TINJAUAN PUSTAKA
Strategi Proteksi Serebral Untuk Operasi Rekonstruksi Arkus Aorta
Cerebral Protection Strategies For Aortic Arch Reconstruction
Fredi Heru Irwanto*, Rudy Yuliansyah**, Chairil Gani Koto**
*
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
**
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif RSJPD Harapan Kita Jakarta
ABSTRACT
Surgical intervention in the reconstruction of the aortic arch causes changes in blood
flow to the brain that are temporary. Patients undergoing this procedure have a high
risk of neurological disorders. Cerebral protection should be a major implication in
patients undergoing this procedure. Hypothermia reduces blood flow to the brain and
decreases the cerebral metabolism rate of oxygen. Retrograde cerebral perfusion is
usually applied along with hypothermia techniques. The perfusion of cerebral
antegrades is theoretically more physiological than the hypothermia and retrograde
perfusion methods. Antegrade perfusion provides longer protective time and benefits
for complex procedures.
ABSTRAK
Intervensi pembedahan pada pada rekonstruksi arkus aorta menyebabkan perubahan
pada aliran darah ke otak yang bersifat temporer. Pasien yang menjalani ini memiliki
resiko yang tinggi terhadap kelainan neurologis. Proteksi serebral harus menjadi
implikasi utama pada pasien-pasien yang menjalani prosedur ini. Hipotermia
mengurangi aliran darah ke otak dan menurunkan laju metabolisme oksigen di otak.
Perfusi cerebral retrograde biasanya diaplikasikan bersama dengan teknik hipotermia.
Perfusi cerebral antegrade secara teoritis lebih fisiologis dibanding metode hipotermia
dan perfusi retrograde. Perfusi antegrade memberikan waktu proteksi yang lebih
panjang dan bermafaat untuk prosedur yang komplek.
Kata kunci : hipotermia, laju metabolisme oksigen serebral, proteksi serebral, perfusi
serebral retrograde, perfusi serebral antegrade
bedahan arkus aorta masih menjadi Aorta selain bertindak seperti pipa
kontroversi. Rekonstruksi arkus aorta penghantar darah juga sebagai pompa
secara historis memiliki angka morbidi- pasif sekunder karena sifat recoil elas-
tas dan mortalitas yang bermakna ber- tisitasnya. Selama periode sistolik ven-
kaitan dengan kerusakan organ yang trikel, lumen aorta melebar karena
bersifat gobal selama periode hentinya menerima seluruh volume isi sekuncup,
adanya aliran darah (circulatory ar- dan pada periode diastolik, setelah
rest). Seiring dengan teknik pembeda- katup aorta menutup, darah akan ter-
han yang terus mengalami kemajuan, dorong ke depan karena sifat dari elas-
angka kelangsungan hidup yang terus tisitas jaringan aorta.1
meningkat, namun disfungsi neurologis
Dinding Aorta terdiri atas tiga lapisan
selama periode iskemik serebral masih
jaringan; selapis tipis tunica intima
menjadi keprihatinan yang bermakna.1
yang tersusun atas lapisan endotel,
Profound hypothermia adalah metode lapisan paling tebal tunica media dan
awal proteksi serebral yang digunakan lapisan tipis bagian terluar, tunica ad-
selama periode circulatory arrest. Ke- ventitia. Lapisan endotel, bagian yang
berhasilan pertama dari rangkaian re- berkontak langsung dengan darah me-
konstruksi arkus aorta menggunakan rupakan jaringan yang sangat mudah
deep hypothermic circulatory arrest mengalami trauma, dan merupakan sisi
(DHCA) dengan suhu tubuh 18o C telah dimana terjadi proses atherosclerosis.
dilaporkan pada tahun 1975. Upaya le- Tunika media, lapisan terbesar penyu-
bih lanjut dalam proteksi serebral men- sun sekitar 80% dari ketebalan dinding
yebabkan perkembangan teknik ante- aorta, terdiri atas otot polos dan jarin-
grade cerebral perfusion (ACP) dan gan elastis terjalin berbentuk spiral
retrograde cerebral perfusion (RCP). yang menyusun kekuatan dan elastisitas
Kedua teknik ini memberikan aliran dari aorta. Tunica adventitia terdiri atas
darah ke cerebral secara terus menerus jaringan kolagen yang memelihara
dan digunakan bersamaan dengan hypo- bagian terluar dari dinding aorta seka-
thermic circulatory arrest (HCA). Me- ligus berisi kapiler vasa vasorum yang
tode yang optimal dalam penggunaan memberi nutrisi kepada dinding aorta.1
ACP atau RCP sampai saat ini masih
Aorta thorakalis terdiri atas aorta ascen-
menjadi hal yang kontroversial.2
den, arkus aorta dan aorta descenden.
Anatomi Aorta Aorta ascenden, dengan panjang lebih
kurang 9 cm, terdiri atas aortic root dan
Aorta adalah pembuluh darah terbesar
aorta ascenden. Aortic root terdiri atas
dalam tubuh manusia, terbentang dari
annulus katup aorta, sinus valsava dan
katup aorta sampai ke bifurcation iliaca.
berakhir sebagai sinotubular junction.
Intimal tear adalah kejadian awal ter- diseksi meluas mencakup semua bagian
jadinya diseksi aorta. Intimal tear pada aorta bahan hingga mencapai bifurca-
diseksi aorta terjadi pada dinding aorta tion iliaca. Tipe II, intimal tear terletak
yang mengalami kelemahan, predomi- pada aorta ascenden dengan diseksi ter-
nan pada lapisan media dan lapisan ad- batas pada aorta ascenden dan berakhir
ventitia. Pada aera yang lemah ini, sebelum pangkal dari arteri innominata.
dinding aorta lebih rentan terhadap Tipe III, intimal tear berasal dari aorta
gaya geser yang diakibatkan aliran pul- descenden, dekat pangkal dari arteri
satif darah di dalam aorta. Aorta ascen- subklavia kiri dengan diseksi dapat me-
den dan isthmus adalah segmen aorta luas sampai ke aorta abdominalis. Se-
yang relatif terikat dengan dinding dangkan Stanfor membagi klasifikasi
dada, dengan demikian segmen ini akan diseksi menjadi dua tipe, yang relatif
menerima gesekan mekanik yang pal- lebih sederhana dibanding klasifikasi
ing besar. Mekanisme ini menjelaskan DeBakey. Tipe A diseksi yang melibat-
tingginya insiden intimal tear pada area kan seluruh aorta ascenden, tanpa mem-
ini. Titik keluar dari diseksi ditemukan perhatikan dimana lokasi intimal tear
dalam presentase yang lebih kecil. Titik dan penyebaran diseksinya. Tipe B
ini terjadi pada bagian distal dari inti- yang melibatkan aorta bagian distal
mal tear dan merupakan titik dimana dengan intimal tear berasal dari pangkal
aliran darah dari lumen palsu kembali arteri subklavia kiri.
ke lumen asli. Ada tidaknya titik keluar
Indikasi umum untuk penggantian ar-
tidak berhubungan dengan dampak
kus aorta adalah aneurisma aorta. Tipe
maupun tampilan klinis.
paling sering dari aneurisma aorta
adalah aneurisma degeneratif. Tunika
media dari dinding aorta pada
aneurisma degeneratif terbentuk dari
nekrosis seluler yang mengakibatkan
hilangnya sel-sel otot polos, digantikan
oleh ruang kistik yang berisi material
mukoid. Tipe aneurisma ini menyebab-
kan berkurangnya kandungan elastisitas
Gambar 1. Klasifikasi diseksi aorta4 jaringan aorta. Tipe kedua tersering
penyebab aneurisma arkus aorta adalah
DeBackey membagi klasifikasi diseksi arterosklerosis. Perkembangan ateroma
aorta menjadi tiga tipe berdasarkan lo- ke arah invasif diduga menyebabkan
kasi dari intimal tear dan segmen aorta kerusakan serabut-serabut elastin dan
yang terlibat. Tipe I, intimal tear terle- sel-sel otot polos dari tunika media
tak pada bagian aorta ascenden tetapi menyebabkan terbentuknya aneurisma.
dapat menyebabkan kerusakan dan ke- runan aliran darah. Hipotermi dan per-
matian sel saraf.5 fusi serebral retrograde (RCP) efektif
untuk menunda penurunan jumlah ATP
Selama kondisi iskemik, glukosa di me-
pada keadaan tidak adanya aliran ante-
tabolisme secara anaerobik menghasil-
grade. Periode henti sirkulasi mem-
kan laktat yang terakumulasi di sel
bantu untuk menurunkan glikolisis an-
saraf dan menyebabkan berkem-
aerob dan kondisi asidosis yang men-
bangnya asidosis intraselular, mem-
yertainya dengan mengeliminasi jalur
bengkaknya sel dan denaturisasi protein
suplai glukosa. Aliran yang kecil yang
dan enzim. Penurunan pH adalah juga
disuplai oleh RCP mensuplai substrat
merupakan stimulus yang potensial un-
untuk menjaga glikolisis anaerob dan
tuk pelepasan glutamate dan aspartate.
diwaktu yang bersamaan dapat mem-
Proses tersebut di percepat dengan
bantu menghilangkan metabolit yang
kondisi hiperglikemia dan ada cukup
bersifat asam.5
banyak bukti klinis yang menyatakan
bahwa hiperglikemia berkorelasi den- Mekanisme kolapsnya transport neuro-
gan cedera serebral iskemia. transmitter mengawali lingkaran setan
yang merupakan fase kedua kaskade
Semua yang terjadi pada saat fase depo-
biokimia. Aktifasi berlebihan dan pe-
larisasi bersifat reversibel dan metode
lepasan asam amino presinap menye-
proteksi klinis saat ini ditujukan untuk
babkan kematian sel saraf melalui
menunda atau mencegah urutan ke-
mekanisme segera dan lambat.
jadian ini. Hipotermia dan perfusi ante-
grade secara kontinyu adalah metode Pada mekanisme segera glutamate men-
yang efektif untuk menjaga glikolisis gaktifasi reseptor N-Methyl-D-
aerobik terhadap adanya proses penu- Aspartate (NMDA) dan alpha-amino-3-
arkus aorta berkaitan langsung dengan selama DHCA. Penelitian pada bi-
sisi kanulasi arterial. Defisit neurologis natang menunjukkan efek yang men-
yang bersifat sementara (Transient guntungkan dari barbiturat, steroid, dan
Neurologic Deficit-TND) dapat muncul antikonvulsan, lidokain, calcium chan-
sebagai delirium, disorientasi maupun nel blockers (nimodipine), dan antago-
obtundation yang kadang mengalami nis pada subtipe reseptor glutamate.
resolusi dalam 24 jam dan tidak terlihat Karena masih sedikitnya bukti-bukti
pada modalitas pencitraan (CT dan konklusi melalui penelitian prospektif,
MRI). ataupun uji klinis terkontrol, dalam
praktek klinis akan dijumpai variasi
Insiden TND setelah rekonstruksi arkus
penggunaan agen, dosis dan waktu
aorta menggunakan teknik DHCA saja
pemberian. Sebuah survei pada anggota
berkisar 25% dari semua kasus dan
Asosiasi Anestesi Kardiotoraks di Ing-
mempunyai hubungan yang linear den-
gris untuk penggunaan agen farmako-
gan durasi DHCA. Untuk membatasi
logis sebagai agen pelindung otak se-
efek samping neurologis paska DHCA,
lama DHCA menunjukkan 83% re-
banyak penelitian memfokuskan pada
sponden menggunakan beberapa bentuk
durasi DHCA yang aman. Berdasarkan
agen farmakologis untuk perlindungan
pengukuran langsung terhadap metabo-
otak; 59% responden menggunakan
lit serebral pada pasien dewasa, esti-
thiopental, 29% menggunakan propo-
masi periode yang aman untuk DHCA
fol, dan 48% menggunakan berbagai
adalah 30 menit pada suhu 15oC dan 40
agen lainnya termasuk yang paling ser-
menit pada 10oC. Anoksia seluler ter-
ing digunakan adalah steroid.5
jadi bila melebihi dari periode waktu
ini. Pada serial penelian terhadap 656 Barbiturat bertindak dengan mengu-
pasien rekonstruksi arkus aorta, Svens- rangi CMRO2, CBF, asam lemak bebas,
son melaporkan angka mortalitas se- radikal bebas, edema serebral, dan ak-
banyak 10% dan 7% insiden defisit tivitas kejang . Barbiturat telah dipela-
neurologis transien dan stroke. Pada jari secara ekstensif pada model bi-
analisis multivarian, penulis menujuk- natang percobaan dengan fokal iskemik
kan peningkatan resiko stroke pada pe- dengan berbagai tingkat keberhasilan .
riode DHCA lebih dari 40 menit, dan Nussmeier dan kawan-kawan adalah
peningkatan mortalitas pada periode yang pertama melaporkan efek men-
DHCA lebih dari 65 menit2 guntungkan dari thiopental dalam
pencegahan komplikasi neuropsikiatri
Proteksi Farmakologis
setelah operasi jantung, tapi penelitian
Banyak intervensi farmakologi yang serupa oleh Zaidan tidak bisa membuk-
telah digunakan untuk proteksi organ tikan temuan ini.5 Uji barbiturat sebagai
agen pelindung dalam iskemia global
lakukan sama dengan pasien dengan Dalam penelitian dengan anjing, dosis
riwayat diabetes dengan insulin dosis tinggi lidokain menginduksi isoelektrik
tunggal atau intermiten intravena. Pada EEG, menunjukkan penurunan
beberapa pasien, ketika infus insulin CMRO2. Dalam hal ini, meniru efek
digunakan intraoperatif, hati-hati ke- dari hipotermia. Dalam model dengan
mungkinan hipoglikemia pada periode anjing, lidokain pada dosis 4mg/kg se-
pasca operasi, dan konsultasi endokri- belum DHCA dan 2 mg/kg pada awal
nologi mungkin diperlukan.5,7 reperfusi memperbaiki kondisi neurolo-
gis pada kelompok perlakuan diband-
Karena ion Ca2+ memainkan peranan
ingkan dengan placebo.10 Pada peneli-
pada iskemik, beberapa studi telah me-
tian manusia, infus kontinyu lidokain (4
neliti peran kalsium antagonis sebagai
mg/menit) selama dan setelah CPB
agen neuroprotektif.5 Nimodipine,
menghasilkan kognitif jangka pendek
yang digunakan untuk profilaksis vaso-
yang lebih baik. Pada pasien diabetes
spasme setelah perdarahan subarach-
mellitus, ada hubungan antara dosis to-
noid, telah terbukti memiliki beberapa
tal lidokain yang lebih tinggi (35 mg/
keuntungan dalam meningkatkan hasil
kg) dan peningkatan neurokognitif
kognitif setelah CPB. Tetapi apabila
pasca operasi. Pada pasien non-
dikaitkan dengan terjadinya peningka-
diabetes, dosis lidokain kurang dari
tan komplikasi (hipotensi) pada pasien
42.6 mg/kg dikaitkan dengan peningka-
yang menjalani operasi pergantian
tan hasil kognitif 1 tahun setelah op-
katup, menyebabkan uji coba klinis ini
erasi. Lidokain tidak mengurangi re-
dihentikan.5,8
spon sitokin perioperatif. Temuan ini
Magnesium, suatu obat dengan mekan- menunjukkan bahwa efek pelindung
isme blokade saluran ion Ca2+, menun- lidokain perlu dievaluasi lebih jauh.10
jukkan bukti perlindungan terhadap hi-
Dexmedetomidine, selektif alfa-2 adre-
poksia pada hippocampus tikus. Ini da-
noreseptor agonis, telah terbukti pada
pat dijelaskan oleh blokade yang diin-
tikus menjadi suatu neuroprotektif iske-
duksi magnesium baik melalui saluran
mia fokal ataupun global. Pengham-
pada membran sel yang sensitif terha-
batan iskemia diinduksi pelepasan nore-
dap beda potensial maupun reseptor
pinefrin mungkin terkait dengan efek
NMDA yang diaktifkan oleh saluran
ini, terutama di hippocampus.5
ion Ca2+, sementara nimodipin hanya
memblok saluran yang sensitif terha- Manajemen Suhu Selama DHCA
dap beda potensial saja.5,9
Fase pendinginan harus bertahap,
Lidokain secara selektif memblok salu- menyeluruh, dan cukup panjang untuk
ran ion Na+ dalam membran neuron. mencapai alokasi homogen darah ke
berbagai organ. Untuk mencapai suhu suhu rektal atau kandung kemih 34oC,
inti tubuh (kandung kemih atau rektal dan suhu cairan perfusat tidak melebihi
dan esofagus), pendinginan harus 36oC. Hipotermia relatif dengan suhu
berlangsung setidaknya selama 30 36oC pada esophagus atau 34o pada rek-
menit. Pendinginan yang terlalu cepat tal bermanfaat untuk mencegah hiper-
dapat membuat ketidakseimbangan reaktifitas elektrik serebral.5
antara suplai dan kebutuhan oksigen,
Durasi DHCA
dan ini dapat menurunkan ketersediaan
oksigen di jaringan melalui Sejumlah perubahan struktural seluler
meningkatnya afinitas hemoglobin dan biokimia berlangsung sebagai aki-
untuk oksigen. Peningkatan afinitas ini bat henti sirkulasi dengan durasi yang
dikombinasikan dengan hemodilusi memanjang. Insiden TND setelah re-
yang ekstrim dari cairan priming untuk konstruksi arkus aorta menggunakan
CPB dapat mengakibatkan teknik DHCA saja berkisar 25% dari
asidosis seluler sebelum DHCA. semua kasus dan mempunyai hubungan
Hemodilusi yang moderat memperbaiki yang linear dengan durasi DHCA. Un-
mikrosirkulasi tetapi hemodilusi yang tuk membatasi efek samping neurologis
ekstrim dapat menyebabkan hipoksia
jaringan. Nilai hematokrit yang tepat
sebelum dan sesudah DHCA harus
dalam kisaran 22-28%, dengan
hubungan yang proporsional terhadap
suhu tubuh.5
untuk DHCA adalah 30 menit pada serial kasus sebanyak 104 kasus
suhu 15oC dan 40 menit pada 10oC. reparasi aorta pada diseksi aorta tipe A
Anoksia seluler terjadi bila melebihi melaporkan bahwa mortalitas sebesar
dari periode waktu ini.5 9% dengan angka kejadian stroke sebe-
sar 5%. Sementara Coselli memband-
Retrograde Cerebral Perfusion
ingkan antara penggunaan DHCA saja
(RCP)
dan kombinasi DHCA dan RCP pada
Perfusi cerebral secara retrograde operasi arkus aorta baik karena kasus
(RCP) biasanya diaplikasikan bersama- aneurisma maupun diseksi aorta mela-
sama dengan teknik DHCA untuk men- porkan bahwa subgroup kombinasi
ingkatkan proteksi serebral. RCP per- DHCA dan RCP memiliki mortalitas
tama kali diterapkan oleh Mills dan lebih rendah, 3,4% vs 14,8% dan ke-
Ochner pada tahun 1980 untuk mana- jadian stroke 2,4% vs 6,5% dibanding
jemen emboli udara yang masif di arteri pada subgroup DHCA saja.2
selama pintas jantung paru. RCP diap-
likasikan dengan cara kanulasi dan pen-
gikatan pada vena cava superior ke-
mudian memberikan infus darah yang
teroksigenasi pada suhu 8o-14oC me-
lalui CPB, dan memberikan perfusi
pada jaringan serebral secara retrograde
selama periode henti sirkulasi. Gambar 4. Retrograde cerebral perfusion 6
RCP 82%, menunjukkan angka mortali- mun, setelah beberapa upaya sebelum-
tas perioperatif sebesar 10,4% dengan nya, metode ACP diitinggalkan karena
insiden stroke sebesar 2,8%.2 Bashir hasil yang kurang memuaskan dan
dan kawan-kawan dalam tulisannya berkembang pemanfaatan DHCA.2 Se-
mengemukakan bahwa kelemahan lective Antegrade Cerebral Perfusion
dalam penggunaan RCP mencakup (SACP) kemudian kembali diperkenal-
edema serebral, dan kekhawatiran kan oleh Frist dan Bachet. Metode ini
bahwa sedikit saja cairan perfusat se- kemudian dipopulerkan oleh Kazui dan
benarnya mencapai otak untuk dapat kawan-kawan. Kazui menggunakan dua
memberikan perlindungan yang me- pompa terpisah untuk memberikan per-
madai. Kehadiran katup yang kompe- fusi ke sirkulasi serebral dan sistemik.
ten dalam sirkulasi vena otak dan sirku- Dalam penelitian yang lebih elegan,
lasi kolateral yang dominan melalui Kazui mengindikasikan laju aliran opti-
sistem azigos dapat secara substansial mal ke serebral adalah 10mL/kg/menit
mengurangi tingkat efektif darah untuk dengan tekanan perfusi 40-70mmHg
mencapai sirkulasi intrakranial.11 pada suhu 22oC.6
berikan perlindungan otak yang lebih genasi pada suhu 10o-14oC dengan
unggul. Data dari model hewan perco- rerata aliran 250-1000 ml/menit dapat
baan dari DHCA dibandingkan dengan mencapai tekanan perfusi serebral
ACP dan RCP telah mengkonfirmasi dalam rentang 50-80 mmHg.1
hipotesis ini. Hagl dan koleganya
menunjukkan dalam percobaan dengan
babi dengan strategi DHCA dan ACP
menyimpulkan bahwa terdapat pening-
katan pemulihan neurofisiologis, te-
kanan intrakranial yang lebih rendah,
berkurangnya edema serebral, dan men-
gurangi asidosis jaringan setelah pe-
riode henti sirkulasi dibandingkan den- Gambar 7. Antegrade cerebral perfusion 1
gan DHCA saja.2,6
Proteksi medulla spinalis dan organ-
SACP dapat dipertimbangkan untuk organ visera dari periode iskemik terus
prosedur rekonstruksi arkus aorta yang menjadi isu yang penting, tetapi be-
lebih dari 45 menit. ACP biasanya berapa penulis berdasarkan pengala-
dimulai setelah DHCA dengan pema- mannya menyatakan efikasi moderat
sangan kanulasi secara selektif di arteri hipotermia dalam proteksi medulla spi-
aksilaris kanan, arteri subklavia kanan, nalis pada henti sirkulasi pada tubuh
arteri innominata atau arteri karotis bagian bawah setidaknya masih efektif
kommunis kiri. Dalam prosedur rekon- untuk jangka waktu 60 menit.2
struksi arkus aorta, ACP dapat dicapai
Pada suatu penelitian percontohan un-
dengan memasukkan kanul perfusi
tuk kasus rekonstruksi aorta dewasa
yang terpisah ke ujung terbuka dari ca-
dengan metode kombinasi ACP dan
bang pembuluh darah setelah membuka
hipotermia moderate (suhu sistemik
arkus aorta. Setelah cangkok vaskuler
25oC) dengan ukuran sampel sebesar
mencapai cabang arkus aorta, ACP da-
501, menunjukkan proteksi serebral
pat diberikan melalui lengan yang
yang cukup menjanjikan, tetapi kea-
terpisah dari cangkok vaskular atau
manannya sangat terbatas untuk pasien
dengan kanulasi langsung pada cang-
dengan usia lanjut, pasien dengan ke-
kok vaskuler tersebut. Circulus Willisi
lainan-kelainan yang bervariasi dan pe-
yang fungsional dapat memberikan per-
manjangan waktu operasi. Selain itu,
fusi ke jaringan otak kontralateral se-
keamanan untuk proteksi iskemik pada
lama terhentinya aliran darah dari arteri
medulla spinalis dan ginjal juga masih
innominata, arteri karotis kommunis
dipertanyakan.1
kiri, dan arteri subklavia kiri selama
proses anastomosis. Darah teroksi-
valuasi apakah rekonstruksi dan perbai- vena jugularis secara konsisten lebih
kan pasca bedah cukup adekuat.5 tinggi dari tempat lain, termasuk otak
Selama rewarming, gradient suhu
Meskipun sensitifitas dan spesifisitas
cairan perfusate dipertahankan mak-
TEE sebanding dengan CT-MRI mau-
simum 10°C di atas suhu tubuh inti dan
pun aortografi, TEE memiliki beberapa
tidak boleh diatas 36°C. Suhu kandung
keterbatasan, antara lain citraan pada
kemih atau suhu rektal sekitar 34°C
aorta descenden dan arkus aorta proksi-
digunakan sebagai indikator rewarming
mal dibatasi oleh interposisi dari trakea
yang memadai. Rewarming suhu yang
dan bronkus utama kiri diantara
lebih besar dihindari untuk mencegah
esophagus dan aorta akibatnya bebe-
rebound hipertermia yang berbahaya
brapa regio tidak dapat divisualisasi
setelah CPB.1,5
dengan baik. Pemeriksaan TEE aorta
dipengaruhi artefak reverberation yang Monitoring neurofisiologi yang lain
dapat terjadi akibat kalsifikasi pada diantaranya adalah EEG, potensial
dinding aorta. Artefak ini Nampak se- somatosensory-evoke, saturasi oksigen
bagai ekodensitas linear yang mobile di vena jugular (SvJO2), dan near-infrared
dalam lumen dan dapat keliru didiagno- spectroscopy (NIRS).
sis sebagai diseksi aorta.12
NIRS adalah teknik monitoring
Pemantauan suhu merupakan protokol noninvasif yang mengukur saturasi
standar selama anestesi umum dan oksigen cerebral regional (rSO2) dan
penting selama teknik hipotermia. Tem- mendeteksi perubahan oksihemoglobin
pat mengukur suhu tubuh inti meliputi cerebral, deoksihemoglobin, dan
membran timpani, nasofaring, esopha- konsentrasi cytochrome aa3 teroksidasi
gus, kandung kemih, rektum, arteri pul- di jaringan otak. Pada jaringan otak,
monalis, dan bulbus vena jugularis. Le- kompartemen vaskular didominasi oleh
bih dianjurkan menggunakan lebih dari vena (70%-80% v 20-30% arterial).
satu tempat untuk pemantauan suhu Saturasi oksigen darah vena cerebral
tubuh inti untuk mendeteksi perbedaan sekitar 60% berbanding 98-100%
dalam distribusi sirkulasi. Tempat pal- dalam darah arteri. Berdasarkan asumsi
ing umum adalah nasofaring dan rektal. ini, nilai rata-rata rSO2 adalah 60%
Pemantauan suhu di membran timpani sampai 70%. Selama operasi
mungkin memberikan nilai yang paling kardiovaskuler, tren penurunan rSO2
dekat dengan penilaian suhu otak. Bila dapat merefleksikan penurunan saturasi
digunakan, pemantauan suhu vena oksihemoglobin serebral. Level dari
jugularis akan sangat berguna selama rSO2 <55% mengindikasikan gangguan
rewarming untuk memperkirakan neurologis dan berkaitan dengan
hipertermia serebral karena suhu bulbus gangguan outcome secara klinis seperti