Anda di halaman 1dari 77

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH

DI PUSKESMAS PULEDAGEL KABUPATEN BLORA

Untuk memenuhi persyaratan Stage Pranikah

Oleh :
SRI PURWATI
NIM P1337424820261

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN SEMARANG
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pranikah telah diperiksa dan disahkan pada
tanggal Februari 2021.

Semarang , Februari 2021

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

...................................... Murti Ani, SST, M.Kes


NIP. ........................................ NIP. ..........................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masa pranikah merupakan masa yang tepat untuk melakukan persiapan
yang matang baik secara fisik, psikis dan sosial. Program pemeriksaan
kesehatan dan penyuluhan reproduksi pada calon pengantin merupakan salah
satu usaha untuk membentuk kualitas kesehatan dalam keluarga. Dalam upaya
mengurangi AKI, Pemerintah mengadakan kursus calon pengantin (suscatin).
Suscatin memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi catin untuk
mempersiapkan kehamilan. Hasil penelitian oleh Dilla Fitriana S tahun 2019,
menunjukkan bahwa catin yang mengikuti suscatin memiliki pengetahuan dan
sikap yang lebih baik daripada yang tidak mengikuti suscatin. Peningkatan
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi bisa dilakukan dengan
kerjasama dan koordinasi lintas sektor sehingga pemberian materi kespro bisa
lebih menyeluruh ke semua catin.
Kementerian Agama berinisiatif melaksanakan program suscatin sesuai
dengan Peraturan yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama tentang Kursus Calon Pengantin No.
DJ.II/491 Tahun 2009 dan disempurnakan dengan dikeluarkan Peraturan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ.II/542 tahun 2013
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Untuk itu kualitas
sebuah perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan dan kematangan kedua
calon pasangan suami isteri dalam menyongsong kehidupan berumah tangga
agar dapat membentuk keluarga harmonis sesuai dengan cita-cita
berumahtangga..
Wanita yang siap menikah seharusnya siap juga mengalami proses
kehamilan, untuk itu beberapa persiapan harus dilakukan guna mendapatkan
keturunan yang sehat, karena masa golden period adalah 1000 hari pertama
kehidupan, maka sebelum hamil pun harus benar-benar disiapkan, terutama
gizi calon ibu. Gagal tumbuh pada periode 1000 hari pertama kehidupan,
selain akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik, juga akan
menyebabkan gangguan metabolik, khususnya gangguan metabolism lemak,
protein dan karbohidrat yang pada akhirnya dapat memicu munculnya
penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes dan penyakit jantung koroner
pada usia dewasa.
2. Tujuan
1. Mengetahui filosofi pernikahan
2. Mengetahui informasi pranikah meliputi kesehatan reproduksi, hak
reproduksi dan seksual serta organ reproduksi
3. Mengetahui persiapan pernikahan
4. Mengetahui tentang nutrisi pranikah
5. Mengetahui Informasi tentang kehamilan, pencegahan komplikasi,
persalinan dan pasca salin
6. Mengetahui tentang infeksi menular seksual, infeksi saluran reproduksi
serta HIV dan AIDS
7. Mengetahui informasi tentang deteksi dini kanker leher Rahim dan kanker
payudara.

3. Manfaat
1. Penulis
Memperoleh pengetahuan dalam membantu terlaksananya program
puskesmas dengan mengaplikasikan teori dan praktik asuhan kebidanan
pranikah
2. Klien
Menambah pengetahuan klien mengenai persiapan calon pengantin serta
peningkatan pengetahuan klien tentang kesehatan reproduksi.
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat mengetahui
kebutuhan calon pengantin dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pranikah.
4. Institusi
Studi kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber tambahan
pustaka atau referensi dan sebagai salah satu media dalam kegiatan
belajar mengajar serta menjadi acuan dalam penulisan laporan-laporan
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Tinjauan Teori Medis


a. Filosofi Pernikahan
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha
Esa yang merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk
saling memberi kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi
ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling
cinta dan kasih (mawadah wa rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang
Maha Esa dalam akad/janji pernikahan berarti bahwa disamping saling
bertanggung jawab antara satu dengan yang lain, suami isteri juga
bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang
dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Filosofi pernikahan dalam pandangan Islam, pernikahan adalah
suatu ikatan yang kokoh dan lembaga yang disucikan dalam masyarakat
Islam, sebagai wadah untuk menentramkan jiwa, tempat berteduh yang
tenang dan damai. Hukum pernikahan ialah ibadah. Tujuan dan manfaat
pernikahan yaitu :
1) Sakinah
Sakinah merupakan tujuan atau manfaat suatu pernikahan yang
darinya akan tumbuh saling mendekat dan melunaknya qalbu.
2) Memelihara diri (‘iffah)
3) Memiliki keturunan (Estiwara, 2018).
b. Informasi Pra Nikah
Pendidikan pranikah berpengaruh terhadap kesiapan dalam menghadapi
kehamilan pertama pada calon pengantin putri. Oleh karena itu calon
pengantin diberikan informasi seperti berikut :
1) Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yang
menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang
dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di
dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi
kegiatan reproduksi tersebut. Masalah kesehatan reproduksi dapat
terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya kehamilan remaja,
aborsi tidak aman, komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, serta
penyakit menular seksual (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman,
dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya,
perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap
penularan IMS, termasuk HIV-AIDS. Laki-laki juga mempunyai
masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan
IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi untuk
memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula
kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki. Walaupun
korban kekerasan adalah perempuan dan laki-laki, perempuan pada
dasarnya lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan kasar, yang
pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan terhadap laki-
laki atau hubungan gender yang tidak setara (Kementerian Kesehatan
RI, 2018).
2) Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan, hak dan
tanggung jawab yang sama dalam memutuskan kapan akan
mempunyai anak, berapa jumlah anak, dan jarak kelahiran. Hak
repoduksi dan seksual. Informasi ini meliputi penyait menuar seksual
dan pencegahannya agar perempuan dan lai – lai terlindungi dari
infeksi menular seksual (IMS) dan infeksi saluran reproduksi (ISR)
yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan
seksual bagi laki – laki, perempuan, dan keturunannya, memahami
upaya pencegahan dan penularannya serta efek samping obat –
obatan, alat, dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi dan seksual (Kementerian Kesehatan
RI, 2018).
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin
mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat
keputusan tanpa terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk
memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat
diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan. Pihak perempuan
berhak mendapat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan,
persalinan, dan nifas, serta memperoleh bayi yang sehat. Hubungan
suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan masing-
masing dan dilakukan dalam kondisi yang diinginkan bersama tanpa
unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan (Kementerian Kesehatan
RI, 2018)
3) Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Perempuan

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Perempuan


(1) Ovarium (Indung Telur)
Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung
saluran telur (fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga
pinggul. Indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur
(ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan kanan secara
bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang
dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma
sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi,
sel telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi.
(2) Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk
mengantar ovum dari indung telur menuju rahim
(3) Fimbrae (umbai-umbai)
Berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan
indung telur.
(4) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti
buah pir dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat
tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam
kampung, dindingnya tediri dari:
(a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan
yang berhubungan dengan rongga perut.
(b) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar pada proses persalinan
(kontraksi)
(c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim
tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.
Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi
pembuluh darah
(5) Serviks (leher rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat
persalinan tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat
keluar.
(6)Vagina (liang senggama)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan
diameter depan ± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang
bersifat elastis dengan berlipat lipat. Fungsinya sebagai
tempat penis berada saat bersanggama, tempat keluarnya
menstruasi dan bayi.
(7) Klitoris (kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan
dibanding dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan
yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan
syaraf.
(8) Labia (bibir kemaluan)
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan
bibir kecil (labia minor).
(9) Perineum
Merupakan jaringan di antara vagina dan anus, yang
memisahkan rongga panggul atas dengan rongga panggul
bawah. Perineum berperan penting dalam berkemih, buang
air besar, hubungan seksual dan melahirkan
b) Organ Reproduksi Laki-laki

Gambar 2.2 Organ Reproduksi Laki-laki


(1)Testis (buah zakar).
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma
setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam
skrotum, diluar rongga panggul karena pembentukan sperma
membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu badan
(36,7°C). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti
berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan
saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu dengan
sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
(2)Skrotum (kantung buah zakar)
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap
dan berlipat lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya
testis. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak
testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis
agar relatif tetap.
(3) Vas deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-
epididimis menuju ke uretra/ saluran kencing pars
prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan
diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu
saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti
topi.
(4) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya.
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen).
yang berguna untuk memberikan makanan pada sperma.
(5)Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran
pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa,
ukuran penis kecil. Ketika terangsang secara seksual darah
banyak dipompa ke penis sehingga berubah menjadi tegang
dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans merupakan
bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans
disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan
dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat
dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan
kanker.
c. Persiapan Pranikah
1) Persiapan Fisik
Dalam rangka mempersiapkan kesehatannya sebelum menikah,
catin perlu menjalani beberapa prosedur pemeriksaan, antara lain :
a) Tanda-tanda vital : suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah
b) Pemeriksaan status gizi :
 Berat badan
 Tinggi badan
 Lingkar lengan atas (LiLA)
 Tanda – tanda anemia
c) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Golongan Darah dan Rhesus
d) Pemeriksaan urin rutin
e) Pemeriksaan lain atas indikasi : gula darah, IMS, HIV,
Malaria, thalasemia, hepatitis B, TORCH (Toksoplasmosis,
Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks)
2) Persiapan gizi
Status gizi catin perempuan perlu diketahui dalam rangka
persiapan kehamilan.
a) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indek Massa
Tubuh (IMT). Untuk catin perempuan ditambah dengan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
b) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). Jika seseorang termasuk kategori :
(1) IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut sangat kurus
dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau KEK
tingkat berat.
(2) IMT 17,0 - <18,5 : keadaan orang tersebut disebut kurus
dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK
tingkat ringan.
c) Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko
Kurang Energi Kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada
WUS dengan KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LilA
kurang dari 23,5 cm artinya catin perempuan mengalami
KEK.
Cara menghitung IMT :
BB(kg)
IMT=
TB ²( m)

Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Nilai IMT


Status Gizi Kategori IMT
Sangat Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan BB tingkat ringan 17-<18,5
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0-27,0
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat >27,0

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan


persiapan gizi antara lain :
(1)Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan
bergizi seimbang.
(2)Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah
darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat
seminggu sekali.
(3)Bagi catin perempuan yang mengalami KEK (Kurang Energi
Kronik) dan Anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan
ditatalaksana sesuai dengan penyebab tersebut.
(4)Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam
tubuh catin perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang
beraneka ragam setiap hari atau setiap kali makan. Kelima
kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk,
sayuran, buah-buahan, dan minuman. Proporsinya dalam setiap
kali makan dapat di gambarkan di dalam ISI PIRINGKU yaitu :
(a)Sepertiga piring berisi makanan pokok
(b)Sepertiga piring berisi sayuran
(c)Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam
proporsi yang sama
(5)Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar
tubuh tetap sehat :
(a) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari
(b) Hindari minum teh atau kopi setelah makan
(c) Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak.
3) Imunisasi Tetanus
a) Imunisasi Td untuk WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu
hamil dan catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari
imunisasi terhadap penyakit Tetanus dan Difteri.
b) Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus agar
memiliki kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu
dan bayi akan terlindungi dari penyakit Tetanus.
c) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali
imunisasi Tetanus lengkap (T5).
d) Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi
Tetanus (status T) melalui skrining. Jika status T belum
lengkap, maka catin perempuan harus melengkapinya di
Puskesmas.
e) Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan apabila
status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan
catatan yang tercantum antara lain pada kartu imunisasi, buku
kesehatan ibu dan anak, buku rapor kesehatanku, kohort
dan/atau rekam medis catin yang bersangkutan.

Gambar 2.3 Status Imunisasi Catin


4) Menjaga kesehatan organ reproduksi
Organ reproduksi perlu dijaga kesehatannya agar dapat berfungsi
dengan baik. Beberapa tips untuk menjaga kesehatan reproduksi
antara lain :
a) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
b) Gunakan pakaian dalam berbahan sintetis (katun) yang dapat
menyerap keringat dan tidak terlalu ketat.
c) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan
menggunakan handuk atau tisu.
d) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
e) Khusus untuk perempuan :
 Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas
vagina.
 Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
 Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti
paling lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang air.
 Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan
berwarna harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
f) Bagi laki – laki dianjurkan untuk disunat.
5) Menjaga kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri
Sehat jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
Ciri – ciri sehat jiwa :
a) Perasaan sehat dan bahagia
b) Menyadari kemampuan diri
c) Merasa nyaman terhadap diri sendiri
d) Dapat menerima orang lain
e) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
f) Mampu menghadapi tantangan hidup
g) Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain.
d. Informasi tentang Nutrisi Pranikah
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak,
serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal
atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas
kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian
dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan
masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang.
Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan
masyarakat (Menkes RI, 2014).
Dalam Permenkes Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Gizi Seimbang, pada remaja putri dan calon pengantin diberikan pesan
khusus sebagai berikut :
1) Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan
Remaja putri dan calon pengantin perlu mengonsumsi aneka
ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan
zat gizi mikro (vitamin dan mineral) karena digunakan untuk
pertumbuhan yang cepat, peningkatan volume darah dan
peningkatan haemoglobin. Zat gizi mikro penting yang diperlukan
pada remaja putri adalah zat besi dan asam folat.
Kebutuhan zat besi bagi remaja putri dan calon pengantin
diperlukan untuk membentuk haemoglobin yang mengalami
peningkatan dan mencegah anemia yang disebabkan karena
kehilangan zat besi selama menstruasi.
Asam folat digunakan untuk pembentukan sel dan sistem
saraf termasuk sel darah merah. Asam folat berperan penting pada
pembentukan DNA dan metabolisme asam amino dalam tubuh.
Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia karena
terjadinya gangguan pada pembentukan DNA yang
mengakibatkan gangguan pembelahan sel darah merah sehingga
jumlah sel darah merah menjadi kurang. Asam folat bersama-
sama dengan vitamin B6 dan B12 dapat membantu mencegah
penyakit jantung. Seperti halnya zat besi, asam folat banyak
terdapat pada sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Konsumsi asam folat pada orang dewasa disarankan sebanyak
1000 gr/hari. Remaja putri (di atas 16 tahun) yang menikah
sebaiknya menunda kehamilan. Bila hamil perlu mengonsumsi
pangan kaya asam folat dan zat besi secara cukup, minimal 4
bulan sebelum kehamilan agar terhindar dari anemia dan risiko
bayi lahir dengan cacat pada sistem saraf (otak) atau cacat tabung
saraf (Neural Tube Deffect).
2) Banyak makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna
Sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli dan sayur
kacang (buncis, kacang panjang dll) banyak mengandung
karotenoid dan asam folat yang sangat diperlukan pada masa
kehamilan. Buah-buahan berwarna seperti pepaya, jeruk, mangga
dll merupakan sumber vitamin yang baik bagi tubuh. Buah-
buahan juga banyak mengandung serat dapat melancarkan buang
air besar (BAB) sehingga mengurangi risiko sembelit. Buah
berwarna, baik berwarna kuning, merah, merah jingga, orange,
biru, ungu, dan lainnya, pada umumnya banyak mengandung
vitamin, khususnya vitamin A, dan antioksidan. Vitamin
diperlukan tubuh untuk membantu proses-proses metabolisme di
dalam tubuh, sedangkan antioksidan diperlukan untuk merusak
senyawa-senyawa hasil oksidasi, radikal bebas, yang berpengaruh
tidak baik bagi kesehatan.
e. Informasi tentang kehamilan, pencegahan komplikasi, persalinan dan
pasca salin
1) Kehamilan
(a) Masa Subur
Masa subur adalah saat indung telur (ovarium)
melepaskan sel telur (ovum) yang sudah siap dibuahi ke
dalam saluran indung telur (tuba fallopii). Masa subur adalah
periode dalam siklus menstruasi dimana konsepsi atau
fertilisasi (pembuahan) paling mungkin terjadi, karena pada
periode tersebut terdapat sel telur yang matang dan siap
dibuahi.
(1) Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung
ovulasi/masa subur pada wanita
(2) Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari setelah
hari pertama haid, sedangkan masa subur biasanya akan
terjadi kurang lebih 3 hari sebelum dan sesudah masa
menuju puncak masa subur tersebut
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus
menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan
jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan
minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian
hitung periode masa subur dengan melihat data yang
telah dicatat.
 Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari
ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari
ke-16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9
Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-
1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan
hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa
subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24
Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa
pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin
melakukan hubungan seksual harus menggunakan
kontrasepsi.
 Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama
masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus
haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari
terakhir masa subur. (Rahayu, 2016)
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek
dikurangi 18.
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang
dikurangi 11.

(3) Tanda-tanda masa subur


(a) Perubahan lendir serviks
Pada masa subur, cairan ini bertekstur lengket
dan kental. Perubahan terjadi menjelang masa subur,
yaitu dengan meningkatnya jumlah cairan dan
perubahan tekstur menjadi berwarna bening dan cair.

(b) Dorongan seksual meningkat


Hormon estrogen dan progesteron akan
meningkat dalam masa subur sehingga meningkatkan
hasrat seksual.

(c) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih


lunak
Meningkatnya hormon progesteron ketika masa
subur akan memicu kenaikan suhu tubuh (±0,5oC)
dan menyebabkan payudara menjadi lebih lunak.
(b) Proses Kehamilan
Gambar 2.4 Proses Kehamilan
Keterangan :
1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran
telur (tuba fallopi)
2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel
di lapisan dalam dinding rahim
3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti
tahapan kehidupan sel (hayati)
4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio
berkembang mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi
janin/ bayi
5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah
280 hari ( 9 bulan 10 hari)
6) Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma
laki-laki dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian
terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu
kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada
sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi
(nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim,
hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam proses
pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel
telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh indung
telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang
wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur
yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh
rumbai – rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk
kerahim melalui saluran telur (tuba fallopi), sel ini dapat
bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah
ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel
telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja
untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama
(coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon) masuk
kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk
mencari sel telur yang akan di buahi dan pada akhirnya
hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel
telur (Manuaba, 2010)
(c) Tanda – tanda kehamilan
Terdapat beberapa tanda – tanda kehamilan, antara lain :

(1) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya


(tidak menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)
(2) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama
pada pagi hari serta sering buang air kecil
(3) Tidak ada nafsu makan
(4) Tes kehamilan positif (+)
(5) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu
dapat terdengar jantung janin
(6) Perut membesar dan dirasakan gerakan janin.
(d) Kehamilan ideal vs kehamilan beresiko
Kehamilan yang ideal adalah kehamilan yang
direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya
dengan baik. Namun ada kalanya tejadi kehamilan yang tidak
diinginkan seperti:

(1) Akibat hubungan seks pranikah


(2) Pada unmet need ber-KB(wanita usia subur yang ingin
menunda atau ingin punya anakk tetap tidak
menggunakan kontrasepsi
(3) Akibat gagal KB
Walaupun demikian, setiap kehamilan tetap harus
dijaga dan dipantau kesehatannya dan perkembangannya.
Usia terbaik perempuan untuk hamil adalah 20-35 tahun dan
jarak antara kelahiran idealnya 3-5 tahun atau tidak lebih dari
2 balita dalam satu keluarga. Adanya jarak kelahiran tersebut
akan mmeberi kesempatan kepada ibu untuk memulihkan
kembali kesehatan tubuhnya serta memberi kesempatan bagi
anak yang dilahirkan untuk tu,buh dan berkembang secara
optimal serta mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh
dari orangtuanya.
Apabila merencanakan punya anak lagi, perlu
pertimbangan secara matang mengenai biaya perawatan,
pendidikan dan kehidupan yang layak termasuk pemenuhan
gizinya. Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk terjadi
komplikasi walaupun sebelumnya baik-baik saja. Sebagai
contoh, saat hamil kondisi ibu dan bayi sehat, namun saat
perslainan ibu dapat mengalami perdarahan hebat atau bayi
mengalami sesak nafas (asfiksia). Terdapat beberapa kondisi
yang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan
dan persalinan yang disebut 4 terlalu dan 3 terlambat.
4 (empat) TERLALU yaitu

(1)Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)


(2)Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun)
(3)Terlalu sering hamil ( anak lebih dari 3)
(4)Terlalu dekat datau rapat jarak kehamilnya (kurang dari 2
tahun)
3 (tiga) TERLAMBAT yaitu:

(1) Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan,


persalinan dan nifas, serta mengambil keputusan untuk
mencari pertolongan medis
(2) Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan
(3) Terlambat mendapatkan pertolongan medis yang adekuat.
Ibu hamil harus memeriksakan kehamilan ke fasilitas
pelayanan kesehatan minimal 4 kali, yaitu 1 kali di trimester
pertama, 1 kali di trimester ke 2, dan 2 kali di trimester ketiga
kehamilan untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan ibu dan
bayinya. Suami dianjurkan untuk mendampingi ibu hamil saat
memeriksakan kehamilannya.
(e) Tanda bahaya kehamilan
Tanda- tanda bahaya yang dapat mengancam jiwa ibu hamil
atau janin yang dikandungnya :
(1) Muntah terus dan tidak mau makan
(2) Demam tinggi
(3) Bengkak pada kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala
disertai kejang
(4) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan
sebelumnya
(5) Pendarahan pada hamil muda dan hamil tua
(6) Air ketuban keluar sebelum waktunya
Apabila terdapat satu atau beberapa tanda bahaya kehamilan
tersebut segera ke fasilitas kesehatan.
(f) Kondisi emosional ibu hamil
Setiap kehamilan perlu didukung oleh suami dan
keluarga. Perlu persiapan fisik, sosial dan ekonomi yang
baikdalam menyambut kelahiran. Hal ini dapat mendukung
terjaganya kondisi emosional ibu hamil. Ibu hamil juga tidak
boleh dibebani dengan pikiran dan pekerjaan yang berat atau
tugas yang banyak.
Berikut kondisi emosional yang biasa dialami oleh ibu
hamil:

 Mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah


marah, tidak semangat
 Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur
nyenyak, tidak nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut
disebebakan oleh adanya perubahan kondisi fisiknya.
 Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap
perkembangan bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya
meninggal atau cacat
 Merasa belum siap menjadi orang tua dan belum siap
secara ekonomi
 Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan
makanan-makanan yang mungkin tidak pada musimnya
sehingga sulit didapat. Hal tersebut semata-mata karena
ingin diperhatikan keluarga dan suami.
Oleh karena itu, ibu hamil harus mendapat dukungan
dari suami dan keluarga agar dapat menjalani kehamilan yang
sehat.
2) Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
(P4K)
Program P4K merupakan kegiatan dalam rangka
meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
menjaga ibu hamil termasuk :

(a) Merencanakan persalinan yang aman


(b) Persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas
(c) Perencanaan penggunaan KB pascasalin

Untuk menandai adanya ibu hamil, ditempelkan stiker P4K di


pintu atau jendela depan rumah ibu hamil. Didalam stiker P4K
terdapat informasi mengenai lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, tafsiran persalinan, penolong persalinan,
pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor
darah, transportasi yang akan digunakan, serta pembiayaan.
Tujuan dari P4K adalah:

(a)Setiap ibu hamil terdata dan diketahui keberadaanya


(b)Adanya perencanaan persalinan sehingga dapat diambil
keputusan yang tepat dan cepat bila terjadi komplikasi selama
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
(c)Masyarakat sekitar dapat segera memberikan bantuan apabila
dibutuhkan, misalnya menyediakan transportasi, donor darah
berjalan dan lain-lain
Stiker P4K terdapat didalam buku KIA yang diisi oleh tenaga
kesehatan sesuai dengan hasil kesepakatan dengan ibu, keluarga
dan masyarakat.
Setiap ibu hamil mendapatkan buku KIA pada saat pertama
kali memeriksakan kehamilan. Buku KIA adalah buku catatan
kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir,
balita dan anak pra sekolah) serta berisi berbagai informasi cara
memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Buku KIA
diperoleh di Posyandu, Ppolindes, Poskesdes, Pustu, Puskesmas,
BPM, Dokter praktik, rumah bersalin dan rumah sakit.
Melakukan perencanaan tempat persalinan penolong
persalinan, pendamping persalinan, persiapan transportasi,
keuangan dan calon donor darah akan menurunkan risiko
terjadinya keterlambatan dalam penanganan kegawatdarratan ibu
dan bayi.
3) Pilihan metode kontrasepsi bagi pasangan baru yang ingin
menunda kehamilan
Bagi pasangan yang belum ingin segera memiliki anak atau
istri berusia kurang dari 20 tahun, dapat menunda kehamilan
dengan menggunakan salah satu metode KB yang sesuai.
Pasangan dianjurkan untuk berkonsultasi ke fasilitas pelayanan
kesehatan.

4) Persalinan
a) Konsep Dasar Persalinan
Dalam Kurniarum (2016) persalinan sering diartikan
serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu
sendiri). Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai
berikut :
(1) Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir
(Moore, 2001).
(2) Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita
melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus
yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi
sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya
dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12
sampai 14 jam (Mayles, 1996).
(3) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar
(Prawirohardjo, 2002).
(4) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002).
b) Macam – macam persalinan
(1) Persalinan spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendirim melalui jalan lahir ibu tersebut.
(2) Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
(3) Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin atau prostaglandin.
c) Persalinan berdasarkan umur kehamilan
(1) Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22
minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.
(2) Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28
minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram
dan 999 gram.
(3) Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram
dan 2499 gram.
(4) Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau
lebih.
(5) Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42
minggu.
d) Sebab – sebab mulainya persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas.
Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan
bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang
dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori
oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori
prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya
persalinan adalah sebagai berikut :
(1) Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim,
sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga
otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
(2) Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin
bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim
yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-
tanda persalinan.
(3) Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan
Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi
yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka
dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan
ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu
sehingga menimbulkan proses persalinan.
(4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
(5) Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2
yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu
terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan
atau selama persalinan.
e) Tanda dan gejala persalinan
Tanda dan gejala persalinan yaitu :
(1) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
(a) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu
merasa bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia
merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa
bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
(b) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari
pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai
masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut
Pollakisuria.
(c) False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan,
calon ibu diganggu oleh his pendahuluan yang
sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini
bersifat:
 Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
 Tidak teratur
 Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat
dengan majunya waktu dan bila dibawa jalan
malah sering berkurang
 Tidak ada pengaruh pada pendataran atau
pembukaan cervix
(d) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup,
panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih
lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda
untuk masingmasing ibu, misalnya pada multipara
sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara
sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
(e) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi
kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai.
Setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan
fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati
satu hari sebelum persalinan dengan energi yang
penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari
aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan
rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan
pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan
kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga
persalinan menjadi panjang dan sulit.
(f) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda
seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek
penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.
(2) Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
(a) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his
pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
 Nyeri melingkar dari punggung memancar ke
perut bagian depan.
 Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
 Sifatnya teratur, inerval makin lama makin
pendek dan kekuatannya makin besar.
 Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau
pembukaan cervix.
 Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan
kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit). Kontraksi yang terjadi dapat
menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
(b) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan
adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda
pemula.
(c) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari
canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit
darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus.
(d) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-
konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau
hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-
kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar

f) Tahapan Persalinan
(1) Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan servix hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I
berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase
yaitu fase laten dan fase aktif.
(a) Fase laten persalinan
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
 Pembukaan servix kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
(b) Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi,
dilatasi maximal, dan deselerasi
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih
 Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya
dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga
permbukaan lengkap (10 cm)
 Terjadi penurunan bagian terendah janin
(2) Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap
dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
(3) Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
(4) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. (Kurniarum, 2016)
5) Pasca Salin / Nifas
a) Dalam Wahyuningsih (2018) terdapat beberapa pengertian
tentang masa nifas sebagai berikut:
(1) Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung
kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam
waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009; Saifuddin, 2002).
(2) Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6
minggu. selama masa ini, fisiologi saluran reproduktif
kembali pada keadaan yang normal (Cunningham, 2007).
(3) Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu
(Mochtar, 2010).
(4) Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah
persalinan selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu (Wiknjosastro, 2005).
(5) Periode pasca partum (Puerperium) adalah masa enam
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2004).
b) Tahapan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
(1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi
insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara
kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran
lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
(2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
(3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
(4) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin
memiliki penyulit atau komplikasi.
(Wahyuningsih, 2018)
f. Informasi tentang infeksi menular seksual, infeksi saluran reproduksi
serta HIV dan AIDS
1) Infeksi Menular Seksual
IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hunungan
seksual.
Gejala IMS :
a) Adanya duh tubuh/cairan yang keluar dari alat kelamin
(vagina, penis) atau cairan dari anus, yang berbeda dari
biasanya
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau
setelah kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/ basah di sekitar kelamin atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam
atau kutil disekitar kelamin
e) Terjadi pembekakan pada lipatan paha
f) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung
pelit/kantung zakar
g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuh, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/ menstruasi
h) Keluar darah setelah berhubungan seksual
i) Demam
Jenis – Jenis IMS
(1) Gonore (Kencing Nanah)
Gejala gonore menurut Kemenkes RI (2018) adalah:

(a) Pada laki-laki: keluarnya cairan dari alat kelamin,


bernanah, kental, berwarna putih kekuningan.
(b) Pada perempuan; seringkali tanpa gejala, bila ada berupa
cairan dari alat kelamin berwarna putih atau kuning.
Cairan terutama akan banyak terlihat di daerah mulut
rahim melalui pemeriksaan dalam oleh tenaga kesehatan.
Komplikasi gonore menurut Kemenkes (2018) adalah:
(a) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan.
(b) Pada perempuan menyebabkan mandul dan kehamilan
luar rahim/ektopik.
(c) Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan gonorea,
menyebabkan konjungtivitas gonore yaitu berupa
kemerahan pada salah satu atau kedua mata dengan
adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah dan
megakibatkan kebutaan.
(2) Sifilis (Raja Singa)
Gejala Sifilis menurut Kemenkes RI (2018) adalah Luka atau
koreng, biasanya berjumlah satu, berbentuk bulat atau
lonjong, dasar bersih dan bila diraba terasa kenyal sampai
keras, tidak ada rasa nyeri bila ditekan. Kelenjar getah bening
dilipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga nyeri bila
ditekan.
Komplikasi menurut Kemenkes RI (2018) yaitu pada
perempuan penderita sifilis dapat mengalami keguguran,
melahirkan bayi cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
(3) Herpes Genitaslis
Gejala Herpes Genitalis menurut Kemenkes RI (2018) adalah

 Herpes genital pertama: timbul bintil-lentingan-luka


berkelompok di atas dasar kemerahan, sangat nyeri,
pembesaran kelenjar lipat paha, kenyal dan disertai gejala
yang menyeluruh dan saling berhubungan (sistemik)
 Herpes genitaliss kambuhan timbul bila ada faktor stress
pikiran, hubungan seksual berlebihan, kelelahan dan lain-
lain. Umumnya luka / lesi sebanyak dan seberat gejala
pertama
Komplikasi herpes genitalis menurut Kemenkes RI (2018)
adalah dapat menjadi pintu masuk infeksi lain dan bersifat
kambuhan seumur hidup.
(4) Klamidia
Gejala klamidia menurut Kemenkes RI (2018) adalah

 Pada laki-laki keluarnya cairan dari alat kelamin, bernanah,


encer kadang kental, berwarna putih kekuningan, dapat
disertai peradangan pada kulit alat kelamin.
 Pada perempuan keluarnya cairan dari alat kelamin,
benanah encer, berwarna putih atau kuning, leher rahim
mudah berdarah.
Komplikasi klamidia menurut Kemenkes RI (2018) adalah

 Pada laki-laki menyebabkan kemandulan


 Pada perempuan menyebabkan kehamilan di luar
kandungan / ektopik dan kemandulan
Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan klamidia,
menyebabkan Konjungtivitis klamidiosis yaitu berupa
sembab, kemerahan pada salah satu atau kedua mata dengan
adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah yang tidak
terlalu banyak dan dapt menimbulkan kebutaan.
(5) Kondiloma Akuminata (Jengger Ayam)
Gejala kondiloma akuminata menurut Kemenkes RI
(2018) adalah bintil-bintil tonjolan berbentuk seperti kutil
terutama pada daerah yang lembab. Bersifat kambuhan
seumur hidup
Komplikasi kondiloma akuminata menurut Kemenkes RI
(2018) adalah

 Dapat membesar dan tumbuh menjadi satu


 Pada lakilaki dapat menimbulkan kanker penis
 Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim
Pencegahan terinfeksi IMS menurut Kemenkes RI (2018)
adalah

 Jaga kebersihan kelamin


 Tidak berhubungan seksual
 Menggunakan kondom
 Setia pada pasangan
 Menghindari faktor pencetus
 Bila ada gejala, segera periksa ke fasilitas pelayanan
kesehatan dan minum obat sesuai anjuran
Tindakan jika terinfeksi IMS menurut Kemenkes RI
(2018) adalah

 Jangan mengobati sendiri


 Segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan
 Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai dengan
petunjuk dokter
 Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh
 Minta pasangan segera memeriksakan diri ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengetahui
adanya penularan.
2) Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
ISR adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab
infeksi ke dalam saluran reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa
hubungan seksual.
Jenis – Jenis ISR

a) Kandidiasis Vaginalis
Gejala :
 Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir
vagina dan liang vagina, disertai bengkak atau luka
sobekan kecil.
 Keluarnya cairan yang banyak serta bergumpal dari vagina,
kadang-kadang dapat kental, berwarna putih seperti susu
kental atau kekuningan atau berbau asam.
Komplikasi : lecet pada kulit disekitar kelamin.
Pencegahan :
 Jaga kebersihan alat kelamin
 Pakaian dalam tetap bersih dan kering.
b) Vaginosis Bakterial
Gejala : vagina berbau amis terutam setelah berhubungan
seksual, keluarnya cairan dari vagina namun tidak terlalu
banyak, berwarna putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina, tidak ada tanda-tanda peradangan.
Komplikasi : menyebabkan penyakit radang panggul dan pada
ibu hamil dapat meyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran
rematur, bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
 Jaga kebersihan alat kelamin
 Tidak berhubungan seksual
 Menggunakan kondom
 Setia pada pasangan.
c) Trikomoniasis
Gejala : keluarnya cairan yang banyak dari vagina, bernanah,
kadang-kadang berbusa, peradangan pada vagina, berbau
seperti ikan busuk, dapat disertai rasa gatal pada alat kelamin
Komplikasi : pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
 jaga kebersihan alat kelamin
 Tidak berhubungan seksual
 Menggunakan kondom
 Setia pada pasangan.
3) HIV dan AIDS
HIV (human immunodeficiency Virus) merupakan kuman/
virus penyebab AIDS. AIDS (aquired Immuno Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala/ penyakit akibat menurunnya
kekebalan tubuh yang didapat dari infeksi HIV. Infeksi Hiv
ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia. Beberapa
cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya:

a) Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan seksual


tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah orang terinfeksi,
cairan mani/sperma atau cairan vagina langsung ke aliran
darah pasangannya, atau melalui selaput lendir yang berada
dibagian dalam vagina, penis atau dubur.
b) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung
HIV atau melalui alat tindakan medis lain yang tercemar HIV.
c) Penggunaan jarum suntik bersama/bergantian pada pecandu
narkoba suntuk beresiko tertular HIV.
d) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan
dan ketika menyusui (penularan HIV dari ibu ke anak).

HIV tidak menular melalui :


a) Makan/minum bersama, memakai peralatan makan/minum
mereka
b) Bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan
c) Hidup serumah, menggunakan Wc/toilet bersama, berenang
bersama.
d) Bergantian pakaian, handuk, sapu tangan
e) Hubungan sosial lainnya
f) Gigitan serangga.

Adapun gelaja HIV menurut Kemenkes RI (2018) adalah

a) Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja


seperti halnya orang lain karena tidak menunjukan gejala
klinis. Tetapi orang tersebut bisa menularkan virus HIV
melalui penularan cairan tubuh (darah, cairan sperma, cairan
vagina, ASI). Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun.
b) Setelah itu orang tersebut mulai menunjukan kumpulan gejala
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi
HIV.
Pencegahan HIV AIDS menurut Kemenkes RI (2018)
adalah

a) Tidak berhubungan seksual


Tidak melakukan hubungan seksual yang beresiko.

b) Saling setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan
hubungan seksual dengan orang lain.

c) Kondom
Gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual
apabila salah satu pasangan ada yang menderita HIV positif
atau status HIV pasangan belum diketahui.

d) Hindari penggunaan narkoba suntik


Menggunakan jarum suntik beresiko menularkan HIV dalam
jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari
NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri.

e) Penggunaan alat-alat steril


Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (penembus
luka) kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian.
Penularan akan lebih mudah terjadi melalui darah.

f) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA)


 Apabila salah satu/kedua pasangan mempunyai faktor
resiko maka lakukan tes HIV
 Jika salah satu/kedua pasangan mengidap HIV , minum
obat ARV sesuai anjuran secara teratur seumur hidup
 Pasangan ODHA harus minum obat ARV dan selalu
menggunakan kondom setiap berhubungan seksual
 Jika pasangan ODHA ingin memiliki anak, konsultasikan
dengan tenaga kesehatan untuk merencanakan waktu yang
tepat untuk hamil sesuai dengan staus kesehatan pasangan
 Lakukan tes HIV pada saat pemeriksaan kehamilan
trimester I dan berikan ARV profilaksis pada bayi dari ibu
HIV.

g. Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara
1) Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi dan
berasal dari sel leher rahim. Faktor Resiko :
a) Menikah atau melakukan hubungan seksual pertama kali
sebelum usia 20 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bramanuditya (2018)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara menikah usia muda dengan kejadian kanker serviks (CI
2,064-7,750). Hasil Odd ratio yang didapat dari penelitian ini
yaitu 4,000. Hal ini berarti bahwa wanita yang pertama kali
menikah pada usia < 20 tahun beresio 4 kali lebih besar
terjadi kanker serviks daripada wanita yang pertama kali
menikah pada usia ≥ 20 tahun. (Bramanuditya, 2018)
b) Memilik banyak pasangan seksual (baik perempuan atau
pasangannya).
c) Pernah terpapar penyakit IMS.
d) Ibu atau saudara perempuan menderita kanker leher rahim.
e) Hasil tes papsmear sebelumnya yang tak normal.
f) Merokok atau terpapar asap rokok. (Pitriani, 2013)
Penelitian yang dilakukan Pitriani (2013) didapatkan hasil
analisis Odds Ratio (OR) terhadap kebiasaan merokok
didapatkan OR sebesar 3,547 dan bermakna (p < 0,05) yang
berarti bahwa ibu atau suami dengan status merokok 3,547
kali lebih besar untuk terkena kanker serviks dibandingkan
yang tidak merokok. Penelitian ini menemukan bahwa
merokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker
serviks.
g) Melahirkan banyak anak (> 3 anak).
h) Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti yang
terjadi pada penderita HIV/AIDS ataupun pada penggunaan
kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama.
Pencegahan :
Pencegahan primer kanker leher rahim dilakukan melalui
imunisasi HPV secara mandiri.
Deteksi dini :
a) Deteksi dini kanker leher rahim di anjurkan untuk perempuan
usia 30-50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan bisa
dilakukan setiap tahun, minimal 3-5 tahun sekali.
b) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Tes
IVA (Inspkesi Visual dengan Asam Asetat) dan Pap Smear.
c) perbedaan IVA dan Pap Smear antara lain :
(1)Hasil tes IVA dapat segera diketahui satu menit setelah di
oles asam asetat sedangkan Pap smear membutuhkan
waktu 1-2 minggu kemudian.
(2)Tes IVA dapat dilakukan kapan saja kecuali dalam
keadaan hamil atau haid yang banyak.
(3)Pemeriksaan tes IVA lebih murah dibandingkan dengan
Pap smear.
d) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan di
dokter/bidan, puskesmas, klinik swasta, rumah sakit.
e) Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak
memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya antara lain :
(1) Pendarahan pasca hubungan seksual.
(2) Pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak
hingga menggumpal disertai bau busuk.
(3) Keputihan berbau busuk.
(4) Nyeri pinggang saat buang air
2) Kanker Payudara
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara.
Faktor resiko :
(a)Merokok atau terpapar asap rokok.
(b)Ibu atau saudara ibu/klien yang memiliki kanker payudara.
(c)Menopause (berhenti haid) lebih dari 50 tahun.
(d)Menstruasi pertama kali sebelum usia 12 tahun.
(e)Tidak memiliki anak/infertilitas.
(f) Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun.
(g)Tidak pernah menyusui.
(h)Riwayat adanya penyakit tumor jinak payudara.
(i) Adanya riwayat penyakit kanker pada anggota keluarga
lainnya.
(j) Diet dan faktor yang berhubungan dengan diet (peningkatan
berat badan/obesitas, pola makan yang buruk tinggi lemak dan
rendah serat, mengandung zat pengawet/pewarna, minuman
beralkohol).

Tanda-tanda :
(a) Penambahan ukuran/besar yang tidak biasa pada payudara.
(b) Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya.
(c) Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara.
(d) Pembengkakan pada lengan bagian atas.
(e) Perubahan penampilan putting payudara.
(f) Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting.
(g) Benjolan pada payudara.
(h) Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak (axilla).
Deteksi dini :
(a) SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI), yang dilakukan
pada hari ketujuh sampai sepuluh di hitung mulai dari hari
pertama haid atau bagi yang telah menopause atau tidak haid
karena menggunakan KB dilakukan rutin setiap bulan pada
tanggal yang sama.
(b) SADANIS (perikSAan payuDAra KliNIS) oleh tenaga
kesehatan yaitu dokter/bidan, sebaiknya dilakukan satu
tahun/kali, minimal 3-5 tahun sekali atau bila terdapat
kelainan pada saat melakukan SADARI.
(c) Pemeriksaan Ultrasonography (USG), USG dilakukan
terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan
solid/padat yang mengarah pada keganasan, dan pada
perempuan di bawah usia 40 tahun.
(d) Pemeriksaan Skirining Mammografi, di anjurkan untuk
melakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu pada permpuan
usia 40-50 tahun setiap 2 tahun sekali dan setiap satu tahun
sekali pada perempuan di atas 50 tahun kecuali yang
mempunyai faktor resiko.
Tata cara SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI)

 Langkah 1 :
(a) Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan
posisi kedua lengan di samping tubuh. Kemudian angkat
kedua tangan ke atas dan perhatikan apakah ada perubahan
pada payudara.
(b) Anda harus melihat : Perubahan payudara dari ukuran,
bentuk dan warna kulit atau ada kerutan pada kulit (kulit
jeruk) atau ada cekungan/ada tarikan kulit ke dalam.
(c) Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke
dokter untuk berkonsultasi :
 Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
 Kulit payudara mengeras, mengelupas, mengkerut
seperti kulit jeruk, atau terdapat cekungan seperti
lesung pipi.
 Perubahan pada putting, seperti putting tertarik ke
dalam atau keluar cairan dari putting.
 Benjolan/kelainan lainnya dari payudara.
 Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.
 Langkah 2 :
Letakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan
agar otot dada berkontraksi dan perhatikan apakah terjadi
perubahan pada payudara. Kemudian bungkukkan badan
untuk melihat apakah kedua payudara menggantung
seimbang.
 Langkah 3 :
Kemudian, dilakukan perabaan payudara. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring, bila dalam
keadaan berbaring sebaiknya letakkan sebuah bantal di bawah
pundak sisi payudara yang akan diperiksa.
 Langkah 4 :
Angkat salah satu lengan ke atas dan tekuk siku
sehingga tangan memegang bagian atas punggung/kepala,
kemudian dengan menggunakan permukaan jari tangan yang
lain raba dan tekan payudara dengan gerakan melingkar
dimulai dari bagian luar yaitu tepi payudara sampai ke bagian
dalam yaitu putting, selanjutnya cubit areola putting apakah
keluar cairan atau tidak, cermati seluruh bagian payudara kiri
hingga ke daerah ketiak, ulangi gerakkan yang sama pada
payudara kanan.
 Langkah 5 :
Dalam posisi berbaring tekuk salah satu siku sehingga
tangan menyentuh kepala belakang. Kemudian dengan tangan
yang lain rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan.
Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara
payudara, dari atas sampai bawah, kiri kanan, dan tulang
pundak.

2. Kekurangan Energi Kronis (KEK)


a. Definisi KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu
keadaan malnutrisi. Ibu KEK menderita kekurangan makanan
yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau
absolut satu atau lebih zat gizi (Sipahutar, dkk., 2013).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu
keadaan malnutrisi atau keadaan patologis akibat kekurangan
secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa,
2013).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah kekurangan
energi yang memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan
pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan KEK
jika Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm (Muliarini, 2015).
b. Tanda dan Gejala KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan
gejala yang dapat dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu
Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (Supariasa,
2013).
c. Pengukuran Antropometri Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah pengukuran
antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu
hamil dan untuk mengetahui risiko KEK atau gizi kurang.
Kategori KEK adalah LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian
merah pita LILA (Supariasa, 2013).

d. Ambang batas
Ambang batas atau cut off point ukuran LILA WUS
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran
LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK (Supariasa,
2013).
e. Cara mengukur LILA
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang
telah ditetapkan, pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan
ditandai dengan sentimeter. Terdapat 7 urutan pengukuran LILA
yaitu:

1) Tetapkan posisi bahu dan siku, yang diukur adalah


pertengahan lengan atas sebelah kiri dan lengan dalam
keadaan tidak tertutup kain/pakaian.
2) Letakkan pita antara bahu dan siku.
3) Tentukan titik tengah lengan, beri tanda.
4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.
5) Pita jangan terlalu kekat atau longgar.
6) Cara pembacaan sesuai dengan skala yang benar.
7) Catat hasil pengukuran LILA (Supariasa, 2013).
f. Pengaruh KEK terhadap Kehamilan
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan
dapat berakibat pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya.

1) Terhadap ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi


antara lain : anemia, perdarahan, berat badan tidak
bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi.
2) Terhadap persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
perdarahan.
3) Terhadap janin dapat mengakibatkan keguguran/abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) (Waryana, 2016).
g. Faktor-faktor penyebab KEK
1) Umur ibu
Umur ibu yang berisiko melahirkan bayi kecil adalah kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Ibu hamil yang berusia
kurang dari 20 tahun dikatakan memiliki risiko KEK yang
lebih tinggi. Usia ibu hamil yang terlalu muda, tidak hanya
meningkatkan risiko KEK namun juga berpengaruh pada
banyak masalah kesehatan ibu lainnya (Stephanie dan
Kartikasari, 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dan Kartikasari
(2016) menyebutkan bahwa sebagian besar responden yang
berada pada kategori umur 20-35 tahun tidak mengalami KEK,
dari 37 orang hanya 6 orang (16,2%) yang mengalami KEK.
Ibu dengan kategori umur >35 tahun, dari 7 orang terdapat 1
orang (10%) yang mengalami KEK. Kesimpulan dari penelitian
di atas yaitu umur ibu dapat mempengaruhi status gizi ibu pada
saat hamil.
Umur adalah lama hidup yang dihitung sejak dilahirkan sampai
dengan saat diminta keterangan/saat pengambilan data yang
bersangkutan (Notoadmojo, 2018). Semakin bertambah umur
seseorang, semakin bertambah pula daya tanggapnya.

Ibu hamil dengan umur dewasa akan lebih mudah memahami


dan mengerti akan kebutuhan yang dirasakan oleh dirinya.
Termasuk kebutuhan untuk kehamilannya.

Usia yang beresiko ( < 20 tahun dan > 35 tahun )


memungkinkan banyak factor resiko dan masalah kesehatan
yang dapat di alami oleh ibu karena pada usia < 20 tahun
kematangan organ-organ reproduksi belum cukup sedangkan
pada usia > 35 tahun beberapa penelitian menyatakan semakin
matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya
beberapa resiko tertentu, termasuk resiko kehamilan.
( Manuaba, 2019 ).
Menurut Depkes RI (2009) dalam situs resminya yaitu
depkes.go.id (2020) , jenis perhitungan umur/usia, ada
beberapa yaitu :
(1) Usia kronologis
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai
dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu
penghitungan usia.

(2) Usia mental


Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan
dari taraf kemampuan mental seseorang.

(3) Usia biologis


Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan
kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009) dalam situs


resminya yaitu depkes.go.id (2020):

(1) Masa balita = 0 - 5 tahun,


(2) Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun.
(3) Masa remaja Awal = 12 - 16 tahun.
(4) Masa remaja Akhir = 17 -20 tahun.
Masa remaja disebut juga periode operasional formal.
Periode ini merupakan masa pertentangan (konflik),
baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang
dewasa. Mereka berusaha mengekspresikan dirinya
sebagai orang dewasa, padahal secara fisik, mental,
dan emosional belum mampu menggunakan nalar serta
berhipotesis.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula
oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang
dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari
dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan
identitas diri ini, pada para remaja sering sekali sangat
ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang
dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan.
(5) Masa dewasa Awal = 20- 30 tahun.
Periode perkembangan yang bermula pada akhir usia
belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan
yang berakhir pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah
masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi,
masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang,
masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan
seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan
mengasuh anak anak.
Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang
sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk
membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang
tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang
lainnya.
(6) Masa dewasa = 30- 45 tahun.
Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan
tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu
generasi berikutnya menjadi individu yang
berkompeten, dewasa dan mencapai serta
mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
Pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari
perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.
Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat
luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala
macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap
pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk
mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia
mengalami hambatan.
2) Pendidikan
Rendahnya pendidikan seorang ibu dapat mempengaruhi
terjadinya risiko KEK, hal ini disebabkan karena faktor
pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya seseorang
untuk menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
diperoleh. Latar belakang pendidikan ibu adalah suatu faktor
penting yang akan berpengaruh terhadap status kesehatan
dan gizi (Stephanie dan Kartikasari, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dan


Kartikasari (2016) menyebutkan bahwa ibu hamil yang
memiliki pendidikan SD ke bawah memiliki risiko KEK
yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki latar
belakang pendidikan SMP ke atas. Kesimpulan dari
penelitian di atas yaitu pendidikan dapat mempengaruhi
terjadinya risiko KEK pada ibu.
3) Status ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan
seseorang adalah tingkat keadaan ekonomi, dalam hal ini
adalah daya beli keluarga. Keluarga yang memiliki
pendapatan kurang, berpengaruh terhadap daya beli keluarga
tersebut. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan
makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya
pandapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta
tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan
(Stephanie dan Kartikasari, 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dan
Kartikasari (2016) menyebutkan bahwa sebagian besar
responden yang berpendapatan di atas UMR tidak
mengalami KEK, hanya terdapat 2 orang responden (6,9%)
yang berpendapatan di atas UMR mengalami KEK.
Responden yang berpendapatan di bawah UMR terdapat 5
orang (10,6%) yang mengalami KEK. Kesimpulan dari
penelitian di atas yaitu status ekonomi dapat mempengaruhi
risiko KEK pada ibu hamil.

4) Status anemia
Status anemia dipengaruhi oleh adanya asupan makanan
yang mengandung zat besi (Fe) yang rendah sehingga
mengakibatkan kadar Hb ibu hamil rendah dan dapat
menyebabkan ibu hamil tersebut kekurangan energi kronis.
Wanita hamil beresiko anemia jika kadar Hbnya <11 gr%
(Putri, dkk., 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aminin, dkk. (2014)
menyebutkan bahwa ibu hamil dengan KEK lebih banyak
yang anemia dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK. Hasil
penelitian diketahui dari 31 ibu hamil yang mengalami KEK,
kejadian anemia lebih besar (88,9%) dibandingkan yang
tidak anemia (11,1%). Kesimpulan dari penelitian di atas
yaitu status anemia pada ibu dapat mempengaruhi status
KEK pada ibu hamil.
a. Anemia
1) Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%  pada
trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.
2) Penyebab Anemia
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat
besi,jenis pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Darah akan
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau
Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut :
plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya
darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan
kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi. Diketahui penyebab anemia pada umumnya adalah
sebagai berikut :
a) Kurang gizi / malnutrisi
b)  Kurang zat besi dalam diit
c)  Malabsopsi
d)  Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu,haid
dan lain-lain
e)  Penyakit-penyakit kronik seperti: TBC, paru,cacing usus,
malaria dan lain-lain
3) Gejala Anemia pada ibu hamil
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah ,sering
pusing,mata berkunang- kunang,malaise, lidah luka, nafsu makan
turun (anoreksia),konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia
parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda .
Klasifikasi Anemia dalam kehamilan sebagai berikut :
1) Anemia defisiensi besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah.pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita
hamil,tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
pemberian tablet besi.
a) Pengobatan oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu
fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian
preparat 60mg/hari dapat menaikkan kadar Hb  sebanyak 1 gr
%/bulan.saat ini program nasional menganjurkan kombinasi
60mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia.
b) Pengobatan melalui suntikan baru diperlukan apabila penderita
tidak tahan akan zat besi per oral,dan adanya gangguan
penyerapan, untuk penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua. Untuk menegakan diagnosa Anemia
defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I
dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut :
(1) Hb 11 gr%  : Tidak anemia
(2) Hb  9 – 10 gr% : Anemia ringan
(3) Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
(4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
2) Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati
800 mg.Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan
untuk janin dan plasenta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan masa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg
lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu
hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8- 10 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan
dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat
besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih
kekurangan untuk wanita hamil.
3) Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam
folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B 12.
Pengobatannya:
a) Asam folik 15 -30 mg /hari
b) Vitamin  B12   3×1 tablet/hari
c) Sulfas ferosus 3×1 tablet/hari
d) Pada kasus berat dan pengobatan peroral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan tranfusi darah.
4) Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang
untuk membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnosis
diperlukan pemeriksaan- pemeriksaan diantaranya adalah darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan
retikulosi.
5) Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan
sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala
utama adalah anemia dengan kelainan – kelainan gambaran darah,
kelemahan, serta gejala kompliksai bila terjadi kelainan pada
organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia
hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka
infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah.
Namun pada beberapa jenis obat-obatan,hal ini tidak member
hasil.Sehingga tranfusi darah berulang dapat membantu penderita
ini.
4) Efek Anemia Pada Ibu Hamil,Bersalin dan Nifas
Anemia dapat terjadi pada ibu hamil,karena itulah kejadian ini
harus selalu diwaspadai.anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I
akan dapat mengakibatkan Abortus ( keguguran) dan kelainan
kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan :
persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim,asfiksia intrauterin sampai kematian, Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah
dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat
menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan
lahir dengan anemia,dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan
karena ibu cepat lelah. Saat pasca melahirkan anemia dapat
menyebabkan : atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan sukar
sembuh,mudah terjadinya febris puerpuralis dan gangguan involusi
uteri.
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka
prematuritas,BBLR dan angka kematian bayi.Untuk mengenali
kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala
anemia pada ibu hamil , yaitu cepat lelah,sering pusing,mata
berkunang-kunang, malaise,lidah luka,nafsu makan turun
(anoreksia),konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda. ( Manoe,
2019)
3. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi (Varney, Helen &
Marlyn HE, David W, 2012).
b. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
manajemen kebidanan:
1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
2) Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
dan masalah yang spesifik.
3) Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasikan.
4) Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.
c. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
1) Data Subyektif (S)
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis (Handayani, 2017).
a) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan,
sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Walyani,
2015).
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Walyani, 2015).
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada
ibu selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan
pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam
kehamilan dan lain - lain (Walyani, 2015).
d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras,
etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka
memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien
(Walyani, 2015).
e) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui
pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
(Walyani, 2015).
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap
kehamilan yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur
(Walyani, 2015).
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert
mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan
(Walyani, 2015).
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik,
apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk
memeriksakan keluhan lain yang disampaikan dengan kata –
katanya sendiri (Hani, Ummi, 2010).
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2011).
j) Riwayat Obstetri
(1) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali
pasien menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-
13 tahun (Sulistyawati, 2011).
(2) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.
Dikaji teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar
23-32 hari (Sulistyawati, 2011).
(3) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang
normal adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai
15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya
gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi.
(4) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid
juga menjadi tanda kontraksi uterus klien begitu hebat
sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani 2015).
(5) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah
yang keluar saat menstruasi. Menurut Walyani (2015)
normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.Apabila
darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukan
gejala kelainan banyaknya darah haid.
k) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang
dialami dahulu (Marmi, 2011)
l) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT
yang telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013).
m) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan
menunda kehamilan atau tidak (Mandriwati, 2011).
n) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
(1) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari
dan pantangan (Sulistyawati, 2011).
(2) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada
masalah selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).
(3) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk
mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti
celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering
dan menjaga kebersihan kuku (Sulistyawati, 2011).
(4) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat
sangat diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari
normalnya 1 – 2 jam, malam hari yang normal adalah 6-8
jam (Sulistyawati, 2011).
(5) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran
tentang seberapa berat aktivitas pasien, (Sulistyawati,2011).
(6) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan
seperti minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan
obat terlarang dan kebiasaan lainnya (Walyani, 2015).
o) Riwayat Psikososial Spiritual
(1) Persiapan Acara Pernikahan
(2) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam
menekan tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga dan problem keluarga lainnya. Tata cara pelaksanaan
dan materi yang akan disampaikan dalam kursus pra nikah
telah diatur dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No.
DJ.491/11 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin yang
kemudian disempurnakan dengan Peraturan Dirjen Bimas
Islam No. DJ.II/542 tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
(3) Persiapan Psikologis
(4) Persiapan Spiritual
(5) Identitas Karakter
(6) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien
dan pasangan mengenai persiapan pernikahan yang akan
dilakukan.

2) Data Obyektif (O)


Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi
yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Handayani, 2017).
a) Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien
memperlihatkan respons yang baik terhadeap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan lemah, pasien
dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri (Sulistyawati, 2011).
• Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai
dari keadaan composmentis sampai dengan koma
(Sulistyawati, 2011).
• Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah > 140/90 mmHg) (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Walyani (2015) tekanan darah normal berkisar
systole/diastole 110/80 – 120/80 mmHg.
• Nadi
Normalnya frekuensi denyut jantung teratur kira – kira 70
denyut per menit dengan rentang antara 60 – 100 denyut per
menit (Mandriwati, 2011).
• Suhu
Suhu normal antara 35,8 – 37° C (Mandriwati, 2011).
• Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila
frekuensi pernafasaon lebih dari normal disebut takipnue
dan jika frekuensi pernafasan kurang dari normal disebut
bradipnue (Astuti, 2012).
• Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang
sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebnaliknya dalam
keadaan yang abnormal, terhadap dua kemungkinan
perkembangan barat badan, yaitu dapat berkembang
cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan harus
selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini
mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat
badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat
berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status
berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan
dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
• Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang
dapat melihat keadaan status gizi sekaran dan keadaan
yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah
kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu
dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2

• LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur
sebelum hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari
23,5 cm maka status gizi ibu kurang (Mandriwati, 2011).
b) Status Present
• Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya
bentuk mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak
rontok (Mandriwati, 2011).
• Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
• Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak,
menilai kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat
atau cukup merah, sebagai gambaran tentang anemia secara
kasar) dan secret (Sulistyawati, 2011).
• Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip.
Normalnya tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2011).
• Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak
kering, tidak terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies,
tidak ada gigi palsu (Saminem, 2008).
• Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan
kemungkinan adanya kelainan. Normalnya adalah simetris
dan tidak ada serumen berlebih (Saminem, 2008).
• Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan vena jugularis (Saminem, 2008).
• Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan
(Saminem, 2008).
• Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak
ada gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2011).
• Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa
atau tidak (Sulistyawati, 2011).
• Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk,
dan tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva
mungkin didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih
tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat pengeluaran
cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani,
2015).
• Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan
bentuk.
• Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2011).
• Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia
dan warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani
dkk, 2010). Normalnya kedua tangan dan kaki tidak oedem,
gangguan pergerakan tidak ada (Saminem, 2008).
c) Status Obstetrik
• Mamae: Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
• Abdomen: Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada
tidaknya nyeri tekan.
• Genetalia: Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan
tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva mungkin
didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau,
pada keadaan normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada
rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015).
d) Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah rutin
(1) HB: Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus
dipastikan dan diberikan terapi yang tepat. Hb juga
dapat dideteksi dari sampel darah.
(2) Trombosit
(3) Leukosit
• Pemeriksaan yang dianjurkan
(1) Golongan Darah dan Rhesus
(2) Gula Darah Sewaktu (GDS)
(3) Thalasemia
(4) Hepatitis B dan C
(5) TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus
dan Herpes simpleks)
• Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
3) Analisa (A)
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,
maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam
analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data
adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan. Diagnosa:
Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan.
a) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (Marni, 2011).
b) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial
dapat diabaikan
c) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat
diabaikan
4) Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan
penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 11-02-2021
Waktu : 10.00
Tempat : Poli Ibu

B. BIODATA
Nama : Nn R.D Nama pasangan : Tn A
Umur : 21 th Umur : 27 TH
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gedang Dowo 2/4 Alamat: : Gedang Dowo 3/4
Jepon Jepon
C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Klien mengatakan ingin suntik TT catin
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan cepat lelah dan sering pusing.
3. Riwayat Obstetri
Menarch : 14 tahun Siklus : Teratur, 30 hari
Lamanya : 7 hr Nyeri haid : Tidak
Banyaknya : Ganti pembalut 3-4 kali/hari, penuh
HPHT : 18 Januari 2021
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : klien mengatakan
tidak sakit atau tidak sedang menderita penyakit menular maupun kronis
seperti DM, jantung, hipertensi, asma, TBC dan hepatitis.
b. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : klien
mengatkan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti
TBC, Hepatitis dan penyakit turunan seperti DM, Jantung, HT, Asma.
5. Riwayat Immunisasi : Pernah
Jenis Tanggal Keluhan Tempat
Imunisasi Pelaksanaan Pemberian
TT1 Lupa t.a.k SD
TT2 Lupa t.a.k SD
MR Lupa t.a.k SD
Varicella - - -

6. Rencana KB
Klien dan pasangan berencana ingin langsung punya anak setelah menikah
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
 Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
 Komposisi :
 Nasi : 3 x @ 1 piring sedang
 Lauk : 3x @ 1 potong sedang jenisnya daging, ikan,
telur,tahu, tempe
 Sayuran : 1-2 x @ 1 mangkuk kecil sayur
jenis sayuran : bayam, sawi, kangkung
 Buah : 3 x / seminggu;
jenis : pisang, pepaya, jeruk
 Camilan : 1 x sehari;
Jenis: gorengan, kue-kue, kacang
 Pantangan :tidak ada
Alasan -
2) Minum
Jumlah total 8-9 gelas perhari; jenis air putih, teh.
b. Pola Eliminasi
1) Buang Air Kecil
 Frekuensi perhari : 2-4 x warna kuning
 Keluhan/masalah : tak ada
2) Buang Air Besar
 Frekuensi perhari : 1 x perhari; warna kuning
konsistensi lembek
 Keluhan/masalah : tak ada
c. Pola Persnoal Hygiene
 Mandi 2 x sehari
 Keramas 2 x seminggu
 Gosok gigi 2 x sehari
 Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 2 x sehari
d. Pola Istirahat/ Tidur
 Tidur malam 7-8 jam
 Tidur siang : hanya saat hari libur 1-2 jam
 Keluhan/masalah : tak ada
e. Aktivitas Fisik dan Olahraga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : melakukan pekerjaan rumah/
membantu orangtua
 Olah raga : kadang –kadang ,jenisnya jalan sore
f. Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
 Merokok : tidak
 Minuman beralkohol : tidak
 Obat-obatan : tidak
 Jamu : tidak
 Sex bebas : tidak
8. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Persiapan Acara Pernikahan
 Syarat pendaftaran pernikahan: klien dan calon sudah melengkapi
 Penyesuaian cuti Kerja: klien dan pasangan sudah merencanakan dan
mengatur
 Tanggal – tanggal penting terkait pernikahan : mengikuti adat di
keluarga dan sudah mendapatkan hari baik
b. Persiapan Membina Rumah Tangga
 Persiapan fisik/kesehatan( medical chek up, vaksin): belum pernah
 Persiapan Psikososial :
Perbedaan latar belakang budaya keluarga: klien dan calon pasangan
sama sama suku jawa sehingga tidak ada perbedaan
c. Persiapan Psikologis
 Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya: klien dan pasangan
sudah saling memahami
 Cara berkomunikasi dengan pasangan: klien dan calon berkomunikasi
menggunakan bahasa daerah
 Mekanisme koping Cara mengatasi masalah: dengan berdiskusi
d. Persiapan Spiritual
 Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya dengan cara agama
Islam
e. Identifikasi Karakter
 Harapan /keinginan kebutuhan antar pasangan: Saling setia sampai
maut memisahkan
 Teknik manajemen konflik dengan berdiskusi
 Menanyakan kebiasaan catin: Klien dan calon pasangan saling
mengerti kebiasaan masing-masing.

f. Pernikahan ini diharapkan oleh klien, pasangan, dan keluarga


g. Respon & dukungan keluarga terhadap pernikahan ini
Kedua keluarga mendukung pernikahaan ini
h. Rencana setelah menikah klien dan calon akan tinggal dirumah orangtua
calon pengantin wanita
i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga secara bersama
j. Orang terdekat klien adalah calon pasangan, orang tua, saudara kandung.
k. Tingkat Pengetahuan
1) Hal – Hal yang Sudah Diketahui
Pasien mengetahui imunisasi TT sebagai syarat untuk menikah
2) Hal – Hal yang Belum Diketahui
a) Pasien belum mengetahui manfaat imunisasi TT dan jadwal
imunisasi TT
b) Pasien belum mengetahui kenapa dia sering lelah dan kepala
sering pusing.
3) Hal – Hal yang Ingin Diketahui
a) Pasien mengatakan ingin mengetahui manfaat imunisasi TT
dan jadwal imunisasi TT
b) Pasien ingin mengatahui kenapa sering lelah dan pusing.

D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
4) Suhu /T : 36,6 ⁰C
5) Nadi : 80 kali/menit
6) RR : 20 kali/menit
7) BB : 45 Kg
8) TB : 159 Cm
9) LILA : 21,5 Cm
b. Status Present
Kepala : Simetris, rambut bersih
Muka : Tidak oedem
Mata : Simetris, konjuntiva tampak anemis, sklera tidak icterus
Hidung : Simetris, tidak ada polip
Mulut : Bersih,tidak ada stomatitis
Telinga : Pendengaran baik, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada massa
Ketiak : Tidak ada pembesaran kel getah bening
Dada : Nafas normal, tidak ada whezing.
Abdomen : Tidak ada massa, tidak kembung
Genetalia : Tidak ada oedema,
Punggung : Normal, tidak skoliosis
Anus : Tak ada hemoroid
Ekstremitas Atas : Tidak oedema
Ekstremitas Bawah : Tidak oedema
c. Status Obsterti
Muka : Tidak ada cloasma, tidak pucat
Mammae : Tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada colostrum
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada striae gravidarum, TFU
tidak teraba
Genetalia : Tidak ada fluor Albus
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Darah Rutin
1) HB : 10,7 gr%
2) Golongan darah :B
3) Rhesus : Positif
b. Pemeriksaan Darah yang Dianjurkan
1) Gula Darah Sewaktu (GDS) : Tidak
2) Thalasemia : Tidak
3) TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes
simpleks) : Tidak
c. Pemeriksaan Urin
Plano Tets : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan serologi
HbsAg : Tidak dilakukan
HIV : Tidak dilakukan
Sifilis : Tidak dilakukan

E. ANALISA
Nn R.D usia 21 tahun, catin dengan anemia dan KEK dengan kebutuhan
immunisasi TT calon pengantin

F. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 11-02-2020 Jam : 10.30
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien dan pasangan dalam
keadaan sehat secara umum. Pada pemeriksaan Fisik di dapatkan hasil bahwa
klien dalam kondisi Kurang Energi Kronik (KEK). Kekurangan Energi
Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala yang dapat dilihat dan diukur.
Tanda dan gejala KEK yaitu Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5
cm. Pada pemeriksaan laboratorium mendaptkan hasil bahwa Hb klien
tergolong anemia sedang yaitu 10,7 gr % sedangkan nilai normal bagi
perempuan tidak hamil adalah 12 gr % - 16 gr%. Dan menjelaskan bahwa
keluhan yang dirasakan dikarenakan kadar Hb yang dibawah normal.
Hasil : Klien dan pasangan memahami penjelasan bidan
2. Menganjurkan ibu agar mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
untuk menaikkan kadar Hb, diantaranya sayuran hijau terutama bayam, serta
konsumsi kacang hijau, guna untuk peningkatan kadar hemoglobin. Kacang
hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah
anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap
sehingga dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki
kandungan vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium
dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau
Hasil : Klien mengerti penjelasan yang diberikan dan akan mengkonsumsi
sayuran hijau serta kacang hijau.
3. Menganjurkan klien agar mengkonsumsi tablet tambah darah yang di berikan
secara teratur 1 tablet sehari ( setara 182 mb besi fumarat + asam folat
400mcg) dan di minum dengan air jeruk agar penyerapan fe lebih optimal
serta menganjurkan klien agar mengkonsumsi makanan terutama protein
hewani agar kebutuhan zat besi(fe) dapat terpenuhi, Fe adalah mikro elemen
esensial bagi tubuh untuk pembentukan hemoglobin (Hb).hemoglobin
berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh sehingga
apabila hb rendah klien dapat mengalami gejala lemah, letih, lesu, loyo dan
apalagi klien berencana segera memiliki anak setelah menikah apabila kondisi
ini tidak di perbaiki maka berakibat janin IUFD, BBLR sedangkan ibu
potensial mengalami abortus dan perdarahan
Hasil: Klien memahami penjelasan yang diberikan dan bersedia minum tablet
tambah darah sesuai ajuran.
3. Menjelaskan pada klien dan pasangan tentang immunisasi TT yaitu
bermanfaat untuk mencegah penyakit tetanus neonaturum yang disebabkan
bakteri clostridium tetani yang dapat masuk melalui luka dan berkembang
walau tanpa udara dengan gejala seperti kekakuan otot dan saraf atau kejang.
Pada neonatus gejala mulut mencucu, tidak bisa menyusu. ibu hamil rentan
mengalami luka saat proses persalinan sedangkan bayi lewat luka tali pusat
sehingga potensial mengalami tetanus. TT diberikan sebanyak 5 kali dengan
masa perlidungan yang berbeda. Dengan mendapat immunisasi TT secara
lengkap 5 kali dapat memproteksi penyakit tetanus selama masa subur/
seumur hidup.
Hasil : Klien memahami penjelasan yang diberikan.
4. Memberikan immunisasi TT dengan dosis 0,5 ml di lengan atas pada otot
deltoideus secara intra muskular dan mejelaskan reaksi yang dapat timbul
adalah nyeri dan bengkak pada bekas suntikan, cara mengatasinya adalah
memberikan kompres hangat.
Hasil : Klien telah di suntik vaksin Td 0,5 cc pada lengan kiri secara IM dan
klien paham dengan penjelasan bidan
5. Memberikan penkes tentang kehamilan. Kehamilan yang ideal adalah
kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya
secara baik. Usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun. Klien berada di
usia reproduksi sehat sehingga bisa langsung merencanakan kehamilan
Hasil : Klien dan pasangan mengerti penjelasan yang diberikan bidan
6. Menganjurkan klien agar kembali lagi ke puskesmas untuk mendapat
imunisasi TT4 1 tahun lagi yaitu tgl 11 Februari 2022
Hasil: Klien bersedia bersedia kembali 1 tahun lagi untuk mendapatkan
imunisasi lanjutan.
7. Menganjurkan klien untuk kontrol kembali 1 bulan lagi tepatnya tgl 11 Maret
2021 untuk pemeriksaan kembali kadar Hb.
Hasil : Klien bersedia untuk kontrol 1 bulan lagi.
8. Melakukan dokumentasi asuhan
Hasil : Telah didokumentasikan

No. RM :

RS / Puskesmas : UPTD Puskesmas Puledagel


Nama :
Nn. R.D
TANGGAL/ CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
JAM (SOAP) PARAF
14 Februari S :
2021,
Klien mengatakan sudah rajin mengkonsumsi
Pukul 10.00
WIB sayuran hijau terutama bayam dan kacang hijau.
Klien ingin mengetahui masa subur agar segera
hamil setelah menikah nanti.
O:
KU baik, kesadaran compos mentis ,
BB: 45 kg, TD: 100/70, N : 80 x/ mnt, S: 36,8
RR : 20 x/menit
A:
Nn R.D, umur 21 tahun, dengan Anemia dan KEK
dan kebutuhan penkes menghitung masa subur
P:
1. Memberitahu klien hasil pemeriksaan bahwa
secara umum kondisi klien dalam keadaan baik
Hasil : Klien mengerti dengan penjelasan bidan
2. Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi
sayuran hijau dan kacang hijau untuk
meningkatkan kadar Hb.
Hasil : Klien bersedia mengikuti anjuran bidan
3. Menjelasan kembali tentang gizi pranikah yaitu
klien tetap makan dengan gizi seimbang, cukup
karbohidrat (nasi, jagung, kentang, ubi), cukup
No. RM :

RS / Puskesmas : UPTD Puskesmas Puledagel


Nama :
Nn. R.D
TANGGAL/ CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
JAM (SOAP) PARAF
protein (ikan, telur, daging , tahu dan tempe),
cukup lemak (minyak,susu, keju) dan cukup
viatmin serta mineral (sayur dan buah). Klien juga
disarankan agar tetap mengkonsumsi asam folat
dan zat besi yang keduanya sudah terkandung
dalam TTD yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya. Asam folat berguna untuk mencegah
bayi lahir dengan cacat otak dan zat besi berguna
untuk mencegah anemia. Asam folat dan zat besi
dikonsumsi minimal 4 bulan sebelum kehamilan
Hasil : Klien bersedia mengkonsumsi makanan
bergizi dan TTD
4. Memberi penkes pada klien perhitungan masa
subur. Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13
hari setelah hari pertama haid dan biasanya terjadi
kurang lebih 3 hari sebelum dan sesudah masa
puncak tersebut. Namun untuk lebih tepatnya klien
dianjurkan untuk mencatat siklus menstruasi
selama 6 kali berturut-turut. Dan jika haid teratur
(30 hari) maka masa subur adalah hari ke-13
hingga hari ke-17 dalam siklus haid dihitung hari
ke-1 adalah hari pertama menstruasi. Jika siklus
menstruasi tidak teratur maka dihitung dengan
cara jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari
pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang
selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur
Hasil : Klien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan bidan
5. Mengingatkan klien agar tetap mengonsumsi
tablet tambah darah yang di berikan dengan dosis
1 tablet per hari
Hasil: klien bersedia melakukan sesuai anjuran.
No. RM :

RS / Puskesmas : UPTD Puskesmas Puledagel


Nama :
Nn. R.D
TANGGAL/ CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
JAM (SOAP) PARAF
6. Mengingatkan klien untuk periksa lagi ke
Puskesmas tanggal 11 Maret 2021 untuk dilakukan
pemeriksaan kadar Hb.
Hasil : Klien bersedia

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membandingkan antara teori


yang ada dengan praktek dalam asuhan kebidanan. Dalam pembahasan ini, penulis
akan menganalisa antara asuhan kebidanan yang diberikan pada Nn. R.D umur 21
tahun dengan kebutuhan imunisasi TT calon pengantin pada asuhan pranikah dengan
teori yang ada.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn R.D usia 21 tahun di ruang KIA
pada tanggal 11 Februari 2021 jam 10.00 WIB di Puskesmas Puledagel Kabupaten
Blora, diperoleh hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik klien yaitu keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, TTV : TD : 100/70 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,6°C,
RR: 20 x/menit, BB: 45 kg, TB : 159 cm, LILA : 21,5 cm, pemeriksaan status
present dari kepala sampai kaki dalam keadaan normal dan tidak ada kelainan. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yaitu Hb 10,7 gr % , pemeriksaan
HbsAg, HIV, dan Syphilis : - , test kehamilan : -
Berdasarkan hasil pengkajian diatas maka penulis menyimpulkan analisanya
yaitu : Nn R.D , umur 21 tahun anemia ringan dan KEK dengan kebutuhan imunisasi
TT calon pengantin.
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pengkajian data subjektif,
analisa dan penatalaksanaan.
1. Pengkajian
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama
alloanamnesa dimana menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait,
sedangkan auto anamnesa, yaitu anamnesa yang dilakukan langsung pada pasien
yang bersangkutan (Varney & Jan M.K, 2010). Anamnesa pada kasus Nn. R.D
calon pengantin dilakukan dengan metode auto anamnesa karena secara fisik
maupun psikologis mampu melakukan komunikasi dengan baik. Saat melakukan
asuhan kebidanan pranikah pada Nn. R.D dicantumkan tanggal, jam dan tempat
sebagai bukti atau consent bahwa penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal,
jam dan tempat seperti yang dituliskan dalam lembar tinjauan kasus.
a. Data Subjektif
1) Identitas
Identitas pasien berisi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat. (Puspitasari, 2014) menyebutkan nama pasien perlu dikaji untuk
menciptakan kepercayaan antara pemberi asuhan dengan pasien dan
membedakan jika ada kesamaan nama dengan pasien yang lain; umur
dikaji untuk mengetahui adanya resiko yang berhubungan dengan umur,
karena jika umur pasien kurang dari 16 tahun termasuk dalam pernikahan
usia dini, dalam hal ini Nn. R.D berusia 21 tahun hal ini jelas usia tersebut
adalah tidak termasuk kategori usia dini dalam pernikahan.
b. Data Objektif
Pemeriksaan Status Present dan Obstetrikus
Pemeriksaan status present juga dilakukan dengan lengkap mulai dari
head to toe. Tanda-tanda infeksi juga tidak ditemukan pada pasien dapat
dilihat dari hasil pemeriksaan bahwa suhu tubuh pasien dalam keadaan
normal 36,6oC, tekanan darah pasien 100/70 mmHg tidak ditemukan adanya
kelainan atau abnormalitas yang mengarah pada masalah kesehatan.
Sedangkan pemeriksaan obstretrikus dilakukan untuk menemukan kelainan
berkaitan dengan sistem reproduksi pasien.
Mamae dilakukan pemeriksaan obstetrikus untuk mengetahui adanya
massa atau benjolan yang abnormal pada payudara dengan memijat daerah
payudara. Hasil pemeriksaan payudara pada Nn. R.D tidak ada kemerahan,
benjolan, tidak ada bagian payudara yang mengeras, tidak ada
hiperpigmentasi areola mamae.
2. Analisa
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan
anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual dan
seperlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah
(Varney & Jan M.K, 2010). Diagnosis pada Nn. R.D adalah Nn. R.D usia 21
tahun anemia sedang dan KEK dengan kebutuhan imunisasi TT calon pengantin.
Pasien melakukan imunisasi TT sebagai syarat untuk kelengkapan surat nikah
dan pasien melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui status
kesehatan, deteksi dini adanya penyakit menular maupun keturunan dan juga
sebagai syarat kelengkapan dokumen.
3. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 11 Februari
pukul 10.00 WIB di Puskesmas Puledagel, penatalaksanaan yang diberikan
kepada Nn. R.D yaitu:
a. Memberitahu pasien tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
yaitu pemeriksaan tanda vital ibu dengan hasil : Tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,60C. Hasil pemeriksaan
fisik semua dalam batas normal.
Hasil: Pasien mengetahui hasil pemeriksaan
b. Memberikan penjelasan mengenai hasil lab kepada pasien bahwa Hb
10,7 gr/dl yang berarti ibu mengalami anemia dimana normalnya untuk
wanita tidak hamil 12-16 gr/dL sehingga masih kurang , golongan darah
pasien B, pemeriksaan HIV, sifilis, HbSAg tidak dilakukan. Klien juga
mengalami KEK.
Hasil : Pasien mengetahui hasil pemeriksaan
Teori menjelaskan bahwa ukuran kadar hemoglobin tergantung usia
dan jenis kelamin. Pada wanita dewasa di atas usia 18 tahun, kadar
hemoglobin normal yaitu 12 sampai 15 g/dl. Kemudian, untuk pria dewasa
diatas usia 18 tahun, kadar hemoglobin normal yaitu 13 sampai 17 g/dl.
Batasan kadar Hb normal untuk wanita usia 16–35 tahun adalah 12 gr/dl
(Putri & Sumarni, 2013).
Hasil pemeriksaan untuk HIV, Sypilis dan Hbsag tidak dilakukan,
Program ini dikenal dengan sebutan Program Triple Eliminasi, yang
pelaksanaanya diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 52 Tahun
2017. Pemeriksaan ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kesehatan ibu
anak yang salah satu poinnya dapat dilakukan melalui pemeriksaan dan
pendidikan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin, seperti tercantum
dalam Pasal 7 ayat 1 huruf a Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 17 tahun
2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Ibu dan Anak di Jawa Tengah.
Namun di Puskesmas Pule dagel karena keterbatasan dalam pelayanan
Laboratorium, pemeriksaan tersebut tidak dilakukan.
c. Menganjurkan ibu agar mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi
Bahan-bahan makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain
daging sapi, daging bebek, hati, kerang, ikan sarden, kangkung, bayam,
lobak, labu air, labu kuning, kentang bersama kulitnya, kacang merah,
kacang kedelai, dan buah-buahan. Dalam penelitian (Retnorini &
Widatiningsih, 2017) pemberian fe dengan sari kacang hijau dapat
meningkatkan kadar hemoglobulin. Salah satu jenis kacang-kacangan yang
mengandung zat besi tinggi adalah kacang hijau (Vigna radiata). Kacang
hijau sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan menyusui, juga untuk
menunjang masa pertumbuhan anak. Kandungan zat besi dalam kacang hijau
paling banyak terdapat pada embrio dan kulit bijinya dengan jumlah
kandungan zat besi pada kacang hijau sebanyak 6,7 mg per 100 gram kacang
hijau dan salah satu bentuk penyajian kacang hijau yang paling efektif
adalah dengan sari kacang hijau, yaitu air dan ampasnya disaring dan
dipisahkan sehingga minuman tersebut padat gizi Hasil uji analisis dengan
hasil p value sebesar 0,000.
Menurut (Dheny Rohmatika & Tresia UmariantI, 2017) Pemberian
Ekstrak Bayam Hijau secara signifikan mempengaruhi perubahan kadar
Hemoglobin. Sayuran berhijau daun seperti bayam adalah sumber besi
nonheme. Bayam yang telah dimasak mengandung zat besi sebanyak 8,3
mg/100 gram. menambahkan, kandungan zat besi pada bayam berperan
untuk pembentukan haemoglobin. Bayam hijau memiliki manfaat baik bagi
tubuh karena merupakan sumber kalsium, kandungan vitamin pada bayam
adalah vitamin A, B2, B6, B12, C, K, mangan, magnesium, zat besi,
kalsium, kalium, dan fosfor. serat, dan juga betakaroten. Selain itu, bayam
juga memiliki kandungan zat besi yang tinggi untuk mencegah
anemia.kandungan mineral dalam bayam cukup tinggi, terutama Fe yang
dapat digunakan untuk mencegah kelelahan akibat anemia. Bayam hijau
mudah diolah menjadi berbagai macam makanan atau ekstrak herbal yang
lebih variatif dibanding dengan bahan makanan lain yang mengandung Fe.
Menurut hasil penelitian (Ristyaning & L, 2016) Madu merupakan
panganan yang mengandung besi (Fe), vitamin C, vitamin B kompleks dan
asam folat yang dapat membantu pembentukan sel darah merah. Sehingga
dengan mengkonsumsi madu pada usia remaja yang menderita anemia dapat
membantu meningkatkan pembentukan sel darah merah dan mencegah
anemia.
d. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tujuan imunisasi TT yaitu
untuk mencegah penyakit tetanus toksoid dan menjelaskan kepada pasien
bahwa imunisasi TT diberikan 5 kali yaitu 1 bulan setelah TT1, 6 bulan
setelah TT2, 1 tahun setelah TT3 dan 1 tahun setelah TT4.
Hasil : Pasien mengerti tentang tujuan dan jadwal imunisasi TT yang telah
dijelaskan
Setiap perempuan yang akan (dan setelah) menikah perlu
mendapatkan vaksin TT ini sebanyak (total) 5 kali, agar mendapat
perlindungan dari tetanus hingga 25 tahun. Namun semua itu dilakukan
secara bertahap. Berikut jadwal suntik TT berdasarkan Kemenkes RI:
1) T1.
2) TT 2 - sebulan setelah TT 1 (efektif melindungi
hingga 3 tahun ke depan).
3) TT 3 – 6 bulan sesudah TT 2 (efektif
melindungi sampai 5 tahun berikutnya).
4) TT 4 – 12 bulan pasca TT 3 (lama
perlindungannya 10 tahun).
5) TT 5 – 12 bulan setelah TT 4 (mampu
melindungi hingga 25 tahun)
Menurut Yunica (2014) alam penelitiannya yang berjudul Hubungan
Antara Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan
Kabupaten Banyuasin Tahun 2014 memnyebutkan bahwa penyakit infeksi
dan Tetanus Neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) yang lengkap pada wanita usia subur (WUS) dan
wanita hamil. Seorang wanita yang sudah di imunisasi TT lengkap dengan
interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus
selama 25 tahun.
e. Memberikan injeksi imunisasi TT dengan dosis 0,5 ml yang
disuntikkan di lengan kiri atas serta memberikan penjelasan mengenai efek
samping yang timbul yaitu terasa nyeri dan bengkak pada bekas suntikan, cara
mengatasinya dapat dilakukan dengan dikompres air hangat.
Hasil : Pasien telah mendapatkan imunisasi TT pada lengan kiri
Cara pemberian vaksin ini merupakan faktor utama keberhasilan imunisasi.
Kandungan vaksin akan didistribusikan keseluruh tubuh dari tempat vaksin
dimasukkan kedalam tubuh. Imunisasi TT diberikan secara IM (intra
muscular) yaitu vaksin diberikan melalui suntikan kedalam massa otot. Vaksin
yang mengandung adjuvan harus diberikan secara intramuskuler untuk
mengurangi reaksi lokal.
f. Menjelaskan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi pranikah
untuk mencapai keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas. Manfaat
zat gizi untuk memelihara kesuburan, meningkatkan kualitas sperma,
memantau dan mengusahakan berat badan ideal, kebutuhan (zink dan zat besi,
protein, asam folat, vitamin E, vitamin B12) tercukupi, menciptakan kualitas
generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan pasien makan – makanan
yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah), mencukupi kebutuhan cairan dengan
minimal 1,5 liter perhari , menganjurkan pasien unruk memperbanyak makan
sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, daging merah, hati ayam dan
tidak pantang makanan, menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi tablet Fe
1 dan vitamin c 1 kali perhari untuk meningkatkan Hb dan mengatasi anemia.
Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan oleh bidan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sherilla Irianti Putri dan Sri
Sumarmi pada tahun 2019 dijelaskan bahwa pengantin wanita merupakan
calon ibu yang nantinya hamil perlu dideteksi dini dengan tindakan
pencegahan dan penanggulangan terhadap KEK melalui pemantauan
kesehatan dan status gizinya. KEK berkaitan dengan asupan makanan
terutama energi dan protein dan berkaitan dengan kekurangan zat gizi makro
maupun mikro. Berdasar uji statistik menggunakan Independent sample t-test
diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifi kan antara LILA
responden di wilayah pantai maupun pertanian (p = 0,654). Hal ini mungkin
disebabkan oleh tingkat konsumsi energi dan protein sebagian besar
responden di kedua wilayah yang masih tergolong baik sehingga ukuran
lingkar lengan atas responden pun menjadi baik (Putri & Sumarni, 2013).
g. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang imunisasi TT 1 tahun lagi dan
segera datang ke fasilitas kesehatan apabila mengalami masalah atau
keluhan.
Hasil : Pasien bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan
perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma social.
2. Pelayanan asuhan kebidanan pranikah merupakan langkah awal untuk
memastikan kesehatan calon ibu serta calon anak sedini mungkin bahkan
sebelum pembuahan terjadi.
3. Asuhan kebidanan pranikah yang dilakukan kepada Nn. R.D sesuai
evidance based yang ada dan sudah terintegrasi dengan kebijakan
pemerintah.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Sebaiknya calon pengantin melakukan persiapan calon pernikahan
meliputi : persiapan fisik, persiapan gizi, imunisasi TT dan kebersihan
organ reproduksi guna menunjang 1000 hari pertama kehidupan anak.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hendaknya memberikan tentang kesehatan reproduksi sejak dini, dimulai
dari remaja agar masyarakat mengerti pentingnya kesehatan reproduksi..
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah sebaiknya mengawal dan menjadikan suscatin sebagai salah
satu agenda di beberapa kebijakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A. C. (2012) Asuhan Gizi, Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Astuti, H. P. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press.
Bramanuditya, A. (2018) ‘Hubungan Antara Pernikahan Usia Muda Dengan Kejadian
Kanker Serviks di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta’.
Dheny Rohmatika, & Tresia Umarianti. (2017). Efektifitas Pemberian Ekstrak Bayam
Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia
Ringan. Jurnal Kebidanan, IX(02).
Estiwara, E. M. (2018) Fikih Kedokteran Kontemporer. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar.
Handayani, S. R. & T. S. M. (2017) Dokumentasi Kebidanan. Jakarta Selatan:
BPPSDMK Kemenkes RI.
Hani, Ummi, D. (2010) Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Malang:
Edward Tanujaya.
Kemenkes RI (2013) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI (2015) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) Pada
Ibu Hamil. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI (2018) Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Kementrian Kesehatan RI.
Kurniarum, A. (2016) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.
Mandriwati, G. . (2011) Asuhan Kebidanan Antenatal : Penuntun Belajar Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Marni (2011) Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. (2019). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Manoe, M. 2010. Anemia dalam Kehamilan. Residen Divisi Fetomaternal Bagian
Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar. [Online] . Tersedia di http://med.unhas.ac.id/obgin/?p=102 [1 Maret
2019].
Muliarini, P.( 2015).Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Menkes RI (2014) Permenkes Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi
Seimbang, Applied Microbiology and Biotechnology. doi:
10.1016/j.bbapap.2013.06.007.
Pitriani (2013) ‘Faktor Risiko Kejadian Kanker Serviks Pada Pasien Rawat Inap di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar’.
Putri, S. I., & Sumarni, S. (2013). Perbandingan Konsumsi Zat Gizi, Status Gizi, Dan
Kadar Hemoglobin Pengantin Wanita Di Wilayah Pantai Dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo. Media Gizi Indonesia, 9(1), 72–77.

Rahayu, S. dan I. P. (2016) Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.
Retnorini, D. L., & Widatiningsih, S. (2017). Pengaruh Pemberian Tablet Fe Dan
Sari Kacang Hijau. Jurnal Kebidanan, 6(12), 8–16.
Ristyaning, P., & L, I. M. A. S. (2016). Madu Sebagai Peningkat Kadar Hemoglobin
Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia Defisiensi Besi Honey To
Increases Haemoglobin Concentration In Girls Who Experience Iron
Deficiency Anemia, 5, 49–53.
Rosmawati, I. (2013) ‘Pengaruh Pendidikan Pranikah Terhadap Kesiapan
Menghadapi Kehamilan Pertama Pada Calon Pengantin Putri di KUA
Kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta Tahun 2013’, pp. 1–11.
Saminem (2008) Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, A. (2011) Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sipahutar, H.F., Putri, A. R. dan Muqsith, Al, (2015). Hubungan Lingkar Lengan
Atas Ibu Hamil dengan Berat Badan Lahir Bayi di Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara dan Rumah Sakit Tk IV IM.07.01 Lhokseumawe
Tahun 2015. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikusaleh, pp.1-7.
Supariasa. 2013. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Stephanie, P. dan Kartikasari., 2016. Gambaran Kejadian Kurang Energi Kronik Dan
Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan
Klungkung Bali 2014. E-Jurnal Medika, 6(5), pp.1–6.
Varney, Helen & Marlyn HE, David W, M. L. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Wahyuningsih, H. P. (2018) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.
Walyani, E. S. & E. P. (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.

Anda mungkin juga menyukai