Disusun oleh:
1865050036
Pembimbing:
JAKARTA
I. LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Agama : Kristen
Identitas orangtua/wali
Ayah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp 4.000.000
Ibu
Agama : Kristen
Pendidikan : SMK
Penghasilan :-
KEHAMILAN
Persalinan antenatal :
Keadaan bayi
Panjang badan : 49 cm
Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan
Perkembangan pubertas
Rambut pubis :-
Perubahan suara :-
Riwayat Imunisasi
Riwayat Makanan
USIA JENIS MAKANAN
Diare - Morbili -
Otitis - Parotitis -
Ginjal - Alergi -
Jantung - Kecelakaan -
Darah - Operasi -
Difteri - Lain-lain -
Data Keluarga
Riwayat Keluarga
Perkawinan ke 1 1
Data Perumahan
Dinding tembok
Atap seng
Riwayat Penyakit
Pasien datang ke IGD RSU UKI diantar oleh Keluarganya dengan keluhan
kejang sejak 30 menit SMRS. Kejang terjadi kurang lebih 10 menit. Bangkitan kejang
terjadi 2 kali, kejang pertama terjadi Pukul 02.00 wib selama kurang lebih 10 menit,
dengan mata mendelik ke atas saat kejang terjadi. Kemudian pasien tertidur setelah
bangkitan kejang selesai. Namun bangkitan kejang kedua kembali terjadi sekitar 30
menit setelah kejang pertama kurang lebih 5 menit. Ibu pasien mengatakan 1 hari
sebelum kejang pasien sempat demam namun suhunya belum sempat di ukur. Lalu
ibu pasien juga mengatakan sempat memberikan obat demam tempra drops untuk
mengatasi demam pasien, namun demam tidak turun dengan pemberian obat. Batuk,
pilek, sakit tenggorok, sesak disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien
memiliki riwayat kejang sebelumnya saat berusia 1 tahun 7 bulan, selama kurang
lebih 10 menit. Kejang saat itu didahului demam selama 2 minggu.
Pasien memiliki riwayat kejang yang didahului demam saat pasien berusia 1
tahun 7 bulan.
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
Tinggi badan : 80 cm
LILA : 10,5 cm
Pemeriksaan Sistem
Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut dan kulit kepala : Warna hitam, pertumbuhan merata, sukar
dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, konjungtiva
hiperemeis -/-. Sclera ikterik -/-, mata cekung -/-, edema palpebra -/-
Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen -/-
Hidung : Cavum nasi lapang, nafas cuping hidung -/-
Mulut
o Bibir : Mukosa bibir kering
o Gigi geligi : Karies (-), gigi berlubang (+)
o Lidah : Coated tongue -. Geographic tongue –
o Faring : Arcus faring simetris, hiperemis –
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
o Dinding thoraks : Dinding laterolateral > anteroposterior
o Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela
iga (–)
Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-,
wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternalis
dextra ICS IV, batas jantung kiri di linea midclavicula sinistra
ICS V
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur -,
gallop -
Abdomen
o Inspeksi : Perut tampak datar
o Auskultasi : BU (+) 4x/menit
o Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) , (-), hepar dan limpa
tidak teraba membesar (-)
o Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Anus dan rectum : Hiperemis -, darah -, fistula –
Genitalia : Tidak ada kelainan
Anggota gerak
o Atas : Normotonus, CRT <2”, edema -/-, akral hangat
o Bawah : Normotonus, CRT <2”, edema -/-, akral hangat
Pemeriksaan Neurologis
Nervus cranialis
I : Normosmia
II : visus kasar baik
III : pergerakan bola mata ke segala arah baik
IV : pergerakan bola mata ke segala arah baik, RCL +/+, RCTL +/+
V : tidak dapat dinilai
VI : pergerakan bola mata ke segala arah baik
VII : sikap wajah simetris
VIII : Pendengaran Baik
IX : Arcus faring simetris, Hiperemis (-)
X : disfoni (-), disfagia (-)
XI : Menoleh dan angkat bahu normal
XII : tremor (-), deviasi (-)
Pemeriksaan reflex
Reflex fisiologis : biceps ++/++., triceps ++/++, KPR ++/++, APR ++/+
+
Reflex patologis : Babinski -/-, chaddock -/-, rossolimo -/-, Gordon -/-,
Oppenheim -/-, klonus lutut -/-, klonus kaki -/-, Hoffman tromner -/-
Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi
Elektrolit
Urin Lengkap
Warna : Jernih
Berat Jenis : 1.005 (1.003 – 1.030)
PH : 6.0 (5.0 – 9.0)
Blood : Negatif (Negatif)
Leukosit Esterase : Negatif (Negatif)
Nitrit : Negatif (Negatif)
Protein : Negatif
Bilirubin : Negatif (Negatif)
Aseton : Negatif (Negatif)
Reduksi : Negatif (Negatif)
Urobilinogen : 0.2
Leukosit :1–2 (1-3)
Eritrosit : 0 -1 (0-1)
Epitel : +1 (+1)
Bakteri : Positif (Negatif)
Silinder : Negatif (Negatif)
Kristal : Negatif (Negatif)
Resume
Pasien dating ke IGD RS UKI dengan keluhan kejang sejak 30 menit SMRS.
Kejang terjadi kurang lebih 10 menit. Kejang terjadi 2 kali, kejang pertama terjadi
pukul 02.00 dini hari selama kurang lebih 10 menit, dengan mata mendelik ke atas
saat kejang terjadi. Kemudian pasien tertidur setelah kejang terjadi. Namun bangkitan
kejang kedua kembali terjadi sekitar 30 menit setelah kejang pertama dan kurang
lebih 5 menit. Ibu pasien mengatakan 1 hari sebelum kejang, pasien sempat demam,
namun suhu tidak diukur. Ibu pasien juga mengatakan sempat memberikan obat
demam tempra drops, namun deman tidak turun. Pasien memiliki riwayat kejang
sebelumnya saat berusia 1 tahun 7 bulan kurang lebih 10 menit. Kejang saat itu
didahului demam selama 2 minggu.
Diagnosa kerja
Diagnosa banding
Pemeriksaan Anjuran
Penatalaksanaan
Rawat Inap
Medikamentosa
Kebutuhan cairan
<10kg = 100 x BB
= 100 x 9,9
990 ml x 20 19.800
Tetesan makro : = =13,75 = 14 tpm
24 jam x 60 menit 1440
Antibiotik
Antipiretik
Antikonvulsan
Prognosis
Follow Up Harian
Leher : KGB
tidak teraba
membesar
Thoraks :
Pergerakan
dinding dada
simetris, retraksi
fremitus simetris
Sonor/sonor,
vesikuler, rhonki
(-/-) wheezing
(-/-),BJ I dan II
regular, Murmur
Abdomen : perut
tampak datar, BU
(+) 4x/menit,
timpani, nyeri
ketok (-), supel,
nyeri tekan (-),
hepar dan lien
tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
akral hangat,
CRT<2”, turgor
baik
S O A P
Leher : KGB
tidak teraba
membesar
Thoraks :
Pergerakan
dinding dada
simetris, retraksi
fremitus simetris
Sonor/sonor,
vesikuler, rhonki
(-/-) wheezing
(-/-),BJ I dan II
regular, Murmur
Abdomen : perut
tampak datar, BU
(+) 4x/menit,
timpani, nyeri
ketok (-), supel,
nyeri tekan (-),
hepar dan lien
tidak teraba
membesar
Ekstremitas :
akral hangat,
CRT<2”, turgor
baik
BAB III
ANALISIS KASUS
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran: Tampak sakit sedang, kompos mentis
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 115 kali permenit, reguler, isi dan
tegangan cukup: frekuensi pernafasan 24 kali permenit; suhu tubuh pada saat
itu adalah 38,3°C.
3. Refleks Fisiologis: Refleks biceps ++/++, refleks triceps ++/++, refleks KPR
++/++, APR ++/++, klonus kaki +/+. tanda rangsang meningen (-), refleks
patologis (-)
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit meningkat (26.1 ribu/uL),
Netrofil Batang rendah (3%), Netrofil Segmen meningkat (83%), Limfosit rendah
(9%), Natrium rendah (132 mmol), dan pada pemeriksaan urin didapatkan bakteri
(Positif).
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A).
Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah
10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali,
3-4 kali sehari.11,12
2. Antikonvulsan
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan
yang diberikan hanya pada saat demam.
Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor
risiko di bawah ini:
1. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
2. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
3.Usia <6 bulan
4.Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
5. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan
cepat.Nutrisi
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral
atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg
untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum
diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam
pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut
cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
3.Pemberian obat antikonvulsan rumatan
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan
obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan
rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek.
Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.11,12,13
3. Medikamentosa
Saat kejang: diazepam rektal (Dosis: 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5
mg untuk BB < 12 kg dan 10 mg BB > 12 kg) atau diazepam intravena
(Dosis: 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg).
Antipiretik (Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari).17,18
Antikonvulsan intermitten (Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg),
sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam
intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam.19
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Menurut IDAI
Buang air besar buang air besar yang lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair berlangsung kurang dari 7 hari atau 1 minggu.
Menurut WHO
Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan frekuensi tiga kali atau lebih
dengan konsistensi tinja yang lunak atau cair. Diare akut adalah buang air besar
pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
satu minggu.
Etiologi
- Faktor infeksi
o Enteral
o parenteral
- Faktor malabsorbsi
o Karbohidrat
o Lemak
o Protein
- Faktor makanan
o Makanan basi
o Alergi
o Beracun
- Faktor psikologis
Mekanisme Diare
- Diare sekretorik
- Sekresi air & elektrolit ke dlm usus halus gangguan absorbsi Na oleh vilus
saluran cerna, sekresi Cl berlangsung terus/↑ air & elektrolit keluar dari
tubuh (tinja cair).
- Diare osmotic
Bila di dalam lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap diare.
Biasanya disebabkan oleh bakteri/protozoa:
Bakteri
• Bakteri (pili/fimbria) menempel pada mukosa (reseptor dipermukaan usus)
perubahan epitel usus pengurangan kapasitas penyerapan /sekresi cairan.
• Toksin absorpsi natrium melalui vili ↓ & sekresi chlorida dari kripta ↑
sekresi air & elektrolit. Penyembuhan bila sel yang sakit diganti dgn sel yang
sehat (2 – 4 hari).
• Diare berdarah terjadi melalui invasi & perusakan sel epitel mukosa (di colon
& distal ileum), diikuti mikroabses & ulkus superficial (krn toksin
kerusakan jar) melena.
Protozoa
• G. lamblia dan Cryptosporidium menempel pada epitel usus halus
pemendekan vili diare.
• E.histolitica menginvasi epitel mukosa colon/ileum mikroabses dan
ulkus diare, terjadi pada strain sangat ganas, strain yang tidak ganas
tidak ada invasi ke mukosa dan tidak timbul gejala atau tanda-tanda,
meskipun kista amoeba dan tropozoit mungkin ada di dalam tinjanya.
o Infeksi virus
• Rotavirus berkembang biak dalam epitel vili usus halus kerusakan sel
epitel & pemendekan vili terjadi penggantian sementara oleh sel epitel
bentuk kripta yang belum matang, usus mensekresi air dan elektrolit.
• Dapat juga karena hilangnya enzim disakaridase berkurangnya absorbsi
disakarida (laktosa).
• Penyembuhan, bila vili regenerasi & epitel vilinya matang.
o Intoleransi laktosa
Tatalaksana
1. Oralit
Cara pemberiannya dengan melarutkan 1 bungkus oralit ke dalam satu gelas air
matang (200cc)
2. Zinc
Dosis zinc pada anak <6 bulan: 10 mg dan >6 bulan: 20 mg, diminum 1 kali/hari,
selama 10 hari.
Pemberian zinc tablet dapat dikunyah/dilarutkan dalam air, atau pada bayi dilarutkan
pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah atau larutan oralit.
3. ASI-MAKANAN
• ASI harus diteruskan (bayi dengan ASI eksklusif wajib diberikan ASI lebih
banyak)
• Bayi dengan susu formula diganti susu formula bebas laktosa untuk bayi
dengan dehidrasi berat, atau secara klinis memperliihatkan gejala intoleransi
laktosa berat, atau bila diarenya bertambah berat dengan pemberian susu
formula.
• Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk
menambah kalium.
4. Antibiotik
• hanya diindikasikan pada diare karena infeksi bakteri, sebagai pada infeksi
bakteri invasif (Shigella spp dan Entamoeba histolytica), Salmonella spp,
serta pada giardiasis dan kolera.
• Ceftriaxone 50-100mg/kgbb
1x sehari selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole10mg/kgbb
berikan penjelasan kapan harus membawa ulang anak ke petugas kesehatan, yaitu bila
didapatkan BAB cair lebih sering, muntah berulang – ulang, mengalami rasa haus
yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinjanya berdarah dan tidak ada
perbaikan dalam 3 hari.