat antihipertensi dan
diuretic yaitu tepat dosis dimana tepat dosis adaah kesesuaian pemberian obat
antihipertensi dengan aturan dosis terapi, ditinjau dari dosis penggunaan
pasien dengan didasari pada kondisi pasien. Bila peresepan obat antihipertensi
berada pada rentan dosis minimal dan dosis perhari yang dianjurkan maka
peresepan dikatakan tepat dosis. Dikatakan dosis kurang atau dosis terlalu
rendah apabila dosis yang diterima pasien berada di bawah rentan dosis terapi
yang seharusnya diterima pasien, dosis yang terlau rendah dapat
menyebabkan kadar obat di dalam darah berada di bawah kisaran terapi
sehingga tidak dapat memberikan respon yaitu luaran terapi berupa penurunan
tekanan tidak tercapai. Sebaliknya dosis obat terlalu tinggi dapat
menyebabkan kadar obat dalam darah melebihi kisaran terapi menyebabkan
keadaan munculnya efek samping utama antihipertensi yaitu hipotensi dan
kemungkinan toksisitas lainnya (Eka,2018).
I I
H - C - C - OH
I I
H H
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
etis P
METODE KERJA
III. 1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Kapas
2. Spoit injeksi
3. Spoit oral (kanula)
III. 2 Bahan
1. Air suling
2. Alkohol 96%
3. Aqua pro injection (API)
4. Furasemid
5. Hidroklorotiazid
6. Klonidin
7. Kumis kucing
8. Mencit
9. Na- CMC 1%
10. Sperenolakton
11. Proprandol HCl
a. Percobaan antihipertensi
1. Mencit dibagi menjadi 8 kelompok
2. Tiap mencit diinduksi dengan adrenalin secara per oral
3. Setelah 30 menit, mencit diberikan Ha-CMC 1% SECARA PER ORAL.
Mencit 2 diberikan propranolol, mencit diberi klonidru, secara per oral
dan mencit 4 diberi infusa kumis kucing secara per oral
4. Amati telinga mencit pada menit ke-15, 30, 45 dan 60
b. Percobaan Diuretik
1. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok
2. Mnecit diberi HCT secara per oral, mencit 2 diberi Furosemid secara per
oral dan mencit 3 diberi spironolakton
3. Hitung volume urin mencit pada menit ke 15, 20, 45 dan 60
IV. I Hasil
I. Rerata penurunan tekanan darah awal setlah induksi kemudian diberi
perlakuan dan penurunan tekanan darah total mencit.
Tekanan darah
setlah
Tekanan darah Penurunan
Tekanan daral perlakuan
Perlakuan setelah induksi tekanan darah
awal (mmHg) selama 2
(mmHg) total (mmHg)
minggu
(mmHg)
P1 (-) 120 163 166 -2
P2 120 174 152 22
P3 118 166 140 26
P4 117 170 121 48
P5 (+) 118 172 121 51
PENUTUP
V. 1 Kesimpulan
1. Saran
2. Kritik
Baradero Mary, dkk. 2005. Klien Gangguan Ginjal : Seri Asuhan Keperawatan. EGC :
Jakarta.
Dalimartha Setiawan, dkk. 2008. Care Yourself, Hipertensi. Penebar Plus+ : Depok.
Ida Ayu Laksi dan Putra Putu Kusuma. 2020. Program Stiportif Edukatif. Bintang Pustaka
Madani : Yogyakarta.
Kee Joyce dan Hayes Evelyn. 1994. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. EGC :
Jakarta.
Marliani Lili Tanran. 2007. 100 Questions and Answers Hipertensi. Media Komputindo :
Jakarta.
Pemadi Adi. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Swadaya : Jakarta.
Rehatta Margarita. 2019. Anestesiologi dan Terapi Intensif. PT Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
Saritik, dkk. 2017. Faktor-Faktor Resiko dan Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk
Palembang. Fakultas Kedokteran : Universitas Sriwijaya.
Sofia Evi dan Evis Yulianti. 2019. Farmakologi Kedokteran. Deepublish : Yogyakarta.
Sylvestris Alfa. 2014. Hypertension and Renopathy Hypertension. Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran : Universitas Muhammadiyah Malang.
Suhadi Rita. 2016. Seluk-Beluk Hipertensi Peningkatan Kompetensi Kelinci Untuk Peralatan
Kefarmasian. Sanda Dharma University Press : Jakarta.
Tianti Ellies, dkk. 2005. Ketersediaan Hayati Dispersi Pada Furosemid Dengan
Polietilenglikol 400 (PEG 4000) Pada Kelinci Jantan. Fakultas Farmasi : Universitas
Gadjah Mada.
Tjay Hoan dan Kirana Raharja. 2015. Obat-Obat Penting Khasiat : Penggunaan Obat Dan
Efek-Efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.
Utari Eka Kartika, dkk. 2018. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi di
Puskesmas Siantan Hilir Kota Pontianak Tahun 2015. Pharmaceutical Science and
Research Volume 5, No 1, 32 – 39.
Wahab Samik. 2002. Pembahasan Masalah Penyakit Jantung Anak E/2. EGC :Jakarta.
Zilmy Rindi Primananda. 2011. Perbandingan Efek Diuresis Ekstrak Etanol Daun Pepaya
(Carica papaya L) Dengan Hidroklorotiazid Pada Tikus Putih Jantan (Rattus
norvegicus). Fakultas Kedokteran : Universitas Sebelas Maret.
LAMPIRAN
Gambar dokumentasi
1. Antihipertensi
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
TOKSIKOLOGI 1
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
TOKSIKOLOGI 1
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR