Oleh :
SRI PURWATI
NIM P1337424820261
Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pranikah telah diperiksa dan disahkan pada
tanggal Februari 2021.
1. Latar Belakang
Masa pranikah merupakan masa yang tepat untuk melakukan persiapan
yang matang baik secara fisik, psikis dan sosial. Program pemeriksaan
kesehatan dan penyuluhan reproduksi pada calon pengantin merupakan salah
satu usaha untuk membentuk kualitas kesehatan dalam keluarga. Dalam upaya
mengurangi AKI, Pemerintah mengadakan kursus calon pengantin (suscatin).
Suscatin memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi catin untuk
mempersiapkan kehamilan. Hasil penelitian oleh Dilla Fitriana S tahun 2019,
menunjukkan bahwa catin yang mengikuti suscatin memiliki pengetahuan dan
sikap yang lebih baik daripada yang tidak mengikuti suscatin. Peningkatan
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi bisa dilakukan dengan
kerjasama dan koordinasi lintas sektor sehingga pemberian materi kespro bisa
lebih menyeluruh ke semua catin.
Kementerian Agama berinisiatif melaksanakan program suscatin sesuai
dengan Peraturan yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama tentang Kursus Calon Pengantin No.
DJ.II/491 Tahun 2009 dan disempurnakan dengan dikeluarkan Peraturan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ.II/542 tahun 2013
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Untuk itu kualitas
sebuah perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan dan kematangan kedua
calon pasangan suami isteri dalam menyongsong kehidupan berumah tangga
agar dapat membentuk keluarga harmonis sesuai dengan cita-cita
berumahtangga..
Wanita yang siap menikah seharusnya siap juga mengalami proses
kehamilan, untuk itu beberapa persiapan harus dilakukan guna mendapatkan
keturunan yang sehat, karena masa golden period adalah 1000 hari pertama
kehidupan, maka sebelum hamil pun harus benar-benar disiapkan, terutama
gizi calon ibu. Gagal tumbuh pada periode 1000 hari pertama kehidupan,
selain akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik, juga akan
menyebabkan gangguan metabolik, khususnya gangguan metabolism lemak,
protein dan karbohidrat yang pada akhirnya dapat memicu munculnya
penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes dan penyakit jantung koroner
pada usia dewasa.
2. Tujuan
1. Mengetahui filosofi pernikahan
2. Mengetahui informasi pranikah meliputi kesehatan reproduksi, hak
reproduksi dan seksual serta organ reproduksi
3. Mengetahui persiapan pernikahan
4. Mengetahui tentang nutrisi pranikah
5. Mengetahui Informasi tentang kehamilan, pencegahan komplikasi,
persalinan dan pasca salin
6. Mengetahui tentang infeksi menular seksual, infeksi saluran reproduksi
serta HIV dan AIDS
7. Mengetahui informasi tentang deteksi dini kanker leher Rahim dan kanker
payudara.
3. Manfaat
1. Penulis
Memperoleh pengetahuan dalam membantu terlaksananya program
puskesmas dengan mengaplikasikan teori dan praktik asuhan kebidanan
pranikah
2. Klien
Menambah pengetahuan klien mengenai persiapan calon pengantin serta
peningkatan pengetahuan klien tentang kesehatan reproduksi.
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat mengetahui
kebutuhan calon pengantin dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pranikah.
4. Institusi
Studi kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber tambahan
pustaka atau referensi dan sebagai salah satu media dalam kegiatan
belajar mengajar serta menjadi acuan dalam penulisan laporan-laporan
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
4) Persalinan
a) Konsep Dasar Persalinan
Dalam Kurniarum (2016) persalinan sering diartikan
serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu
sendiri). Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai
berikut :
(1) Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir
(Moore, 2001).
(2) Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita
melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus
yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi
sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya
dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12
sampai 14 jam (Mayles, 1996).
(3) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar
(Prawirohardjo, 2002).
(4) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002).
b) Macam – macam persalinan
(1) Persalinan spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendirim melalui jalan lahir ibu tersebut.
(2) Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
(3) Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin atau prostaglandin.
c) Persalinan berdasarkan umur kehamilan
(1) Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22
minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.
(2) Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28
minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram
dan 999 gram.
(3) Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram
dan 2499 gram.
(4) Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau
lebih.
(5) Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42
minggu.
d) Sebab – sebab mulainya persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas.
Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan
bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang
dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori
oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori
prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya
persalinan adalah sebagai berikut :
(1) Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim,
sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga
otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
(2) Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin
bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim
yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-
tanda persalinan.
(3) Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan
Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi
yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka
dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan
ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu
sehingga menimbulkan proses persalinan.
(4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
(5) Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2
yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu
terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan
atau selama persalinan.
e) Tanda dan gejala persalinan
Tanda dan gejala persalinan yaitu :
(1) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
(a) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu
merasa bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia
merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa
bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
(b) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari
pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai
masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut
Pollakisuria.
(c) False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan,
calon ibu diganggu oleh his pendahuluan yang
sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini
bersifat:
Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
Tidak teratur
Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat
dengan majunya waktu dan bila dibawa jalan
malah sering berkurang
Tidak ada pengaruh pada pendataran atau
pembukaan cervix
(d) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup,
panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih
lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda
untuk masingmasing ibu, misalnya pada multipara
sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara
sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
(e) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi
kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai.
Setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan
fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati
satu hari sebelum persalinan dengan energi yang
penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari
aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan
rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan
pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan
kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga
persalinan menjadi panjang dan sulit.
(f) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda
seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek
penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.
(2) Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
(a) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his
pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
Nyeri melingkar dari punggung memancar ke
perut bagian depan.
Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
Sifatnya teratur, inerval makin lama makin
pendek dan kekuatannya makin besar.
Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau
pembukaan cervix.
Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan
kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit). Kontraksi yang terjadi dapat
menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
(b) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan
adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda
pemula.
(c) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari
canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit
darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus.
(d) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-
konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau
hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-
kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar
f) Tahapan Persalinan
(1) Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan servix hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I
berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase
yaitu fase laten dan fase aktif.
(a) Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
Pembukaan servix kurang dari 4 cm
Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
(b) Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi,
dilatasi maximal, dan deselerasi
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih
Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya
dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga
permbukaan lengkap (10 cm)
Terjadi penurunan bagian terendah janin
(2) Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap
dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
(3) Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
(4) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. (Kurniarum, 2016)
5) Pasca Salin / Nifas
a) Dalam Wahyuningsih (2018) terdapat beberapa pengertian
tentang masa nifas sebagai berikut:
(1) Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung
kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam
waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009; Saifuddin, 2002).
(2) Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6
minggu. selama masa ini, fisiologi saluran reproduktif
kembali pada keadaan yang normal (Cunningham, 2007).
(3) Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu
(Mochtar, 2010).
(4) Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah
persalinan selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu (Wiknjosastro, 2005).
(5) Periode pasca partum (Puerperium) adalah masa enam
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2004).
b) Tahapan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
(1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi
insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara
kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran
lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
(2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
(3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
(4) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin
memiliki penyulit atau komplikasi.
(Wahyuningsih, 2018)
f. Informasi tentang infeksi menular seksual, infeksi saluran reproduksi
serta HIV dan AIDS
1) Infeksi Menular Seksual
IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hunungan
seksual.
Gejala IMS :
a) Adanya duh tubuh/cairan yang keluar dari alat kelamin
(vagina, penis) atau cairan dari anus, yang berbeda dari
biasanya
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau
setelah kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/ basah di sekitar kelamin atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam
atau kutil disekitar kelamin
e) Terjadi pembekakan pada lipatan paha
f) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung
pelit/kantung zakar
g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuh, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/ menstruasi
h) Keluar darah setelah berhubungan seksual
i) Demam
Jenis – Jenis IMS
(1) Gonore (Kencing Nanah)
Gejala gonore menurut Kemenkes RI (2018) adalah:
a) Kandidiasis Vaginalis
Gejala :
Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir
vagina dan liang vagina, disertai bengkak atau luka
sobekan kecil.
Keluarnya cairan yang banyak serta bergumpal dari vagina,
kadang-kadang dapat kental, berwarna putih seperti susu
kental atau kekuningan atau berbau asam.
Komplikasi : lecet pada kulit disekitar kelamin.
Pencegahan :
Jaga kebersihan alat kelamin
Pakaian dalam tetap bersih dan kering.
b) Vaginosis Bakterial
Gejala : vagina berbau amis terutam setelah berhubungan
seksual, keluarnya cairan dari vagina namun tidak terlalu
banyak, berwarna putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina, tidak ada tanda-tanda peradangan.
Komplikasi : menyebabkan penyakit radang panggul dan pada
ibu hamil dapat meyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran
rematur, bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
Jaga kebersihan alat kelamin
Tidak berhubungan seksual
Menggunakan kondom
Setia pada pasangan.
c) Trikomoniasis
Gejala : keluarnya cairan yang banyak dari vagina, bernanah,
kadang-kadang berbusa, peradangan pada vagina, berbau
seperti ikan busuk, dapat disertai rasa gatal pada alat kelamin
Komplikasi : pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
jaga kebersihan alat kelamin
Tidak berhubungan seksual
Menggunakan kondom
Setia pada pasangan.
3) HIV dan AIDS
HIV (human immunodeficiency Virus) merupakan kuman/
virus penyebab AIDS. AIDS (aquired Immuno Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala/ penyakit akibat menurunnya
kekebalan tubuh yang didapat dari infeksi HIV. Infeksi Hiv
ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia. Beberapa
cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya:
b) Saling setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan
hubungan seksual dengan orang lain.
c) Kondom
Gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual
apabila salah satu pasangan ada yang menderita HIV positif
atau status HIV pasangan belum diketahui.
g. Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara
1) Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi dan
berasal dari sel leher rahim. Faktor Resiko :
a) Menikah atau melakukan hubungan seksual pertama kali
sebelum usia 20 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bramanuditya (2018)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara menikah usia muda dengan kejadian kanker serviks (CI
2,064-7,750). Hasil Odd ratio yang didapat dari penelitian ini
yaitu 4,000. Hal ini berarti bahwa wanita yang pertama kali
menikah pada usia < 20 tahun beresio 4 kali lebih besar
terjadi kanker serviks daripada wanita yang pertama kali
menikah pada usia ≥ 20 tahun. (Bramanuditya, 2018)
b) Memilik banyak pasangan seksual (baik perempuan atau
pasangannya).
c) Pernah terpapar penyakit IMS.
d) Ibu atau saudara perempuan menderita kanker leher rahim.
e) Hasil tes papsmear sebelumnya yang tak normal.
f) Merokok atau terpapar asap rokok. (Pitriani, 2013)
Penelitian yang dilakukan Pitriani (2013) didapatkan hasil
analisis Odds Ratio (OR) terhadap kebiasaan merokok
didapatkan OR sebesar 3,547 dan bermakna (p < 0,05) yang
berarti bahwa ibu atau suami dengan status merokok 3,547
kali lebih besar untuk terkena kanker serviks dibandingkan
yang tidak merokok. Penelitian ini menemukan bahwa
merokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker
serviks.
g) Melahirkan banyak anak (> 3 anak).
h) Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti yang
terjadi pada penderita HIV/AIDS ataupun pada penggunaan
kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama.
Pencegahan :
Pencegahan primer kanker leher rahim dilakukan melalui
imunisasi HPV secara mandiri.
Deteksi dini :
a) Deteksi dini kanker leher rahim di anjurkan untuk perempuan
usia 30-50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan bisa
dilakukan setiap tahun, minimal 3-5 tahun sekali.
b) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Tes
IVA (Inspkesi Visual dengan Asam Asetat) dan Pap Smear.
c) perbedaan IVA dan Pap Smear antara lain :
(1)Hasil tes IVA dapat segera diketahui satu menit setelah di
oles asam asetat sedangkan Pap smear membutuhkan
waktu 1-2 minggu kemudian.
(2)Tes IVA dapat dilakukan kapan saja kecuali dalam
keadaan hamil atau haid yang banyak.
(3)Pemeriksaan tes IVA lebih murah dibandingkan dengan
Pap smear.
d) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan di
dokter/bidan, puskesmas, klinik swasta, rumah sakit.
e) Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak
memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya antara lain :
(1) Pendarahan pasca hubungan seksual.
(2) Pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak
hingga menggumpal disertai bau busuk.
(3) Keputihan berbau busuk.
(4) Nyeri pinggang saat buang air
2) Kanker Payudara
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara.
Faktor resiko :
(a)Merokok atau terpapar asap rokok.
(b)Ibu atau saudara ibu/klien yang memiliki kanker payudara.
(c)Menopause (berhenti haid) lebih dari 50 tahun.
(d)Menstruasi pertama kali sebelum usia 12 tahun.
(e)Tidak memiliki anak/infertilitas.
(f) Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun.
(g)Tidak pernah menyusui.
(h)Riwayat adanya penyakit tumor jinak payudara.
(i) Adanya riwayat penyakit kanker pada anggota keluarga
lainnya.
(j) Diet dan faktor yang berhubungan dengan diet (peningkatan
berat badan/obesitas, pola makan yang buruk tinggi lemak dan
rendah serat, mengandung zat pengawet/pewarna, minuman
beralkohol).
Tanda-tanda :
(a) Penambahan ukuran/besar yang tidak biasa pada payudara.
(b) Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya.
(c) Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara.
(d) Pembengkakan pada lengan bagian atas.
(e) Perubahan penampilan putting payudara.
(f) Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting.
(g) Benjolan pada payudara.
(h) Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak (axilla).
Deteksi dini :
(a) SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI), yang dilakukan
pada hari ketujuh sampai sepuluh di hitung mulai dari hari
pertama haid atau bagi yang telah menopause atau tidak haid
karena menggunakan KB dilakukan rutin setiap bulan pada
tanggal yang sama.
(b) SADANIS (perikSAan payuDAra KliNIS) oleh tenaga
kesehatan yaitu dokter/bidan, sebaiknya dilakukan satu
tahun/kali, minimal 3-5 tahun sekali atau bila terdapat
kelainan pada saat melakukan SADARI.
(c) Pemeriksaan Ultrasonography (USG), USG dilakukan
terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan
solid/padat yang mengarah pada keganasan, dan pada
perempuan di bawah usia 40 tahun.
(d) Pemeriksaan Skirining Mammografi, di anjurkan untuk
melakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu pada permpuan
usia 40-50 tahun setiap 2 tahun sekali dan setiap satu tahun
sekali pada perempuan di atas 50 tahun kecuali yang
mempunyai faktor resiko.
Tata cara SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI)
Langkah 1 :
(a) Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan
posisi kedua lengan di samping tubuh. Kemudian angkat
kedua tangan ke atas dan perhatikan apakah ada perubahan
pada payudara.
(b) Anda harus melihat : Perubahan payudara dari ukuran,
bentuk dan warna kulit atau ada kerutan pada kulit (kulit
jeruk) atau ada cekungan/ada tarikan kulit ke dalam.
(c) Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke
dokter untuk berkonsultasi :
Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
Kulit payudara mengeras, mengelupas, mengkerut
seperti kulit jeruk, atau terdapat cekungan seperti
lesung pipi.
Perubahan pada putting, seperti putting tertarik ke
dalam atau keluar cairan dari putting.
Benjolan/kelainan lainnya dari payudara.
Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.
Langkah 2 :
Letakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan
agar otot dada berkontraksi dan perhatikan apakah terjadi
perubahan pada payudara. Kemudian bungkukkan badan
untuk melihat apakah kedua payudara menggantung
seimbang.
Langkah 3 :
Kemudian, dilakukan perabaan payudara. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring, bila dalam
keadaan berbaring sebaiknya letakkan sebuah bantal di bawah
pundak sisi payudara yang akan diperiksa.
Langkah 4 :
Angkat salah satu lengan ke atas dan tekuk siku
sehingga tangan memegang bagian atas punggung/kepala,
kemudian dengan menggunakan permukaan jari tangan yang
lain raba dan tekan payudara dengan gerakan melingkar
dimulai dari bagian luar yaitu tepi payudara sampai ke bagian
dalam yaitu putting, selanjutnya cubit areola putting apakah
keluar cairan atau tidak, cermati seluruh bagian payudara kiri
hingga ke daerah ketiak, ulangi gerakkan yang sama pada
payudara kanan.
Langkah 5 :
Dalam posisi berbaring tekuk salah satu siku sehingga
tangan menyentuh kepala belakang. Kemudian dengan tangan
yang lain rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan.
Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara
payudara, dari atas sampai bawah, kiri kanan, dan tulang
pundak.
d. Ambang batas
Ambang batas atau cut off point ukuran LILA WUS
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran
LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK (Supariasa,
2013).
e. Cara mengukur LILA
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang
telah ditetapkan, pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan
ditandai dengan sentimeter. Terdapat 7 urutan pengukuran LILA
yaitu:
4) Status anemia
Status anemia dipengaruhi oleh adanya asupan makanan
yang mengandung zat besi (Fe) yang rendah sehingga
mengakibatkan kadar Hb ibu hamil rendah dan dapat
menyebabkan ibu hamil tersebut kekurangan energi kronis.
Wanita hamil beresiko anemia jika kadar Hbnya <11 gr%
(Putri, dkk., 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aminin, dkk. (2014)
menyebutkan bahwa ibu hamil dengan KEK lebih banyak
yang anemia dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK. Hasil
penelitian diketahui dari 31 ibu hamil yang mengalami KEK,
kejadian anemia lebih besar (88,9%) dibandingkan yang
tidak anemia (11,1%). Kesimpulan dari penelitian di atas
yaitu status anemia pada ibu dapat mempengaruhi status
KEK pada ibu hamil.
a. Anemia
1) Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.
2) Penyebab Anemia
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat
besi,jenis pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Darah akan
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau
Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut :
plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya
darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan
kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi. Diketahui penyebab anemia pada umumnya adalah
sebagai berikut :
a) Kurang gizi / malnutrisi
b) Kurang zat besi dalam diit
c) Malabsopsi
d) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu,haid
dan lain-lain
e) Penyakit-penyakit kronik seperti: TBC, paru,cacing usus,
malaria dan lain-lain
3) Gejala Anemia pada ibu hamil
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah ,sering
pusing,mata berkunang- kunang,malaise, lidah luka, nafsu makan
turun (anoreksia),konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia
parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda .
Klasifikasi Anemia dalam kehamilan sebagai berikut :
1) Anemia defisiensi besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah.pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita
hamil,tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
pemberian tablet besi.
a) Pengobatan oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu
fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian
preparat 60mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr
%/bulan.saat ini program nasional menganjurkan kombinasi
60mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia.
b) Pengobatan melalui suntikan baru diperlukan apabila penderita
tidak tahan akan zat besi per oral,dan adanya gangguan
penyerapan, untuk penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua. Untuk menegakan diagnosa Anemia
defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I
dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut :
(1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
(2) Hb 9 – 10 gr% : Anemia ringan
(3) Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
(4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
2) Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati
800 mg.Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan
untuk janin dan plasenta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan masa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg
lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu
hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8- 10 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan
dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat
besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih
kekurangan untuk wanita hamil.
3) Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam
folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B 12.
Pengobatannya:
a) Asam folik 15 -30 mg /hari
b) Vitamin B12 3×1 tablet/hari
c) Sulfas ferosus 3×1 tablet/hari
d) Pada kasus berat dan pengobatan peroral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan tranfusi darah.
4) Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang
untuk membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnosis
diperlukan pemeriksaan- pemeriksaan diantaranya adalah darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan
retikulosi.
5) Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan
sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala
utama adalah anemia dengan kelainan – kelainan gambaran darah,
kelemahan, serta gejala kompliksai bila terjadi kelainan pada
organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia
hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka
infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah.
Namun pada beberapa jenis obat-obatan,hal ini tidak member
hasil.Sehingga tranfusi darah berulang dapat membantu penderita
ini.
4) Efek Anemia Pada Ibu Hamil,Bersalin dan Nifas
Anemia dapat terjadi pada ibu hamil,karena itulah kejadian ini
harus selalu diwaspadai.anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I
akan dapat mengakibatkan Abortus ( keguguran) dan kelainan
kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan :
persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim,asfiksia intrauterin sampai kematian, Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah
dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat
menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan
lahir dengan anemia,dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan
karena ibu cepat lelah. Saat pasca melahirkan anemia dapat
menyebabkan : atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan sukar
sembuh,mudah terjadinya febris puerpuralis dan gangguan involusi
uteri.
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka
prematuritas,BBLR dan angka kematian bayi.Untuk mengenali
kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala
anemia pada ibu hamil , yaitu cepat lelah,sering pusing,mata
berkunang-kunang, malaise,lidah luka,nafsu makan turun
(anoreksia),konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda. ( Manoe,
2019)
3. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi (Varney, Helen &
Marlyn HE, David W, 2012).
b. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
manajemen kebidanan:
1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
2) Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
dan masalah yang spesifik.
3) Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasikan.
4) Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.
c. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
1) Data Subyektif (S)
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis (Handayani, 2017).
a) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan,
sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Walyani,
2015).
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Walyani, 2015).
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada
ibu selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan
pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam
kehamilan dan lain - lain (Walyani, 2015).
d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras,
etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka
memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien
(Walyani, 2015).
e) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui
pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
(Walyani, 2015).
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap
kehamilan yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur
(Walyani, 2015).
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert
mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan
(Walyani, 2015).
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik,
apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk
memeriksakan keluhan lain yang disampaikan dengan kata –
katanya sendiri (Hani, Ummi, 2010).
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2011).
j) Riwayat Obstetri
(1) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali
pasien menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-
13 tahun (Sulistyawati, 2011).
(2) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.
Dikaji teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar
23-32 hari (Sulistyawati, 2011).
(3) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang
normal adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai
15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya
gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi.
(4) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid
juga menjadi tanda kontraksi uterus klien begitu hebat
sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani 2015).
(5) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah
yang keluar saat menstruasi. Menurut Walyani (2015)
normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.Apabila
darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukan
gejala kelainan banyaknya darah haid.
k) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang
dialami dahulu (Marmi, 2011)
l) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT
yang telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013).
m) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan
menunda kehamilan atau tidak (Mandriwati, 2011).
n) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
(1) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari
dan pantangan (Sulistyawati, 2011).
(2) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada
masalah selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).
(3) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk
mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti
celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering
dan menjaga kebersihan kuku (Sulistyawati, 2011).
(4) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat
sangat diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari
normalnya 1 – 2 jam, malam hari yang normal adalah 6-8
jam (Sulistyawati, 2011).
(5) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran
tentang seberapa berat aktivitas pasien, (Sulistyawati,2011).
(6) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan
seperti minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan
obat terlarang dan kebiasaan lainnya (Walyani, 2015).
o) Riwayat Psikososial Spiritual
(1) Persiapan Acara Pernikahan
(2) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam
menekan tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga dan problem keluarga lainnya. Tata cara pelaksanaan
dan materi yang akan disampaikan dalam kursus pra nikah
telah diatur dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No.
DJ.491/11 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin yang
kemudian disempurnakan dengan Peraturan Dirjen Bimas
Islam No. DJ.II/542 tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
(3) Persiapan Psikologis
(4) Persiapan Spiritual
(5) Identitas Karakter
(6) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien
dan pasangan mengenai persiapan pernikahan yang akan
dilakukan.
• LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur
sebelum hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari
23,5 cm maka status gizi ibu kurang (Mandriwati, 2011).
b) Status Present
• Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya
bentuk mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak
rontok (Mandriwati, 2011).
• Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
• Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak,
menilai kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat
atau cukup merah, sebagai gambaran tentang anemia secara
kasar) dan secret (Sulistyawati, 2011).
• Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip.
Normalnya tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2011).
• Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak
kering, tidak terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies,
tidak ada gigi palsu (Saminem, 2008).
• Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan
kemungkinan adanya kelainan. Normalnya adalah simetris
dan tidak ada serumen berlebih (Saminem, 2008).
• Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan vena jugularis (Saminem, 2008).
• Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan
(Saminem, 2008).
• Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak
ada gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2011).
• Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa
atau tidak (Sulistyawati, 2011).
• Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk,
dan tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva
mungkin didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih
tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat pengeluaran
cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani,
2015).
• Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan
bentuk.
• Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2011).
• Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia
dan warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani
dkk, 2010). Normalnya kedua tangan dan kaki tidak oedem,
gangguan pergerakan tidak ada (Saminem, 2008).
c) Status Obstetrik
• Mamae: Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
• Abdomen: Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada
tidaknya nyeri tekan.
• Genetalia: Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan
tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva mungkin
didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau,
pada keadaan normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada
rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015).
d) Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah rutin
(1) HB: Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus
dipastikan dan diberikan terapi yang tepat. Hb juga
dapat dideteksi dari sampel darah.
(2) Trombosit
(3) Leukosit
• Pemeriksaan yang dianjurkan
(1) Golongan Darah dan Rhesus
(2) Gula Darah Sewaktu (GDS)
(3) Thalasemia
(4) Hepatitis B dan C
(5) TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus
dan Herpes simpleks)
• Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
3) Analisa (A)
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,
maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam
analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data
adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan. Diagnosa:
Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan.
a) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (Marni, 2011).
b) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial
dapat diabaikan
c) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat
diabaikan
4) Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan
penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 11-02-2021
Waktu : 10.00
Tempat : Poli Ibu
B. BIODATA
Nama : Nn R.D Nama pasangan : Tn A
Umur : 21 th Umur : 27 TH
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gedang Dowo 2/4 Alamat: : Gedang Dowo 3/4
Jepon Jepon
C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Klien mengatakan ingin suntik TT catin
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan cepat lelah dan sering pusing.
3. Riwayat Obstetri
Menarch : 14 tahun Siklus : Teratur, 30 hari
Lamanya : 7 hr Nyeri haid : Tidak
Banyaknya : Ganti pembalut 3-4 kali/hari, penuh
HPHT : 18 Januari 2021
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : klien mengatakan
tidak sakit atau tidak sedang menderita penyakit menular maupun kronis
seperti DM, jantung, hipertensi, asma, TBC dan hepatitis.
b. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : klien
mengatkan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti
TBC, Hepatitis dan penyakit turunan seperti DM, Jantung, HT, Asma.
5. Riwayat Immunisasi : Pernah
Jenis Tanggal Keluhan Tempat
Imunisasi Pelaksanaan Pemberian
TT1 Lupa t.a.k SD
TT2 Lupa t.a.k SD
MR Lupa t.a.k SD
Varicella - - -
6. Rencana KB
Klien dan pasangan berencana ingin langsung punya anak setelah menikah
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
Komposisi :
Nasi : 3 x @ 1 piring sedang
Lauk : 3x @ 1 potong sedang jenisnya daging, ikan,
telur,tahu, tempe
Sayuran : 1-2 x @ 1 mangkuk kecil sayur
jenis sayuran : bayam, sawi, kangkung
Buah : 3 x / seminggu;
jenis : pisang, pepaya, jeruk
Camilan : 1 x sehari;
Jenis: gorengan, kue-kue, kacang
Pantangan :tidak ada
Alasan -
2) Minum
Jumlah total 8-9 gelas perhari; jenis air putih, teh.
b. Pola Eliminasi
1) Buang Air Kecil
Frekuensi perhari : 2-4 x warna kuning
Keluhan/masalah : tak ada
2) Buang Air Besar
Frekuensi perhari : 1 x perhari; warna kuning
konsistensi lembek
Keluhan/masalah : tak ada
c. Pola Persnoal Hygiene
Mandi 2 x sehari
Keramas 2 x seminggu
Gosok gigi 2 x sehari
Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 2 x sehari
d. Pola Istirahat/ Tidur
Tidur malam 7-8 jam
Tidur siang : hanya saat hari libur 1-2 jam
Keluhan/masalah : tak ada
e. Aktivitas Fisik dan Olahraga
Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : melakukan pekerjaan rumah/
membantu orangtua
Olah raga : kadang –kadang ,jenisnya jalan sore
f. Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Merokok : tidak
Minuman beralkohol : tidak
Obat-obatan : tidak
Jamu : tidak
Sex bebas : tidak
8. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Persiapan Acara Pernikahan
Syarat pendaftaran pernikahan: klien dan calon sudah melengkapi
Penyesuaian cuti Kerja: klien dan pasangan sudah merencanakan dan
mengatur
Tanggal – tanggal penting terkait pernikahan : mengikuti adat di
keluarga dan sudah mendapatkan hari baik
b. Persiapan Membina Rumah Tangga
Persiapan fisik/kesehatan( medical chek up, vaksin): belum pernah
Persiapan Psikososial :
Perbedaan latar belakang budaya keluarga: klien dan calon pasangan
sama sama suku jawa sehingga tidak ada perbedaan
c. Persiapan Psikologis
Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya: klien dan pasangan
sudah saling memahami
Cara berkomunikasi dengan pasangan: klien dan calon berkomunikasi
menggunakan bahasa daerah
Mekanisme koping Cara mengatasi masalah: dengan berdiskusi
d. Persiapan Spiritual
Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya dengan cara agama
Islam
e. Identifikasi Karakter
Harapan /keinginan kebutuhan antar pasangan: Saling setia sampai
maut memisahkan
Teknik manajemen konflik dengan berdiskusi
Menanyakan kebiasaan catin: Klien dan calon pasangan saling
mengerti kebiasaan masing-masing.
D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
4) Suhu /T : 36,6 ⁰C
5) Nadi : 80 kali/menit
6) RR : 20 kali/menit
7) BB : 45 Kg
8) TB : 159 Cm
9) LILA : 21,5 Cm
b. Status Present
Kepala : Simetris, rambut bersih
Muka : Tidak oedem
Mata : Simetris, konjuntiva tampak anemis, sklera tidak icterus
Hidung : Simetris, tidak ada polip
Mulut : Bersih,tidak ada stomatitis
Telinga : Pendengaran baik, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada massa
Ketiak : Tidak ada pembesaran kel getah bening
Dada : Nafas normal, tidak ada whezing.
Abdomen : Tidak ada massa, tidak kembung
Genetalia : Tidak ada oedema,
Punggung : Normal, tidak skoliosis
Anus : Tak ada hemoroid
Ekstremitas Atas : Tidak oedema
Ekstremitas Bawah : Tidak oedema
c. Status Obsterti
Muka : Tidak ada cloasma, tidak pucat
Mammae : Tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada colostrum
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada striae gravidarum, TFU
tidak teraba
Genetalia : Tidak ada fluor Albus
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Darah Rutin
1) HB : 10,7 gr%
2) Golongan darah :B
3) Rhesus : Positif
b. Pemeriksaan Darah yang Dianjurkan
1) Gula Darah Sewaktu (GDS) : Tidak
2) Thalasemia : Tidak
3) TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes
simpleks) : Tidak
c. Pemeriksaan Urin
Plano Tets : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan serologi
HbsAg : Tidak dilakukan
HIV : Tidak dilakukan
Sifilis : Tidak dilakukan
E. ANALISA
Nn R.D usia 21 tahun, catin dengan anemia dan KEK dengan kebutuhan
immunisasi TT calon pengantin
F. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 11-02-2020 Jam : 10.30
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien dan pasangan dalam
keadaan sehat secara umum. Pada pemeriksaan Fisik di dapatkan hasil bahwa
klien dalam kondisi Kurang Energi Kronik (KEK). Kekurangan Energi
Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala yang dapat dilihat dan diukur.
Tanda dan gejala KEK yaitu Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5
cm. Pada pemeriksaan laboratorium mendaptkan hasil bahwa Hb klien
tergolong anemia sedang yaitu 10,7 gr % sedangkan nilai normal bagi
perempuan tidak hamil adalah 12 gr % - 16 gr%. Dan menjelaskan bahwa
keluhan yang dirasakan dikarenakan kadar Hb yang dibawah normal.
Hasil : Klien dan pasangan memahami penjelasan bidan
2. Menganjurkan ibu agar mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
untuk menaikkan kadar Hb, diantaranya sayuran hijau terutama bayam, serta
konsumsi kacang hijau, guna untuk peningkatan kadar hemoglobin. Kacang
hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah
anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap
sehingga dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki
kandungan vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium
dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau
Hasil : Klien mengerti penjelasan yang diberikan dan akan mengkonsumsi
sayuran hijau serta kacang hijau.
3. Menganjurkan klien agar mengkonsumsi tablet tambah darah yang di berikan
secara teratur 1 tablet sehari ( setara 182 mb besi fumarat + asam folat
400mcg) dan di minum dengan air jeruk agar penyerapan fe lebih optimal
serta menganjurkan klien agar mengkonsumsi makanan terutama protein
hewani agar kebutuhan zat besi(fe) dapat terpenuhi, Fe adalah mikro elemen
esensial bagi tubuh untuk pembentukan hemoglobin (Hb).hemoglobin
berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh sehingga
apabila hb rendah klien dapat mengalami gejala lemah, letih, lesu, loyo dan
apalagi klien berencana segera memiliki anak setelah menikah apabila kondisi
ini tidak di perbaiki maka berakibat janin IUFD, BBLR sedangkan ibu
potensial mengalami abortus dan perdarahan
Hasil: Klien memahami penjelasan yang diberikan dan bersedia minum tablet
tambah darah sesuai ajuran.
3. Menjelaskan pada klien dan pasangan tentang immunisasi TT yaitu
bermanfaat untuk mencegah penyakit tetanus neonaturum yang disebabkan
bakteri clostridium tetani yang dapat masuk melalui luka dan berkembang
walau tanpa udara dengan gejala seperti kekakuan otot dan saraf atau kejang.
Pada neonatus gejala mulut mencucu, tidak bisa menyusu. ibu hamil rentan
mengalami luka saat proses persalinan sedangkan bayi lewat luka tali pusat
sehingga potensial mengalami tetanus. TT diberikan sebanyak 5 kali dengan
masa perlidungan yang berbeda. Dengan mendapat immunisasi TT secara
lengkap 5 kali dapat memproteksi penyakit tetanus selama masa subur/
seumur hidup.
Hasil : Klien memahami penjelasan yang diberikan.
4. Memberikan immunisasi TT dengan dosis 0,5 ml di lengan atas pada otot
deltoideus secara intra muskular dan mejelaskan reaksi yang dapat timbul
adalah nyeri dan bengkak pada bekas suntikan, cara mengatasinya adalah
memberikan kompres hangat.
Hasil : Klien telah di suntik vaksin Td 0,5 cc pada lengan kiri secara IM dan
klien paham dengan penjelasan bidan
5. Memberikan penkes tentang kehamilan. Kehamilan yang ideal adalah
kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya
secara baik. Usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun. Klien berada di
usia reproduksi sehat sehingga bisa langsung merencanakan kehamilan
Hasil : Klien dan pasangan mengerti penjelasan yang diberikan bidan
6. Menganjurkan klien agar kembali lagi ke puskesmas untuk mendapat
imunisasi TT4 1 tahun lagi yaitu tgl 11 Februari 2022
Hasil: Klien bersedia bersedia kembali 1 tahun lagi untuk mendapatkan
imunisasi lanjutan.
7. Menganjurkan klien untuk kontrol kembali 1 bulan lagi tepatnya tgl 11 Maret
2021 untuk pemeriksaan kembali kadar Hb.
Hasil : Klien bersedia untuk kontrol 1 bulan lagi.
8. Melakukan dokumentasi asuhan
Hasil : Telah didokumentasikan
No. RM :
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
1. Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan
perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma social.
2. Pelayanan asuhan kebidanan pranikah merupakan langkah awal untuk
memastikan kesehatan calon ibu serta calon anak sedini mungkin bahkan
sebelum pembuahan terjadi.
3. Asuhan kebidanan pranikah yang dilakukan kepada Nn. R.D sesuai
evidance based yang ada dan sudah terintegrasi dengan kebijakan
pemerintah.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Sebaiknya calon pengantin melakukan persiapan calon pernikahan
meliputi : persiapan fisik, persiapan gizi, imunisasi TT dan kebersihan
organ reproduksi guna menunjang 1000 hari pertama kehidupan anak.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hendaknya memberikan tentang kesehatan reproduksi sejak dini, dimulai
dari remaja agar masyarakat mengerti pentingnya kesehatan reproduksi..
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah sebaiknya mengawal dan menjadikan suscatin sebagai salah
satu agenda di beberapa kebijakannya.
DAFTAR PUSTAKA