Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

Teknik hidroponik yang dikenal sebagai salah satu teknik budidaya tanaman non tanah saat ini
sudah mulai dikenal dan member daya tarik tersendiri, baik dalam segi bisnis maupun hobi. Teknik
ini memiliki berbagai keunggulan dan manfaat untuk menjawab tantangan pertanian masa depan.
Sifatnya yang menghemat lahan, bersifat bersih, tidak rumit, dan tidak mudah terserang gulma dan
hama, menjadikan teknik ini semakin dikembangkan.
Pengaplikasian teknik hidroponik tidak begitu sulit. Ada dua teknik utama dalam mengembangkan
thidroponik, yaitu dikenal dengan hidroponik substrat dan non substrat. Hidroponik substrat
menggunakan media buatan, umumnya pasir dan arang sekam, yang cara penanamannya hamper
sama dengan bertanam biasa menggunakan tanah dalam pot. Sedangkan hidroponiik non substrat
lengsung menggunakan media air, pengaplikasiannya melalui saluran air dari susunan pipa dengan
mengaliri nutrisi untuk tanaman, teknik yang paling banyak digunakan adalah teknik NFT (Nutrien
Food Technique). Teknologi ini membuat hidroponik menjadi semakin mudah dan eifisien dalam
membudidayakan tanaman, utamanya tanaman sayuran dan buah-buahan.
Nammun untuk mengubah budidaya tanaman dari konvensional menjadi budidaya tanaman dengan
teknik hidroponik membutuhkan modal awal yang cukup besar, terlebih lagi dalam aplikasinya
dibutuhkan teknologi tertentu. Oleh karena itu untuk membuat suatu bentuk budidaya tanaman
secara hidroponik, harus benar-benar dipersiapkan, jika ditujukan untuk kebutuhan bisnis, jika untuk
hobi, bisa dilakukan dengan menggunakan teknik yang sederhana dengan menggunakan peralatan
dan bahan yang ada, pada intinya nutrisi tanaman tercukupi dan pertumbuhannya sesuai.
Mengingat hidroponik perlu menggunakan teknik khusus, maka, dibutuhkan suatu keterampilan
lebih bagi teknisinya untuk membudidayakan tanaman secara hidroponik, agar produk yang
dihasilkannya benar-benar sesuai dan baik sebagaimana mestinya produk hasil hidroponik. Selain
untuk mendapatkan mutu yang tinggi, keterampilan dalam melaksanakan teknik hidroponik juga
diperlukan unttuk menambah estetika dari tanaman tersebut. Hal ini akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat yang melihatnya dan menjadi suatu kelebihan juga bertanam
menggunakan hidroponik. Perlu diketahui bahwa budidaya tanaman secara hidroponik bisa
dilakukan di dalam ruangan, asalkan pemeliharaannya baik dan benar, terutama dalam pemenuhan
kebutuhan tanaman akan pencahayaannya tercukupi.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan produk hidroponik yang memuaskan, pengenalan teknik dalam
mengaplikasikan budidaya tanaman secara hidroponik, sangat diperlukan. Agar modal yang cukup
besar tidak terbuang sia-sia dan berbagai kelebihan menggunakan teknik ini benar-benar dapat
dirasakan, sehingga masyarakat lain yang mengetahuinya akan mulai mengembangkan teknik ini,
dan persoalan pertanian, terutama dalam hal penggunaan lahan yang semakin sempit serta kualitas
produk pertanian, utamanya sayuran dan buah-buahan, selain itu tingginya minat masyarakat
terhadap produk tersebut bisa diatasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai
media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat
menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat,
pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa. hidroponik dijadikan sebagai bisnis
besar dan diselenggarakan projek riset terhadapnya, juga banyak berdiri perusahaan-perusahaan
yang menaruh perhatian pada bidang bercocok tanam paling logis di bumi dengan penduduk yang
terus bertambah. Keuntungan yang diperoleh pun cukup berlimpah. Pada bidang tanah yang sempit
dapat ditumbuhi lebih banyak tanaman dari yang seharusnya. Hasil tanaman buah dapat menjadi
lebih masak dengan cepat dan lebih besar. Air dan pupuk dapat lebih awet karena dapat dipakai
ulang. Hidroponik memungkinkan, untuk mengatur tanaman lebih teliti dan menjamin hasil yang baik
dan seragam (Fazari, 2007)
Dalam hidroponik tidak menggunakan media tanah, melainkan media yang porus, ringan, dan steril
sehingga tidak mempengaruhi uunsur hara yang diberikan. Cara menanamnya hampir sama dengan
cara menanam di tanah,antara lain persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
panen, dan pasca panen. Proses persiapan melalui media, wadah, nutrient, greenhouse, dan irigasi.
Aspek yang paling penting dalam hidroponik adalah penyiraman dan pemupukan . Hal ini
disebabkan tidak ada penunjang air dan makanan lainnya dalam media yang digunakan. Pupuk dan
air ddiberikan secara bersamaan dalam bentuk larutan. Dalam segi kemanfaatan, bagi yang
mempunyai modal banyak akan lebih menguntungkan menanam secara hidroponik karena jumlah
tanaman untuk luasan yang sama lebih banyak, jumlah produksi lebih tinggi, harga jual lebih tinggi,
dan produknya lebih berkualitas sehingga lebih menguntungkan (Prihmantoro, 1995).
Bercocok tanam secara hidroponik dikenal sebagai cara bercocok tanam dengan menggunakan
nutrisi berupa larutan kimia. Pemberian nutrisi dilakukan dengan cara perendaman dan penyiraman.
Beberapa kelebihan teknologi hidroponik yang menggunakan larutan kimia dibandingkan dengan
penanaman di tanah antara lain dapat dilakukan pada lahan semoit atau di dalam ruangan yang
terbatas, kesuburan, dan pertumbuhan tanaman dapat dikontrol, produksi berkualitas tinggi, bebas
gulma dan jarang penyakit,serta pengunaan nutrisi eifisien. Kekurangannnya bahan yang digunakan
relatif mahal dan butuh ketelitian dalam pengerjaannya (Surachman, 1996).
Budidaya tanaman secara hidroponik pada prinsipnya adalah menggantikan peran dan fungsi tanah
serta mensuplai kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan optimalnya. Pada hidroponik agregat,
media tanam harus mampu menunjang tubuh tanaman, bersifat inert, memiliki aerasi yang baik dan
tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman. Keunggulan budidaya dengan sistem hidroponik
dibandingkan dengan budidaya di lapang antara lain adalah lebih terkontrolnya pemberian nutrisi
sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga tanaman mampu tumbuh dan berpoduksi maksimal
(Susanto, 2005).
Dalam penerapannya tidak hanya menggunakan air tapi didukung media lain yang bukan tanah
sebagai penopang tanaman. enis hidroponik juga tidak terbatas dalam skala laboratorium, tetapi
juga untuk skala komersial. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari hidroponik ialah sebagai
berikut: Sesuai untuk penanaman di tempat yang terbatas, lebih bersih (bila menyiram tidak ada
media yang terpercik keluar), pemakain pupuk atau nutrient lebih eifisien, awet dan terkontrol, gulma
tidak ada hama dan penyakit lebih sedikit, kegiatan pemeliharaan lebih sedikit, dan hasil
produksinya lebih seragam (Prihmantoro, 2000).

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
1. Pot plastik
2. Pipa paralon
3. Gelas ukur
4. Cetok atau alat pengaduk
5. Sprayer
6. Spidol

Bahan
1. Larutan nutrisi A,B Mix
2. Pupuk gandasil B
3. Pupuk NPK, Urea, KCl, dan SP-36
4. Fungisida dan insektisida
5. Ajir atau penyangga tanaman

Cara Kerja
1. Menanam bibit kangkung ke dalam media substrat.
2. Memadatkan media di sekitar pangkal bibit.
3. Menyiram media dengan air bersih.
4. Menyiramkan larutan nutrisi A,B Mix.
5. Melakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK, Urea, KCl, dan SP-36.
6. Melakukan perawatan yaitu dengan membuang tunas-tunas air, mengikat batang pada ajir, dan
melakukan pengendalian OPT.
7. Melakukan pengamatan setiap minggu dengan parameter tinggi tanaman, jumlah ruas, and
jumlah daun.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengamatan Tomat
Media Tanam Pertumbuhan Tomat
Arang Sekam : Pasir : Bokashi Hari ke – 7 Hari ke – 14 Hari ke – 21
Tabel Pengamatan Pertumbuhan Kangkung
Grafik Pertumbuhan Tomat


2. Pengamatan Kangkung
Tabel Pengamatan Pertumbuhan Kangkung

Grafik Pertumbuhan Kangkung

Pembahasan
Budidaya hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan media substrat mauupun non substrat,
Hidroponik dikatakan menggunakan media substrat, jika menggunakan media tanam untuk
budidaya tanaman, nedia tersebut tidak termasuk tanah, misalnya pasir, arang sekam, dan bokashi
(campuran media yang digunakan dalam praktikum ini). Sedangkan untuk yang media non substrat,
budidaya tanaman tidak menggunakan media tanam, tetapi langsung menggunakan air sebagai
media tanam dengan menggunakan berbagai metode, salah satu yang umum digunakan adalah
metode NFT (Nutrien Film Technique). Prinsip kerja dari metode NFT adalah mengalirkan air yang
mengandung nutrisi secara terus menerus dan tetap menggenang dalam suatu lapisan yang tipis.
Nantinya tanaman akan menggantung pada styrofoam atau gabus dan akarnya akan menyentuh
aliran air nutrisi. Ada beberapa hal yang berpengaruh dan perlu mendapat perhatuan dalam
berbudidaya secara NFT, antara lain sistem sirkulasi air yang mengandung nutrisi, pemberian nutrisi
pada media air, pencegahan terhadap hama dan penyakit, peletakan perakaran, dan kerapatan
jarak tanam. Sirkulasi air yang mengandung nutrisi sangat penting untuk diperhatikan, karena jika air
yang menggenang tidak terus dialirkan dalam suatu sirkulasi, akan menyebabkan pengendapan
nutrisi, jika hal ini terjadi maka akar tanaman yang hanya menyentuh permukaan air (tidak sampai
mendalam) akan hanya menyerap air saja, mungkin juga dengan oksigen, tanpa menyerap nutrisi
yang mengendap dan berada di dasar bak penanaman sama sekali, karena akar kurang dapat
menjangkau nutrisi yang berada di dasar. Sehingga hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, tanaman akan lambat dalam pertumbuhannya dan tidak mampu berproduksi dengan baik.
Pemberian nutrisi, sangat berpengaruh terutama untuk tumbuh dan kembangbya tanaman yang
dibudidaya, komposisi nutrisi yang masih terkandung di dalam air dapat diketahui dengan melihat
warna media air, jika media air menggenang masih terkihat keruh berarti air masih mengandng
nutrisi yang cukup, sedangkan jika warnanya jernih maka menandakan nutrisinya sudah mulai habis
dan memerlukan asupan nutrisi lagi. Pencegahan hama dan penyakit, walaupun budidaya dilakukan
di dalam green house namun keterbatasan dan beberapa kekurangan seperti ketidak optimalan
fungsi, memungkinkan munculnya serangan hama dan penyakit yang bisa mengganggu
pertumbuhan tanaman, sehingga perlu adanya suatu tindakan pencegahan agar serangan tidak
terhadi atau bahkan meluas. Yang terakhir mengenai jarak tanam, jarak tanam bisa mempengaruhi
kelembaban di sekitar tanaman melalui budidaya NFT, jika tanaman terlalu lembab bisa
menyebabkan kebusukan pada tanaman dan ketidak optimalan pertumbuhan, serta lebih mudah
terjangkit hama penyakit dan lebih mudah memperluas jangkauan serangan sehingga memperluas
tingkat kegagalan produksi yang diakibat oleh serangan hama dan penyakit.
Tanaman mendapatkan nutrisi dalam metode NFT melalui mekanisme aliran massa, hara dialirkan
bersamaan dengan sirkulasi air. Proses transport nutrisi nya juga sama dengan tanaman lain yang
ditumbuhkan dalam media substrat. Hanya saja dalam metode NFT ini akar tanaman akan langsung
menyentuh genangan aliran air yang berisi nutrisi, sehingga nutrisi yang ada di dalam air akan
diserap oleh ujung-ujung akar yang menyentuh genangan air bersama dengan air dan oksigen. Sifat
batang kangkung yang sukulen, membuat air, oksigen, dan nutrisi mudah diserap dan diedarkan ke
seluruh bagian tanaman untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembang kangkung. Untuk
kelancaean penyerapan nutrisi oleh akar kangkung pada system NFT ini. Secara umum transport
nutrisi di sekitar akar melalui dua proses utama, yaitu proses aktif dan proses selektif. Proses aktif
merupakan suatu proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif atau proses penyerapan hara
yang memerlukan adanya energi metabolik, yang dihasilkan dari proses pernapasan akar tanaman,
energi metabolik ini mendorong berlangsungnya penyerapan unsur hara secara proses aktif. Apabila
proses pernapasan akar tanaman berkurang akan menurunkan pula proses penyerapan unsur hara
melalui proses aktif. Sedangkan proses selektif merupakan proses penyerapan unsur hara yang
terjadi secara selektif yang terdiri dari sel akar tanaman berupa dinding sel, membran sel,
protoplasma. Dinding sel merupakan bersinggungan langsung dengan media, dalam hal ini media
air. Sedangkan protoplasma dikelilingi oleh membranuang mampuan untuk melakukan seleksi unsur
hara yang akan melaluinya. Proses penyerapan unsur hara yang melalui mekanisme seleksi yang
terjadi pada membran disebut sebagai proses selektif. Unsur yang terserap akan dibawa masuk ke
dalam protoplasma dengan menembus membran sel.
Dalam berbudidaya tanaman akan mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan, hal ini
bisa terjadi karena factor internal tanaman juga faktor lingkungan (missal iklim mikro, serangan
hama dan penyakit, suplai nutrisi, dan sebgainya). Selama pengamatan dalam praktikum budidaya
kangkung secara hidroponik dengan system NFT ini, kangkung mengalami perubahan pertumbuhan
dan perkembangan, perubahan yang terjadi tidak selalu setiap hari, biasanya pengamatan pasti
dilaksanakan setiap minggu. Setiap minggunya rata-rata kangkung mengalami penambahan tinggi,
pembesaran btang, dan perpanjangan akar. Namun ada juga beberapa tanaman yang tidak
bertambah tinggi dan besar, hal ini bisa terjadi karena kemampuan menyerap nutrisi, serangan
hama dan penyakit, atau kondisi di sekitar penanaman. Rata-rata tanaman kangkung yang diamati
memiliki batang yang tegak dan gemuk, tanaman tersebut mampu menyeimbangkan diri untuk tetap
tegak, namun tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan tanaman kangkung dari kelompok lain. Selain
itu dalam jangka waktu minggu pertama didapati ujung daun sedikit berwara kuning dan mendekati
busuk. Semakin lama, kodisi tersebut meluas, dari satu daun ke daun yang lain dan dari satu
tananaman ke tanaman lain. Sehingga ada beberapa tanaman yang perlu disulam. Gejala tersebut
mengindikasikan bahwa tanaman mengalami klorosis pada daun. Penyebab utama terjadinya
klorosis adalah kekurangan beberapa unsure yang dibutuhkan tanaman kangkung dalam suplai
nturisinya. Unsur utama yang menyebabkan klorosis adalah nitrogen, kekurangan unsur N
merupakan penyebab utama timbulnya klorosis. Nitrogen penting untuk tanaman karena fungsinya
yang dapat membantu pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun,
batang dan akar. pembentukan zat hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis,
membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik, dan dapat meningkatkan mutu
tanaman penghasil daun-daunan (misalnya kangkung). Selain unsur N, klorosis juga bisa terjadi
karena kekurangan unsur magnesium (Mg) dan sulphur atau belerang (S). Mg dibutuhkan tanaman
kangkung untuk membantu mencukupi kadar magnesium dalam klorofil dan mengaktifkan kerja
enzim, sedankan unsure S merupakan unsure yang mampu menyusun cystine dan asam amino
yang lain, biotin, thiamin dan koenzim A yang mampu membantu kegiatan metabolic tanaman.
Klorosis dapat ditangani, salah satunya dengan cara penambahan pupuk yang mengandung unsure
yang kurang dimiliki tanaman yang menyebabkan terjadinya klorosis.
Media sustrat yang paling baik pertumbuhannya dalam budidaya tomat adalah media substra
dengan komposisi arang sekam : pasir: bokasi adalah 2:0:1. Komposisi campuran media yang
paling banyak adalah arang sekam, kemudian bokashi dan tidak mengandung pasir. Media substrat
ini memiliki aerasi yang baik atau optimal untuk pertumbuhan tomat yang dibudidayakan.
Mempunyai daya ikat hara dan air yang cukup besar dengan adanya peran arang sekam dalam
media ini. Dan hara yang tercukupi dengan adanya peran bokashi sebagai media, yang juga
merupakan pupuk untuk tanaman tomat yang dibudidayakan. Sedangkan pasir jika digunakan akan
membuat media mudah meloloskan air dan hara yang ada sehingga terjadi pemborosan hara dan
air yang sangat membantu untuk pertumbuhan tomat.
Dalam praktikum pembuatan media dan budidaya tanaman dengan media non tanah secara
hidroponik, ada beberapa hal yang menjadi kendala. Salah satunya dalam melaakukan perawatan
tanaman yang dibudidayakan (perawatan kangkung yang dibudidaya dan tomat yang dibudidayakan
menggunakan media substrat), berkaitan dengan waktu perawatan yang hampir selalu berbenturan
dengan kegiatan lain, seperti praktikum dan pengamatan-pengamatan hasil praktikum yang lain.
Selain itu juga keterbatasan peralatan dan bahan dalam melakukan praktikum, sehingga
menggunakan peralatan yang sederhana namun mewakili untuk praktikum ini. Green house yang
tata letaknya berantakan dapat membingungkan praktikan saat melaksanakan praktikum dan
pengamatan sehingga terlalu sering bertanya pada asisten dan menyebabkan kekurangefisienan
dalam melaksanakan praktikum dan pengamatan selama budidaya tanaman. Serta tempat yang
kumuh dan kurang rapi bisa menyebabkan praktikan melas dan kurang nyaman melakukan
praktikum.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Budidaya tanaman tidak harus menggunakan media tanah (lahan).
2. Hidroponik dapa dilakukan dengan menggunakan dua jenis media, yaitu substrat dan non
substrat.
3. Budidaya hidroponik secara NFT cukup member keuntungan dalam produksi tanaman kangkung.
4. Dalam sistem NFT, sirkulasi air dan pasokan nutrisi, menjadi pokok dalam sistem ini.
5. Setiap saat, tanaman bisa mengalami perubahan tumbuh dan berkembang.
6. Klorosis utamanya disebabkan oleh kekurangan nutrisi yang mengandung unsur nitrogen.
7. Media substrat yang paling digunakan sebagai media tanam adalah dengan komposisi arang
sekam, pasir, dan bokashi adalah 2:0:1.

5.2 Saran
Untuk mendapatkan produksi yang baik, sebaiknya tanaman kangkung diperlakukan dengan
perawatan yang tepat dan rutin, terutama dalam pemenuhan nutrisi dan pencegahan terhadap
serangan hama dan penyakit yang bisa menurunkan produktivitas tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Fazari, S.N. 2007. Hidroponik. http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/hidroponik, diakses


pada
Prihmantoro dan Indriani, Y.H. 1995. Paprika Hidroponik dan Nonhidroponik. Penevar Swadaya.
Jakarta.

Prihmantoro dan Indriani, Y.H. 2000. Hidroponik Tanaman Buah Untuk Hobi dan Bisnis. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Surachman dan Suyitno. 1996. Menyiasati Hidroponik dengan Teknologi Sederhana. Cakrawala
Pendidikan Edisi Khusus Dies, Mei 1996.

Susanto, Slamet., Suwardi., dan Nani Muniarti. 2005. Pemanfaatan Serasah Daun Bambu sebagai
Media Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) dengan Sistem Hidroponik. Bul. Agron. Vol.
3 no.1: 33 – 37 (2005).

Anda mungkin juga menyukai