Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KARDIOVASKULAR

PASIEN DENGAN PENYAKIT GAGAL JANTUNG KONGESTIF


(CONGESTIVE HEART FAILURE)

Dosen Pembimbing :
Bara Miradwiyana S.Kp., M.KM

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA I
2021
DAFTAR PUSTAKA

A. Konsep dasar gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure) ............................................. 3


1. Definisi........................................................................................................................ 3
2. Klasifikasi.................................................................................................................... 3
3. Etiologi........................................................................................................................ 4
4. Patofisiologi ................................................................................................................. 5
5. Pathway ....................................................................................................................... 8
6. Komplikasi .................................................................................................................. 8
7. Pemeriksaan penunjang ................................................................................................. 9
8. Penatalaksanaan.......................................................................................................... 10
9. Prognosis ................................................................................................................... 11
B. Konsep Asuhan Keperawatan klien dengan Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure) 11
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................................................. 11
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ 13
3. Rencana Keperawatan ................................................................................................. 14
4. Evaluasi Keperawatan ................................................................................................. 20

2
A. Konsep dasar gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure)
1. Definisi
Gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kelainan klinis
kompleks, yang merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
keseluruh jaringan tubuh secara adekuat, dikarenakan adanya gangguan pada
struktural dan fungsional dari jantung. Kontraktilitas miokard, denyut jantung
(irama dan kecepatan/ menit) beban awal dan beban akhir jantung merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung (Kasron, 2016).
Selain itu pengertian gagal jantung menurut Riskesdas yaitu ketidakmampuan
jantung dalam memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai dengan
sesak nafas pada saat beraktifitas dan/atau saat tidur terlentang tanpa bantal,
dan/atau tungkai bawah membengkak (RISKESDAS, 2013).

2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung menurut PERKI (2015) antara lain :
Klasifikasi berdasarkan kelainan strutural :
a. Stadium A : Tidak terdapat gangguan struktural atau fungsional jantung,
tidak terdapat tanda dan gejala tetapi memiliki risiko tinggi untuk
berkembang menjadi gagal jantung..
b. Stadium B : Tidak memiliki tanda dan gejala, tetapi telah membentuk
penyakit jantung terstruktur yang berhubungan dengan perkembangan gagal
jantung,
c. Stadium C : Gagal jantung yang memiliki tanda dan gejala yang
berhubungan dengan penyakit struktural jantung yang mendasar.
d. Stadium D : Saat istirahat walaupun sudah mendapatkan terapi medis yang
maksimal gejala gagal jantung dapat terlihat.
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi klinis gabungan gagal jantung kiri
dan kanan. New York Heart Assosiation (NYHA, 2018) dalam jurnal (Sari et al.,
2016), berdasarkan klasifikasi fungsional struktural :
a. Kelas I Penderita penyakit jantung tanpa adanya pembatasan dalam
kegiatan fisik dan tidak menunjukkan gejala seperti cepat lelah, sesak dan
jantung berdebar saat melakukan kegiatan biasa.
b. Kelas II Penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik.
Penderita tidak mengeluh apapun pada waktu istirahat, akan tetapi kegiatan

3
fisik yang biasa dapat menimbulkan gejala-gejala seperti kelelahan, jantung
berdebar, sesak napas atau nyeri dada.
c. Kelas III Penderita tidak mengeluh apapun pada waktu istirahat, akan tetapi
kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah 10 menimbulkan
gejala-gejala. Penderita ini mendapatkan pembatasan yang lebih banyak
dalam kegiatan fisik.
d. Kelas IV Penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik dari biasanya,
walaupun penderita tidak melakukan kegiatan fisik yang sangat ringan

3. Etiologi
Menurut (Brunner dan Suddarth,2002) yang dikutip oleh (Kasron,2016) ada
beberapa etiologi atau penyebab dari gagal jantung diantaranya :
a. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan oto jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup arteriosclerosis coroner, hipertensi arterial dan
penyakit degenerative atau inflamasi.
b. Arterosklerosis Koroner
Arterosklerosis coroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokardium degenerative, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi
yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
c. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrophi serabut oto jantung.
d. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit Jantung Lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat

4
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung ((stenosis katup
semilunar), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), penigkatan mendadak
afterload.
f. Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan anemia
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung (Brunner dan Suddarth,2002)

4. Patofisiologi
Gagal jantung (CHF) memiliki faktor-faktor penyebab yaitu beban tekanan
berlebih, kelainan otot jantung, disfungsi miokard, miokarditis, peradangan,
beban sistolik berlebih atau preload meningkat, hipertensi sistemik atau
pulmonal, peningkatan kebutuhan metabolisme, aterosklerosis koroner, beban
volume berlebih, hipoksia, anemia dan penyakit jantung bawaan seperti
stenosis ketup AV, temponade perikardium (Muttaqin, 2014).
Beban tekanan berlebih akan menyebabkan beban sistolik meningkat karena
beban sistolik yang berlebih di luar kemampuan ventrikel menyebabkan
hambatan pada pengosongan ventrikel, sehingga menurunkan curah ventrikel
atau isi sekuncup yang menyebabkan kontraktilitas menurun sehingga beban
jantung meningkat, jika beban jantung terus meningkat dapat menyebabkan
gagal jantung. Faktor sistemik yang membutuhkan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen keseluruh tubuh adalah anemia dan
hipoksia. Suplai oksigen ke jantung akan mengalami penurunan disebabkan
oleh hipoksia atau anemia (Muttaqin, 2014). Hipertensi sistemik atau
pulmonal akan menyebabkan peningkatan beban kerja jantung dan
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Peningkatan kebutuhan
metabolik akan menyebabkan beban kebutuhan metabolik meningkat melebihi
kemampuan daya kerja jantung yang sudah bekerja maksimal, maka akan
terjadi keadaan gagal jantung karena tidak mampu memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh. Aterosklerosis koroner disebabkan terganggunya aliran darah

5
ke otot jantung akan terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukkan asam
laktat) sehingga timbulah masalah keperawatan nyeri akut, disebabkan karena
disfungsi miokardium dan Infark miokardium (kematian sel jantung) dan
dapat terjadinya gagal jantung (Price and Wilson, 2015). Kelainan otot jantung
akan menyebabkan disfungsi miokard kondisi ini akan menyebabkan atrofi
otot jantung akibatnya akan menyebabkan elastisitas jantung atau
kontraktilitas jantung akan menurun, kondisi ini akan menyebabkan gagal
jantung (Muttaqin, 2014).
Gagal jantung kiri yaitu kegagalan ventrikel kiri dalam memompa darah
secara adekuat, gagal jantung kiri memiliki dua penyebab yang pertama adalah
Backward Failure yaitu ketika darah masuk dari paru-paru menuju atrium kiri,
tetapi di atrium kiri mengalami pelebaran (dilatasi) sehingga ventrikel kiri
mengalami bendungan (Backward Failure) akibatnya tekanan di atrium kiri
mengalami peningkatan. Kemudian terjadi peningkatan tekanan hidrostatik
pulmonal (vena pulmonalis, kapiler paru dan arteri pulmonalis) sehingga
terjadi edema pulmonal yang ditandai dengan sesak, ronkhi basah akibat
adanya iritasi mukosa paru, reflek batuk menurun sehingga terjadi
penumpukan sekret yang mencetuskan bersihan jalan nafas tidak efektif
(Aspiani, 2015). Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak
masuk ke jantung), menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat
menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah di paru-paru.
Sehingga oksigenasi di paru-paru berkurang dan terjadi peningkatan CO2,
yang akan membentuk asam didalam tubuh. Situasi ini akan memberikan
suatu gejala sesak nafas (dispnea). Sesak waktu bekerja (dispnea on effort),
ortopnea (sesak saat berbaring) yang menimbulkan masalah pola nafas tidak
efektif dan gangguan pertukaran gas. (Kasron, 2016).
Gagal jantung kiri yaitu dengan hambatan pengaliran (forward failure) dimana
terjadi penurunan suplai darah ke jaringan termasuk otak dan ginjal. Suplai
darah yang kurang didaerah jaringan menyebabkan metabolisme anaerob,
dimana ATP menurun sebab asidosis metabolik yang akan meimbulkan gejala
letih, lemah dan lesu menimbulkan intoleransi aktivitas, sedangkan pada otot
dan kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan dingin memunculkan masalah
perfusi perifer tidak efektif. Suplai darah yang menurun ke otak dapat
berdampak terjadi sinkop/penurunan kesadaran akibat hipoksia jaringan otak.

6
Suplai oksigen akan berkurang juga ke ginjal yang akan merangsang
peningkatan RAA untuk mensekresi aldosteron dan ADH sehingga timbul
kelebihan volume cairan (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Gagal jantung kanan yaitu kegagalan ventrikel kanan dalam memompa darah
secara adekuat sehingga ventrikel kanan lama-lama terjadi bendungan
(backward failure), tekanan di atrium kanan mengalami peningkatan,
akibatnya tekanan hidrostatik sistemik pun meningkat dan terjadilah aliran
balik menuju vena cava superior dan vena cava inferior hal ini akan
menimbulkan peningkatan jvp atau pembesaran vena jugularis. Darah pun
masuk ke bagian limfa yang menyebabkan splenomegali (pembesaran limfa),
hepatomegali (pembesaran hati), penyebab ini akan mendesak diafragma, hal
ini juga menyebabkan asites dan gejala yang timbul seperti sesak sehingga
muncul masalah keperawatan pola nafas tidak efektif. Masalah yang sudah
dijabarkan tersebut ditimulkan oleh adanya hambatan aliran darah ( forward
failure) di arteri pulmonal sehingga aliran darah di paru-paru mengalami
penurunan, tetapi atrium kiri akan mengalami tekanan yang terus meningkat
disebabkan adanya bendungan di ventrikel kiri dan inilah yang akan
menyebabkan gagal jantung kanan kelanjutan dari gagal jantung kiri.
Mekanisme kompesasi jantung pada gagal jantung adalah upaya tubuh untuk
memperhahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan yaitu dilatasi/ hipertrofi ventrikel, takikardi dan vasokontriksi perifer,
peningkatan ekstraksi oksigen oleh jaringan, apabila bagian kiri dan kanan
dalam keadaan yang mengakibatkan gangguan aliran darah dan terjadinya
bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi
sistemik dan sirkulasi paru, keadaan ini disebut gagal jantung kongestif
(Aspiani, 2015)

7
5. Pathway

6. Komplikasi
Menurut Aspiani (2015) komplikasi CHF antara lain :
Tromboemboli adalah salah satu risiko terjadinya pembekuan vena
(thrombosis) atau deepvenous thrombosis dan emboli paru, terutama pada
Gagal Jantung Kongestif (CHF) berat. Bisa diturunkan dengan pemberian
wafarin.
Komplikasi fibrilasi atrium dapat menyebabkan perburukan dramatis sering
terjadi pada CHF. (dengan digoxin atau β blocker dan pemberian wafarin)
adalah indikasi pemantauan denyut jantung.
Kegagalan pompa progresif terjadi karena diuretik dengan dosis yang
ditinggikan
Aritmia pada ventrikel dapat menyebabkan sinkop atau (25-50% kematian
CHF) dan sangat sering dijumpai. Pada pasien yang berhasil diresusitasi,
amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin turut mempunyai
peran.

8
7. Pemeriksaan penunjang
a. EKG: Hipertropi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia, dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Distrimia, misalkan takikardia, fibrilasi
atrial, mungkin sering terdapat KVP, kenaikan segmen ST/T persisten 6
minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurisme
ventrikular (dapat menyebebabkan gagal/disfungsi jantung).
b. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram doppler): Dapat menunjukkan
dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktural katup, atau
area penuruan kontraktilitis ventrikular.
c. Skan jantung: (Multigated Acquisition [MUGA]): Tindakan penyuntikan
fraksi dan memperkirakan gerakan dinding
d. Kateterisasi jantung: Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan
stenosis katup atau insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat
kontras disuntikan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
e. Rontgen dada: Dapat menunjukkan perbesaran jantungn, bayangan
mencerminkan dilatasi/hipetrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh
darah mencerminkan peningkatan peningkatan tekanan pulmonal. Kontur
abnormal misalkan bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat
menunjukkan aneurisme ventrikel.
f. Enzim Hepar: Meningkat dalam gagal/kongestif hepar.
g. Elektrolit: Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretik.
h. Oksimetri nadi: Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika Gagal
Jantung Kongestif akut memperburuk PPOM atau Gagal Jantung
Kongestif Kronik.
i. Analisa Gas Darah (AGD): Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).
j. BUN, kreatinin: Pengkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.
Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

9
k. Albumin/transferin serum: Mungkin menurut sebagian akibat penurunan
masukan protein atau penurunan sistesis protein dalam hepar yang
mengalami kongestif.
l. Artial Septal Defect (ASD): Mungkin menunjukkan anemia, polisitemia,
atau perubahan kepekatan menandakan retensi air, SDP mungkin
meningkat, mencerminkan MI baru/akut, perikarditis, atau status inflamasi
atau infeksius lain.
m. Kecepatan sedimentasi (ESR): Mungkin meningkat, menandakan reaksi
inflamasi akut.
n. Pemeriksaan tiroid: Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan
hiperaktivitas tiroid sebagai pre-pencetus Gagal Jantung Kongestif.

(Donges Mariyan E. dkk, 2011).

8. Penatalaksanaan
Menurut PERKI (2015) penatalaksanaan CHF terdiri dari :
a. Non- Farmakologis diantaranya manajemen perawatan mandiri, ketaatan
pasien berobat : mortalitas dan kualitas hidup pasien akan menurunkan
morbiditas, pemantauan berat badan secara mandiri batasi asupan cairan,
olahraga teratur : sangat dianjurkan untuk pasien dengan gagal jantung
kronik.
b. Farmakologis diantaranya diberikan Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI), Beta Blocker (digunakan pada disfungsi diatolik
mengurangi HR, mencegah iskemi miokard, menurunkan TD, dan hipertrofi
ventrikel kiri sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard),
Antagonis aldosteron, Digoksin (dapat digunakan untuk memperlambat laju
ventrikel dengan cepat, walaupun obat lain seperti (beta blocker) lebih
diutamakan), Diuretik.
c. Pendidikan kesehatan diantaranya menginformasikan kepada klien, keluarga
mengenai gagal jantung kongestif (chf), diet yang sesuai untuk chf,
pemberian makanan tambahan yang banyak mengandung kalium seperti
(pisang, jeruk, dll), teknik konservasi energi dan latihan fisik yang dapat
ditoleransi dengan bantuan terapis

10
9. Prognosis
Prognosis pasien gagal jantung bergantung pada penyebab dasarnya dan
seberapa efektif faktor presipitasi dapat ditangani. Sebagian besar pasien
gagal jantung meninggal dalam 8 tahun setelah diagnosis. Resiko kematian
jantung mendadak secara dramatis meningkat, terjadi pada angka enam hingga
Sembilan kali lebih banyak dari populasi umum (LeMone, Burke, & Bauldoff,
2015).
Meskipun sulit memprediksi prognosis pada setiap pasien secara umum
pasien-pasien dengan gejala yang muncul saaat istirahat (New York Heart
Association [NYHA] kelas IV) memiliki angka mortalitas tahunan sebesar 30-
70 %, sedangkan pasien-pasien dengan gejala yang muncul saat aktivitas
sedang (NYHA kelas II) memiliki angka mortalitas tahunan sebesar 5-10 %
(Loscalzo, 2015)

B. Konsep Asuhan Keperawatan klien dengan Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart
Failure)
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas Klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat rumah, No RM, dan diagnosa medis.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama
Biasanya pasien CHF mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat
beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dyspnea pada saat beraktivitas
(Wijaya & Yessi, 2013).
2) Keluhan saat dikaji
Pengkajian dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan
mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST. Biasanya pasien akan
mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, dada
terasa berat, dan berdebar-debar.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit yang
mendukung munculnya penyakit saat ini. Pada pasien CHF biasanya
sebelumnya pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium,

11
infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia. Pasien mungkin juga
memiliki riwayat penggunaan obat-obatan pada masa yang lalu dan masih
relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi obat diuretik, nitrat,
penghambat beta, serta antihipertensi.
d) Pola Kebiasaan
Menurut Black dan Hwaks (2014) dan (Doenges, 2012) pengkajian
keperawatan untuk pasien dengan Gagal Jantung kongestif, terdiri dari:
1) Aktivitas/istirahat
Gejala (kelelahan sepanjang hari, nyeri dada saat aktivitas, insomnia.
dispnea pada istirahat); Tanda (gelisah, perubahan status mental, letargi,
tanda vital berubah pada aktivitas).
2) Sirkulasi
Gejala (riwayat hipertensi, Infark Miokard baru/akut, penyakit katup
riwayat CHF, bedah jantung, endokarditis, SLE, anemia, bengkak pada
kaki, telapak kaki, syok septik, abdomen); Tanda (tekanan darah menurun,
frekuensi jantung (takikardi mengakibatkan gagal jantung kiri),
menunjukkan penurunan volume sekuncup), nadi apikal (PMI mungkin
menjalar dan berubah posisi secara inferior kekiri), irama jantung
(disritmia misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel takikardi, blok
jantung), murmur sistolik dan diastolic dapat menandakan ada stenosis
katup, bunyi jantung (S3 gallop adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1
dan S2 melemah), nadi (nadi perifer berkurang ditandai dengan perubahan
denyutan seperti kuat atau lemah, nadi jugularis, karotis, abdominal
terlihat), warna kulit (kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis), punggung kuku
(pucat atau sianosis dengan pengisian kapiler lambat), pembesaran hepar,
bunyi nafas krekels, ronkhi. Edema ekstremitas atau anasarka).
3) Integritas ego
Gejala (takut, khawatir, ansietas, stres yang berhubungan dengan
penyakit/ keprihatianan finansial); Tanda (berbagai manifestasi perilaku
misalnya mudah tersinggung, ansietas, marah ketakutan)
4) Eliminasi
Gejala: penurunan berkemih, urine bewarna gelap, berkemih dimalam
hari, diare.

12
5) Makanan/ Cairan
Gejala (nafsu makan berkurang, mual muntah, BB meningkat, edema
ekstremitas, diet tinggi garam, lemak, gula dan kafein, penggunaan
diuretik); Tanda (Bb bertambah lebih cepat, asites, edema (ekstremitas,
anasarka, pitting))
6) Neurosensori
Gejala (kelemahan, pening, pingsan); Tanda (letargi, disorientasi,
perubahan perilaku, mudah tersinggung)
7) Nyeri/ Kenyaman
Gejala (angina akut atau kronis, nyeri dada, sakit pada otot, nyeri
abdomen kanan); Tanda (tidak tenang, gelisah, fikus menyempit, perilaku
melindungi diri)
8) Pernapasan
Gejala (batuk dengan atau tanpa sputum, dispnea saat aktivitas, riwayat
paru kronis, tidur sambil duduk, penggunaan bantuan pernapasan); Tanda
(batuk (kering/ nyaring/ nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa sputum, sputum (bercampur darah, pernapasan
(takipnea, nafas dangkal, pernapasan dengan otot bantu), merah muda,
berbuih disebabkan oleh edema pulmonal), bunyi nafas tidak terdengar
dengan krekels dan mengi, fungsi mental letargi, warna kulit pucat atau
sianosis)
9) Keamanan
Gejala: kehilangan tonus otot, perubahan fungsi mental, kulit lecet
10) Pembelajaran/ Pengajaran
Gejala (lupa menggunakan obat-obat jantung misalnya penyekat saluran
kalsium); Tanda (dibuktikan dengan tidak berhasil untuk meningkatkan
pengetahuan); Rencana pemulangan (bantuan untuk berbelanja,
transportasi, keutuhan perawatan diri, tugas-tugas pemeliharaan/
pengaturan rumah, perubahan dalam terapi, perubahan dalam tatanan fisik
rumah)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien CHF dalam (Smeltzer et al., 2015) dan
penulisan menurut SDKI adalah sebagai berikut:

13
a) Penurunan curah jantung yang b.d perubahan kontraktilitas jantung
b) Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas, pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan di paru
c) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Gagal Jantung Kongestif) ;
Kelebihan volume cairan (Hipervolemi) berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan/ natrium, gangguan aliran balik
vena penurunan perfusi organ
d) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan
e) Defisit pengetahuan kurang terpapar informasi mengenai Gagal Jantung
Kongestif.

3. Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan
luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan
SIKI adalah :

Tujuan dan
Dx. keperawatan Intervensi
Kriteria hasil
1. Gangguan Tujuan : (Pemantauan Respirasi I.01014)
pertukaran gas Setelah dilakukan 1. Monitor frekuensi irama,
b.d perubahan tindakan kedalaman dan upaya nafas
membran keperawatan 2. Monitor pola nafas
alveolus – diharapkan 3. Monitor kemampuan batuk efektif
kapiler pertukaran gas 4. Monitor nilai AGD
meningkat. 5. Monitor saturasi oksigen
6. Auskultasi bunyi nafas
Kriteria hasil: 7. Dokumentasikan hasil
(Pertukaran gas pemantauan
L.01003) 8. Jelaskan tujuan dan prosedur
1. Dipsnea menurun pemantauan
Bunyi nafas 9. Informasikan hasil pemantauan,
tambahan menurun jikaperlu

14
pola nafas 10. Kolaborasi penggunaan oksigen
membaik saat aktifitas dan/atau tidur
2. PCO2 dan O2
membaik
2. Pola nafas Tujuan : (Manajemen jalan nafas I.01011)
tidak efektif Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas
b.d hambatan tindakan keperawatan (frekuensi, kedalaman, usaha
upaya nafas diharapkan pola nafas nafas)
(mis: nyeri membaik. 2. Monitor bunyi nafas tambahan
saat bernafas) (mis: gagling, mengi, Wheezing,
Kriteria hasil : ronkhi)
(pola nafas L.01004) 3. Monitor sputum (jumlah,
1. Frekuensi nafas warna, aroma)
dalam rentang 4. Posisikan semi fowler atau
normal fowler
2. Tidak ada 5. Ajarkan teknik batuk efektif
pengguanaan 6. Kolaborasi pemberian
otot bantu bronkodilator, ekspetoran,
pernafasan mukolitik, jika perlu.
3. Pasien tidak
menunjukkan tanda
dipsnea
4. pengguanaan
otot bantu
pernafasan
5. Pasien tidak
menunjukkan tanda
dipsnea
3. Penurunan Tujuan : (Perawatan jantung I.02075)
curah jantung setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda/gejala primer
b.d perubahan tindakan keperawatan penurunan curah jantung
preload / diharapkan curah 2. Identifikasi tanda/gejala
perubahan jantung meningkat. sekunder penurunan curah

15
afterload / Kriteria hasil : jantung
perubahan (curah jantung 3. Monitor intake dan output
kontraktilitas L.02008) cairan
1. Tanda vital 4. Monitor keluhan nyeri dada
dalam rentang 5. Berikan terapi terapi relaksasi
normal untuk mengurangi strees, jika
2. Kekuatan nadi perlu
perifer 6. Anjurkan beraktifitas fisik
meningkat sesuaitoleransi
3. Tidak ada edema 7. Anjurkan berakitifitas fisik
secara bertahap
8. Kolaborasi pemberian
antiaritmia,jika perlu
4. Nyeri akut b.d Tujuan : setelah (Manajemen nyeri I.08238)
gen penedera dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik
fisiologis tindakan nyeri, durasi, frekuensi, intensitas
(Mis: Iskemia) keperawatan nyeri
diharapkan tingkat 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun. 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
Kriteria hasil : nyeri
Tingkat nyeri 4. Berikan terapi non farmakologis
(L.08066) untuk mengurangi rasa nyeri
1. Pasien mengatakan 5. Kontrol lingkungan yang
nyeri berkurang dari memperberat rasa nyeri (mis:
skala 7 menjadi 2 suhu ruangan,
Pasien pencahayaan,kebisingan)
menunjukkan 6. Anjurkan memonitor nyeri secara
ekspresi wajah mandiri
tenang 7. Ajarkan teknik non farmakologis
2. Pasien dapat untuk mengurangi nyeri
beristirahat dengan 8. Kolaborasi pemberian analgetik,
nyaman jika perlu

16
3. Pasien dapat
beristirahat dengan
nyaman

5. Hipervolemia Tujuan : (Manajemen hipervolemia I.03114)


b.d gangguan setelah dilakukan 1. Periksa tanda dan gejala
mekanisme tindakan keperawatan hipervolemia (mis:ortopnes,
regulasi diharapkan dipsnea, edema, JVP/CVP
keseimbangan cairan meningkat, suara nafas
meningkat. tambahan)
2. Monitor intake dan output cairan
Kriterian hasil : 3. Monitor efek samping diuretik
(keseimbangan ciran (mis : hipotensi ortortostatik,
L. 03020) hipovolemia, hipokalemia,
1. Tererbebas dari hiponatremia)
edema 4. Batasi asupan cairan dan garam
2. Keluaran urin 5. Anjurkan melapor haluaran urin
meningkat <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
3. Mampu 6. Ajarkan cara membatasi cairan
mengontrol 7. Kolaborasi pemberian diuretik
asupan cairan

17
6. Perfusi perifer Tujuan : (Perawatan sirkulasi I.02079)
tidak efektif setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi perifer(mis:nadi
b.d penurunan tindakan keperawatan perifer,edema,pengisian kapiler,
aliran arteri diharapkan perfusi warna,suhu)
dan/atau vena perifer meningkat. 2. Identifikasi faktor resiko
Kriteria hasil : gangguan sirkulasi
perfusi perifer 3. Lakukan hidrasi
(L.02011) 4. Anjurkan menggunakan obat
1. Nadi perifer penuruntekanan darah,
teraba kuat antikoagulan, dan penurun
2. Akral teraba hangat kolestrol, jika perlu
3. Warna kulit tidak 5. Anjurkan minum obat pengontrol
pucat tekanan darah secara teratur
6. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan.

7. Intoleransi Tujuan : (Manajemen energi I.050178)


aktifitas b.d setelah dilakukan 1. Monitor kelelahan fisik dan
kelemahan tindakan keperawatan emosional
diharapkan toleransi 2. Monitor pola dan jam tidur
aktifitas meningkat. 3. Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus
Kriteria hasil : (mis: cahaya, suara, kunjungan)
Toleransi aktivitas 4. Berikan aktifitas distraksi yang
(L.05047) menenangkan
1. Kemampuan 5. Anjurkan tirah baring
melakukan 6. Anjurkan melakukan aktifitas
aktifitas sehari- secara bertahap
hari meningkat 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
2. Pasien Mampu tentang cara meningkatkan
berpindah dengan asupan makanan
atautanpa bantuan
3. Pasien
mangatakan

18
dipsnea saat
dan/atau setelah
aktifitas menurun

8. Ansietas b.d Tujuan : (Terapi reduksi I.09314)


kurang terpapar setelah dilakukan 1. Identifikasi saat tingkat
informasi tindakan keperawatan ansietas berubah
diharapkan tingkat 2. Pahami situasi yang
ansietas menurun. membuat ansietas
3. Dengarkan dengan penuh
Kriterian hasil : perhatian
(Tingkat ansietas 4. Gunakan pendekatan yang
L.09093) teang dan meyakinkan
1. Pasien 5. Informasikan secara faktual
mengatakan telah mengenai diagnosis,
memahami pengobatan, dan prognosis
penyakitnya 6. Anjurkan keluarga untuk tetap
2. Pasien tampak menemani pasien, jika perlu
tenang 7. Anjurkan mengungkapkan
3. Pasien dapat perasaandan persepsi
beristirahat dengan
nyaman
9. Defisit nutrisi Tujuan : (Manajemen gangguan makan
b.d setelah dilakukan I.03111)
ketidakmampu tindakan keperawatan 1. Monitor asupan dan keluarnya
anmencerna diharapkan status makanan dan cairan serta
makanan, nutrisi membaik. kebutuhankalori
faktor 2. Timbang berat badan secara
psikologis Kriteria hasil : (status rutin
(mis:stress,kee nutrisi L.03030) 3. Anjurkan membuat catatan
ng ganan untuk 1. Porsi makan yang harian tentang perasaan dan
makan) dihabiskan situasi pemicu pengeluaran
meningkat makanan (mis:pengeluaran yang
2. Perasaan cepat disengaja, muntah, aktivitas

19
kenyang menurun berlebihan)
3. Nafsu makan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. membaik tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
10. Resiko Tujuan : (Edukasi Edema I.12370)
gangguan setelah dilakukan 1. Identifikasi kemampuan
integritas kulit tindakan keperawatan pasien dan keluarga menerima
d.d kelebihan diharapkan integritas informasi
volumecairan kulit dan jaringan 2. Persiapkan materi dan media
meningkat. edukasi (mis: formulir balance
cairan)
Kriteria hasil : 3. Berikan kesempatan pasien
(integritas kulit dankeluarga bertanya
danjaringan 4. Jelaskan tentang defenisi,
L.14125) tanda, dan gejala edema
1. Resiko kerusakan 5. Jelaskan cara penanganan dan
jaringan integritas pencegahan edema
kulit meningkat 6. Intruksikan pasien dan
2. Tidak ada tanda keluarga untuk menjelaskan
kemerahan kembali definisi, penyebab,
3. Tidak ada keluhan gejala dan tanda, penanganan
nyeri pada daerah dan pencegahan edema.
edema

Sumber : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dalam


(PPNI,2018)

4. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Wilkinson et al., 2015) dan (Kozier & Erb’s, 2016) Evaluasi
keperawatan merupakan fase terakhir dan merupakan bagian penting dari
proses keperawatan setelah rencana keperawatan dilakukan untuk menentukan
tujuan dan kriteria hasil pada klien tercapai. Berikut merupakan beberapa data
dari evaluasi :

20
a. Bebas dari nyeri, sesak
b. Menunjukan peningkatan curah jantung
c. Tanda-tanda vital kembali normal
d. Terhindar dari risiko penurunan perfusi
e. Tidak terjasi kelebihan volume cairan
f. Pengetahuan meningkat
g. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda
bebas dari komplikasi dengan cara sebagai berikut
h. Mematuhi program perawatan diri

21
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika

Aspiani.(2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi


NIC & NOC. JAKARTA : EGC.

Black dan Hwaks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan (Edisi 8). Jakarta: Salemba Medika.

Doenges E. Marlynn. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Kasron, Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler : Jakartra. TIM 2016

Kasron.(2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. JAKARTA : TIM MEDIA


GROUP.

Kozier & Erb's . 2016. Fundamental of Nursing : Theory, concept, and


applications.AMERIKA :julie Levi Alexander

Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.

Loscalzo, J. (2015). Harrison Kardiologi dan Pembuluh Darah, Ed.2. Jakarta: EGC.

Marilynn, E. D., Mary, F. M., & Alice, C. G. (2011). Rencana Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Muttaqin.(2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler dan Hematologi. JAKARTA : Salemba Medika.

Nurarif dan Kusuma.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis dan
Nanda Nic Noc (Jilid 2). JAKARTA : Mediacation.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2015. Pedoman


Tatalaksana Gagal Jantung (edisi pertama). Jakarta:PERKI
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 4th IEEE International Conference on
Nano/Micro Engineered and Molecular Systems, NEMS 2009, 848–853.

Price and Wilson.(2015). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit(Volume 2).


JAKARTA : EGC

Riskesdas, K. (2013). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.

Sari, Yonata, Haryadi, & Swadharma. (2016). Penatalaksanaan Gagal Jantung NYHA II
disertai Pleurapneumonia pada Laki-laki Usia 38 Tahun. Jurnal Medula Unila, 6, 114–
119.

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperwatan
(Edisi 1). JAKARTA : DPP PPNI.

SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil (Edisi 1).
JAKARTA : DPP PPNI

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2015). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical- surgical nursing. Amerika: Lippincott Williams & Wilkins.

Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K. L., & Smith, M.H.(2015).Fundamental of nursing
:theory, concept, and applictions (Volume 1).Nursing: Lisa B, Houck

23

Anda mungkin juga menyukai