Anda di halaman 1dari 16

Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala

Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Dan Uang Elektronik (E-
Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal Di Indonesia (2008:01-2013:12)

Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu


(APMK) Dan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal
Di Indonesia (2008:01-2013:12)

Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel transaksi


pembayaran non tunai menggunakan APMK ( kartu kredit, kartu ATM, kartu
debit) dan uang elektronik (e-money) terhadap permintaan uang kartal di
Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam penelitian ini,
penggunaan APMK dan e-money dicerminkan dari volume transaksi dan nilai
transaksi yang tercipta dari penggunaan kartu kredit, kartu ATM, kartu debit dan
e-money. Model dalam penelitian ini diestimasi dengan menggunakan Error
Correction Model (ECM). Hasil analisis menunjukkan bahwa transaksi
pembayaran non tunai dengan menggunakan APMK (kartu kredit, kartu ATM,
kartu debit) berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka pendek dan memiliki
pengaruh negatif dan signifikan dalam jangka panjang terhadap permintaan uang
kartal di Indonesia. Sedangkan, transaksi pembayaran non tunai dengan
menggunakan uang elektronik (e-money) pada jangka panjang berpengaruh
positif dan signifikan terhadap permintaan uang kartal di Indonesia.

Kata Kunci : Permintaan Uang Kartal, APMK, Kartu Kredit, Kartu ATM, Kartu
Debit, E-Money, Error Correction Model (ECM).

Pendahuluan
Sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi mengalami kemajuan yang
pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan
teknologi dalam sistem pembayaran telah menggantikan peranan uang tunai
(currency) yang dikenal masyarakat sebagai alat pembayaran pada umumnya ke
dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih efektif dan efisien. Hal ini
didukung dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan ataupun pusat
perbelanjaan di Indonesia yang menerima transaksi pembayaran dengan
menggunakan sistem pembayaran non tunai. Cepat, aman, nyaman, mudah dan

JEP-Vol. 3, N0 2, Juli 2014 | 195


efesien dalam bertransaksi merupakan alasan masyarakat Indonesia memiliki
respon yang besar terhadap sistem pembayaran non tunaidan sistem
pembayaran non tunai ini telah dikembangkan oleh pihak bank maupun non bank
sebagai lembaga penyelenggara sistem pembayaran di Indonesia.
Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan tingkat persaingan
bank yang semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau non bank untuk
semakin inovatif dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non
tunai berupa sistem transfer dan alat pembayaran menggunakan kartu elektronis
(electronic card payment) yang aman, cepat dan efisien, serta bersifat global
(Santomero dan Seater, 1996).
Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas yang mengatur bidang sistem
pembayaran di Indonesia telah mencanangkan Grand Desain Upaya
Peningkatan Penggunaan Pembayaran NonTunai atau sering disebut dengan
Toward a Less Cash Society (LCS). Perkembangan transaksi pembayaran
menuju Less Cash Society merupakan arah perubahan yang tidak dapat
dihindari. Transaksi dengan pembayaran uang secara fisik sudah mulai
digantikan oleh sistem pembayaran non tunai. Dengan keuntungan yang
diperoleh negara melalui penghematan biaya transaksi, diharapkan adanya
kecenderungan arah perubahan transaksi tunai menuju transaksi non tunai. Less
cash society dapat didefinisikan sebagai budaya atau tren yang berkembang di
masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran menggunakan media
pembayaran non tunai. (Van Hove, 2006:21).
Pengembangan instrumen sistem pembayaran non tunai berbasis kartu
elektronik di Indonesia memiliki potensi yang besar. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan transaksi dengan menggunakan APMK (kartu kredit, kartu ATM,
kartu debit) dan e-money yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir,
adanya kemudahan dalam penggunaan dan pengembangan teknologi,
kecenderungan dan tuntutan masyarakat untuk bertransaksi dengan
menggunakan instrumen yang lebih efisien dan aman, serta beberapa
keunggulan instrumen pembayaran elektronik dibandingkan dengan penggunaan
uang tunaitelah mendorong Bank Indonesia untuk lebih mengupayakan
terciptanya masyarakat yang berkecenderungan non tunai.

| 196 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala
Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Dan Uang Elektronik (E-
Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal Di Indonesia (2008:01-2013:12)

Metode pembayaran secara transfer antar rekening bank semakin banyak


menggantikan peran uang dalam perdagangan besar dan transaksi transaksi
keuangan nilai besar, sedangkan alat pembayaran menggunakan kartu
khususnya dalam bentuk kartu debit, kartu ATM, kartu kredit, maupun stored
value card / prepaid card seperti e-money telah mulai menggantikan peran uang
tunai dalam pembayaran retail (Lahdenpera, 2001).

Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

Gambar 1. Jumlah APMK dan E-Money yang Beredar di Indonesia Tahun


2008–2013
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah kartu
pembayaran elektronik yang beredar merefleksikan kepercayaan masyarakat
dan tuntutan akan sistem pembayaran yang lebih efisien sangat besar
diindikasikan dari jumlah kartu pembayaran elektronis beredar di masyarakat
yaitu mencapai 1.044.703.350 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.
Masyarakat pada umumya telah memiliki kepercayaan bahwa sistem
pembayaran elektronik yang mengikuti perkembangan teknologi dan tuntutan
kebutuhan masyarakat akan dapat meningkatkan efektifitas dalam sistem
pembayaran yang jugaakan menunjang aktivitas kehidupan masyarakat
khususnya di Indonesia.
Beberapa kajian lainnya seperti dilakukan oleh Goodhart (2000), Freedman
(2000), dan Woodford (2000) memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap
implikasi perkembangan alat pembayaran non tunai pada kebijakan moneter.
Mereka berpendapat bahwa perkembangan teknologi pembayaran tidak akan

JEP-Vol. 3, N0 2, Juli 2014 | 197


mempengaruhi pelaksanaan kebijakan moneter. Lebih lanjut, Lahdenpera (2001)
dalam kajiannya menyatakan bahwa dampak perkembangan teknologi
pembayaran terhadap pelaksanan kebijakan moneter adalah tergantung pada
tingkat preferensi masyarakat dalam memilih alat pembayaran untuk melakukan
transaksi. Pramono, et al (2006) mencatat bahwa kenaikan pembayaran
menggunakan kartu yaitu kartu ATM, kartu debit, kartu kredit dan e- money dapat
menurunkan permintaan uang kartal.
Kajian ini relevan untuk dilakukan, mengingat pesatnya perkembangan
teknologi sistem pembayaran dan instrumen pembayaran non tunai di Indonesia.
Dengan demikian permasalahan yang akan menjadi fokus pembahasan, yaitu:
1.Apakah penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money
berpengaruh terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka
pendek?
2.Apakah penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money
berpengaruh terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka
panjang?

Teori
Menurut UU Bank Indonesia No.23/1999, sistem pembayaran adalah suatu
sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang
digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.

Sistem Pembayaran di Indonesia


Sistem Pembayaran Tunai
Pembayaran tunai merupakan pembayaran yang umum dilakukan di
Indonesia. Pembayaran tunai lebih banyak menggunakan uang kartal baik kertas
dan logam sebagai alat pembayaran. Di Indonesia, uang kartal masih memegang
peran penting dalam pembayaran khususnya untuk transaksi-transaksi bernilai
kecil. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini pemakaian alat
pembayaran tunaiseperti uang kartal memang cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan penggunaan uang giral karena munculnya masalah
inefisiensi dalam penggunaan uang kartal. (Bank Indonesia, 2012).

| 198 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala
Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Dan Uang Elektronik (E-
Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal Di Indonesia (2008:01-2013:12)

Sistem Pembayaran Non Tunai


a. Instrumen Berbasis Warkat/Kertas (Paper Based Instruments)
Instrumen-intrumen berbasis warkat ini, umumnya sudah lama dipergunakan
dalam praktek perbankan. Beberapa instrumen yang masuk dalam kategori ini
adalah cek, bilyet giro, nota debet dan nota kredit (Bank Indonesia, 2006).

b. Instrumen Berbasis Kartu dan Berbasis Elektronik (Card Based


Instruments and Electronic Based Instruments)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/11/PBI/2009, tentang
penyelenggaran kegiatan APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu)
adalah alat pembayaran yang berupa kartu kredit, kartu Automated Teller
Machine (ATM) dan/atau kartu debit.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009
tentang uang elektronik (e-money) adalah alat pembayaran yang memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut :
1.Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit;
2.Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau
chip;
3.Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektonik tersebut; dan
4.Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit
bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai perbankan.

Permintaan Uang
Irving fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul dari
penggunaan uang dalam proses transaksi. Besar-kecilnya Vt (velocity of money)
ditentukan oleh sifat proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu
periode (Boediono, 2005 : 18).
Teori Cambridge lebih menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan
untung-rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang
dengan volume transaksi yang direncanakannya. Teoritisi Cambridge
mengatakan bahwa permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh volume

JEP-Vol. 3, N0 2, Juli 2014 | 199


transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi oleh tingkat bunga,
besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan/harapan dari masyarakat
mengenai masa mendatang.
Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori yang
bersumber dari teori Cambridge, tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang
berbeda dengan teori moneter tradisi klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini
terletak pada penekanan pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value
dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian dikenal
dengan nama teori Liquidity Preference yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga
dan motif spekulasi.
Teori permintaan uang Keynes mendasarkan pada adanya dua motif
memegang uang kas, yakni motif transaksi dan spekulasi. Motif transaksi
tergantung dari pendapatan. Sedangkan, motif spekulasi tergantung dari tingkat
bunga. Perkembangan selanjutnya dari teori Keynes ini didasarkan atas dua
pembagian tersebut, yang masing-masing dilakukan oleh William J. Baumol dan
James Tobin.
Banyak studi yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
APMK dan e-money terhadap permintaan uang kartal. Priyo (2012), dalam
penelitian berjudul Pengaruh Transaksi Pembayaran Menggunakan Kliring,
RTGS, Kartu Kredit, ATM/Debit dan Uang Elektronik (E-Money) terhadap
Permintaan Uang Kartal di Indonesia menjelaskan bahwa transaksi pembayaran
menggunakan RTGS dan kliring tidak berpengaruh dalam jangka pendek dan
jangka panjang terhadap permintaan uang kartal di Indonesia, tetapi transaksi
kartu kredit,kartu ATM/Debit dan e-money berpengaruh dalam jangka pendek
dan jangka panjang terhadap permintaan uang kartal di Indonesia.
Muttaqin (2006), dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh
Penggunaan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Variabel-
variabel Makroekonomi terhadap Permintaan Uang di Indonesia menjelaskan
bahwa keberadaan APMK (kartu kredit dan kartu debit) dan ATM berpengaruh
secara nyata terhadap permintaan uang. APMK telah terbukti dapat memberikan
efektifitas, efisiensi serta keamanan dalam sistem pembayaran di masyarakat
serta dunia keuangan pada umumnya.

| 200 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala
Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Dan Uang Elektronik (E-
Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal Di Indonesia (2008:01-2013:12)

Metodologi
Data dan Variabel
Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang
diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan melalui pengolahan data yang
dihitung secara bulanan dari periode 2008:01 sampai 2013:12.

No. Nama Satuan Simbol Sumber


Variabel Pengukuran
1. Volume Transaksi Kartu Kredit Juta Transaksi VT KK BI
2. Nilai Transaksi Kartu Kredit Juta Rupiah NT KK BI
3. Volume Transaksi Kartu ATM Juta Transaksi VT KA BI
4. Nilai Transaksi Kartu ATM JutaRupiah NT KA BI
5. Volume Transaksi Kartu Debit Juta Transaksi VT KD BI
6. Nilai Transaksi Kartu Debit Juta Rupiah NT KD BI
7. Volume Transaksi e-money Juta Transaksi VT UE BI
8. Nilai Transaksi e-money Juta Rupiah NT UE BI
9. Permintaan Uang Kartal Miliar Rupiah CUR BI

Model Analisis
Error Correction Model atau ECM digunakan untuk mengoreksi
ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang.
Selain itu ECM juga digunakan untuk melihat hubungan jangka pendek dari
variabel-
variabel yang digunakan. Teorema representasi Granger menyatakan bahwa
jika dua variabel saling berkointegrasi, maka hubungan antara keduanya dapat
diekspresikan dalam bentuk ECM. (Widarjono, 2007).
Model umum dari metode ECM dalam penelitian ini adalah:
D(y) = β0 + β1D(X1) + β2D(X2) + β3D(X3) + βnECt-1............................................................................. (3.1)
Sedangkan model ECM dalam penelitian ini adalah:
D(CUR) = β0 + β1D(VTKK) + β2D(NTKK) + β3D(VTKA) + β4D(NTKA) +
Β5D(VTKD) +β6D(NTKD) + β7D(VTUE) + β8D(NTUE) + β9ECt-1......(3.2).........

Dimana:
CUR = permintaan uang kartal

JEP-Vol. 3, N0 2, Juli 2014 | 201


VTKK = volume transaksi kartu kredit
NTKK = nilai transaksi kartu kredit
VTKA = volume transaksi kartu ATM
NTKA = nilai transaksi kartu ATM
VTKD = volume transaksi kartu debit
NTKD = nilai transaksi kartu debit
VTUE = volume transaksi uang elektronik (e-money)
NTUE = nilai transaksi uang elektronik (e-money)
ECt-1 = nilai lag 1 periode dari error term
β0 = intersep
β1,2,…,8 = koefisien dari perubahan variabel bebas
β9 = nilai absolut dari tingkat keseimbangan

Hasil Dan Analisis


1. Jangka Pendek
Hasil Estimasi ECM
R- DW- Koefisie t-
Persamaan Variabel
Squared Stat n statistik
1.94741 1.91330
D(VTKK)
8 2
3.68762 1.74908
D(NTKK)
4 1
3.53904 3.62285
D(VTKA)
7 2
3.32414 3.99240
D(NTKA)
7 5
4.52839 1.70428
Jangka 2.28456 D(VTKD)
0.620025 5 9
Pendek 6
2.13453 1.85659
D(NTKD)
4 6
7.52440 7.52440
D(VTUE)
5 5
1.36856 1.42284
D(NTUE)
2 0
– –
Resid01(-
0.54024 4.97843
1)
7 0

Dari hasil estimasi tersebut, menunjukkan bahwa R-squared 0,620025 < DW-
stat 2,284566 . Hal tersebut menunjukkan bahwa model tersebut merupakan
model yang terhindar dari spurious regression (regresi palsu). Koefisien
kesalahan ketidakseimbangan RESID01 secara statistik memiliki pengaruh

| 202 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala
Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Dan Uang Elektronik (E-
Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal Di Indonesia (2008:01-2013:12)

negatif dan signifikan pada tingkat signifikansi 95%, berarti model spesifikasi
ECM yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid. Nilai koefisien yang
menunjukkan angka |-0,54| yang berarti bahwa perubahan penggunaan APMK
dan e-money terhadap permintaan uang kartal sebelumnya yang disesuaikan
pada periode sekarang adalah 54% dan signifikan. Besarnya koefisien RESID01
juga menunjukkan bahwa variabel pengggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM,
kartu debit) dan e-money terhadap permintaan uang kartal memiliki penyesuaian
(speed of adjustment) yang cepat untuk kembali ke keseimbangan jangka
panjangnya. Volume transaksi dan nilai transaksi APMK (kartu kredit, kartu ATM,
kartu debit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang kartal.
Kenaikan penggunaan kartu kredit dalam jangka pendek akan mengakibatkan
kenaikan permintaan uang kartal yang dimana uang kartal tersebut digunakan
untuk membayar kewajiban pemilik kartu kepada penerbit kartu. Hal umum yang
diketahui oleh masyarakat Indonesia adalah salah satu kekurangan dari
penggunaan kartu kredit adalah harus membayar bunga sekaligus dalam
pelunasannya dan kartu kredit biasanya digunakan hanya untuk membeli
barang- barang konsumsi yang bernominal besar sehingga pemilik kartu tidak
selalu menggunakan kartu kredit dalam melakukan transaksi.Selain itu, inovasi
pengembangan produk kartu kredit yang memungkinkan penarikan uang tunai
juga berpengaruh terhadap peningkatan permintaan uang kartal.
Hubungan positif penggunaan kartu ATM terhadap permintaan uang kartal.
Hal itu terjadi karena masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan kartu
ATM untuk melakukan penarikan tunai yang otomatis akan mendorong
permintaan uang kartal.
Ketika pada saat kartu debit digunakan untuk transaksi, pemilik kartu harus
memiliki saldo yang cukup di rekeningnya, sehingga sebelum melakukan
transaksi dengan kartu pemilik kartu harus melakukan penyetoran uang kartal
secara langsung ke rekeningnya dan dapat disimpulkan pada jangka pendek
kartu debit dan uang kartal memiliki hubungan komplementer. Kartu debit
biasanya hanya digunakan untuk berbelanja kebutuhan yang berjumlah besar di
setiap transaksinya dan apabila pada saat pemilik kartu tidak membawa uang
kartal yang cukup banyak untuk melunasi transaksi pembayaran. Sehingga
masyarakat Indonesia cederung memilih menggunakan uang kartal pada jangka
pendek.

JEP-Vol. 3, N0 2, Juli 2014 | 203


2. Jangka Panjang

Hasil Estimasi OLS


R- DW- Variab Koefisie t-
Persamaan
Squared Stat el n statistik
– –
D(VTKK)
33.81337 1.429974
– –
D(NTKK)
65.49924 2.433621
– –
D(VTKA)
6.275555 0.772712
– –
D(NTKA)
Jangka 1.35003 2.512342 0.644356
0.965960
Panjang 6 D(VTKD – –
) 2.325824 0.696514
D(NTKD – –
) 1.840050 1.292284
D(VTUE
8.462801 1.867038
)
D(NTUE
1.619532 1.859107
)

Dari hasil estimasi tersebut, menunjukkan bahwa R-squared 0,965960 < DW-
stat 1,350036. Hal tersebut menunjukkan bahwa model tersebut merupakan
model yang terhindar dari spurious regression (regresi palsu). Volume transaksi
dan nilai transaksi APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) berpengaruh
negatif dan signifikan, sedangkan e- money memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap permintaan uang kartal.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sahabat (2009) yang memaparkan
hubungan negatif penggunaan kartu kredit dalam transaksi pembayaran
terhadap permintaan uang kartal. Apabila dalam jangka panjang pemilik kartu
menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran maka jumlah uang kartal
yang dimiliki untuk transaksi akan semakin sedikit seiring pemakaian kartu kredit.
Dalam penelitian Priyo (2012), pembayaran kewajiban pemilik kartu kredit dapat
dilakukan dengan cara transfer dari rekening pemilik kartu kredit ke rekening
penerbit kartu, sehingga tidak perlu melakukan pelunasan kewajiban dengan
uang kartal.

| 204 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala
Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Dan Uang Elektronik (E-
Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal Di Indonesia (2008:01-2013:12)

Hubungan negatif antara variabel penggunaan kartu ATM dengan permintaan


uang kartal terjadi karena terdapat kemudahan bagi pemilik kartu untuk
mendapatkan uang yang mereka simpan di rekening bank dengan cepat dan
mudah. Kebanyakan masyarakat Indonesia dalam jangka panjang lebih memilih
untuk menyimpan uang di rekening bank maka masyarakat akan merasa aman
karena tidak perlu membawa uang dalam jumlah uang besar dalam penyelesaian
transaksi pembayaran. Seiring juga dengan perkembangan bisnis online,
masyarakat Indonesia lebih tertarik kepada pelayanan transfer melalui mesin
ATM yang sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal itu akan
mengakibatkan penurunan permintaan uang kartal dalam jangka panjang di
Indonesia.
Semakin besar keinginan pemilik kartu untuk menggunakan katu debit dalam
pelaksanaan transaksinya maka akan menurunkan saldo simpanan pemilik kartu
di bank. Sesuai dengan teknis transaksi yang dimiliki kartu debit ialah bank akan
mendebit saldo simpanan nasabah ketika pemilik kartu menggunakan kartu
debit. Peningkatan penggunaan kartu debit didukung juga oleh banyaknya
merchant (toko, supermarket,swalayan,mini market,gerai,dll) yang menyediakan
fasilitas mesin EDT (Electronic Data Capture). Kesimpulan dari jangka panjang,
penggunaan kartu debit akan mengurangi permintaan uang kartal di Indonesia.
Hubungan positif dalam jangka panjang ini terjadi karena secara teknis
penggunaan, e-money memerlukan saldo yang yang cukup untuk mendukung
penggunaan transaksi e-money sehingga diperlukan setoran tunai untuk mengisi
ulang e-money dan karena fungsi kartu e-money hanya untuk melakukan
transaksi sifatnya retail atau bernominal kecil, masyarakat Indonesia lebih
memilih menggunakan uang kartal yang dapat diterima oleh semua pelaku
ekonomi. Sehingga, dalam jangka panjang penggunaan e-money dan
permintaan uang kartal akan saling melengkapi atau bersifat komplementer. Hal
tersebut disebabkan oleh belum meluasnya penyebaran e-money yang terbatas
pada kota- kota besar di Indonesia danbelum meratanya penyebaran fasilitas
yang menopang penggunaan e-money. Contoh nyatanya adalah e-money yang
digunakan untuk melakukan pembayaran tarif tol yaitu e-toll yang diterbitkan oleh
Bank Mandiri dan Jak Card yang diterbitkan oleh BPD DKI yang dimana fasilitas
yang tersedia hanya di tempat yang memungkinkan untuk menggunakan e-
money jenis tersebut. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Priyo (2008)

JEP-Vol. 3, N0 2, Juli 2014 | 205


yang menyatakan bahwa dalam jangka pendek, masyarakat Indonesia lebih
tertarik menggunakan uang kartal yang dapat diterima seluruh pelaku ekonomi
untuk melakukan transaksi bernominal kecil sehingga tidak perlu tergantung oleh
ketersediaan fasilitas yang menunjang transaksi dengan menggunakan e-money.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal di
bawah ini.
1.Penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money secara
bersama- sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang
kartal di Indonesia dalam jangka pendek. Penggunaan APMK (kartu kredit,
kartu ATM, kartu debit) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
sedangkan, e-money berpengaruh positif tetapi tidak signifikan dalam jangka
pendek.
2.Penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money secara
bersama- sama berpengaruh negatif dan signifikan. Secara parsial,
penggunaan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) berpengaruh negatif
dan signifikan sedangkan e-money berpengaruh positif dan signifikan
terhadap permintaan uang kartal di Indonesia dalam jangka panjang.

Daftar Pustaka

Bank Indonesia. 1999. Peraturan Bank Indonesia Nomor No.23/1999 tentang


Pengertian Sistem Pembayaran. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2004. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2004 tentang


Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Jakarta:
Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2005. Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2005 Tentang
Alat Pembayaran Non Tunai Elektronik. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2006. Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap


Perekonomian Dan Kebijakan Moneter. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2006. Kajian Operasional E-Money.


www.bi.go.id/biweb/utama/publikasi/upload/sistem-pembayaran.pdf
[Oktober 2006]
Bank Indonesia . 2006. Overview Sistem Pembayaran Nasional di Indonesia.
www.bi.go.id/biweb/utama/publikasi/upload/sistem-pembayaran.pdf [19
Februari 2006]

| 206 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala
Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Dan Uang Elektronik (E-
Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal Di Indonesia (2008:01-2013:12)

Bank Indonesia .2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 11 /PBI/2009


tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan
Kartu. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia . 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor11/12/PBI/2009


Tanggal 13 April 2009 tentang Uang Elektronik (e-money).

Bank for International Settlements. 1996. Implication for central Banks of the
Development of Electronic Money (Basel).

Boediono, (2005). Ekonomi Makro, BPFE. Yogyakarta.

Costa C. and Paul De Grauwe, (2001). “Monetary Policy in A Cashless Society”,


International Macroeconomics, Centre for EconomicPolicy Research
Discussion Paper, No. 2696.

Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Departemen Pengelolaan


Uang.2012.“Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012”,
Jakarta: Bank Indonesia.

Dharfan, Khairiyah, Mailany, Nur Syaima, Rina. 2013. Perkembangan Uang


Elektronik dan Kartu Kredit di Indonesia Periode 2007 – 2012. Jakarta :
Jurnal Ekonomi Universitas Gunadarma.

Dias, Joilson. 2001. Digital Money: Review of Literature and Simulation of


Welfare Improvemnet of This Technological Advance. Brazil: Department
of Economic State University of Maringa.

Freedman, C. 2000.Monetary Policy Implementation: Past, Present, and Future-


Will Electronic Money Lead to the Eventual Demise of Central Banking?
InternationalFinance 2:3.

Friedman, Benjamin M. 1999. The Future of Monetary Policy : The Central Bank
as an Army With Only A Signal Corps?. NBER Working Paper No.7420.
1050 Massacushetts Avenue Cambridge.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: BP Universitas Diponegoro

Global Insight Visa Internasional. 2003. The Virtuous Circle: Electronic


Paymentsand Economic Growth. Visa International & Global Insight,
California.

Goodhart, C.A.E, (2000). “Can Central Bank Survive the IT Revolution?” ,


International Finance No 3:2.

Greenspan, A. 1996. “Remarks on Evolving System Issues”. Journal of Money,


Credit and Banking, 28: 689-695.

Humphrey, D. B. 2001. Payment Systems: Principles, Practice, and


Improvements. The World Bank, Washington, D. C.

JEP-Vol. 3, N0 2, Juli 2014 | 207


Lahdenpera, Harri, (2001). “Payment and Financial Innovation, Reserve Demand
and Implementation of Monetary Policy”, Bank ofFinland Discussion
Papers 26.

Listfield, R. dan F. Montes-Negret. 1994. “Modernizing Payment System in


Emerging Economies”. World Bank Policy Research Working Paper,
1336.

Mishkin, F. S. 2001. The Economic of Money Banking, and Financial Markets.


Sixth Edition. Addison Wesley Longman: Columbia University, Columbia

Muttaqin, Zainal. 2006. Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran


dengan Menggunakan Kartu dan Variabel- Variabel Makroekonomi
Terhadap Permintaan Uang di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Nirmala.T and Widodo. 2011. “Effect of Increasing Use The Card Payment
Equipment on The Indonesian Economy”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi,
Hal.36- 45. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Pramono, Bambang, Yanuarti, Tri, Purusitawati, Emmy Tyas, Yosefin. 2006.


“Working Paper: Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap
Perekonomian dan Kebijakan Moneter”, Jakarta: Bank Indonesia.

Priyo, Danang, A,W. 2012. Pengaruh Transaksi Pembayaran Non Tunai


Terhadap Jumlah Peredaran Uang Kartal di Indonesia. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Rossa, Siera. 2006. Analisis Pengaruh Penggunaan Kartu Pembayaran


Elektronik dan Daya Subtitusi Transaksi Non Tunai Elektronik Terhadap
Transaksi Tunai di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sahabat, Imaduddin. 2009. “Hubungan Inovasi Sistem Pembayaran dan


Permintaan Uang di Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia :
Depok.

Santomero, Anthony M. and John J. Seater, (1996),‘Alternative Monies and the


Demand for Media of Exchange’,Journal of Money,Credit, and
Banking, 28(4-2), 942- 960.

Snellman, J. dan J. Vessala. 1999. “Forecasting the Electronification of


Payments
with Learning Curves”. Bank of Finland Discussion Paper. 8/99.

Studentmund, A. H. 2001. Using Econometrics A Practical Guide, Edisi Keempat,


Addison Wesley Longman.

| 208 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Lutfida Siwinastiti, Tiara Nirmala
Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Dan Uang Elektronik (E-
Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal Di Indonesia (2008:01-2013:12)

Van Hove, Leo. 2006. [“Towards a Less Cash Society in Indonesia”], Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia. Jakarta : Bank
Indonesia.

Warjiyo, Perry. 2006. Non-Cash Payments and Monetary Policy Implications in


Indonesia. Di dalam: Bank Indonesia. Seminar Internasional “Toward
Less Cash Society in Indonesia”; Jakarta, 17 Mei 2006 – 18 Mei 2006.
Jakarta: Bank Indonesia.

Widarjono, Agus, 2007. Pengantar Ekonometrika. Jakarta: Ekonisia.

Woodford, Michael, (2000). ‘Monetary Policy in a World Without Money’. NBER


WorkingPaper, No.7853.

Yilmazkuday, Hakan. 2006. “The Effects of Credit and Debit Cards On the Money
Demand of a Small Open Economy”. Preliminary journal .

http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_debit

http://sfatiim.blogspot.com/2013/04/kartu-plastik_5.html

http://hukum.unsrat.ac.id/inst/pbi_111109.pdf

JEP-Vol. 3, N0 2, Juli 2014 | 209


| 210 Jurnal Ekonomi Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai