Anda di halaman 1dari 24

I.

Surveilance (observasi)
Surveilance ditujukan untuk observasi dan pengawasan secara
teratur tanpa terapi invasif. Surveilance biasa digunakan pada stadium
awal kanker prostate dengan pertumbuhan yang lambat yang biasa
didapatkan pada usia lanjut. Tindakan ini juga dilakukan pada pasien
yang berisiko terhadap terapi bedah radio terapi maupun terapi hormonal.
Terapi lain dapat mulai diberikan apabila sudah tumbuh gejala atau jika
terdapat tanda-tanda pertumbuhan kanker (misalnya : PSA yang
meningkat cepat, Score Gleason yang tinggi pada biopsy dan lain-lain).
Sebagian besar pasien yang mendapat tindakan surveilance biasanya
menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan dari tumor, dan terapi biasanya
dilakukan 3 tahun kemudian. Meskipun tindakan surveilance yang
dilakukan dapat mencegah resiko pembedahan dan radiasi, namun resiko
dari metastasis dapat meningkat. Pada pasien usia muda tindakan
surveilance tidak ditujukan untuk mencegah dilakukannya terapi secara
bersamaan, tapi bisa menjadi salah satu alasan untuk hal tersebut
beberapa tahun kemudian, selama pengaruh terapi terhadap kualitas
hidup dapat di cegah. Masalah-masalah kesehatan yang berkembang
seiring dengan berkembang usia selama masa observasi juga menyulitkan
untuk dilakukannya pembedahan dan radioterapi.14
II. Terapi Hormonal
Terapi hormonal menggunakan pengobatan atau pembedahan untuk
menghambat asupan Dihidro testosterone (DHT) pada sel kanker
prostate, DHT adalah suatu hormon yang dihasilkan di prostat dan
14
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metastasis sel kanker prostate.

1
Penghambatan DHT dapat menghentikan pertumbuhan kanker prostat
bahkan menghambat metastasisnya. Namun, terapi hormon jarang
menyembuhkan kanker prostat karena kanker yang berespon terhadap
terapi hormonal biasanya menjadi resisten 1 sampai 2 tahun berikutnya.
Sel hormonal biasa diberikan pada kanker prostat yang sudah mendapat
terapi pembedahan atau radioterapi untuk mencegah timbulnya
rekurensi.14,15
Tujuan dari terapi hormonal adalah menurunkan kadar testosteron
atau untuk menghentikan kerja testosteron. Kanker prostate distimulasi
oleh testosteron dan hormon-hormon pria lainnya (androgen). Pertama-
tama kadar DHT yang rendah dalam darah menstimulasi hipotalamus
untuk menghasilkan GnRH. GnRH kemudian menstimuli kelenjar
hipofise untuk menghasilkan LH, yang selanjutnya LH menstimuli testis
untuk menghasilkan testosteron. Pada akhirnya testosteron dari testis dan
dihidro epiandrosteron dari kelenjar adrenal akan menstimuli prostat
untuk menghasilkan DHT. Terapi hormonal dapat menurunkankadar
DHT dengan cara mengganggu telur pembentukkan tersebut di atas.14,15
Berikut ini beberapa bentuk dari terapi hormonal.
- Orchiektomy adalah suatu pembedahan yang bertujuan
mengangkat testis. Karena testis yang dihasilkan testosterone,
maka apabila testis diangkat maka stimulasi hormonal terhadap
tumor akan terhenti.
- Menggunakan Agonis dari LHRH, seperti leuprolide (lupron,
viaduneligart), Gossereline (zoladex) atau Busereline (supra Fact),
untuk menghentikan produksi testosterone.

2
- Anti Androgen yang biasa digunakan adalah flutamide (eulexine)
bisa lutamide (casodex), nilutamide dan asetat siproteron, yang
menghambat kerja testosterone dan DHT pada pasien kanker
prostat.
- Obat lain yang digunakan untuk menghambat produksi androgen
pada kelenjar adrenal adalah DHEA yang mengandung
ketokenazol dan aminoglutethimide. Karena kelenjar adrenal hanya
membentuk 5 % dari androgen seluruh tubuh, maka pengobatan ini
umumnya dikombinasikan dengan pengobatan lain yang dapat
menghambat 95 % dari produksi androgen di testis. Cara
kombinasi ini biasa disebut TAB (Total Androgen Block)
- Estrogen dalam bentuk dietil stilbesfron, dapat juga digunakan
untuk menekan pembentukkan testosteron. Namun estrogen jarang
digunakan karena efek sampingnya yang kuat. Efek samping adri
cara pengobatan ini berbeda-beda
- Orchiektomy dan Agonis LHRH dapat menimbulkan impotensi,
rasa panas, dan hilangnya keinginan untuk berhubungan seks. Anti
androgen dapat menyebabkan timbulnya mual, muntah, diare, dan
pembesaran payudara. Beberapa diantara cara pengobatan tersebut
dapat menyebabkan kelemahan tulang (medicine).14,15,16
III. Terapi Radiasi
Radio terapi untuk kanker prostate terdiri dari terapi External-Beam
radiasi dan Brachy terapi.
a. Terapi External-Beam Radiasi
Terapi External-Beam radiasi khususnya menggunakan
ekseleration linear berenergi tinggi menghasilkan kelangsungan

3
hidup yang lebih lama pada pasien dengan penyakit local. Suatu
tehnik yang biasa disebut dengan IMRT (Intensity Modulated
Radiation Therapy) dapat digunakan untuk menunjang External-
Beam radiasi yang disesuaikan dengan ukuran tumor, diberikan
dengan dosis tinggi pada prostate dan vesikula seminalis dengan
sedikit merusak kandung kemih dan rectum. Radioterapi ini
biasanya diberiukan selama 6-7 minggu, 5 hari dalam seminggu.
Dosis dapat ditingkatkan dengan menggunakan suatu cara tertentu,
tetapi efeknya terhadap angka kelangsungan hidup tidak diketahui.
Untuk pasien dengan penyakit-penyakit local (T3 – T4) tambahan
gocerelin (zoladex) agonis LhRH menunjukkan adanya peningkatan
sebagaimana rata-rata angka kelangsungan hidup yang ada.
Keuntungan dari radio terapi jenis ini adalah mudah pelaksanaannya
dan masih tergolong aman. Kerugiannya adalah memiliki resiko
menimbulkan rekurensi maupun pertumbuhan local, biaya dan
resiko timbulnya komplikasi. Komplikasi umumnya disebabkan
oleh radiasi yang mengenai jaringan yang normal seperti kandung
kemih. Disamping itu efek samping lainnya adalah impotensi,
inkontinensia, cystitis dan prostitis.14,15,17
b. Brachy terapi
Brachy terapi untuk kanker prostat menggunakan “Seeds”
yaitu suatu lempeng radioaktif yang kecil yang mengandung bahan
radioaktif (seperti iodin-125 atau Paladium-103) yang ditanamkan
pada tumor dengan bantuan transrectal ultrasound (TRUS). Jika
“Seeds” yang ditanamkan tadi telah mencapai dosis homogen
terhadap prostat maka memungkinkan dilakukannya radiotherapi.

4
Keuntungan dari cara radiotherapi ini adalah mudah dalam
penempatannya dan memiliki masa terapi yang singkat.
Kerugiannya memiliki biaya yang besar, menimbulkan impotensi,
rekurensi, inkontinensia (umumnya pada pasien yang telah
menjalani reseksi prostat) dan pergeseran atau migrasi kekandung
kemih atau sirkulasi, contohnya keparu-paru.
Radioterapi umumnya diberikan pada kanker stadium dini
dan biasanya juga pada stadium lanjut untuk mencegah metastasis
ketulang, radioterapi dapat dikombinasikan dengan terapi hormon
pada penyakit dengan resiko sedang, dimana radioterapi saja tidak
cukup untuk mengatasi kanker itu. Beberapa ahli onkologi
mengkombinasikan external-beam radiasi dan brachy terapi untuk
kelompok resiko sedang sampai tinggi. Pada salah satu penelitian
ditemukan bahwa kombinasi terapi supresi androgen yang
dikombinasikan dengan external-beam radiasi selama 6 bulan dapat
memperbaiki angka kelangsungan hidup pasien jika dibandingkan
dengan radioterapi saja pada pasien kanker prostat yang terlokalisir.
Dapat pula digunakan kombinasi dari external-beam radiasi, brachy
terapi dan terapi hormon. Umumnya radioterapi diberikan apabila
kanker sudah sampai menekan medula spinalis atau kadangkala
setelah dilakukan pembedahan seperti pada kanker yang ditemukan
di vesikula semilunaris, limfonodus, diluar kapsul prostat atau
daerah yang dibiopsi. Radioterapi biasa dibeikan pada pasien yang
memiliki kendala medis sehingga susah untuk dilakukan
pembedahan. Radioterapi juga terbukti lebih baik dalam mengobati
kanker yang kecil jika dibandingkan dengan pembedahan. 14,15,17

5
IV. Operatif
Tehnik operatif untuk penanganan kanker prostat terdiri atas dua cara :
1. Prostatectomy radikal
prostatectomy radikal adalah suatu tehnik pembedahan
dengan cara mengangkat seluruh prostat. Cara ini di indikasikan
untuk kanker yang hanya mengenai prostat dan tidak menginvasi
kapsula prostat, limfonodus dan organ lain disekitarnya.
Terdapat tiga cara pelaksanaan radical prostatectomy yaitu
radical retropubik prostatectomy dengan cara melakukan insisi
abdomen. Sedangkan yang kedua yaitu radikal perineal
prostatectomy,dengan melakukan prostatectomy yaitu : prostate
yang terkena, vesikula seminalis dan ampula dari vasdeferens
diangkat seluruhnya, sedangkan kandung kemih dibiarkan tetap
berhubungan dengan membrane urethra untuk membiarkan
terjadinya berkemih. Dan yang ketiga cara radikal suprapubik
prostatectomy. Prostatectomy radikal dapat dikombinasikan dengan
radioterapi pada kanker prostate yang letaknya hanya pada daerah
prostate. Hal ini akan memberikan hasil yang baik karena kanker
belum bermetastasis. Komplikasi dari cara ini antara lain
inkontinensia urine dan impotensi.14,15,16,17
a. Radikal retro-pubik prostatectomy18
 Lakukan insisi dibagian midline bawah, kemudian lakukan
limfadenectomy pelvik bilateral ekstra peritoneal.
Keluarkan lemak retro-pubik dan cauter cabang superfisial
dari vena dorsalis penis. Lakukan insisi tumpul pada fascia
endopelvic. Angkat semua serat otot yang tersisa (levator

6
ani, pubococcygeus dan puborectalis) kebagian lateral dari
prostat sampai fascia prostat dan vena dorsalis terlihat.
Lakukan jahitan menggunakan benang vicryl 2,0 dibagian
vena dorsalis dan anterior dari urethra. Buat jahitan kontrol
dengan benang vicryl 2,0 sebanyak 8 jahitan di bagian
proksimal dari vena dorsalis.
 Pisahkan vena dorsalis menggunakan elektro cauter, buat
defek pada fascia tersebut. Lakukan insisi V pada tepi
fascia prostat, secara distal dan proksimal.
 Buatlah sebuah manuver menggunakan gunting Satinsky,
lakukan insisi pada neurovaskuler ke arah urethra dan
kandung kemih. Pada keadaan ini fascia prostat bagian
lateral yang berisi neurovaskuler di immobilisasi kearah
posterior. Tempatkan jari telunjuk tangan kiri diantara
immobilisasi fascia prostat dan kapsul prostat tepat
dibagian postrior dari prostat. Manuver ini bertujuan untuk
memisahkan fascia denonvilier adheren anterior dari bagian
posterior prostat. Selanjutkan pindahkan ujung jari kiri ke
arah kanan dari apical prostat sampai kearah fascia prostat
di bagian yang kontra lateral tepat diatas neovaskuler
kanan. Ujung jari kiri akan menembus prostat lateral kanan
dengan membentuk sudut siku-siku terhadap pengapit
 Pengapit neurovaskuler kanan dikeluarkan dari prostat
secara kranial dan posterior. Pisahkan urethra yang
membranius menggunakan elektrocauter. Biarkan
elektrocauter tersebut sampai mancapai 45 derajat untuk

7
mencapai puncak tersebut. Dalam hal ini serat-serat sisa
yang masih sehat dari urethra eksternal rabdo spinkter yang
membungkus bagian anterior dari apeks prostat selanjutnya
dibagi dan diberikan pada urethra. Setelah urethra dipisah
lakukan immobilisasi prostat dan lakukan ligasi vaskuler
lateral menggunakan hemoklips. Pisahkan bagian anterior
dari fascia denonvilier dan ampulla vasdeferens. Diseksi
ampulla vasdeferens ke medial dan lakukan mobilisasi
kearah distal. Lakukan diseksi tajam dan mobilisasi vesikel-
vesikel yang kemungkinan bisa berkembang. Lakukan
diseksi pada daerah nerovaskuler dan pleksus pelvik pada
daerah lateral dari vesikel untuk mencegah terjadinya
kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.
 Lakukan retraksi vesikel dan ampulla vasdeferens serta
lakukan diseksi untuk membebaskannya dari kandung
kemih menggunakan elektro cauter. Diseksi dilakukan dari
ujung fascia viceralis kandung kemih yang tegak lurus
dengan fascia denonfilier posterior.
 Angkat serat-serat sirkuler dari kandung kemih dan
keluarkan spesimen-spesimen yang terdapat didalamnya.
Lakukan hal itu dengan hati-hati sehingga tidak perlu
dilakukan ekstensi leher kandung kemih. Lakukan jahitan
menggunakan monocryl 3,0 untuk memperbaiki leher
kandung kemih. Mulai jahitan pada arah jam tujuh dan
lakukan sampai mukosa kandung kemih menyatuh dengan
fascia parietal

8
 Akhiri jahitan pada arah jam 5 dan lakukan jahitan pada
daerah fascia viceralis kandung kemih tepat pada arah jam
5 dan jam 7. lakukan anastomose vesiko urethral direck
menggunakan 6 jahitan (menggunakan monocryl 2,0).

b. Radikal perineal prostatectomy19


 Pasien diposisikan pada posisi litotomi posisi tinggi. Bantal
Lioy-Allen atau pijakan yellowfin digunakan untuk
menopang kedua kaki. Suatu gel setebal 6 inci (misalnya
jelly guling) ditempatkan dibawah sakrum. Diperlukan
penanganan khusus agar kedua kaki tertopang dengan baik
dan mencegah agar pinggul tidak bergerak. Adanya
tambahan tekanan pada saat melakukan posisi tersebut akan
menimbulkan neuropraxia sciatic atau memperlancar
sirkulasi ke ekstremitas bawah dan abdomen bagian bawah.
Rhabdomyolisis dapat terjadi namun jarang ditemukan dan
biasanya berhubungan dengan waktu operasi yang lama dan
kesalahan dalam memposisikan pasien. Resection trans
urethral O’Connor-Sullivan ditempatkan pada rectum
dengan bantuan jari untuk memudahkan melakukan palpasi
prostat dan dinding rectum selama operasi. Suatu traktor
Lowsley ditempatkan sepanjang urethra sampai kekandung
kemih, dan syapnya dibuka untuk memudahkan dalam
memindahkan prostat ke lapangan operasi.
 Buat insisi U dengan apex di mid perineum sedangkan
ujung anteriornya berada digaris midline 1 cm di medial

9
dari tubersitas ischiadikum. Klem alis digunakan untuk
mengamankan reseksi trans urethral pada kulit.
 Penulis menyatakan bahwa pendekatan extraspinkter young
berlawanan dengan pendekatan subspinnkter Belt. Fossa
ischiorectalis diperlebar pada salah satu sisi dari tendon
sentral dan tendon sentral dipisahkan dengan menggunakan
cauter. Diseksi dilanjutkan sampai ke jaringan fibrosa
posterior bahkan sampai ke raphe bulbospongiosum.
Apabila jaringan fibrosa dibuka maka akan tampak
rectrourehtralis dibagian midline dan m. Levator ani
dibagian lateral. Rectrourethralis dibuka untuk
mengamankan rectum. Angkat jaringan fibrous
menggunakan forceps untuk melihat rectrourethralis dan
rectum, rectum diangkat sampai mendekati urethra tetap
dibagian apex dari prostat. Apabila rectum dimobilisasi ke
bagian posterior dari apex prostat, gunting dengan
berlawanan dari apex sampai mendapat apponeurosis
(fascia) Denonvillien yang berwarna putih. Tractor
Lowsley digunakan untuk menarik prostat kearah perineum
dan membantu dalam identifikasi apex prostat. Apabila
retrourethralis telah terbuka sempurna, rectum akan
mendorong apponeurosis Denonvillier ke arah posterior
sampai kedalam luka, tepat diproksimal vesika semilunalis.
Jari dimasukkan kedalam sampai levator muskularis ani
untuk membersihkan jaringan lemak peri prostat. Pada
kasus-kasus eksisi besar monuver dilakukan untuk

10
menentukan batas maksimal dari jaringan ekstra prostat
yang erupakan batas operasi yang bersih. Pada kasus
pembukaan saraf dibuat suatu bidang di bagian medial dari
serat levator, lateral dari fascia pelvik lateralis jaringan
penunjang dibagian posterolateral rostat disatukan dengan
nervus cavernosum. Pembukaan fascia dan jaringan
penunjang yang tipis tersebut dilakukan dari daerah
anterolateral rektum.
 Untuk tujuan tersebut biasanya digunakan retraktor perineal
Tompson atau Bukwalter. Suatu retraktor tajam sebesar 2
inci ditempatkan di rektum dan 2 pisau bersudut ganda
ditempatkan dibagian anterolateral.kriteia tentang
pembukaan saraf berbeda-beda diantara setiap ahli bedah,
namun pasien dengan volume yang rendah kankernya yang
tidak terpalpasi dan score gleason kurang dari atau sama
dengan 6 biasanya mendapat pembukaan saraf. Pembukaan
saraf dibagian unilateral dilakukan apabila saraf-saraf
dibagian kontralateral mendapat metastase dari kanker.
Apponeorosis Denonvillier diinsisi secara transversal dari
bagian medial salah satu vesikasemilunaris sampai kebatas
medial vesika semilunaris lainnya. Pengguntungan
dilakukan didaerah ini sampai ampulla dan vesika
semilunalis terlihat. Salah satu vasdeferens di diseksi dan
diangkat kira-kira 5 am dari prostat dan kemudian dilektkan
dengan menggunakan bantuan alat ligasur. Vasdeferens
lainnya mendapat perlakuan yang sama. Vesika semilunalis

11
diangkat menggunakan forceps dan ditarik kearah medial.
Apponeurosis Denonviller digunting kearah lateral untuk
melihat bagian lateral. Pengguntingan dilakukan dibagian
lateral dari vesika semilunaris sampai mencapai pembuluh
darah dibagian tersebut. Pembuluh-pembuluh darah
tersebut disatukan menggunakan ligasur. Leher posterior
kandung kemih didorong kearah basis prostat menggunakan
disector Kuthnner.
 Pada kasus pembukaan saraf, appneorosis Denonvillier
diinsisi dari lateral ke midline, tepat diatas medial vesika
semilunaris yang ipsilateral kedaerah midline diatas dari
apex, dan kembali lagi kedaerah medial dari vesika
semilunaris yang kontralateral (berbentuk U terbalik).
Dengan menggunakan seksi tajam fascia dan nervus
cavernosum dimobilisasi kearah lateral dari bagian lateral
prostat. Dibentuk ruangan antara prostat dengan lapisan
apponeurosis Denonvillier yang memiliki nervus
cavernosum. Daerah tersebut dibentuk sekitar bagian lateral
dari prostat mulai dari apex sampai vesika semilunaris.
Percabangan dari nervus yang masuk keprostat dibagian
apex dan basis dipisahkan untuk mencegah terjadinya
trauma dibagan tersebut. Nervus cavernosum dimobilisasi
kedaerah lateral menjauhi basis prostat, meninggalkan
pediculus vaskuler dan basis prostat. Pediculus vaskuler
dan basis prostat disatukan dengan ligasur, untuk mencegah
terjadinya traksi trauma. Cari prostatovesikularis dan

12
pisahkan dari daerah posterior dibagian lateral dan anterior
dari ligamentum puboprostaticum. Penanganan ini
bertujuan mencegh terjadinya trauma pada saraf ketika
berlangsung pengangkatan prostat. Dibagian apex
persarafan dipisahkan dari urethra. Urethra kemudian di
diseksi secara sirkumferential dari jaringan apex prostat
menggunakan disektor kuthner sampai ke prostat, naik
sampai ke verumontanum. Tindakan ini dilanjutkan dengan
membagi ligamentum puboprostatikum. Pada tindakan
tanpa membuka persarafan, seluruh jaringan peri
prostaticum diangkat dari prostat bertujuan untuk
menentukan daerah reseksi tumor. Apponeurosis
Denonvillier dan fascia endopelvik tidak diangkat, tetap
berada dibagian posterior dan lateral prostat. Pediculus
prostat disatukan dengan ligasur. Perhatikan pada saat
mengembalikan apex prostat. Muskulus skeletal berada
didekat apex prostat dipisahkan agar tidak bersentuhan
dengan urethra bagian distal sampai ke apex. Selanjtnya
lantai otot pelvik dipisahkan dari lantai pelvik kira-kira 1-2
cm jaraknya dan diletakkan diatas apex prostat untuk
memastikan daerah disekitar apex sudah cukup adekuat.
Penanganan ini bertujuan untuk mencegah bagian posterior
prostat bergerak kearah apex dari protat.
 Urethra dipisahkan dari prostat secara sirkumferential
menggunkan disektor kuthner diantara urethra dan apex
prostat. Pediculus apical dipisahkan menggunakan kauter,

13
traktor lowsley diangkat, dan tambahn urethra di diseksi
dari apex sampai ke verummontanum. Urethra selanjutnya
dipotong. Ligamentum puboprostatikum dipisahkan
menggunakan kauter beberapa milimeter kearah anterior
dari bagian anterior prostat. Klem ring ditempatkan pada
jaringan anterior, dengan salah satu ringnya masuk ke
urethra untuk mencegah timbulnya traksi prostat kearah
bawah yang dapat menyentuh bagian anterior dari leher
kandung kemih. Bagian anterior dipisahkan dengan
menggunakan kauter. Apabila terjadi perdarahan vena yang
berasal dari vena dorsalis maka dilakukan ligasi dengan
menggunakan benang absorben.
 Pada traksi prostat daerah diseksi antara leher kandung
kemih dan basis prostat dibuka, terlihat urethra masuk
sampai ke basis prostat. Urethra selanjutnya dikeluakan dari
basis prostat dan dipotong, sisakan kira-kira 1 cm bagian
urethr yang melekat dengan leher kandung kemih.
 Daerah operasi diirigasi, dan lakukan kontrol perdarahan
sebelum melakukan anastomose. Ujung urethra di
anastomose dengan 2 benang monocryl 3,0 ditempatkan
didaerah midline anterior sampai kedaerah posterior,
kemudian diikat dengan tidak terlalu kencang untuk
mencegah menurunnya diameter anastomose. Apabila
daerah urethra sudah cukup adekuat lakukan urethrostomy
sehingga urethra tidak beranastomose dengan leher
kandung kemih. Apabila anastomose sudah sempurna,

14
diinjeksi dengan cairan salin secara tegak lurus dari arah
meatus dan kemudian anastomose dikencangkan dengan
jahitan tambahan. Kateter ukuran 18F ditempatkan pada
kandung kemih dan kemudian kandung kemih diirigasi
untuk mengeluarkan sisa-sisa bekuan yang ada didalamnya.
Pada Resection prostat trans Urethral, dengan pembesaran
kelenjar atau kanker didekat leher kandung kemih maka
leher kandung kemih tidak perlu diikat. Pada keadaan ini
kandung kemih masuk kebagian anterior setelah
ligamentum puboprostatikum dipotong. Leher kandung
kemih dipisahkan dari prostat untuk membuat jarak yang
aman dari orifisium urethra. Leher kandung kemih
selanjutnya dijahit dengan kateter 18F tapi tidak sampai
urothelium. Anastomose terhadap urothelium dilakukan
pada jahitan anastomose yang lain.
 Retraktor diangkat dan rectum diinspeksi untuk melihat ada
tidaknya trauma atau adanya daerah yang menipis, bila ada
dilakukan penanganan muskuluslevator ani dikembalikan
keposisi midline menggunakan draine Jackson Pratt atau
Penrose yang ditempatkan di rektum. Tendon sentral
dikembalikan diposisinya, jaringan subkutan ditutup dan
kemudian kulit ditutup menggunakan jahitan subkutikuler
pada sisi kiri dan kanan. Selanjutnya Belladona maupun
obat supposutoria dapat diberikan melalui rectum untuk
mengurangi spasme pasca operasi. Kateter dibiarkan tapi

15
tidak menekan daerah bawah abdomen dan pasien berada
dalam masa pemulihan.

c. Radikal suprapubik prostatectomy20


 pasien diletakkan diatas meja operasi pada posisi supine,
dibawah pengaruh gravitasi, larutan sulfat neomycin 0,1 %
dimasukkan sampai mencapai kapasitas kandung kemih,
Kateter kemudian dilepas. Suatu lembaran kertas/tissue
diletakkan dibawah pinggang untuk menopang pelpis dan
memberikan paparan terhadap leher kandung kemih dan
prostat. Vasektomy bilateral tidak selalu dilakukan.
Identifikasi orifisium urethra dapat dengan mudah
dilakukan dengan bantuan injeksi satu ampul indigo
carmine secara intravena.
 Insisi midline abdomen secara vertikal jarang dilakukan
dibanding insisi secara transversal. Insisi ini dilakukan
untuk mendapatkan paparan yang tepat dan memudahkan
pada saat pembukaan dan penutupan daerah yang diinsisi.
Dapat terjadi infeksi luka, insisi vertikal dilakukan pada
daerah jaringan yang tipis, dibanding insisi transversa dan
menyulitkan penyebaran infeksi ke dinding abdomen.
 Insisi kulit dilakukan dari daerah umbilikus sampai ke
pubis. Perdarahan subkutan terkoogulasi dengan alat
elektrosurgical. Gunting Curved Mayo digunakan untuk
membagi fascia rektus disepanjang daerah insisi. Daerah
diantara otot rektus dibuka menggunakan hemostat dan

16
daerah tersebut diangkat dari pubis sampai ke umbilikus.
Dibawah permukaan setiap otot rektus harus dimobilisasi
untuk mendapatkan retraksi lateral dari otot-otot tersebut.
Dengan tujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan, satu
sampai tiga pembuluh darah kecil dimasukkan
kepermukaan posterior dan medial dari otot rektus yang
selanjutnya dikauter sebelum dimasukkan retraktor Baltour.
Retraktor Baltour digunakan untuk memegang otot rektus
lateralis. Fascia prevesikalis diinsisi tepat dibelakang pubis,
lemak perivesikel dan peritoneum dibersihkan
menggunakan kapas steril sampai mencapai dinding
anterior kandung kemih.
 Luka dibuat diantara kedua klem Allis untuk membuka
kandung kemih. menjahit dinding kandung kemih pada
setiap daerah yang mendapat cystotomy Larutan neomycin
0,1% dikeluarkan menggunakan section, dan dilakukan
cystotomy tumpul untuk menopang leher kandung kemih.
Cistotomy dibuat sepanjang mungkin agar tidak
mengganggu pandangan ahli bedah terhadap trigonum dan
vesika. Tidak ada keuntungan pada cystotomi yang kecil
karena hanya akan menghasilkan lapangan pandang yang
tidak memadai.
 Paparan interior kandung kemih dipertahankan
dengansampai kefascia rektus lateralis menggunakan
benang cromic 2.0. laparatomi diletakkan pada rongga
kandung kemih, dinding posterior kandung kemih ditarik

17
keatas menggunakan retraktor Deaver. Ahli bedah harus
mendapat paparan trigonum dan leher vesika yang tepat.
Setelah letak orifisium urethra telah ditentukn, insisi
mukosa bentuk tapal kuda dibuat disekitar daerah lateral
dan posterior dari leher kandung kemih. Jika insisi dimulai
dari lobus media dan naik sampai kelobus lateral,
pandangan ahli bedah tidak akan terhalangi oleh perdarahan
dari insisi mukosa yang dilakukan. Insisi tersebut dilakukan
untuk meminimalkan kemungkinan trauma didaerah
orifisium lateral selama operasi berlangsung.
 Enukleasi adenoma dilakukan dengan cara tumpul.
Retraktor diangkat dari luka untuk mencegah sentuhan
dengan tangan ahli bedah. Dengan mnggunakan indeks jari,
urethra prostatikum dan adenoma didorong kearah anterior
tepat didaerah proksimal dari spinkter urine eksterna.
Ruangan diantara adenoma dan kapsula bedah dibuka,
enukleasi dilakukan secepat mungkin. Lobus anterior,
posterior dan lateralis dienukleasi untuk pertama kali, dan
lobus median pada bagian akhir. Hal ini dilakukan untuk
mengangkat semua lobus sebagai satu kesatuan.
 Perdarahan terjadi sewaktu adenoma diangkat. Hemostatis
tidak dapat dimulai sampai adenektomi dilakukan dengan
sempurna, selanjutnya pemanjangan daerah operasi akan
memperbanyak kehilangan darah. Apabila enukleasi
dilakukan dengan cepat maka akan memberikan hasil yang
baik. Perlakuan yang tidak perlu pada kapsula prostat akan

18
menimbulkan perdarahan. Adhesi diantara adenoma dan
kapsula dapat dipisahkan dengan cara tajam. Daerah apeks
prostat akan memberat pada akhirnya. Pada keadaan ini
dapat dilakukan cara tumpul tapi seringkali pembagian cara
tajam menggunakan gunting sangat dibutuhkan. Hal ini
jarang dilakukan dengan pandangan langsung. Penanganan
sebaiknya dilakukan dengan cara mengangkat membran
urethra keatas sampai mencapai fossa prostat, apabila
pengangkatan struktur tersebut dapat meningkatkan resiko
inkontinensia paska operasi.
 Hemostatis dapat dicapai melalui paparan yang memadai
didaerah operasi, ligasi penjahitan aliran darah arteri besar
prostat dibagian posterior dari leher kandung kemih, dan
membiarkan adanya traksi sementara pada daerah leher
vesika untuk menghantikan perdarahan vena di fossa
prostatika. Paparan pada leher kandung kemih dan fossa
prostatika merupakan prioritas utama dalam menilai
hemostatis. Kegagalan untuk menilai adanya kompel vesika
oleh ahli bedah adalah dengan penempatan jahitan
hemostatis atau traksi den waktu untuk menghentikan
perdarahan.
Paparan dengan memindahkan retraktor yang tebal
dikeluarkan. Fossa prostatika ditutupi dengan kassa gulung
untuk menstimulasi kontraksi dari kapsula surgical. Dengan
tujuan untuk melipat bibir posterior dari kandung kemih.
Retraktor Deaver ditempatkan didalam fossa prostatika

19
tepat diatas dari balutan kassa gulung, dan dibagian
posterior leher kandung kemih yang dilekatkan dengan
klem Allis. Dengan melakukan traksi keatas dan posterior
dari klem tersebut, sisi fossa prostatika dibagian posterior
dari leher kandung kemih dapat terlihat dengan jelas.
Paparan tambahan dilakukan menggunaklan retraktor
Ribbon atau Deaver pada daerah dinding kandung kemih
yang merupakan tempat jahitan yang dilakukan.
 Gambar jahitan delapan ditempatkan pada leher vesikal
posterior dari arah jam 4 – jam 8. kesalahan yang sering
dijumpai adalah letak jahitan yang tidak berada didaerah
lateral yang cukup aman untuk arteri prostat yang besar.
Jahitan sebaiknya lebih didalam dari daerah fossa prostatika
leher kandung kemih. Setelah mengamankan perdarahan
arteri dan vena besar, balutan dikeluarkan dari fossa
prostatika. Meskipun terdapat robekan pada kapsula, tapi
sebaiknya tidak dilakukan penjahitan, ligasi maupun
membekukan perdarahan didaerah tersebut. Perdarahan dari
daerah kapsula biasanya berasal dari vena dan dapat
dikendalikan menggunakan traksi jangka pendek. Fossa
prostatika sebaiknya diinspeksi untuk memastikan bahwa
adenoma telah diangkat. Integritas orifisium urethra
diperbaiki untuk menentukan bahwa tidak terdapat
hubungan antara jahitan hemostatik yang ditempatkan
didaerah posterior dari leher kandung kemih.

20
 Kateter French Folley No.24 disertai balon 30ml
dimasukkan kedalam kandung kemih pasien. Kateter balon
dikembangkan sehingga tidak terjadi traksi yang dapat
menggeser kateter balon tersebut sampai ke fossa
prostatika. Biasanya jaringan seberat 1 ml air/gr
dikeluarkan untuk menjaga agar pengembangan balon tetap
adekuat. Kateter balon ditarik berlawanan dengan leher
vesikal untuk menekan fossa prostatika. Traksi tersebut
dipertahankan menggunakan klem Kelly yang diletakkan
bersilangan dengan kateter pada saat akan dikeluarkan
melalui meatus urethra. Drain penrose dimasukkan
sepanjang daerah hemostat dan menggunakan sedikit
tahanan yang terkadang membutuhkan bantuan. Drainase
supra pubik dilakukan menggunakan kateter French
Mallecot No.26 atau 28. luka dibuat didasar kandung
kemih, dan tube suprapubik ditarik kearah retrograd pada
saat terbuka. Jahitan menggunakan chromic 2.0 dilakukan
untuk mengikat tube pada titik keluarnya dikandung kemih.
Posisi akhir tube sebaiknya tidak menimbulkan iritasi pada
daerah trigonum dan spasme kandung kemih.
 Dengan tujuan untuk menyembuhkan luka dan mengurangi
terjadionya infeksi, kandung kemih sebaiknya ditutup yang
akan mempertahankan urine tetap berada disaluran kemih.
Hal ini baik dilakukan untuk memisahkan ketiga lapisan
kandung kemih menggunakan benang cromic yang baik.
Lapisan mukosa ditutup menggunakan jahitan benang

21
chromic 5.0. penutupan yang baik pada sudutnya dapat
dicapai dengan mulai jahitan 5.0 pada setiap sudut
cystotomi. Hal ini akan memudahkan ahli bedah melakukan
kerjanya dibagian tengah dari penutupan mukosa dan
mencegah terjadinya “dog ear” pada setiap sudutnya. Suatu
jahitan dengan benang chromic 4.0 dilakukan untuk
menutup lapisan otot. Ketiga lapisan tersebut digabungkan
dengan otot dan serosa serta ditutup dengan jahitan
Lembert menggunakan benang chromic 3.0 untuk menutup
seluruh daerah yang dijahit.kekuatan penutupan kandung
kemih ditentukan oleh irigasi tuiba suprapubik
menggunakan salin normal. Penutupan dilakukan dengan
ketat dan mengurangi daerah yang terbuka dengan
menggunakan chromic 3.0 secara terputus-putus. Irigasi
kandung kemih juga dilakukan untuk mengeluarkan bekuan
darah yang terdapat selama penutupan kandung kemih jika
hemostatik tidak adekuat.
 Setelah kandung kemih ditutup, luka diinspeksi untuk
melihat ada tidaknya perdarahan pada dinding kandung
kemih, daerah perivesikalis ataupun pada otot rektus. Luka
umumnya diirigasi secara steril, saline normal yang hangat,
dan sulfet neomycin 0,1 %. Dengan tujuan agar lebih
efektif, larutan neomicyn diletakkan didaerah luka dan
dibiarkan selama 60 detik. Draine penrose diletakkan
didaerah perivesikalis. Pisahkan daerah insisi pada setiap
insisi midline untuk mendapatkan tempat keluar dari tube

22
suprapubik dan draine. Penrose dilekatkan pada kulit
menggunakan jahitan benang nonabsorben 3.0.
 Otot rektus diikat dengan 3-4 jahitan benang chromic 3.0.
lapisan tersebut ditutup tidak untuk menguatkan insisi tapi
untuk mengeluarjkan jaringan yang mati. Jahitan
nonabsorban dibutuhkan untuk menutup fascia rektus. Hal
ini akan menguatkan penutupan dan disertai dengan bahan
penjahit (misalnya neurolon maupun prolene),
pembentukan batu pada luka yang secara teoritis akan
menimbulkan komplikasi. Penutupan menggunakan jahitan
interuptus jenis Tom Jones dengan neurolone 0 untuk
menutup fascia rektus, jahitan subkutan ditutup dengan
cutgut plain 3.0 secara interuptus, dan kulit dengan benang
nilon 3.0 secara interuptus

2. Transurethral Resection of the Prostate (TUR-P)


TUR-P merupakan suatu cara pembedahan pada kanker
prostate apabila terjadi sumbatan pada urethra yang disebabkan oleh
pembesaran prostate. TUR-P biasanya dilakukan pada penyakit-
penyakit yang tergolong ringan. Sebagian prostat diangkat
menggunakan suatu alat yang dimasukkan kedalam urethra. alat
tersebut atau yang biasa dikenal cystoscope dimasukkan kedalam
penis dan berfungsi untuk menghilangkan sumbatan pada urethra
tersebut. Tindakan ini biasanya dilakukan pada stadium awal untuk
mengangkat jaringan yang menghambat aliran urine. Pada stadium
metastasis dimana kanker telah menyebar seluruh prostat

23
penganmgkatan testis (Orchiectomy) dilakukan untuk menurunkan
kadar testosteron dan mengendalikan pertumbuhan kanker.21

24

Anda mungkin juga menyukai