Anda di halaman 1dari 31

Sampul depan

Sampul dalam
Halaman pernyataan keaslian
Halaman persetujuan
Halaman pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar gambar
Daftar lampiran
Daftar arti lambang
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan
payudara seseorang dan merupakan keganasan yang paling umum terjadi pada
populasi wanita diseluruh dunia,payudara wanita terdiri dari lobulus (kelenjar susu),
duktus (saluran susu), lemak dan jaringan ikat, pembuluh darah dan limfe. Sebagian
besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal),
beberapa bermula di lobulus (kanker lobular), serta sebagian kecil bermula di jaringan
lain (Novianti, 2012). Kanker payudara dapat disebabkan oleh beberapa faktor resiko,
sedangkan penyebab pastinya belum dapat diketahui secara pasti (Dewi, 2009).
Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus
tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah kematian meningkat
dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi
penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular
(Kemenkes RI, 2014a). Prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000
penduduk. Negara di dunia memiliki perbedaan dalam angka insidensi dan angka
kematian akibat kanker payudara. Resiko untuk kanker payudara lebih tinggi di
negara-negara maju dibandingkan dengan negara-negara berkembang (Robbins,
2007).
Faktor resiko kanker payudara adalah jenis kelamin dengan perbandingan laki-
laki dan perempuan kira-kira 1:100. Berdasarkan data penelitian Harrianto dkk di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2005, faktor risiko kanker payudara di
antaranya adalah riwayat keluarga dengan penderita kanker payudara (15,79%),
menarche dini (8,77%), nullipara (7,02%) dan pemakaian pil yang mengandung
estrogen jangka panjang (42,11%). Selain itu, juga terdapat faktor risiko lain yang
diduga berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu menopause terlambat,
riwayat pemberian ASI, dan obesitas (Harianto, 2005).
Menurut Lubis & Hasnida (2009), salah satu pengobatan kanker payudara
adalah kemoterapi yang bermanfaat mencegah dan mengurangi pertumbuhan sel
kanker. Obat kemoterapi aktif pada sel yang sedang membelah dan bereproduksi,
sehingga sel tumor yang aktif merupakan target utama dari kemoterapi. Namun, sel
yang normal tidak tertutup kemungkinan akan terpengaruh kemoterapi. Karena sel
normal juga aktif bereproduksi. Sehingga yang akan muncul adalah efek samping dari
obat kemoterapi (Diananda, 2009).
Beberapa efek samping yang tidak diinginkan akan timbul selama kemoterapi.
Berat ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal, antara lain
jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh, kondisi psikis pasien. Efek samping kemoterapi
timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel
kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan
cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa
waktu setelah pengobatan (Bakhtiar, 2012).
Faktor pengetahuan tentang kanker payudara dan penatalaksanaan sangat
mendukung kelangsungan pengobatan yang dijalani oleh pasien. Hal ini disebabkan
karena pengobatannya memerlukan waktu yang relatif lama dan pasien maupun
keluarga diharapkan dapat menjalani program pengobatan sampai selesai agar dapat
dicapai hasil yang optimal dan harus diingat bahwa motivasi untuk mengikuti
kemoterapi merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh beberapa
dimensi yang saling terkait yaitu faktor pasien, faktor terapi, faktor tingkat
pengetahuan, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi
(Hastuti Leny,2015). Begitu juga dengan pasien yang menjalani kemoterapi,
meskipun kemoterapi merupakan suatu pengobatan yang dirasa sangat berat, namun
bila seseorang memiliki pengetahuan yang baik, maka ia akan mempunyai peluang
yang lebih besar untuk dapat menyelesaikannya dan mendapat tujuan yang
diinginkannya, dengan demikian kemungkinan untuk drop out kemoterapi dapat
dihindari (Subekti, 2010).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
gambaran pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek samping kemoterapi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka peneliti merumuskan
masalah bagaimana gambaran pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek
samping kemoterapi?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran
pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek samping kemoterapi
1.3.2. Tujuan Khusus
Diketahui pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek
samping kemoterapi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi
kepada mahasiswa mengenai gambaran pengetahuan penderita kanker
payudara tentang efek samping kemoterapi.
1.4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Praktisi
Keperawatan mengenai bahan acuan yang efektif yang dapat digunakan oleh
perawat dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya tentang gambaran
pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek samping kemoterapi.
1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman dalam bidang
penelitian agar dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan, khususnya
gambaran pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek samping
kemoterapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan


2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya. Pengetahuan sangat berbeda dengan
kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan
yang keliru (misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia (Mubarak,
2011). Pengetahuan juga merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan pada
umumnya didapat dari pengalaman, juga dapat diperoleh dari buku, media
massa dan elektronik (Widodo, 2006).
2.1.2. Proses Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun
tidak disengaja dan ini terjadi setelah individu melakukan kontak atau
pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (misalnya, perilaku karena paksaan atau adanya aturan wajib)
(Mubarak, 2011).
2.1.3. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam
domain pengetahuanmempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari
kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikannya,
mendefinisikannya dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menguraikan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi, harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(nyata atau sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sisntesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dari
pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2011), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu:
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapt dipungkiri
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula
mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang
dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki
tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang akan mengalami
perubahan aspek fisik dan piskologis (mental). Secara garis besar,
pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu
perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan
timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan
fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir
seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung
berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika
pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu
menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam
emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap
pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup
dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita.
7. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat
mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
2.2. Kanker Payudara
2.2.1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal
dari parenchyma, dan merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak
terkontrol karena perubahan abnormal yang bertanggung jawab atas
pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal sel payudara tua akan mati dan
digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh, regenerasi sel ini berguna untuk
mempertahankan fungsi payudara (Setiatava Rizema Putra, 2015).
2.2.2. Jenis-jenis Kanker Payudara
a. Karsinoma in situ merupakan kanker yang masih berada pada
tempatnya. Kanker jenis karsinoma in situ ini merupakan kanker dini
yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnnya.
b. Karsinoma Duktal merupakan kanker yang berasal dari sel-sel kanker
dimana kanker tersebut melapisi saluran yang menuju ke putting susu.
Kanker ini dapat terjadi sebelum atau sesudah masa menopause.
Kanker jenis karsinoma duktal ini terkadang dapat diraba dan ketika
dilakukan pemeriksaan mammogram akan tampak seperti bintik-bintik
kecil dari endapan kalsium. Kanker jenis ini biasanya terdapat pada
daerah tertentu di payudara serta dapat diangkat secara keseluruhan
melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita kanker karsinoma
duktal akan menderita kanker invasif (biasanya letaknya pada payudara
yang sama).
c. Karsinoma lobuler merupakan kanker yang pertumbuhannya dimulai di
dalam kelenjar susu. Kanker ini biasanya terjadi setelah masa
menopause. Kanker jenis karsinoma lobuler ini tidak dapat diraba dan
tidak terlihat pada pemeriksaan mammogram.
d. Karsinoma invasive merupakankanker yang telah menyebar dan
merusak jaringan lainnya didalam tubuh dan dapat terlokalisir (terbatas
pada payudara). Sekitar 80% kanker invasif ini merupakan kanker
duktal dan 10 % adalah kanker lobuler.
e. Karsinoma meduler dan Karsinoma tubuler merupaka kanker yang
berasal dari kelenjar susu.
2.2.3. Faktor Resiko Kanker Payudara
Hampir seluruh faktor resiko kanker payudara berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan estrogen. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Usia, resiko kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya
umur (diatas 30 tahun)
2. Riwayat keluarga, wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah
menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami
kanker payudara. Seorang wanita yang pernah mengalami kanker
payudara pada salah satu payudaranya mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk menderita kanker baru pada payudara lainnya.
3. Faktor hormon, hormon merupakan hal yang paling banyak
berpengaruh terhadap kanker payudara, seperti mendapat haid pertama
sebelum berusia 12 tahun, menopause setelah umur 55 tahun, tidak
menikah atau tidak pernah melahirkan anak pertama setelah berusia 35
tahun serta pennguna pil KB lebih dari 3 tahun atau terapi hormon
estrogen. Penggunaan Suntikan KB memang membantu para wanita
untuk mengontrol kehamilan dan merencanakan keturunan. Namun
efek dari suntikan KB, yaitu bertambahnya risiko terkena kanker
payudara hingga 50%.
4. Faktor genetik, terdapat 2 varian gen BRCA1 dan BRCA2 yang
merupakan suatu gen suspeptabilitas kanker payudara, jika salah satu
wanita memiliki satu gen tersebut maka kemungkinan untuk menderita
kanker payudara amatlah besar.
5. Ras, wanita kulit putih kemungkinan kecil menderita kanker payudara
dibandingkan wanita Afrika-Amerika kulit hitam, karena wanita Afrika
mempunyai tumor yang masa tumbuhnya lebih cepat dan berdampak
kepada kematian karena kanker payudara.
6. Radiasi, pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) terutama pada bagian
dada, dan pernah menjalani terapi radiasi di bagian dada dimana pernah
menderita kanker lain seperti limfoma secara signifikan mengalami
peningkatan untuk terkena kanker payudara.
7. Mengkonsumsi Alkohol jelas sangat berkaitan dengan meningkatnya
resiko terkena kanker payudara, mereka yang meminum 2-5 gelas
perhari akan mengalami peningkatan yang lebih besar.
8. Kurang berolahraga, mengkomsumsi makanan yang tinggi lemak,
penggunaan bra terlalu ketat dan penggunaan anti keringat di ketiak,
polusi, asap rokok dan bekerja malam juga faktor pendukung yang
belum pasti untuk terjadinya kanker payudara
(Pamungkas, 2011)
2.2.4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Tanda paling umum dari kanker payudara adalah adanya sebuah
benjolan atau massa baru. Massa baru tersebut tidaklah menimbulkan rasa
nyeri, keras, dan mempunyai sisi-sisi yang tidak teratur yang kemungkinan
besar adalah kanker. Namun kanker payudara bisa bisa berbentuk lunak,lembut
atau bulat. Karena itulah, sangatlah penting bahwa beberapa massa baru,
benjolan atau perubahan payudara diperiksa oleh para profesional perawatan
kesehatan dengan pengalaman dalam mendiagnosis penyakit payudara.
Tanda-tanda kanker payudara yang lain sebagai berikut :
1. Membengkak pada semua atau bagian payudara (meski tidak
ada benjolan jauh yang terasa)
2. Iritasi kulit atau membentuk lesung
3. Nyeri pada payudara atau puting
4. Putting melesak ke dalam
5. Kemerahan, bersisik, atau menebal pada kulit putting atau
payudara, dan
6. Kotoran atau cairan yang keluar dari putting, selain ASI
(Pamungkas,2011)
2.2.5. Klasifikasi Kanker Payudara
Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan
menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut. Stadium kanker payudara
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kanker stadium 0
Pada stadium ini,sel kanker ada dalam payudara namun belum menyebar
ke jaringan sekitarnya.
2. Kanker stadium 1
Sel kanker berukuran 2cm di dalam payudara
3. Kanker stadium IIA
Sel kanker tidak ditemukan di payudara, namun ditemukan di kelenjar
getah bening aksila (kelenjar limfa/getah bening di bawah ketiak). Kadang
juga terdapat tumor berukuran sekitar 2cm menyebar di kelenjar getah
bening aksila
4. Kanker stadium IIB
Tumor sudah berukuran antara 2-5cm dan telah menyebar ke kelenjar
limfa/getah bening. Kadang juga terdapat tumor yang lebih besar dari 5cm
namun belum menyebar ke kelenjar getah bening aksila.
5. Stadium IIIA
Pada stadium ini tidak ada tumor yang terdeteksi di payudara. Sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening aksila dan melekat di struktur lain.
Kadang juga bisa ditemukan dikelenjar getah bening di dekat tulang dada.
6. Stadium IIIB
Pada stadium ini tumor bisa berukuran berapa pun, dan telah menyebar ke
dinding dada atau kulit payudara. Mungkin juga bisa menyebar ke
kelenjar getah bening aksila yang menempel di struktur lain.
7. Stadium IIIC
Pada stadium ini tumor telah menyebar kekelenjar getah bening baik
diatas atau dibawah tulang selangka, bahkan mungkin juga telah
menyebar kekelenjar getah bening di dekat tulang dada.
8. Stadium IV
Pada tahap ini kanker telah menyebar kebagian tubuh lain.
2.2.6. Pengobatan Kanker Payudara
Pengobatan dilakukan tergantung stadiumnya,bisa dengan operasi,
kemoterapi (sitostatika), radioterapi (penyinaran), maupun hormonal.
Cara baru penanganan kanker payudara stadium dini (stadium I dan II)
yaitu dengan breast conserving treatment (BCT). Operasi hanya mengangkat
tumor dengan menyertakan margin 1-2cm dari jaringan normal sekitarnya.
Lalu, dilakukan pemeriksaan tumornya secara histopatologik. Operasi
pengangkatan kanker payudara stadium dini dengan atau tanpa penyebaran ke
kelenjar getah bening ketiak (aksila) dapat dilakukan degan metode BCT.
Setelah operasi, dibutuhkan radioterapi selama 5-6 minggu untuk membunuh
sel kanker yang tersisa ataupun sel kanker yanng ada di kelenjar getah bening.
Setelah tindakan BCT, pasien harus siap menerima resiko terjadinya
kekambuuhan pada jaringan payudara karena angka rekurensinya sebesar 10-
12% (Dalimartha, 2004).
2.3. Konsep Kemoterapi
2.3.1. Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak
seperti radiasi atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi merupakan terapi
sistemik yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel
kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (dr.Imam
Rasjidi, 2007)
Kemoterapi umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi yang biasanya
diterapkan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker dan kemoterapi
sebelum operasi yang digunakan untuk mengecilkan tumor. Kemoterapi
biasanya menggunakan obat-obatan antikanker. Beberapa jenis obat
diaplikasikan secara bersamaan. Jenis kanker dan tingkat penyebaranya akan
menentukan jenis obat yang dipilih serta kombinasinya.
2.3.2. Tujuan Penggunaan Kemoterapi
Menurut dr.Imam Rasjidi (2007) ada beberapa tujuan dari penggunaan
kemoterapi yaitu :
1. Terapi adjuvan : kemoterapi yag diberikan sesudah operasi, dapat
sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh
sel yang telah bermetastase
2. Terapi neoadjuvan : kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk
mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan radio terapi
3. Kemoterapi primer : digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor,
yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan
hanya untuk mengontrol gejalanya
4. Kemoterapi induksi : digunakan sebagai terapi pertama dari berbagai
terapi berikutnya
5. ;kemoterapi kombinasi : menggunakan dua atau lebih agen kemoterapi
2.3.3. Syarat Pemberian Kemoterapi
Sebelum memberikan kemoterapi, tenaga kesehatan harus mengetahui
status dan riwayat kesehatan Pasien terlebih dahulu sebagai pijakan awal
pengobatan kemoterapi. Menurut FOGI syarat pemberian kemoterapi meliputi
kondisi umum pasien cukup baik, pemeriksaan laboratorium normal (terdiri
dari pemeriksaan hemoglobin, leukosit, trombosit, ureum, kreatinin tes fungsi
hati, dan EKG), serta histopatologi yang jelas. Selain itu, dokter harus
mengetahui kondisi psikologis pasien. Persiapan aspek psikologi dari pasien
sebelum pemberian kemoterapi yang di perlukan meliputi pengetahuan tentang
kanker dan kemoterapi, pengalaman kemoterapi sebelumnya, serta dukungan
dari keluarga (Astrid Savitri dkk, 2015)
2.3.4. Efek Samping Fisik Kemoterapi
Efek samping yang segera terjadi (immediate side effects) yang timbul
Efek samping kemoterapi terdapat pada level sel. Semua sel baik sel kanker
maupun sel normal yang mengalami replikasi dan poliferasi. Efek kemoterapi
digambarkan sebagai hubungan siklus sel. Dua katagori dari obat kemoterapi
adalah siklus sel nonspesifik dan siklus spesifik (Lewis, 2000)
Umumnya efek samping kemoterapi dibagi menjadi efek samping yang
awal terjadi (Early side effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai
minggu kemudian, misalnya netropenia dan stomatitis dan efek terjadi
belakangan (Delayed side effects) yang timbul beberapa bulan sampai tahun
misalnya keganasan sekunder, steril.
1. Alopesia
Alopesia atau rambut rontok yang disebabkan oleh kemoterapi
adalah efek samping pada kulit yang paling umum. Alopesia mulai
terjadi 2 sampai 4 minggu dan akan selesai 1 sampai 2 bulan setelah
dimulainya kemoterapi. Efek berbeda pada rambut yang dapat dilihat
adalah perubahan penampilan rambut, tingkat pertumbuhan rambut,
kerontokan rambut baik sebagian atau lengkap. Kerontokan rambut
terjadi karena kelemahan dan kerusakan dari batang rambut sehingga
mengakibatkan rambut akan mudah rontok setelah disisir. Tingkat
alopecia tergantung pada jenis kemoterapi, regimen dosis dan cara
pemberian.
Menurut Luanpitpong & Rojanasakul, 2012 hampir semua
kemoterapi menyebabkan alopesia tetapi berbagai tingkat keparahan
dan frekuensi. Kemoterapi jangka panjang juga dapat mengakibatkan
kerontokan pada rambut kemaluan, ketiak, rambut dan wajah. Alopesia
biasanya reversible dengan pertumbuhan kembali rambut pada
umumnya yang terjadi 3 sampai 6 bulan setelah pengobatan berakhir.
Sebagian besar rambut baru berwarna abu-abu yang mencerminkan
adanya distorsi proses pigmentasi. Rambut baru biasanya menunjukkan
beberapa perubahan dalam struktur rambut seperti tekstur rambut
menjadi lebih kasar, pertumbuhan rambut menjadi lebih lambat.
2. Fatigue (Kelelahan)
Kelelahan dapat terjadi karena kebutuhan nutrisi yang kurang
sehingga kebutuhan energi dalam tubuh tidak tercukupi. Kelelahan
dapat muncul beberapa hari setelah pengobatan kemoterapi dan akan
semakin memburuk. Menurut Vitkauskaite et al (2011), kelelahan dapat
disebabkan banyak faktor seperti anemia, gangguan tidur, nyeri,
gangguan emosi, efek pengobatan dari kanker dan disfungsi organ.
Kelelahan dapat terjadi karena anemia dan kebutuhan nutrisi yang
kurang yang terjadi akibat penurunan nafsu makan. Penyebab umum
lainnya dari kelelahan terkait kanker antara lain karena kanker itu
sendiri, kehilangan nafsu makan, anemia (rendahnya jumlah sel darah
merah), nyeri yang tidak terkontrol, depresi, kurang tidur atau
insomnia, obat obatan, kurangnya olahraga, nutrisi yang tidak
memadai. Sebagian besar orang yang menerima pengobatan kanker
mengalami kelelahan dan beberapa penderita kanker yang selamat,
mengalami kelelahan selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-
tahun setelah menyelesaikan pengobatan kanker. Kelelahan sering
mengakibatkan dampak negatif yang mempengaruhi keseluruhan fisik,
psikologis, sosial dan ekonomi.
3. Mual dan muntah
Waktu terjadinya mual dan muntah sangat beragam yaitu pada
saat selama pemberian kemoterapi, setengah sampai 2 jam setelah
pemberian kemoterapi dan bahkan mual dan muntah dapat terjadi
sehari setelah pemberian kemoterapi. Frekuensi terjadinya mual dan
muntah meliputi hilang timbul dan terus menerus. Faktor pemicu rasa
mual dan muntah meliputi aroma masakan dari Rumah Sakit, makanan
yang berminyak, makanan yang berlemak, makanan dan minuman yang
manis, bau yang menyengat, makanan dengan tekstur yang basah,
makanan yang berbau amis.
4. Penurunan berat badan
Menurut Lara et al (2012), penurunan berat badan dapat terjadi
6 bulan terakhir atau 2 minggu terakhir setelah dimulainya kemoterapi.
sebagian besar penderita mengalami penurunan berat badan sekitar 5
sampai 15% dari berat badan sebelum menjalani kemoterapi. Dari hasil
penelitian ditemukan data bahwa penurunan berat badan berkisar 4
kilogram sampai 11 kilogram. Penurunan berat badan tersebut mulai
terjadi saat pasien mendapatkan terapi kemoterapi dan penurunan berat
badan terjadi secara bertahap. Salah satu faktor penyebab penurunan
berat badan adalah intake nutrisi yang kurang. Dan penurunan berat
badan dalam persen sekitar 7,69 sampai 20,75%.
5. Anoreksia
Menurut Cherwin (2012), kurangnya nafsu makan terkait kanker dapat
terjadi karena sinyal rasa lapar yang berasal dari hipotalamus berkurang
dan sinyal kenyang yang dihasilkan oleh melacortins diperkuat.
Kurangnya nafsu makan juga dapat semakin memburuk saat pasien
menerima kemoterapi yang berhubungan dengan mual atau perubahan
rasa. Porsi makan yang biasa dikonsumsi mengalami penurunan setelah
menjalani kemoterapi dan bahkan tidak mau makan sama sekali selama
pemberian kemoterapi serta frekuensi makan yang menjadi tidak
teratur.
6. Konstipasi
Menurut Avila (2004), pasien dengan kanker terutama dengan
kanker stadium lanjut memiliki beberapa faktor yang menyebabkan
konstipasi yaitu penggunaan analgesik opioid, berkurangnya intake
makanan dan minuman, mobilitas yang berkurang, usia lanjut dan
terkait kondisi keganasan dari kanker itu sendiri. Selain opioid, terdapat
juga golongan obat yang dapat menyebabkan konstipasi seperti agen
kemoterapi, anti kolinergik (antidepresan trisiklik, fenotiazin), kalsium
atau aluminium yang mengandung antasida dan antiemetik. Sitotoksik
agen kemoterapi dapat menghambat fungsi neurologis atau otot saluran
cerna, terutama pada usus besar menyebabkan makanan masuk ke usus
dengan sangat lambat. Akibatnya air terlalu banyak diserap usus, maka
feses menjadi keras dan kering. Seorang yang mengalami kanker
dikatakan mengalami konstipasi atau sembelit apabila frekuensi buang
air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu setelah pemberian
kemoterapi dengan konsistensi keras.
7. Neuropati perifer
Neuropati perifer adalah seperangkat gejala yang disebabkan
oleh kerusakan pada saraf yang lebih jauh dari otak dan sumsum tulang
belakang. Saraf perifer berfungsi membawa sensasi ke otak dan
mengontrol pergerakan lengan, kaki, kandung kemih dan usus.
Beberapa obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker
menyebabkan neuropati perifer. Gejala yang timbul karena neuropati
perifer sebagian besar tergantung pada saraf yang terlibat. Gejala yang
umum terjadi adalah kesemutan, penurunan kemampuan untuk
merasakan tekanan, sentuhan, panas dan dingin, kesulitan menggerakan
jari jari untuk mengambil dan menjatuhkan sesuatu dan kelemahan
otot. Neuropati perifer dapat terjadi setiap saat setelah pengobatan
dimulai dan akan semakin parah seiring berjalannya pengobatan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi neuropati perifer adalah usia
pasien, intensitas kemoterapi, dosis obat, durasi pemberian kemoterapi
dan penggunaan bersamaan dengan agen kemoterapi neurotoksik
lainnya, dan kondisi yang sudah ada seperti diabetes dan pecandu
alkohol (Wolf et al, 2008).
8. Diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. (Aziz,
2006).
9. Toksisitas kulit
Menurut Aydogan et al (2004), efek samping sistemik
kemoterapi pada kulit dapat berupa eritema atau garis hiperpigmentasi
yang menyebar di sepanjang jaringan vena superfisial di anterior lengan
kanan dan lengan kiri bagian distal. Sedangkan menurut American
Cancer Society (2013), ketika obat kemoterapi diberikan melalui infus,
obat kemoterapi tertentu dapat menggelapkan kulit sepanjang vena.
Perubahan warna ini biasanya dapat menghilang dari waktu ke waktu
setelah perawatan berakhir. Toksisitas kulit tidak mengancam
kehidupan tetapi memperburuk kualitas hidup pasien.
2.4. Kerangka Teori
Kerangka ini menjelaskan bahwa penderita kanker payudara yang menjalani
kemoterapi harus memiliki pengetahuan yang baik sehingga peneliti ingin meneliti
bagaimana gambaran pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek samping
kemoterapi. Adapun kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.
Skema 3.1 Kerangka Penelitian Gambaran Pengetahuan Penderita Kanker
Payudara tentang Efek Samping Kemoterapi

Pengetahuan baik
Pengetahuan Penderita
Kanker Payudara tentang Pengetahuan cukup
efek samping kemoterapi
Pengetahuan kurang

Keterangan : variabel yang diteliti


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi pengetahuan penderita kanker payudara
tentang efek samping kemoterapi pada tahap awal
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Arikunto,
2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker payudara yang
menjalani kemoterapi di RSUD Pirngadi Medan padaperiodeJanuari-Oktober 2016
yang berjumlah 138 orang. Sampel merupakan sebagian dari jumlah atau wakil dari
populasi yang diteliti (Arikunto, 2013). Rumus sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumus Slovin, untuk menentukan jumlah populasi dalam
sampling yaitu sebagai berikut :

N
n= 2
1+ N ( d)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = tingkat signifikansi
Jika diketahui N = 138 ; d= 0,1 (10%) maka jumlah sampel yang didapatkan

138
adalahn=
1+138(0,1)2
138
n=
1+1,38
138
n=
2,38
N = 57,9 dibulatkan menjadi 60
3.3. Variabel Penelitian
Menurut Polit & Beck (2012) bahwa variabel adalah sesuatu yang memiliki
variasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sutrisno Hadi (dalam Arikunto, 2013)
bahwa variabel adalah gejala atau objek penelitian yang bervariasi. Variabel dalam
penelitian ini adalah pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek samping
kemoterapi.
3.4. Definisi Operasional
Tabel 3.4 Definisi operasional
Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
Pengetahuan Segala sesuatu yang Lembar Pengetahuan Ordinal
diketahui oleh kuesioner yang dikatakan :
responden terdiri dari 14 1. Baik apabila
mengenai kanker pertanyaan skor atau nilai
payudara dan efek multiple choice yang diperoleh
samping a, b, c, d 80-100 %
kemoterapi pada 2. cukup
tahap awal meliputi apabila skor
: atau nilai yang
1. Alopsia diperoleh 65-
2. Kelelahan 75%
3. Mual dan muntah 3. kurang
4. Penurunan berat apabila skor
badan atau nilai yang
5. Anoreksia diperoleh
6. Konstipasi <64%
7. Neuropati perifer
8. Diare
9. Toksisitas kulit

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.5.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Pirngadi Medan di Ruangan Tulip
Lantai 6. Pemilihan RSUD Pirngadi Medan sebagai tempat penelitian karena
merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah sampel yang memadai
untuk dilakukan penelitian dan mudah dijangkau peneliti sehingga efisien
waktu dan biaya karena dilakukan pada masa studi.
3.5.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian terhitung mulai bulan Oktober 2016 sampai dengan Juni
2017.
3.6. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan izin
kepada institusi. Setelah mendapat persetujuan penelitian meminta izin kepada
Direktur RSUD Pirngadi Medan. Kemudian peneliti melakukan penelitian dengan
pertimbangan etik, yaitu : peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur
penelitian kepada pihak RS Pirngadi Medan.
Selain itu, peneliti juga melakukan penelitian dengan prinsip-prinsip etika
dalam penelitian, yaitu : prinsip manfaat (bebas dari penderitaan dan tidak
merugikan), prinsip menghargai hak asasi manusia dengan cara data yang
dicantumkan hanya data yang diperlukan untuk pengembangan ilmu, dan prinsip
keadilan dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan (anonimity).
3.7. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan kepada responden.
3.8. Analisis Data
Setelah semua data pada lembar kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa
data melalui beberapa tahap. Pertama editing, yaitu mengecek atau mengoreksi data
yang telah dikumpulkan dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Kedua
coding, yaitu pemberian kode pada tiap-tiap data untuk memudahkan tabulasi dan
analisa data. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
Ketiga entry, yaitu memasukkan data kedalam komputer dan melakukan pengolahan
data dengan menggunakan teknik komputerisasi.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil
penelitian tentang gambaran pengetahuan penderita kanker payudara tentang efek
samping kemoterapi pada tahap awal di RSUD Pirngadi Medan yang sudah diolah
dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.
Analisa dilakukan dengan tahap analisis univariat yang bertujuan untuk
menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa
univariat akan menunjukkan distribusi frekuensi dan presentase tiap variabel
(Notoatmodjo, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai