Translate Jurnal
Translate Jurnal
Junctional complexes interselular yang unik antara sel endotel mikrovaskuler sistem
saraf pusat (SSP) dan sel-sel epitel choroid plexus masing-masing membentuk
endotel blood brain barrier (BBB) dan epitelial blood cerebrospinal fluid barrier
(BCSFB). Sawar ini menghambat difusi paraseluler, sehingga mampu melindungi CNS
dari fluktuasi di dalam darah. Penelitian mengenai integritas sawar otak selama
perkembangan, fisiologi normal, dan penyakit yang difokuskan pada tight junctions
BBB dan BCSFB tetapi bukan mengenai endotel dan epitel terkait. Crosstalk antara
adherens junction dan tight juntion dalam menjaga integritas sawar kurang dikenal
yang mungkin mewakili target yang menjanjikan dalam mempengaruhi fungsi sawar
otak.
Pendahuluan
Blood brain barrier (BBB) terdiri dari sel-sel endotel mikrovaskuler sistem saraf pusat
(SSP) yang sangat istimewa dan blood cerebrospinal fluid barrier (BCSFB) yang terdiri
dari sel-sel epitel plexus choroid, melindungi CNS dari lingkungan yang terus berubah
dalam aliran darah serta infeksi dan racun, dan dengan demikian penting dalam
mempertahankan homeostasis SSP(Gbr. 1). Cara kerja hambatan ini dalam mencegah
difusi paraseluler elemen berbahaya ke dalam SSP biasanya berfokus pada
karakterisasi complex tight junction (TJs) dari BBB, yang menyerupai TJ epitel dan
paralel yang unik melalui ikatan TJ dari BCSFB. Namun, pembentukan TJ umumnya
membutuhkan keberadaan Adhere Junction (AJs), dan sentral untuk kelompok
dynamic junction yang merupakan crosstalk terus menerus antara komponen AJ dan
TJ, faktanya sering diabaikan oleh para peneliti yang meneliti BBB dan BCSFB. AJ
tentunya terdapat dalam sawar dan dibentuk diantara sel-sel sekitarnya oleh
interaksi homofilik antara protein vascular endothelial (VE-cadherin) dan epitel
cadherin (E-cadherin) yang masing-masing terdapat di sel endotel serta sel epitel
plexus koroid SSP.
TJ dan AJ dianggap memiliki fungsi yang berbeda. TJs mengatur difusi zat
terlarut dan rute ion paraseluler yang disebut sebagai fungsi "gate" mereka. TJ juga
membangun fungsi "fence" dengan membatasi gerakan lemak bebas dan protein dari
sel permukaan apikal dan basolateral, sehingga berkontribusi terhadap polaritas sel.
Selain TJs diantara dua sel yang berdekatan, TJ khusus yang berbeda secara molekuler
telah dikemukakan pada kontak tricellular, di mana sudut ketiga sel endotel atau
epitel bertemu. Menariknya, TJ berbentuk Tricellular ini terdapat di sel endothelial
BBB dan sel epitel BCSFB yang menunjukkan bahwa TJs tricellular mungkin
diperlukan untuk fungsi sawar dari kedua jenis hambatan otak. Sebelum
pembentukan TJ, AJ memulai kontak antar sel dan mendorong maturasi, penjagaan,
dan plastisitas, serta mengatur gaya tarik. Namun, hanya sedikit yang diketahui
tentang peran mendasar dari AJ dalam mengatur dinamika kontak sel dan
pembentukan polaritas sel di sawar otak.
Pada sel epitel, termasuk epitel pleksus koroid, TJ merupakan komponen yang
paling apikal dari complex junctional dan dengan demikian dapat dibedakan dengan
jelas dengan AJ. Meskipun begitu, di dalam sel endotel, , lokalisasi TJ dan AJs lebih
bervariasi, dan kedua complex junctional tampak bercampur, terutama pada junction
antar sel endotel otak. Mengingat bahwa AJ endotel vaskular perifer memainkan
peran penting dalam mengontrol permeabilitas pembuluh darah, kontribusi junction
ini terhadap integritas BBB selama perkembangan, fisiologi normal, dan penyakit
harus dijelaskan. Hal ini didasari bukti terbaru yang menunjukkan bahwa protein TJ
zonula occludens 1 (ZO-1) juga merupakan pengatur sentral endotel. AJ
Endotel SSP dan epitelial AJs dan TJs: Komponen dan dinamika
Sekilas pandang mengenai susunan molekuler dasar BBB dan BCSFB AJ dan TJ
menyerupai sawar endotel dan epitelial secara (Gambar 1 dan Tabel 1), dan sebagian
besar berfungsi pada fungsi molekul junctional dalam mengatur sawar otak telah
diekstrapolasikan dari penelitian terhadap non-CNS. Namun, tingginya kompleksitas
dan kontinuitas membedakan sawar otak TJs dari periferal TJ, dan terdapat juga
perbedaan penting dalam susunan molekul. Selain kombinasi yang unik dari observasi
claudins yang diamati dalam BBB dan BCSFB TJs (Gbr. 1 dan Tabel 1), tingkat ekspresi
protein occludin dan claudin-5 integral TJ yang tinggi dan dan tingkat ekspresi VE-
cadherin protein AJ integral yang rendah mengkarakterisasi sel-sel endotel BBB
(Tabel 1). Hal ini mempengaruhi susunan ruang dari protein perancah junctional
sitoplasmik, dan dengan demikian mempengaruhi karakteristik sel junctional
complexes sawar otak terhadap sistoskeleton, akhirnya pensinyalan downstream
mengatur junctional dynamic (Tabel 1). Kejadian seperti itu termasuk fosforilasi
protein, daur ulang berkelanjutan dari junctional molecules, dan regulasi dinamika
cytoskeletal oleh Rho family GTPases. Sayangnya, beberapa dari proses ini telah
dianalisis khusus di endotel otak atau sel epitel pleksus choroid. Secara khusus,
junction dynamics pada sel-sel endotel otak bisa sangat berbeda, karena aktivitas
pinocytotic sangat rendah di sel-sel endotel otak. Jika aktivitas endositik juga rendah,
ini akan memperlambat daur ulang komponen junctional seperti cadherin.
Selanjutnya, meski generasi tikus mutan sangat bagus untuk menginterogasi peran
spesifik masing-masing komponen junctional dalam mengatur dinamika AJ atau TJ,
analisis yang cermat sawar belum dilakukan menggunakan model ini.
Pada tikus, angiogenesis otak dimulai pada 9,5 d postcoitum, ketika vaskular
tumbuh dari pleksus vaskular perineural menuju perkembangan neuroektoderm,
menuju undifferentiated jaringan vaskular. Mekanisme molekuler yang
menggerakkan angiogenesis pada otak cukup dipahami dengan baik dan telah
dirangkum. Karakteristik sawar dari sel endotel SSP, termasuk junctional complexs,
pematangan selama angiogenesis otak diarahkan oleh faktor-faktor dari
perkembangan neuroektoderm masih kurang dipahami dengan baik.
Komponen AJ VE-cadherin adalah salah satu molekul spesifik sel endotel pertama -
diekspresikan dan diperlukan untuk kelangsungan hidup endotel, pertemuan
pembuluh darah, dan stabilisasi. Menariknya, setelah diamati ekspresi VE-cadherin
selama angiogenesis otak relatif rendah dan sebaliknya cadherin-10 cukup banyak
dalam sel endotel AJs SSP. Selain VE-cadherin, N-cadherin juga diekspresikan di sel
endotel SSP selama angiogenesis otak. Komponen ini terakumulasi di zona antara sel
endotel dan pericytes di sekitarnya, di mana ia mengatur ekspresi VE-cadherin pada
membran sel dan dengan demikian memberikan kontribusi untuk maturasi AJ.
AJs stabil diperlukan untuk formasi dari TJ. Gambaran pertama bagaimana endotel
AJ dapat menginduksi pembentukan TJ pada tingkat molekuler diperlihatkan melalui
pengamatan VE-cadherin tersebut, melalui aktivasi Akt dan dengan menghambat
Translokasi β-catenin ke nukleus, menyebabkan fosforilasi faktor faktor forkhead box
factor 1 (FoxO1), memungkinkan untuk mengaktifkan ekspresi protein Claudin-5 TJ.
Ikatan molekuler antara AJ dan TJs ini juga berkontribusi pada pembentukan TJs BBB
dan maturasinya. Hal ini didukung oleh penelitian terhadap zebrafish, yang telah
menjelaskan ekspresi claudin-5 dan ZO-1 dalam microvessels SSP dimulai pada hari
ke-3 sesudah fertilisasi, yang bersamaan dengan pematangan BBB sebagaimana
ditentukan oleh permeabilitas terhadap ukuran kecil dan besar.
Berbeda dengan pengetahuan kita yang terbatas tentang molekul mekanisme yang
mengarah ke pematangan AJ pada BBB, mekanisme induksi ekspresi protein TJ seperti
claudin-3, yang unik untuk mikrovaskular TJs SSP, dipahami lebih baik. Ligan Wnt
diproduksi oleh neuroectodermal yang belum matang untuk berikatan dengan
reseptor Frizzled (Fzd) pada vaskular sel endotel SSP, menginduksi pensinyalan Wnt
kanonik. Hal ini mengarah ke translokasi dari β-catenin ke dalam inti dari sel-sel
endotel otak yang menghasilkan induksi transkripsi gen spesifik BBB, termasuk
protein Claudin-3 TJ. Selain itu, kematian reseptor TROY (TNFRSF19) dan DR6
(TNFRS21), yang merupakan target hilir dari jalur pensinyalan Wnt /β-catenin
yang terlibat dalam angiogenesis otak pada tikus dan zebrafish dan telah dikaitkan
dengan pengaturan ekspresi ZO-1 di sel-sel endotel otak. Faktor-faktor lain seperti
alternative Frizzled-4 ligand Norrin atau GPR 124, salah satu anggota bagian reseptor
G protein-coupled yang orphan, yang merupakan koaktifator dari jalur pensinyalan
kanonik Wnt / β-catenin di wilayah CNS yang tidak tumpang tindih, juga
berkontribusi terhadap induksi molekul junctional spesifik BBB seperti claudin-5.
Jalur Sonic Hedgehog (Shh) juga telah terlibat dalam angiogenesis otak dan
pematangan BBB. Penelitian ini menunjukkan bahwa selama angiogenesis otak, Shh
disekresikan oleh astrosit sebelum matang, dan kurangnya Shh transduser sinyal
Smoothened (Smo) di sel-sel endotel SSP yang menyebabkan berkurangnya ekspresi
protein occludin TJ, claudin-3, dan claudin-5, tetapi juga ZO-1 dan p120-catenin, yang
juga menyebabkan peningkatan kebocoran plasma tracers pada perkembangan BBB.
Melalui regulasi ekspresi p120-catenin, jalur Shh mungkin mempengaruhi
pematangan kedua endotel Ajs maupun TJ SSP. Pada saat yang sama, penelitian ini
memberikan bukti in vitro bahwa Shh dapat meningkatkan ekspresi protein occludin
TJ, Claudin-3, Claudin-5, dan JAM-A dalam sel endotel otak manusia. Penelitian lainnya
yang menunggu konfirmasi menunjukkan bahwa derivat astrosit SSeCKS (Src-
suppressed C-kinase substrate) berkontribusi pada pematangan endothelial
junctional SSP dengan mengatur pelepasan derivat astrosit Ang-1, dengan cara
berikatan dengan reseptor Tie-2 pada sel endotel SSP, meningkatkan ekspresi protein
occludin TJ, claudin-1, ZO-1, dan ZO-2 pada sel endotel manusia.
Berbeda dengan TJs BBB yang tidak banyak yang diketahui tentang faktor
pengatur integritas junction di BCSFB. Secara umum, kompleks junctional sel epitel
termasuk sel-sel dari sel-sel epitel. BCSFB secara intrinsik lebih stabil, seperti yang
ditunjukkan oleh formasi AJs matur dan TJs dalam kultur sel epitel koloid choroid.
Namun, selain mempersiapkan BCSFB, pleksus koroid diusulkan dapat mengatur
akses hormon ke CSF. Melalui konteks ini, sebuah penelitian yang dilakukan pada
domba telah menunjukkan regulasi photoperiod-dependent pada tingkat ekspresi
occludin,ZO-1, ZO-2, afadin, dan E-cadherin di pleksus koroid
yang berkorelasi dengan pengaturan jalur hormon ke dalam otak domba. Oleh sebab
itu, penelitian ini memberikan bukti fisiologis dan dinamis pada
pengaturan kompleks junctional di BCSFB.