Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Disusun oleh:

Pratama Satrio Wibowo

1865050036

Pembimbing:

dr. Ida Bagus Eka Wija Utama, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 15 MARET –24 APRIL 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
I. LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama lengkap : An. D

Tanggal lahir : 09 April 2019

Umur : 1 tahun 11 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Pendidikan : Belum sekolah

Alamat : Jl. Mayjen Rutoyo RT 02 / RW 01 Cililitan

Identitas orangtua/wali

Ayah

Nama lengkap : Tn. M

Tanggal lahir : 15 Maret 1999

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Mayjen Rutoyo RT 02 / RW 01 Cililitan

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan : Rp 4.000.000
Ibu

Nama lengkap : Ny. F

Tanggal lahir : 04 Juni 1998

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Mayjen Rutoyo RT 02 / RW 01 Cililitan

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan :-

Hubungan orang tua dengan anak: anak kandung

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

KEHAMILAN

Persalinan antenatal :

Trimester I Tidak Melakukan ANC

Trimester II Tidak melakukan ANC

Trimester III Tidak Melakukan ANC

Penyakit kehamilan : Tidak ada


KELAHIRAN

Tempat lahir : Klinik

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Spontan

Masa Gestasi : Cukup bulan (38 minggu)

Keadaan bayi

Berat badan lahir : 3000 gram

Panjang badan : 49 cm

Lingkar kepala : Ibu pasien tidak ingat

Pasien langsung menangis, tidak ada pucat/kuning/kejang/biru

Nilai APGAR : Ibu pasien tidak tahu

Kelainan bawaan : Tidak ada

Riwayat Tumbuh Kembang

Gigi pertama : 8 bulan

Psikomotor

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 8 bulan

Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan

Berbicara :12 bulan

Membaca/menulis : belum dapat membaca dan menulis

Perkembangan pubertas

Rambut pubis :-

Perubahan suara :-

Gangguan perkembangan: Pertumbuhan dan Perkembangan sesuai usia pasien

Riwayat Imunisasi

Vaksin Dasar (umur) Ulangan


BCG 1 bulan -
Hepatitis 0,2,3 bulan 4 bulan
POLIO 2,3,4 bulan 18 bulan
DPT 2,3,4 bulan -
Campak/MR 9 bulan 18 bulan

Kesan: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia menurut IDAI 2017

Riwayat Makanan
USIA JENIS MAKANAN

0 – 6 bulan Pagi : ASI setiap 2 jam selama ± 10 menit

Siang : ASI setiap 1 jam selama ± 15-20 menit

Malam : ASI setiap 1 jam selama ± 15-20 menit


6 – 9 bulan Pagi : ASI + MPASI (bubur + sayuran yang di haluskan)
Siang : ASI + MPASI (bubur + sayuran + ikan yang di
haluskan)
Malam: ASI + MPASI (bubur + sayuran yang di haluskan)
9 – 12 bulan Pagi : ASI + nasi yang dihaluskan + sayur
Siang : ASI + nasi yang dihaluskan + potongan daging/
ayam/ikan
Malam: ASI + nasi yang dihaluskan + sayuran
12bulan- Pagi : ASI + sayuran + potongan daging/ayam/ikan sebanyak 1
Sekarang mangkuk kecil
Siang : ASI + sayuran + potongan daging/ayam/ikan sebanyak 1
mangkuk kecil + buah - buahan
Malam : ASI + sayuran + potongan daging/ayam/ikan sebanyak
1 mangkuk kecil + buah - buahan

Kesan: Kualitas dan kuantitas makanan sesuai dengan pertumbuhan usia

Riwayat Penyakit yang Pernah di Derita


Penyakit Umur Penyakit Umur

Diare - Morbili -

Otitis - Parotitis -

Radang paru - Demam berdarah -

Tuberkulosis - Demam tifoid -

Kejang 1 Tahun 7 Bulan Cacingan -

Ginjal - Alergi -

Jantung - Kecelakaan -

Darah - Operasi -

Difteri - Lain-lain -

Data Keluarga

No Tanggal Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan


lahir kelamin mati (sebab) kesehatan

1 09/03/1 Laki-  - - - Sakit


9 laki (pasien)

Riwayat Keluarga

Keterangan Ayah/wali Ibu/wali

Perkawinan ke 1 1

Umur saat menikah 18 Tahun 19 Tahun


Keadaan kesehatan Sehat Sehat

Data Perumahan

Kepemilikan rumah : Kontrakan

Keadaan rumah : Ukuran Tidak Diketahui

Dinding tembok

Atap seng

Ventilasi cukup baik

Jarak septic tank ke sumber air bersih ± 10 m

Keadaan lingkungan : Berupa perumahan padat penduduk

Ada tempat pembuangan sampah

Riwayat Penyakit

Keluhan Utama : Kejang

Keluhan Tambahan : demam

Riwayat perjalanan penyakit

Pasien datang ke IGD RSU UKI diantar oleh Keluarganya dengan keluhan
kejang sejak 30 menit SMRS. Kejang terjadi kurang lebih 10 menit. Bangkitan kejang
terjadi 2 kali, kejang pertama terjadi Pukul 02.00 wib selama kurang lebih 10 menit,
dengan mata mendelik ke atas saat kejang terjadi. Kemudian pasien tertidur setelah
bangkitan kejang selesai. Namun bangkitan kejang kedua kembali terjadi sekitar 30
menit setelah kejang pertama kurang lebih 5 menit. Ibu pasien mengatakan 1 hari
sebelum kejang pasien sempat demam namun suhunya belum sempat di ukur. Lalu
ibu pasien juga mengatakan sempat memberikan obat demam tempra drops untuk
mengatasi demam pasien, namun demam tidak turun dengan pemberian obat. Batuk,
pilek, sakit tenggorok, sesak disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien
memiliki riwayat kejang sebelumnya saat berusia 1 tahun 7 bulan, selama kurang
lebih 10 menit. Kejang saat itu didahului demam selama 2 minggu.

Riwayat penyakit dahulu

 Pasien memiliki riwayat kejang yang didahului demam saat pasien berusia 1
tahun 7 bulan.

Riwayat penyakit pada keluarga

 Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. 

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Frekuensi nadi : 115x/menit (regular, kuat angkat, isi cukup)

Frekuensi napas : 24x/menit

Suhu tubuh : 38,3 C (axillaris)


Data antropometri

Berat badan : 9,9 kg

Tinggi badan : 80 cm

LILA : 10,5 cm

Lingkar Kepala : 48,7 cm

Berdasarkan Kurva WHO

BB/U = -2 SD sampai +2 SD Berat Badan Cukup

TB/U = < -2 SD sampai -3 SD Pendek

BB/TB = -2 SD sampai +2 SD Gizi Baik/Cukup

Pemeriksaan Sistem

Kepala

 Bentuk : Normocephali
 Rambut dan kulit kepala : Warna hitam, pertumbuhan merata, sukar
dicabut
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, konjungtiva
hiperemeis -/-. Sclera ikterik -/-, mata cekung -/-, edema palpebra -/-
 Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen -/-
 Hidung : Cavum nasi lapang, nafas cuping hidung -/-
 Mulut
o Bibir : Mukosa bibir kering
o Gigi geligi : Karies (-), gigi berlubang (+)
o Lidah : Coated tongue -. Geographic tongue –
o Faring : Arcus faring simetris, hiperemis –
 Leher : KGB tidak teraba membesar
 Thoraks
o Dinding thoraks : Dinding laterolateral > anteroposterior
o Paru
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela
iga (–)
 Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
 Perkusi : Sonor/sonor
 Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-,
wheezing -/-
o Jantung
 Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternalis
dextra ICS IV, batas jantung kiri di linea midclavicula sinistra
ICS V
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur -,
gallop -
 Abdomen
o Inspeksi : Perut tampak datar
o Auskultasi : BU (+) 4x/menit
o Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) , (-), hepar dan limpa
tidak teraba membesar (-)
o Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
 Anus dan rectum : Hiperemis -, darah -, fistula –
 Genitalia : Tidak ada kelainan
 Anggota gerak
o Atas : Normotonus, CRT <2”, edema -/-, akral hangat
o Bawah : Normotonus, CRT <2”, edema -/-, akral hangat

Tulang belakang : Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-)

 Kulit : Sianosis -, ikterik –

Pemeriksaan Neurologis

Nervus cranialis

 I : Normosmia
 II : visus kasar baik
 III : pergerakan bola mata ke segala arah baik
 IV : pergerakan bola mata ke segala arah baik, RCL +/+, RCTL +/+
 V : tidak dapat dinilai
 VI : pergerakan bola mata ke segala arah baik
 VII : sikap wajah simetris
 VIII : Pendengaran Baik
 IX : Arcus faring simetris, Hiperemis (-)
 X : disfoni (-), disfagia (-)
 XI : Menoleh dan angkat bahu normal
 XII : tremor (-), deviasi (-)

Pemeriksaan reflex

 Reflex fisiologis : biceps ++/++., triceps ++/++, KPR ++/++, APR ++/+
+
 Reflex patologis : Babinski -/-, chaddock -/-, rossolimo -/-, Gordon -/-,
Oppenheim -/-, klonus lutut -/-, klonus kaki -/-, Hoffman tromner -/-

Pemeriksaan Laboratorium

Darah tepi

 LED : 17 mm/jam (< 20 mm/jam)


 Hemoglobin : 11.0 gr/dL (10,5 – 13,0 g/dL)
 Eritrosit : 4,67 juta/mL (3.7 – 4.9 juta/mL)
 Leukosit : 26.1/uL (6.0 – 17.0/uL)
 Trombosit : 351 ribu/uL (150-400 ribu/uL)
 Hematokrit : 33.6 % (33 – 38%)
 MCV : 71/fL (70 -84/fL)
 MCH : 23 pg (23-30 pg)
 MCHC : 32 g/dL (31-37 g/dL)
 Basofil : 0% (0-1 %)
 Eosinofil : 1% (0-3 %)
 Neutrofil Batang : 3% (5-11 %)
 Neutrofil Segmen : 83% (15-35%)
 Limfosit : 9% (45-76 %)
 Monosit : 4% (3-6 %)

Elektrolit

 Natrium : 132 mmol/L (136 – 145 mmol/L)


 Kalium : 3,8 mmol/L (3,5 – 5.1 mmol/L)
 Clorida : 106 mmol/L (99 – 111 mmol/L)
URINALISA

Urin Lengkap

 Warna : Jernih
 Berat Jenis : 1.005 (1.003 – 1.030)
 PH : 6.0 (5.0 – 9.0)
 Blood : Negatif (Negatif)
 Leukosit Esterase : Negatif (Negatif)
 Nitrit : Negatif (Negatif)
 Protein : Negatif
 Bilirubin : Negatif (Negatif)
 Aseton : Negatif (Negatif)
 Reduksi : Negatif (Negatif)
 Urobilinogen : 0.2
 Leukosit :1–2 (1-3)
 Eritrosit : 0 -1 (0-1)
 Epitel : +1 (+1)
 Bakteri : Positif (Negatif)
 Silinder : Negatif (Negatif)
 Kristal : Negatif (Negatif)

Resume

Pasien dating ke IGD RS UKI dengan keluhan kejang sejak 30 menit SMRS.
Kejang terjadi kurang lebih 10 menit. Kejang terjadi 2 kali, kejang pertama terjadi
pukul 02.00 dini hari selama kurang lebih 10 menit, dengan mata mendelik ke atas
saat kejang terjadi. Kemudian pasien tertidur setelah kejang terjadi. Namun bangkitan
kejang kedua kembali terjadi sekitar 30 menit setelah kejang pertama dan kurang
lebih 5 menit. Ibu pasien mengatakan 1 hari sebelum kejang, pasien sempat demam,
namun suhu tidak diukur. Ibu pasien juga mengatakan sempat memberikan obat
demam tempra drops, namun deman tidak turun. Pasien memiliki riwayat kejang
sebelumnya saat berusia 1 tahun 7 bulan kurang lebih 10 menit. Kejang saat itu
didahului demam selama 2 minggu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,3°C, frekuensi napas 24


kali/menit, frekuensi nadi 115 kali/menit dan tekanan darah 110/60 mmHg. Pada
pemeriksaan sistem dalam batas normal, tidak ada defisit Neurologis. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukosit meningkat (26.1 ribu/uL), Netrofil Batang rendah
(3%), Netrofil Segmen meningkat (83%), Limfosit rendah (9%), Natrium rendah (132
mmol), dan pada pemeriksaan urin didapatkan bakteri (Positif).

Diagnosa kerja

 Kejang Demam Kompleks

Diagnosa banding

 Kejang Demam Sederhana


 Status Epileptikus

Pemeriksaan Anjuran

 Laboratorium (Darah perifer, Elektrolit, GDS)


 Pungsi Lumbal

Penatalaksanaan
 Rawat Inap

Medikamentosa

 IVFD : Kaen 3A 14 tpm Makro


 Paracetamol Syr (120mg/5ml) 4x1 cth
 Diazepam pulv 3x3 mg (po)
 Amoxicilin syr (125mg/5ml) -> 3x1 1/2cth

Kebutuhan cairan

KAEN 3A sebanyak 14 tpm (Makro)

Berdasarkan Rumus Holiday Segar

<10kg = 100 x BB

= 100 x 9,9

= 990 ml/24 jam

990 ml x 20 19.800
Tetesan makro : = =13,75 = 14 tpm
24 jam x 60 menit 1440

Antibiotik

Amoxicilin 50-100 mg/kgBB/hari

Sediaan amoxicillin syrup 125mg/5ml


Dosis per hari = (50-100mg/kgbb) x 9,9 kg = 495 – 900 mg/hari

Dosis per kali = T ½ 24/8 = 3  495 – 900mg/hari : 3 = (165-330mg)/kali

Antipiretik

Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali

Sediaan PCT syrup 120mg/5ml

Dosis per kali = (10-15 mg/kgbb) x 9,9kg = 99 – 148,5 mg/kali

Antikonvulsan

Diazepam 0,3 mg/kgBB/kali

Dosis per kali = 0,3 mg x 9,9 / kali = 3mg/kali

Prognosis

Ad Vitam : dubia ad Bonam

Ad Fungsionam : dubia ad Bonam

Ad Sanationam : dubia ad Bonam

Follow Up Harian

Tanggal : 15-03-2021 PH:1


S O A P

Orang tua TSS, Kejang Rawat Inap

mengatakan Composmentis, Demam


Medikamentosa :
anaknya masih TD 110 Kompleks
IVFD: KAEN 3A 14
demam (+) /60mmHg, HR
tpm makro
naik turun, 115 x/menit, RR

kejang (-), bab 25x/menit, Suhu MM/

(+) tidak ada 38,3°C, SpO2 :


- Paracetamol
keluhan, bak 97 % Syr
(+) tidak ada (120mg/5ml)
Mata : anemis -/-,
4x1 cth
keluhan, batuk ikterik -/-,
- Diazepam
(+) kadang- cekung -/- pulv 3x3 mg
kadang, mual THT : faring (po)
hiperemis (-),
(-) muntah (-), - Amoxicilin
Tonsil T1-T1,
nafsu makan syr
hiperemis (-)
menurun. (125mg/5ml)
Mulut : mukosa
bibir lembab  3x1 1/2cth

Leher : KGB

tidak teraba

membesar

Thoraks :
Pergerakan

dinding dada

simetris, retraksi

sela iga (-), Vocal

fremitus simetris

kanan dan kiri,

Sonor/sonor,

Bunyi nafas dasar

vesikuler, rhonki

(-/-) wheezing

(-/-),BJ I dan II

regular, Murmur

-/-, Gallop -/-

Abdomen : perut
tampak datar, BU
(+) 4x/menit,
timpani, nyeri
ketok (-), supel,
nyeri tekan (-),
hepar dan lien
tidak teraba
membesar

Ekstremitas :
akral hangat,
CRT<2”, turgor
baik

Tanggal : 16-03-2021 PH:2

S O A P

Orang tua TSS, Kejang Rawat Inap

mengatakan Composmentis, Demam


Medikamentosa :
anaknya masih TD 110 Kompleks
IVFD: KAEN 3A 14
demam (-), /60mmHg, HR
tpm makro
kejang (-), bab 112 x/menit, RR

(+) tidak ada 23x/menit, Suhu MM/

keluhan, bak 36,3°C, SpO2 :


- Paracetamol
(+) tidak ada 97 % Syr
keluhan, batuk (120mg/5ml)
Mata : anemis -/-,
4x1 cth
(+) kadang- ikterik -/-,
- Diazepam
kadang, mual cekung -/- pulv 3x3 mg
(-) muntah (-), THT : faring (po)
hiperemis (-),
nafsu makan - Amoxicilin
Tonsil T1-T1,
membaik. syr
hiperemis (-)
(125mg/5ml)
Mulut : mukosa
bibir lembab  3x1 1/2cth

Leher : KGB

tidak teraba

membesar

Thoraks :

Pergerakan

dinding dada

simetris, retraksi

sela iga (-), Vocal

fremitus simetris

kanan dan kiri,

Sonor/sonor,

Bunyi nafas dasar

vesikuler, rhonki

(-/-) wheezing

(-/-),BJ I dan II

regular, Murmur

-/-, Gallop -/-

Abdomen : perut
tampak datar, BU
(+) 4x/menit,
timpani, nyeri
ketok (-), supel,
nyeri tekan (-),
hepar dan lien
tidak teraba
membesar

Ekstremitas :
akral hangat,
CRT<2”, turgor
baik

BAB III
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini diagnosis Kejang demam kompleks ditegakkan berdasarkan:


A. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSU UKI diantar oleh Keluarganya dengan keluhan
kejang sejak 30 menit SMRS. Kejang terjadi kurang lebih 10 menit. Bangkitan
kejang terjadi 2 kali, kejang pertama terjadi Pukul 02.00 wib selama kurang
lebih 10 menit, dengan mata mendelik ke atas saat kejang terjadi. Kemudian
pasien tertidur setelah bangkitan kejang selesai. Namun bangkitan kejang kedua
kembali terjadi sekitar 30 menit setelah kejang pertama kurang lebih 5 menit.
Ibu pasien mengatakan 1 hari sebelum kejang pasien sempat demam namun
suhunya belum sempat di ukur. Lalu ibu pasien juga mengatakan sempat
memberikan obat demam tempra drops untuk mengatasi demam pasien, namun
demam tidak turun dengan pemberian obat. Batuk, pilek, sakit tenggorok, sesak
disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien memiliki riwayat kejang
sebelumnya saat berusia 1 tahun 7 bulan, selama kurang lebih 10 menit. Kejang
saat itu didahului demam selama 2 minggu.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran: Tampak sakit sedang, kompos mentis
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 115 kali permenit, reguler, isi dan
tegangan cukup: frekuensi pernafasan 24 kali permenit; suhu tubuh pada saat
itu adalah 38,3°C.
3. Refleks Fisiologis: Refleks biceps ++/++, refleks triceps ++/++, refleks KPR
++/++, APR ++/++, klonus kaki +/+. tanda rangsang meningen (-), refleks
patologis (-)

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit meningkat (26.1 ribu/uL),
Netrofil Batang rendah (3%), Netrofil Segmen meningkat (83%), Limfosit rendah
(9%), Natrium rendah (132 mmol), dan pada pemeriksaan urin didapatkan bakteri
(Positif).

Berdasarkan kriteria diagnosis dari IDAI tahun 2016, pasien dapat


didiagnosis Kejang demam kompleks berdasarkan penemuan klinis sebagai berikut
:
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:

1. Kejang lama (>15 menit)

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam


Pada pasien ini dapatkan 2 gejala. Dengan demikian dapat di tegakkan
diagnosis Kejang demam kompleks.

Tatalaksana Kejang demam kompleks

Konsensus penatalaksanaan kejang demam UKK neurologi IDAI 2016.

1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A).
Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah
10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali,
3-4 kali sehari.11,12
2. Antikonvulsan
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan
yang diberikan hanya pada saat demam.
Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor
risiko di bawah ini:
1. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
2. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
3.Usia <6 bulan
4.Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
5. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan
cepat.Nutrisi
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral
atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg
untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum
diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam
pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut
cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
3.Pemberian obat antikonvulsan rumatan
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan
obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan
rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek.
Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.11,12,13

3. Medikamentosa
 Saat kejang: diazepam rektal (Dosis: 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5
mg untuk BB < 12 kg dan 10 mg BB > 12 kg) atau diazepam intravena
(Dosis: 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg).
 Antipiretik (Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari).17,18
Antikonvulsan intermitten (Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg),
sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam
intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam.19

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Menurut IDAI

Buang air besar buang air besar yang lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair berlangsung kurang dari 7 hari atau 1 minggu.
Menurut WHO

Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan frekuensi tiga kali atau lebih
dengan konsistensi tinja yang lunak atau cair. Diare akut adalah buang air besar
pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
satu minggu.

Etiologi

- Faktor infeksi
o Enteral
o parenteral
- Faktor malabsorbsi
o Karbohidrat
o Lemak
o Protein
- Faktor makanan
o Makanan basi
o Alergi
o Beracun
- Faktor psikologis
Mekanisme Diare

- Diare sekretorik
- Sekresi air & elektrolit ke dlm usus halus  gangguan absorbsi Na oleh vilus
saluran cerna, sekresi Cl berlangsung terus/↑  air & elektrolit keluar dari
tubuh (tinja cair).

- Diare osmotic

Bila di dalam lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap  diare.
Biasanya disebabkan oleh bakteri/protozoa:
Bakteri
• Bakteri (pili/fimbria) menempel pada mukosa (reseptor dipermukaan usus) 
perubahan epitel usus  pengurangan kapasitas penyerapan /sekresi cairan.
• Toksin  absorpsi natrium melalui vili ↓ & sekresi chlorida dari kripta ↑ 
sekresi air & elektrolit. Penyembuhan bila sel yang sakit diganti dgn sel yang
sehat (2 – 4 hari).
• Diare berdarah terjadi melalui invasi & perusakan sel epitel mukosa (di colon
& distal ileum), diikuti mikroabses & ulkus superficial (krn toksin 
kerusakan jar)  melena.

Protozoa
• G. lamblia dan Cryptosporidium menempel pada epitel usus halus 
pemendekan vili  diare.
• E.histolitica  menginvasi epitel mukosa colon/ileum  mikroabses dan
ulkus  diare, terjadi pada strain sangat ganas, strain yang tidak ganas 
tidak ada invasi ke mukosa dan tidak timbul gejala atau tanda-tanda,
meskipun kista amoeba dan tropozoit mungkin ada di dalam tinjanya.

o Infeksi virus
• Rotavirus  berkembang biak dalam epitel vili usus halus  kerusakan sel
epitel & pemendekan vili  terjadi penggantian sementara oleh sel epitel
bentuk kripta yang belum matang,  usus mensekresi air dan elektrolit.
• Dapat juga karena hilangnya enzim disakaridase  berkurangnya absorbsi
disakarida (laktosa).
• Penyembuhan, bila vili regenerasi & epitel vilinya matang.

o Intoleransi laktosa

 Defisiensi enzim Laktase akibat kerusakan mukosa usus

 Laktosa tidak dicerna , difermentasi oleh bakteri di kolon


 Tinja cair, berbuih, dan berbau asam,kembung, flatus, anus kemerahan

 Diagnosis : pH tinja dan uji reduksi

Penilaian dehidrasi menurut WHO

Tatalaksana

1. Oralit

Cara pemberiannya dengan melarutkan 1 bungkus oralit ke dalam satu gelas air
matang (200cc)

2. Zinc

Dosis zinc pada anak <6 bulan: 10 mg dan >6 bulan: 20 mg, diminum 1 kali/hari,
selama 10 hari.
Pemberian zinc tablet dapat dikunyah/dilarutkan dalam air, atau pada bayi dilarutkan
pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah atau larutan oralit.

3. ASI-MAKANAN

• ASI harus diteruskan (bayi dengan ASI eksklusif wajib diberikan ASI lebih
banyak)

• Bayi dengan susu formula  diganti susu formula bebas laktosa untuk bayi
dengan dehidrasi berat, atau secara klinis memperliihatkan gejala intoleransi
laktosa berat, atau bila diarenya bertambah berat dengan pemberian susu
formula.

• Makanan: kacang-kacangan, sayuran dan daging/ikan

• Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk
menambah kalium.

4. Antibiotik

• hanya diindikasikan pada diare karena infeksi bakteri, sebagai pada infeksi
bakteri invasif (Shigella spp dan Entamoeba histolytica), Salmonella spp,
serta pada giardiasis dan kolera.

Penyebab Antibiotika pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgbb Erythromycin 12,5mg/kgbb

4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari

Shigella dysentery Ciprofloxacin 15mg/kgbb • Pivmecillinam 20mg/kgbb

2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 5 hari

• Ceftriaxone 50-100mg/kgbb
1x sehari selama 2-5 hari

Amoebiasis Metronidazole10mg/kgbb  

3x sehari selama 5 hari

Giardiasis Metronidazole 10mg/kgbb  

3x sehari selama 5 hari

5. Nasihat pada Ibu

berikan penjelasan kapan harus membawa ulang anak ke petugas kesehatan, yaitu bila
didapatkan BAB cair lebih sering, muntah berulang – ulang, mengalami rasa haus
yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinjanya berdarah dan tidak ada
perbaikan dalam 3 hari.

Anda mungkin juga menyukai