Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : PUTUAGUSGANGGASAPUTRAJAYA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042294183

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4224/Pendidikan Agama Hindu

Kode/Nama UPBJJ :77/DENPASAR

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
.

1. Pandangan saya terkait isi Mānavadharmaśāstra II.6 Dari sloka di atas, kita mengenal sumber-
sumber buku sesuai urut-urutannya adalah seperti istilah berikut: 1.Veda, 2.Smrti, 3.Sila, 4.Acara
(Sãdãcãra) dan, 5.Atmanastusti. Untuk lebih menegaskan tentang kedudukannya sumber-sumber
hukum itu lebih Ianjut dinyatakan bahwa manfaat/fungsi kitab suci yaitu untuk mengatur dan
menuntun umat agar terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan. Kolerasi terhadap keseharian umat
hindu adalah dengan tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Veda dan dharma niscaya
kehidupan ini akan menjadi aman dan damai.
2. Catur Asrama terdiri atas dua kata yakni “ Catur”, yang berarti empat dan “Asrama”,
berarti tahapan atau jenjang. Catur Asrama merupakan empat jenjang kehidupan yang harus dijalani
untuk mencapai moksa.

Ada 4 pembagian dalam catur Asrama. Di antaranya adalah:

- Brahmacari Asrama

- Grhasta Asram

- Wanaprasta Asrama

- Saniasa/ Bhisuka

A. Brahmacari Asrama

Brahmacari terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang berarti ilmu pengetahuan dan cari yang
berarti tingkah laku dalam mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Brahmacari merupakan tingkatan
hidup bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Menurut ajaran agama hindu, dalam
brahmacari asrama, para siswa dilarang mengumbar hawa nafsu. Adapun hubungan antara perilaku
seksual dan brahmacari dapat di ketahui melalui istilah berikut :

- Sukla brahmacari

Orang yang tidak kawin semasa hidupnya, bukan karena tidak mampu, melainkan karena mereka sudah
berkeinginan untuk nyukla brahmacari sampai akhir hayatnya.

-Sewala brahmacari

Orang yang menikah sekali dalam masa hidupnya.


- Kresna brahmacari

Adalah pemberian izin untuk menikah maksimal 4 kali karena suatu alasan yang tidak memungkinkan
diberikan oleh sang istri, seperti isang istri tidak dapat menghasilkan keturunan, istri sakit-sakitan, dan
lain sebagainya.

B. Grhasta Asrama

Tahapan ini adalah yang kedua tentang grhasta, yakni berumah tangga .tahapan ini dimasuki
pada saat perkawinan. Pada tahapan ini merupakan hal yang sangat penting, karena menunjang yang
lainnya. Perkawinan merupakan salah satu acara suci bagi seorang Hindu. Istri merupakan rekan dalam
kehidupan ( Ardhangini ), ia tidak dapat melakukan ritual agama tanpa istrinya. Sebuah rumah tangga
harus mendapatkan artha yang berlandaskan dhrma dan dipergunakan dengan cara yag pantas. Ia harus
memberikan 1/10 bagian dari penghasilannya untuk amal.

Beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam berumah tangga :

- Melanjutkan keturunan

- Membina rumah tangga

- Bermasyarakat

- Melaksanakan panca yajnya

C. Wanaprasta Asrama

Tahapan yang ketiga wanaprstha. Tahapan ini merupakan suatu persiapan bagi tahap akhir
yaitu sannyasa. Setelah melepaskan segala kewajiban seorang kepala rumah tangga, ia harus
meninggalkanya menuju hutan atau sebuah tempat terpencil di luar kota untuk memulai meditasi dalam
kesunyian pada masalah spiritual yang lebih tinggi. Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah
berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk memperoleh
kelepasan/ moksa dipraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Adapun ciri-ciri orang yang telah dapat masuki tahap wanapratha ini adalah:

- Usia yang sudah lanjut,

- Mempunyai banyak pengalaman hidup,

- Mampu mengatasi gelombang pahit getirnya kehidupan,


- Mempunyai kebijaksanan yang dilandasi oleh ajaran agama dan ilmu pengetahuan.

- Telah memiliki keturunan atau generasi lanjutan yang sudah mapan dan mampu hidup mandiri.serta
tidak bergantung lagi pada orang tua baik dibidang ekonomi maupun yang lainnya.

D. Saniasa/ Bhisuka

Tahap yang terkhir adalah saniasa. Bila seseorang laki- laki dalam tahap ini, ia meninggalkan
semua miliknya, segala perbedaan golongan, segala upacara ritual dan segala keterikatan pada suatu
negara, bangsa atau agama tertentu. Ia yang berada dalam tahap hidup sendiri dan menghabiskan
waktunya dalam meditasi. Bila ia mencapai keadaan yang indah dari meditasinya yang mendalam, ia
mengembirakan dalam dirinya sendiri. Ia sepenuhnya tak tertarik pada kenikmatan duniawi. Kedua
adalah Ia bebas dari rasa suka dan tidak suka, keinginan, keakuan, nafsu ,kemarahan, kesombongan dan
ketamakan. Ia memiliki visi yang sama dan pikiran yang seimbang dan ia mencintai
semuanya. Ia dalam tahap ini mengembara dengan bahagia dan menyebarkan brahma jnana atau
pengetahuan sang diri. Ia sama ketika dihormati maupun dicaci, dipuja dan dikecam, berhasil maupun
gagal.

Diantara tahapan tersebut yang menentukan sukses dan tidaknya kehidupan menurut saya adalah di
masa Brahmacari Asrama karena dalam masa tersebut kita menuntun ilmu setinggi langit jika dari awal
kita sudah fokus terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru kita di sekolah sebagai bekal dimasa
depan maka dikemudian hari kita akan menikmati hasil tersebut.

3. Pemimpin adalah orang yang mengemban tugas dan tanggungjawab untuk memimpin dan bisa
mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Dengan menjadi seorang pemimpin berarti harus siap untuk
pengayom rakyat. Artinya bukan hanya memimpin tetapi juga ikut ambil bagian dalam menyejahterakan
rakyat. Dalam Niti Sastra diajarkan bagimana bersikap menjadi seorang pemimpin dan bagaimana
bertindak sebagai seorang pemimpin. Pemimpin memiliki wewenang untuk mensejahterakan orang yang
dipimpinnya. Pemimpin yang baik tidak pernah memikirkan drinya sendiri, akan tetapi lebih
mementingkan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi. Dalam memimpin hendaknya
dilakukan dengan sepenuh hati, dan jangan memimpin hanya untuk mencari keuntungan saja. Menjadi
pemimpin harus siap menanggung resiko apapun demi menjalankan tugas negaranya.

Syarat-syarat Pemimpin

Setiap orang bisa untuk menjadi seorang pemimpin, akan tetapi tidak semua orang bisa memimpin
dengan baik. Dalam kitab Arthasastra dikatakan bahwa seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat
Uthana (giat) dan jangan memiliki sifat Pramada (lengah). Dalam sastra Hindu dikatakan seorang
Pemimpin harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Catur Pariksa, Panca Stiti Dharmaning Prabhu, Sad
Warnaning Rajaniti, Catur Kotamaning Nrpati, Tri Upaya Sandhi, Panca Upaya Sandhi, Asta Brata,
Nawa Natya, Panca Dasa Pramiteng Prabhu, Sad Upaya Guna, Panca Satya.

4. Pandangan saya dalam menyikapi hal tersebut adalah dengan menggunakan media sosial dengan
sebaik mungkin dan berbicara dengan sopan santun. Berbeda pendapat boleh tetapi semestinya kita
sebagai umat beragama tidak sepantasnya mencaci karena hanya beda pilihan. Dalam
Manawadharmasastra ada untuk menjadikan kehidupan terhindar dari perilaku yang kurang baik Dengan
mengendalikan perbuatan, perkataan, panca indria dan pikiran (Manawa Dharma Sastra. Buku II sloka
192). Kita hendaknya selalu sadar untuk mengendalikan pikiran, perkataan dan perbuatan.

“Idanim dharma pramananya ha, Wedo ‘khilo dharma mulam


smrti sile ca tad widam, ācāraṡca iwa sādhūnām ātmanasyuṣþir ewa ca.”
Terjemahannya:
“Seluruh Veda merupakan sumber utama daripada dharma (Agama Hindu) kemudian barulah Smrti di
samping kebiasaan-kebiasaan yang baik dari orang- orang yang menghayati Veda serta kemudian acara
tradisi dari orang-orang suci dan akhirnya atma tusti (rasa puas diri sendiri).”

(Manawa Dharmasastra, II. 6).

5. Pandangan saya dalam menyikapi hal tersebut adalah dengan cara peduli satu sama lain dan saling
membantu karena dikedaan sekarang ini ekonomi sangat turun derastis dan pendapatan menurun banyak
orang yang kehilangan pekerjaan karena pandemi ini maka dari itu kita harus saling membasntu sama
lain. Tat Twan Asi sebagai ajaran tanpa batas karena ajaran ini dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk kepedulian. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam
kebutuhan hidup yang didorong oleh keinginan (kama) manusia yang bersangkutan. Pada saat inilah
manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan atau dikenal dengan istilah gotong royong
dan tolong menolong, sehingga seberapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan.

Anda mungkin juga menyukai