Anda di halaman 1dari 7

Hp Lanjut Soal UTS Kelas H

22 Oktober 2020 Waktu 90 Menit


Open books (termasuk buku Prof Barda dan KUHP)

1. Apakah dalam KUHP ada definisi tentang percobaan? Sebut dan jelas kapan dikatakan ada
percobaan?

2. Apakah semua percobaan melakukan tindak pidana dapat dipidana? Sebut dasar hukumnya, jelaskan
dan berikan contohnya.

3. Apakah teori campuran sebagai salah satu teori patut dipidananya percobaan dapat dinilai
merupakan teori yang lebih adil, dibanding teori subjektif atau teori objektif? Jawaban dikaitkan dengan
pendapt Prof Mulyatno.

4. Bagaimanakah pandangan Memorie van Toelichting (MvT) mengenai percobaan mampu dan tidak
mampu?

5. Apakah yang saduara pahami mengenai percobaan tidak mampu mutlak dan tidak mampu relative?
Jelaskan dan berikan contohnya

6. Sebut dan njelasakan secara rinci, sistem pemidanaan terhadap percobaan menurut Buku I KUHP
(jawban meliputi uraian Ps. 53 dan 54 KUHP)

7. Sebut dan jelaskan kategori Dader (pembuat delik) sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 55 ayat
(1) Ke-1 dan Ke-2 dan ayat (2)

8. Sebut dan jelaskan syarat2 doenplegen (menyuruh lakukan), sebutkan tanda cirinya dan berikan
contohnya

9. Sebut dan jelaskan aturan pemidanaan terhadap concursus idealis dan concursus realis menurut
KUHP. Berikan contohnya

Semarang, 22 Oktober 2020

Ttd

Dosen Penguji

Prof. Dr. Pujiyono,SH,MHum


Nama : Risa Kumalasari

NIM : 11000119120080

Matkul : Hukum Pidana Kelas D

Dosen : Prof. Dr. Pujiyono,SH,MHum

1. Tidak ada definisi (otentik) percobaan dalam KUHP (buku i bab ix (pengertian dan kata istilah yang
digunakan KUHP) pengertian/batasan/unsur percobaan ada pada pasal 53 ayat (1) KUHP yang berbunyi
“mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan dan tidak selesai pelaksanaan itu bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya
sendiri”

Seseorang dapat dikatakan melakukan suatu percobaan apabila percobaan terhadap tindak pidana yang
berupa kejahatan saja sedangkan percobaan terhadap pelanggaran tidak dapat dipidana ditegaskan
dalam pasal 54 KUHP yang berbunyi “mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana”.

2. Tidak semua percobaan dapat di tindak pidana, yang dapat dipidana. hanyalah percobaan terhadap
tindak pidana yang berupa kejahatan saja sedangkan percobaan terhadap pelanggaran tidak dapat
dipidana ditegaskan dalam pasal 54 KUHP yang berbunyi “mencoba melakukan pelanggaran tidak
dipidana”.

Contohnya adalah A sedang berada di basement tempat parkir, karena sepi, kemudian A memanfaatkan
kesempatan untuk mencuri sebuah sepeda motor, aksinya tidak selesai, karena Si A ketahuan oleh
Satpam. Sehingga Si A dapat dipidana, karena melakukan tindak pidana percobaan pencurian

Dalam ketentuan umum dalam pasal 53 ayat 1 tidak berarti bahwa percobaan terhadap semua
kejahatan dapat dipidana pada percobaan terhadap kejahatan kejahatan tertentu yang tidak dipidana
misalnya :

a. percobaan duel atau perkelahian tanding (Pasal 184 ayat 5)

b. percobaan penganiayaan ringan terhadap hewan ( Pasal 304 ayat 4)

c. percobaan penganiayaan biasa (Pasal 351 ayat 5)

d. percobaan penganiayaan ringan (Pasal 352 ayat 2)

3. Teori campuran merupakan teori yang melihat dasar patut dipidananya percobaan dari 2 segi yaitu
sikap batin pembuat yang berbahaya (segi subyektif) dan juga sifat berbahayanya perbuatan (segi
obyektif). Menurut Prof Mulyatno mengatakan bahwa harus ada 2 unsur utama dalam melakukan
percobaan yaitu batin dan perbuatan sehingga dapat dikategorikan sebagai niat. Karena apabila hanya
ada satu teori baik itu secara subjektif maupun objektif baik secara batin maupun perbuatan itu akan
menimbulkan ketidakadilan.

4. Pandangan Memorie van Toelichting (MvT) mengenai percobaan mampu dan tidak mampu

Percobaan mampu dan tidak mampu timbul sehubungan dengan yang telah dilakukannya perbuatan
pelaksanaan tetapi detik yang dituju tidak sesuai atau akibat yang terlarang menurut undang-undang.
tidak timbul dapat disebabkan karena tidak mampunya objek seperti mencoba menggugurkan
kandungan yang ternyata tidak hamil atau karena tidak mempunyai alat yang digunakan misalnya
mencoba membunuh orang dengan gula yang dikiranya racun.

Mengenai percobaan yang tidak mampu karena obyeknya MvT mengemukakan “syarat-syarat umum
percobaan menurut pasal 53 KUHP ialah syarat-syarat percobaan untuk melakukan kejahatan yang
tertentu di dalam buku II KUHP. jika untuk terwujudnya kejahatan ketentuan tersebut, diperlukan
adanya objek, maka Percobaan melakukan kejahatan itu pun harus ada objek nya, Kalau tidak ada objek
nya maka juga tidak ada percobaan.”

Jadi menurut MvT tidak mungkin ada percobaan pada objek yang tidak mampu Yang ada hanya
percobaan yang tidak mampu pada alatnya saja.

5. Percobaan tidak mampu mutlak dan tidak mampu relatif :

a. Tidak mampu mutlak yaitu bila alat itu tidak pernah mungkin timbul delik selesai dalam hal ini tidak
mungkin ada delik percobaan contohnya adalah meracun dengan air kelapa.

b. Tidak mampu relatif yaitu bila dengan alat itu tidak ditimbulkan delik selesai karena justru hal ihwal
yang tertentu dalam mana si pembuat melakukan perbuatan atau Justru karena keadaan tertentu
dengan mana orang yang dituju itu berada hal ini mungkin ada dari percobaan.

Dari apa yang dikemukakan MVT di atas terlihat bahwa ketidakmampuan relatif dapat dilihat dari dua
segi : keadaan tertentu dari alat pada Waktu si pembuat melakukan perbuatan. dan keadaan tertentu
dari orang yang dituju.

Ukuran yang dikemukakan MVT itu ternyata tidak mudah Karena :

a) alat itu dapat dilihat sebagai jenis tersendiri dan dapat dilihat dari keadaan konkretnya ;

• apabila dilihat sebagai jenis tersendiri, maka gula adalah alat yang tidak mampu digunakan untuk
membunuh,sedangkan warangan (arsenicum) adalah mampu;

• apabila dilihat dari keadaan konkretnya, maka alat yang pada umumnya mampu untuk membunuh
(misal warangan) dapat menjadi alat yang tidak mampu apabila jumlahnya tidak memenuhi dosis yang
cukup mematikan (untuk warangan 5 mg)

b) Begitu pula orang yang dituju, dapat dilihat secara abstrak untuk rata-rata orang dan dapat dilihat
dari keadaan konkret tertentu
• gula adalah alat yang tidak mampu untuk membunuh orang pada umumnya, tetapi dapat menjadi
alat yang mampu mematikan untuk orang yang berpenyakit gula,

• warangan yang memenuhi dosis 5 mg, merupakan alat yang mampu untuk membunuh, tetapi
untuk orang yang sudah biasa warangan sejumlah itu tidak merupakan alat yang mematikan

6) Dalam hal percobaan terhadap kejahatan menurut Pasal 53 (2) KUHP maksimum pidana yang
dapat dijatuhkan ialah maksimum pidana untuk kejahatan pasal yang bersangkutan dikurangi
sepertiga. Jadi misalnya untuk percobaan pembunuhan (53 jo. 338 KUHP) , maksimumnya ialah
10 tahun penjara.

Bagaimana apabila kejahatan yang dilakukan diancam pidana mati atau pidana seumur hidup,
seperti halnya dalam Pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana) ? Menurut pasal 53 (3) KUHP,
maksimum pidana yang dapat dijatuhkan hanya 15 tahun penjara. Dengan demikian dapat
disimpulkan menurut KUHP, maksimum pidana pokok untuk percobaan adalah lebih rendah
daripada apabila kejahatan itu telah selesai seluruhnya. Sedangkan untuk pidana tambahannya,
menurut Pasal 53 (4) adalah sama dengan kejahatan selesai.

7) Di dalam Pasal 55 merumuskan sebagai berikut :

1). Dipidananya sebagai pembuat (dader) tindak pidana :

a. Mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan,dan yang turut serta melakukan perbuatan.

b. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan
atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan,
sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

2). Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja diajurkan sajalah yang diperhitungkan,
beserta akibat - akibatnya.

8. Unsur-unsur dari bentuk pembuat penyuruh, yaitu:

 Orang lain itu berbuat:


a.tanpa kesengajaan (contoh mengedarkan uang palsu)
b.tanpa kealpaan (contoh menyiramkan air panas kepada pemulung)
c.tanpa tanggung jawab, oleh sebab keadaan:
 yang tidak diketahuinya
 karena disesatkan (kekeliruan/kesalahpahaman) (contoh mencuri koper yang bukan
miliknya)
 karena tunduk pada kekerasan (tuan rumah dilempar dan menimpa anak kecil hingga tewas)
 Orang yang disuruh melakukan itu tidak dapat dipidana, sebab-sebabnya:
a. Orang yang disuruh melakukan delik, tetapi apa perbuatan yang dilakukannya tidak dapat
dikualifikasi sebagai delik.

Contoh:

· seorang jururawat yang atas perintah dokter untuk memberikan obat minum yang mengandung
racun kepada pasien yang menjadi musuh dokter, si perawat sama sekali tidak tahu bahwa obat
minum tsb mengandung racun. (unsur sengaja tidak ada)

· A. menyruh B menukarkan uang palsu, sedangkan B tidak tahu bahwa uang tersebuyt palsu. (unsur
dengan maksud Pasal 245 tidak dipenuhi).

b. Orang itu memang melakukan satu delik tetapi ia tidak dapat dipidana karena ada satu atau
beberapa alasan yang menghilangkan kesalahan.

Contoh :

tidak dapat dipertanggungjawabkan menurut Pasal 44 KUHP. Ex: A berniat membunuh B tetapi tidak
berani melakukan sendiri, telah menyruh C (orang gila) untuk melemparkan granat tangan keada B,
bila C betul2 telah melemparkan granat itu, sehingga B mati, maka C tidak dapat dihukum karena
tidak dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan yang dihukum sebagai pembunuh adalah A

9. A. Concursus idealis (pasal 63)

 Menurut ayat 1 digunakan sistem absorbsi yaitu hanya dikenakan 1 pidana pokok yang
terberat misal pemerkosaan di jalan umum melanggar pasal 285 yang tidak hanya 12
tahun penjara dan pasal 281 yang pidananya 2 tahun 8 bulan penjara maksimum pidana
penjara yang dapat dikenakan ialah 12 tahun
 Apabila Hakim menghadapi pilihan antara dua pidana pokok sejenis yang maksimumnya
sama maka menurut vos ditetapkan pidana pokok dengan pidana tambahan yang paling
berat
 Apabila menghadapi dua pilihan antara dua pidana pokok yang tidak sejenis maka
penentuan pidana yang terberat didasarkan pada urutan urutan jenis pidana seperti
tersebut dalam pasal 10 ( lihat pasal 69 ayat 1 jo pasal 10) misal memilih antara satu
minggu penjara 1 tahun kurungan dan denda Rp5.000.000 maka pidana yang terberat
adalah 1 minggu penjara
 Dalam pasal 63 ayat 2 diatur ketentuan khusus yang menyimpang dari prinsip umum
dalam ayat 1 dalam hal ini berlaku adagium lex specialis derogat lex Generali bisa saja
seorang ibu membunuh anaknya sendiri pada saat anaknya dilahirkan perbuatan Ibu ini
dapat masuk dalam pasal 338 yang pidananya 15 tahun penjara dan pasal 341 yang
pidananya 7 tahun penjara maksimum pidana penjara yang dikenakan ialah yang
terdapat dalam pasal 341 ( lex specialis) yaitu 7 tahun penjara

B. Concursus realis ( pasal 65 sampai dengan pasal 71)

 Untuk concursus realis berupa kejahatan yang diancam pidana pokok sejenis berlaku
pasal 65 yaitu hanya dikenakan satu pidana dengan ketentuan bahwa jumlah
maksimum pidana tidak boleh lebih dari maksimum terberat ditambah sepertiga
misal saja a a melakukan 3 jenis kejahatan yang masing-masing diancam pidana 4
tahun 5 tahun dan 9 tahun dalam hal ini yang dapat dijatuhkan ialah 9 tahun +
(1/3×9) tahun = 12 tahun penjara jadi disini berlaku sistem absorpsi yang dipertajam
 Untuk concursus realis berupa kejahatan yang diancam pidana pokok tidak sejenis
berlaku pasal 66 yaitu semua jenis ancaman pidana untuk tiap-tiap kejahatan
dijatuhkan tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum pidana yang terberat
ditambah sepertiga sistem ini disebut sistem kumulasi yang diperlunak Misal a
melakukan 2 jenis kejahatan yang masing-masing diancam pidana 9 bulan kurungan
dan 2 tahun penjara dalam hal ini semua jenis pidana penjara maupun kurungan
harus dijatuhkan Adapun maksimum nya adalah 2 tahun ditambah (1/3×2) tahun =
2 tahun 8 bulan atau 32 bulan Jadi yang dijatuhkan bukan jumlah keseluruhan nya
yaitu 9 bulan ditambah 2 tahun = 2 tahun 9 bulan atau 33 bulan dengan demikian
pidana yang dijatuhkan misalnya terdiri dari 2 tahun penjara dan 8 bulan kurungan.

Bagaimanakah dalam hal a melakukan 2 jenis kejahatan yang masing-masing


diancam pidana 6 bulan penjara dan denda Rp1.000? Menurut Wayan semuanya
harus dijatuhkan yaitu 6 bulan penjara dan denda 1006 untuk menurut blog
perhitungannya pidana denda dijadikan dulu Pidana kurungan pengganti yaitu
maksimum 6 bulan berdasarkan pasal 30 KUHP dengan demikian maksimumnya
ialah 6 + (1/3×6) bulan= 8 bulan karena semua jenis pidana harus dijatuhkan maka 8
bulan ini dipecah menjadi 6 bulan penjara dan 2 bulan kurungan pengganti atau
sama dengan 1 /3 × Rp1.000 =Rp 333,30 atau dibulatkan menjadi Rp 334
 Untuk concursus realis berupa pelanggaran berlaku pasal 70 yang menggunakan
sistem kumulasi misal saja melakukan dua pelanggaran yang masing-masing
diancam Pidana kurungan 6 bulan dan 9 bulan maka maksimum nya adalah 6 + 9
bulan = 15 bulan menurut pasal 70 ayat 2 sistem kumulasi itu dibatasi sampai
maksimum 1 tahun 4 bulan kurungan jadi misalnya A melakukan pelanggaran yang
masing-masing diancam Pidana kurungan 9 bulan maka maksimum Pidana kurungan
yang dapat dijatuhkan bukan 9 + 9 bulan = 18 bulan tetapi maksimumnya adalah 1
tahun 4 bulan atau hanya 16 bulan
 Untuk concursus realis berupa kejahatan ringan khusus untuk pasal 302 ayat 1, 352,
364, 373, 379, dan 482 berlaku pasal 70 yang menggunakan sistem kumulasi tetapi
dengan pembatasan maksimum untuk penjara 8 bulan Misal a melakukan pencurian
ringan dikenai pasal 364 dan penggelapan ringan dikenakan pasal 373 yang masing-
masing diancam pidana 3 bulan penjara maksimum pidana yang dapat dijatuhkan
adalah 6 bulan penjara atau sistem kumulasi
 Untuk concursus realis baik kejahatan maupun pelanggaran yang di Dili pada saat
yang berlainan berlaku pasal 71 yang bunyinya adalah sebagai berikut jika seseorang
setelah dijatuhi pidana kemudian dinyatakan salah lagi karena melakukan kejahatan
atau pelanggaran lain sebelum ada putusan pidana itu maka pidana yang dahulu
diperhitungkan pada pidana yang akan dijatuhkan dengan menggunakan aturan-
aturan dalam bab ini mengenai hal perkara-perkara diadili pada saat yang sama
Misal a melakukan kejahatan pada tanggal 1 Januari yaitu pencurian di kenai pasal
362 yang ancamannya pidana 5 tahun penjara, pada tanggal 5 Januari yaitu
penganiayaan biasa dikenai Pasal 351 diancam 2 tahun 8 bulan, pada tanggal 10
Januari yaitu penadahan dikenai pasal 4 80 yang ancamannya 4 tahun penjara, serta
pada tanggal 20 Januari yaitu penipuan dikenai pasal 378 diancam 4 tahun penjara.
Kemudian a ditangkap dan diadili dalam satu keputusan maksimum pidana yang
dapat dijatuhkan ialah 5 tahun + (1/3 × 5 tahun) = 6 tahun 8 bulan Andaikata untuk
keempat tindak pidana itu Hakim menjatuhkan pidana 6 tahun penjara maka jika
kemudian bahwa pada tanggal 14 Januari atau Jadi sebelum ada keputusan,
melakukan penggelapan yang diancam pidana penjaranya 4 tahun berdasarkan Pasal
372 maka keputusan yang kedua kalinya ini untuk penggelapan itu paling banyak
hanya dapat dijatuhi pidana penjara selama 6 tahun 8 bulan atau putusan sekaligus
dikurangi 6 tahun dalam putusan pertama yaitu 8 bulan penjara. Dengan contoh di
atas, dapat lah bunyi pasal 71 di atas dirumuskan secara singkat sebagai putusan
kedua sama dengan putusan sekaligus - putusan pertama

Anda mungkin juga menyukai