Anda di halaman 1dari 23

6 Database, Model, dan Eloquent

Dalam pembuatan aplikasi berbasis web, ada tiga komponen utama yang perlu
dipelajari, dimana ketiganya saling berinteraksi satu sama lain, yakni backend (laravel),
frontend (bootstrap), dan database. Pada praktikum sebelumnya kita telah mempelajari
dua komponen utama dasar, yakni backend dan frontend yang saling terkait dalam
pengembangannya. Tujuan dari pengembangan aplikasi berbasis web adalah sebagai
media informasi yang interaktif yang dapat digunakan oleh pengguna. Dalam
menghasilkan informasi, diperlukan sebuah wadah/tempat yang dapat menampung data
untuk kemudian dikelola oleh backend dan frontend, sehingga menghasilkan sistem
informasi.
Pada praktikum kali ini, kita akan mempelajari komponen ketiga dalam
pengembangan web, yakni database. Namun, kita tidak akan terlalu dalam mempelajari
bagaimana struktur dan kerangka suatu database lebih lanjut, hanya penggunaannya
saja agar dapat diintegrasikan menjadi sebuah system informasi. Misalkan untuk
membangun sebuah aplikasi portal berita, basis data dapat digunakan untuk menyimpan
daftar berita yang pernah dipublikasikan oleh aplikasi. Dalam penggunaan framework
Laravel, proses integrasi tersebut dapat dipelajari dalam materi database, model, dan
eloquent.

A. Database

Database (basis data) merupakan aspek yang sangat penting dalam sistem
informasi yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan data untuk diolah lebih lanjut.
Proses memasukkan dan mengambil data ke dan dari media penyimpanan data

69 Pemrograman Web – Framework Laravel


memerlukan perangkat lunak yang disebut dengan Database Management System
(DBMS). Sebuah DBMS umumnya memiliki fungsi-fungsi seperti:
• Definisi Data, yaitu fungsi yang memungkinkan kita untuk mendefinisikan
model data dan kamus data.
• Manipulasi Data, yaitu fungsi yang memungkinkan kita untuk menambahkan,
memperbaharui, maupun menghapus data yang telah kita simpan. Data selalu
dimanipulasi berdasarkan model data yang telah ditentukan.
• Pengambilan Data, yaitu fungsi yang memungkinkan kita untuk mengambil
data yang telah tersimpan dalam basis data.
• Administrasi Data, yaitu fungsi-fungsi administrasi data seperti penambahan
indeks, hak akses data, back up, dan lain-lain.
Laravel memudahkan kita pada proses penggunaan database SQL, Laravel
mendukung 4 database berikut :
• MySQL 5.6+
• PostgreSQL 9.4+
• SQLite 3.8.8+
• SQL Server 2017+
Proses query pada database di Laravel bisa menggunakan raw SQL, Query
Builder dan Eloquent ORM. Laravel mendukung pembuatan database melalui sintaks
seperti terdapat fitur migrations dan seeding, atau menghubungkan database yang sudah
dibuat sebelumnya.
Configuration
Konfigurasi database pada Laravel terletak pada file config/database.php,
dimana pada key connections terdapat config untuk pilihan database yang hendak
digunakan, yakni sqlite, mysql, pgsql, sqlsrv. Berikut contoh tampilan dari file
database.php:

70 Pemrograman Web – Framework Laravel


Dapat dilihat pada Gambar diatas, DB_Connection secara default adalah
MySQL. Anda dapat merubahnya jika hendak menggunakan DBMS lainnya, namun
pada praktikum kali ini kita juga akan menggunakan MySQL, sehingga tidak perlu

71 Pemrograman Web – Framework Laravel


mengubahnya. Framework Laravel menyediakan pengaturan yang lebih sederhana,
dimana kita dapat mengatur keseluruhan konfigurasi aplikasi/project Laravel kita
dalam suatu file, termasuk database. File tersebut adalah Environmental Configuration.
Pada dokumentasi laravel, di jelaskan bahwa laravel menggunakan library PHP dotEnv,
dimana library dotEnv ini dibuat oleh Vance Lucas.

Konfigurasi environmental pada laravel ini ada dalam sebuah file yang bernama
.env. Awalnya file tersebut bernama .env.example. tapi jika kita menginstall Laravel
dengan menggunakan composer, maka file .env.example tersebut akan langsung di
duplikat dan di rename menjadi .env. agar konfigurasi .env langsung aktif pada project
laravel kita. Jadi, file .env.example ini hanya menjadi semacam file backup saja jika
suatu saat kita salah mengubah pengaturan yanga ada dalam file .env, kita bisa
mengambalikannya ke versi default kembali dengan cara melihat isi dari .env.example.
Dengan ada nya file .env, keseluruhan pengaturannya berada dalam 1 buah file
ini saja. sehingga kita tidak perlu berpindah-pindah file jika ingin mengubah-ubah
pengaturan project laravelnya. cukup pada 1 buah file saja, yaitu file .env. karena semua
pengaturannya bisa kita ubah di 1 file ini. Semua konfigurasi yang ada dalam file .env
ini lebih diutamakan di bandingkan pengaturan pada file lainnya yang ada dalam folder
config. Misalnya, jika kita membuat pengaturan nama database dengan nama
“perpustakaan” dan pada file database.php dalam folder config, kita buat nama database

72 Pemrograman Web – Framework Laravel


dengan nama “akademik”. maka nama database yang digunakan tetap “perpustakaan”.
karena konfigurasi yang ada dalam file .env lebih diutamakan dibandingkan pengaturan
yang ada pada file lain. Kecuali jika kita menghapus file .env ini, maka pengaturan yang
dijalankan adalah pengaturan-pengaturan yang ada pada file-file dalam folder config.
Pada tahap pertama praktikum ini, kita akan terlebih dahulu membuat database,
kemudian melakukan konfigurasi agar terintegrasi dengan Laravel. Berikut langkah-
langkahnya:
1. Buka aplikasi XAMPP, aktifkan modul Apache dan MySQL yang berguna
untuk pengaksesan database MySQL pada laman phpMyAdmin nantinya.
Berikut tampilannya:

73 Pemrograman Web – Framework Laravel


2. Selanjutnya, buka browser dan arahkan ke uri “localhost/phpmyadmin/” untuk
pengelolaan database MySQL yang hendak kita integrasikan pada aplikasi web
kita. Berikut tampilannya:

3. Selanjutnya, kita perlu membuat sebuah database sebagai wadah penyimpanan


data yang akan kita gunakan. Pembuatan database dapat dilakukan dengan
mengakses navigasi fitur “Databases”, kemudian isikan pada kolom
dibawahnya nama database yang hendak dibuat. Pemberian nama database
dianjurkan untuk bersifat “lowercase” dan ketika lebih dari satu kata, maka
menggunakan symbol “_” sebagai penghubung. Pada praktikum ini, database
diberi nama “laravel_blog”, namun dapat dikostumisasi sesuai dengan
keinginan kita. Setelah kolom isian disi nama database, kemudian tekan tombol
create untuk memproses pembuatannya, seperti berikut:

74 Pemrograman Web – Framework Laravel


Setelah proses pembuatan database selesai, maka akan langsung diarahkan ke
halaman pengelolaan database “laravel_blog”, seperti berikut:

Pada Gambar diatas menunjukkan bahwa proses pembuatan database telah


berhasil, sehingg langsung diarahkan ke pengelolaan struktur tabel nya.
Dikarenakan baru menyelesaikan tahap pembuatan, maka belum terdapat tabel.
4. Selanjutnya adalah konfigurasi koneksi terhadap database yang telah dibuat,
dengan memodifikasi file .env. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
konfigurasi utama terhadap database yang digunakan pada Laravel adalah file
.env. Berikut tampilan file .env yang telah ditambahkan pengaturan database
nya:

Dapat dilihat pada Gambar diatas, yang perlu diubah dalam konfigurasi
database adalah sebagai berikut:
a. DB_DATABASE = dengan nama database anda di mysql, dalam hal ini
“laravel_blog”
b. DB_USERNAME = dengan nama username mysql anda, defaultnya
adalah “root”
c. DB_PASSWORD = ubahlah dengan password database anda, jika
kosong, anda bisa menuliskan “null” saja atau biarkan tidak terisi

75 Pemrograman Web – Framework Laravel


Migrations
Migration merupakan salah satu fitur Laravel yang berfungsi seperti version
control untuk database. Melalui fitur ini, kita akan dapat bekerja mengelola dan
modifikasi skema basis data aplikasi melalui Laravel, tidak perlu menggunakan
phpMyAdmin. Migration biasanya dipasangkan dengan Schema Builder dari Laravel
untuk dengan mudah membangun skema basis data aplikasi. Facade Skema Laravel
menyediakan dukungan untuk membuat dan memanipulasi tabel di semua sistem basis
data yang didukung Laravel. Berikut langkah-langkah pembuatan tabel menggunakan
fitur migration:
1. Dalam penggunaan fitur migration di Laravel, kita dapat membuka folder
“database/migrations”, terdapat beberapa file migration bawaan Laravel seperti
berikut:

Dapat dilihat pada Gambar diatas, terdapat tiga file migration bawaan Laravel.
Tiga file tersebut pada dasarnya dapat dihapus, namun pada praktikum kali ini
diabaikan saja, yang pada praktikum selanjutnya bisa saja diperlukan.
2. Untuk membuat file migration baru, kita tidak perlu membuatnya secara manual
dengan “new file”. Pembuatan file migration sama halnya dengan controller,
dimana kita dapat membuatnya menggunakan perintah artisan melalui CMD.
Berikut perintah yang dapat digunakan dalam membuat file migration, yakni
“make:migration”:

76 Pemrograman Web – Framework Laravel


Dapat dilihat pada Gambar diatas, kita telah berhasil membuat file migration
yang diberi nama “create_posts_table”. Penamaan tersebut dapat dikostumisasi
sesuai kebutuhan, namun diharapkan dapat mewakili nama tabel yang hendak
dibuat. Pada praktikum kali ini, tabel yang hendak dibuat adalah “posts”,
sehingga diberi nama “create_posts_table” agar dapat mendeskripsikan bahwa
file migration tersebut digunakan untuk membuat tabel “posts”. Berikut adalah
tampilan isian folder migration setelah ditambahkan file migration baru:

Pada Gambar diatas dapat dilihat bahwa file migration yang dibuat juga akan
secara otomatis mencatat waktu pembuatannya ke dalam nama file tersebut,
sehingga dapat diketahui kapan pembuatannya dilakukan.

77 Pemrograman Web – Framework Laravel


3. Selanjutnya, buka file migration “create_posts_table” yang akan menampilkan
seperti berikut:

Pada Gambar diatas, file migration awal Laravel seaca otomatis akan
membuatkan 2 buah method atau function, yaitu method up() untuk membuat
tabel, dan method down() untuk menghapus tabel atau rollback. Pada Langkah
berikutnya, kita perlu memodifikasi sintaks migration diatas agar sesuai dengan
kerangka tabel yang hendak dibuat, seperti berikut:

78 Pemrograman Web – Framework Laravel


Pada Gambar diatas, modifikasi sintaks migration bertujuan untuk membuat
kerangka tabel “posts” yang berisikan kolom “id”, “title”, “description”, dan
“timestamps”. Kolom timestamps merupakan sebuah fitur yang disediakan
Laravel, dimana secara otomatis membuatkan kolom created_at yang akan
menyimpan tanggal berapa record data tersebut dibuat, dan updated_at yang
akan menyimpan data tanggal kapan record data tersebut di update secara
otomatis oleh Laravel. Berikut adalah sintaks yang sering digunakan untuk
pembuatan kerangka tabel dalam Laravel:

79 Pemrograman Web – Framework Laravel


Tabel Sintaks umum migration
$table->increments(‘id’); Untuk membuat kolom table yang menggunakan auto
increment dengan type int, seperti yang biasa digunakan
untuk membuat kolom id
$table->bigIncrements(‘id’); Membuat kolom dengan type BigInt dan auto increment
$table->bigInteger(‘votes’); Membuat kolom dengan type BigInt
$table- Membuat kolom dengan type boolean (true dan false)
>boolean(‘confirmed’);
$table->char(‘name’, 100); Membuat kolom dengan type varchar dengan jumlah 100
$table->date(‘created_at’); Membuat kolom dengan type date
$table- Membuat kolom dengan type datetime
>dateTime(‘created_at’);
$table->decimal(‘amount’, Membuat kolom dengan type decimal
8, 2);
$table->integer(‘votes’); Membuat kolom dengan type integer/int
$table->string(‘name’, 100); Membuat kolom dengan type varchar dan jumlah 100
$table- Membuat kolom dengan type text yang panjang
>longText(‘description’);
$table->text(‘description’); Membuat kolom dengan type text
$table->year(‘birth_year’); Membuat kolom dengan type year
4. Selanjutnya, untuk menerapkan kerangka tabel yang telah dibuat pada file
migrations ke dalam database, kita tidak perlu menggunakan query
phpMyAdmin. Laravel menyediakan fitur penerapan migrations terhadap
database dengan perintah artisan “migrate”. Berikut perintah artisan untuk
menjalankannya:

Dapat dilihat pada Gambar diatas, kita telah berhasil membuat tabel
berdasarkan 4 migration yang ada. Berikut hasil dari tabel yang dibuat pada
laman phpMyAdmin:

80 Pemrograman Web – Framework Laravel


Pada Gambar diatas terdapat 5 tabel yang telah dibuat, dimana 4 berasal dari
migration sedangkan satu nya merupakan tabel default ketika kita menggunakan
fitur migration, yakni tabel “migrations”. Tabel migrations tersebut berisikan
data file migration-migration yang digunakan. Pada tabel “posts” yang
sebelumnya telah dibuat kerangkanya pada file migration, menghasilkan kolom
dan atribut seperti berikut:

Seeding
Seeding pada laravel adalah sebuah fitur untuk mengisi data pada database tanpa
menggunakan query ataupun phpMyAdmin. Fitur ini sangat berguna dalam pengujian,
dikarenakan pada saat melakukan pengembangan, terkadang kita memerlukan beberapa
data sebagai contoh untuk di olah pada aplikasi kita. Misalnya, pada saat membuat
sistem informasi kepegawaian, kita memerlukan beberapa contoh data untuk menguji
validitas koneksi sistem terhadap tabel pegawai. Di laravel, terdapat fitur seeding yang
dapat dimanfatkan untuk memasukkan data ke database dengan cepat melalui perintah
php artisan. Dalam pengelolaanya, keseluruhan file seeder terdapat pada folder
“database/seedeers”, dimana pada saat instalasi telah disediakan sebuah contoh file
seeder, yakni “DatabaseSeeder.php” seperti berikut:

81 Pemrograman Web – Framework Laravel


Pada praktikum kali ini, akan dipaparkan proses pembuatan file seeder hingga
menjalankannya, sebagai berikut:
1. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembuatan file seeder dapat
dilakukan secara mudah dengan memanfaatkan perintah artisan, yang artinya
tidak perlu membuat file baru secara manual. Perintah artisan yang digunakan
dalam pembuatan file seeder adalah “make:seeder”, seperti berikut:

Pada Gambar diatas dapat dilihat bahwasanya telah berhasil dibuat file seeder
bernama “PostSeeder” yang dalam praktikum ini digunakan sebagai input data
pada tabel “posts”. Nama tersebut dapat dikostumisasi sesuai kebutuhan, namun
lebih baik jika dapat mewakili tujuan dari file seeder tersebut. Hasil file
“PostSeeder” dapat dilihat pada folder “database/seeders”, seperti berikut:

82 Pemrograman Web – Framework Laravel


File seeder yang telah dibuat, yakni “PostSeeder” akan menampilkan sebagai
berikut:

Sintaks untuk menginput data ke tabel posts dapat kita tulis dalam method run()
diatas.
2. Selanjutnya, modifikasi sintaks pada file “PostSeeder” untuk memasukkan data
pada kolom-kolom tabel “posts” yang telah dibuat pada praktikum migration
sebelumnya. Berikut modifikasi sintaksnya:

Pada Gambar diatas, dapat dilihat bahwa kita menggunakan library “DB” dalam
memasukkan data, yang sebelumnya kita perlu mengimpornya terlebih dahulu,
seperti pada baris 6. Pada perintah “DB”, kita perlu mendefinisikan terlebih
dahulu nama tabel yang hendak dimasukkan data, yakni “posts”. Kemudian,
dapat menggunakan fungsi “insert” untuk memasukkan data yang dirincikan

83 Pemrograman Web – Framework Laravel


dengan format “nama_kolom” => “isian_data”. Pada Gambar diatas juga
digunakan library “Carbon” yang telah disediakan Laravel, bertujuan
mendefinisikan waktu saat ini, yang pada praktikum ini dimasukkan pada
kolom “created_at”.
3. Selanjutnya, untuk menjalankan fungsi input data pada seeder, dapat
menggunakan artisan “db:seed” yang diikuti oleh nama file/class yang hendak
dimasukkan data nya. Berikut tampilan sintaksnya:

4. Terakhir, untuk memeriksa seeder yang dijalankan sudah benar, dapat


membuka tabel “posts” pada phpMyAdmin, sehingga menampilkan sebagai
berikut:

Dapat dilihat pada Gambar diatas, bahwa data yang dimasukkan dari file
“PostSeeder” telah berhasil dan sesuai masuk dalam database.

Query Builder
Pada praktikum ini, kita akan melanjutkan tahap pengaksesan data dari tahap
sebelumnya, pembuatan dan konfigurasi database. Dalam melakukan pengaksesan
data, kita akan mencoba menggunakan query builder yang merupakan sebuah perintah
untuk menjalankan perintah database. Query builder menggunakan PDO parameter
yang berfungsi untuk melindungi aplikasi dari serangan injeksi SQL, dimana ketika
menggunakan query builder kita tidak perlu lagi melakukan filter string sebagai
binding. Sintaks query builder sangat familiar, dikarenakan secara struktur tidak begitu
berbeda dengan query SQL native pada umumnya. Perbedaannya terdapat pada kita
tidak perlu menuliskan sintaks query SQL secara menyeluruh, melainkan

84 Pemrograman Web – Framework Laravel


memanfaatkan fungsi yang lebih sederhana. Berikut langkah-langkah pengaksesan data
pada database hingga muncul pada tampilan aplikasi web:
1. Buatlah file controller dengan nama “PostController” yang akan digunakan
sebagai kontrol pengaksesan data tabel “Posts” ke halaman manajemen post,
seperti berikut:

2. Selanjutnya, buka file PostController yang telah dibuat, kemudian modifikasi


sintaks pada fungsi index sebagai berikut:

Dapat dilihat pada Gambar diatas, pengkasesan data pada tabel “posts”
menggunakan query builder berupa sintaks “DB” yang diikuti table dan fungsi
get. Maksud dari sintaks tersebut adalah kita mengambil keseluruhan data yang
terdapat pada tabel “posts”, kemudian dimasukkan dalam variabel “$posts”.
Alur proses selanjutnya, data pada variabel “$posts” dipassing ke
tampilan/halaman index yang akan kita buat pada langkah selanjutnya. Dalam
penggunaan query builder, kita perlu menambahkan/mendeklarasikan library
“DB” terlebih dahulu pada baris ke-6.

85 Pemrograman Web – Framework Laravel


3. Selanjutnya, buatlah file tampilan “index.blade.php” yang akan digunakan
dalam visualisasi data “posts” pada folder “admin/post/”, seperti berikut:

4. Selanjutnya, buka file index.blade.php dan salin seluruh sintaks pada file
dashboard.blade.php, dimana pada halaman index ini juga menggunakan navbar
dan sidebar yang sama, dikarenakan termasuk dalam manajemen admin.
Berikut tampilannya:

86 Pemrograman Web – Framework Laravel


5. Selanjutnya, modifikasi sintaks pada index.blade.php dengan menambahkan
elemen tabel yang digunakan untuk menampilkan data dari database, seperti
berikut:

Pada Gambar diatas, kita melakukan pengaksesan data melalui variabel


“$posts” yang sebelumnya telah dipassing dari “PostController”. Seperti
praktikum bab passing dan request data, ketika hendak menampilkan suatu
kumpulan data, kita perlu menggunakan fungsi “@foreach” untuk me-retrieve
keseluruhan data, yang pada praktikum ini baris dalam tabel “posts”. Meskipun
pada praktikum ini yang digunakan hanya sebuah data/baris, namun tetap perlu
menggunakan fungsi “foreach”, karena data pada tabel diakses dalam bentuk
collection.

87 Pemrograman Web – Framework Laravel


6. Setelah controller dan view telah selesai dibuat, maka selanjutnya perlu
mendefinisikan uri untuk menjalankannya pada file route “web.php”.

7. Selanjutnya, buka browser dan arahkan ke uri “localhost:8000/admin/post”


yang akan menghasilkan seperti berikut:

Dapat dilihat pada Gambar diatas, kita telah berhasil menampilkan data dari
tabel “posts” dalam bentuk tabel pada halaman manajemen post. Jika nantinya
terdapat penambahan pada data tabel “posts”, maka variabel “posts” pada
“PostController” akan secara otomatis mengaksesnya dan menampilkannya
dalam halaman diatas.

B. Model

Model merupakan salah satu dari bagian MVC yang akan berkomunikasi
dengan database. Model yang sudah terhubung ke database akan digunakan/dipanggil
via Controller sebagaimana konsep MVC itu berjalan. Model pada Laravel sangat
penting untuk menghubungkan antara aplikasi dengan tabel, khususnya jika hendak
menggunakan fitur eloquent, namun jika menggunakan query builder bersifat opsional.
Pada praktikum ini, akan dipaparkan pembuatan model “Post” agar dapat terhubung
dengan tabel “posts”. Seperti halnya pembuatan controller, migration dan seeder, dalam
membuat model dapat dilakukan menggunakan perintah artisan “make:model”. Berikut
langkah-langkahnya:
1. Buka terminal CMD, kemudian tuliskan perintah artisan “make:model” yang
diikuti nama model, seperti berikut:

88 Pemrograman Web – Framework Laravel


2. File model yang telah dibuat terdapat pada folder “App/Models”, ditunjukkan
seperti berikut:

3. Buka file “Post.php”, kemudian modifikasi sintaksnya dengan menambahkan


pendefinisian tabel dan kolom yang hendak dihubungkan, seperti berikut:

C. Eloquent

Eloquent adalah sebuah fitur untuk mengelola data yang ada pada database
dengan lebih sederhana. Eloquent ORM (Object Relation Mapping) menyediakan
fungsi-fungsi active record, atau fungsi-sungsi query sql untuk mengelola data pada
database. Fungsi-fungsi query tersebut telah dibuat dan disediakan secara default oleh
Laravel, sehingga kita tidak perlu lagi mengetik query sql yang panjang. Sederhananya,
dengan Eloquent kita dapat mengelola data pada database hanya melalui satu buah
model. Misalnya kita memiliki tabel “posts”, maka kita juga akan mempunyai sebuah
model dengan nama “post”, dimana dengan model tersebut kita dapat mengelola data
yang ada pada tabel “posts” dengan mudah dan cepat. Pada praktikum ini, kita akan
melanjutkan berdasarkan model “post” yang telah dibuat, dimana pengaksesan data

89 Pemrograman Web – Framework Laravel


tabel “posts” melalui query builder yang sebelumnya dibuat akan digantikan dengan
fitur eloquent. Berikut langkah-langkahnya:
1. Buka kembali file “PostController.php”, kemudian modifikasi sintaksnya
seperti berikut:

Pada Gambar diatas, dapat dilihat bahwa dilakukan perubahan terhadap metode
pengaksesan data, dimana pada praktikum sebelumnya kita menggunakan query
builder, namun kali ini menggunakan fitur eloquent. Pada sintaks baris ke-6,
telah diubah dari yang sebelumnya kita menggunakan library DB, kemudian
digantikan dengan pengimporan model “Post”. Selanjutnya, dilakukan
perubahan juga pada sintaks baris ke-17, yang sebelumnya menggunakan
sintaks query builder, kemudian digantikan dengan sintaks eloquent. Pada
dasarnya penggunan fitur eloquent ataupun query builder bertujuan sama, yakni
pengaksesan data untuk kemudian di-passing ke tampilan “view”. Perbedaanya
hanya pada bentuk sintaksnya saja, dimana query builder menyerupai sintaks
query, sedangkan eloquent lebih singkat dan sederhana. Pada fitur eloquent,
ketika hendak menampilkan suatu kumpulan data, dibutuhkan model untuk
mendefinisikan tabel yang hendak diakses. Selanjutnya, model diakses dengan
menggunakan fungsi “all()” untuk menampilkan keseluruhan data pada tabel
yang didefinisikan. Fungsi pada eloquent bermacam-macam, bergantung pada
kondisi penggunaanya, yang secara lengkap dijelaskan pada dokumentasi
Laravel di https://laravel.com/docs/8.x/eloquent

90 Pemrograman Web – Framework Laravel


2. Terakhir, buka browser dan segarkan/refresh kembali uri
“localhost:8000/admin/post” yang akan menghasilkan seperti berikut:

91 Pemrograman Web – Framework Laravel

Anda mungkin juga menyukai