Anda di halaman 1dari 10

Biasanya, relasitersebut disimpolkan dengan ≤.

Simbol ≤ bukan berarti lebih kecil atau sama


dalam bilangan-bilangan. Simbol ≤ dalam Partial Order bersifat umum, dan tidak hanya
berlaku pada himpunan bilangan-bilangan saja. Himpunan A bersama dengan relasi partial
order ≤ disebut Partially Order Set (Poset).
Contoh 9.21
Misalkan A adalah sekumpulan himpunan-himpunan sembarang. Didefinisikan relasi
"himpunan bagian (⊆)" pada A sebagai berikut:
( ∀ U ,V ∈ A ) U ⊆V ⟺( ( ∀ x ) x ∈ U ⇒ x ∈ V )
Buktikan bahwa relasi ⊆adalah relasi Partial Order.
Penyelesaian
Untuk membuktikan bahwa ⊆adalah relasi Partial Order, haruslah dibuktikan bahwa ⊆
bersifat Refleksif, Antisimetris, dan Transitif.
 Refleksif
Ambil sembarang himpunan U ∈ A. Menurut teori himpunan, suatu himpunan adalah
himpunan bagian dari dirinya sendiri. Jadi, U ⊆ U. Terbukti bahwa relasi ⊆bersifat
refleksif.
 Antisimetris
Ambil sembarang 2 himpunan U , V ∈ A sedemikian hingga U R V (U ⊆ V ) dan V RU
(V ⊆ U ). Akan dibuktikan bahwa U =V sebagai berikut:
Menurut teori himpunan, apabila U ⊆ V dan V ⊆ U, berarti U =V (definisi kesamaan
himpunan). Terbukti bahwa ⊆ adalah relasi yang Antisimetris.
 Transitif
Ambil sembarang 3 himpunan U , V ,W ∈ A sedemikian hingga U R V (U ⊆ V )dan R W
(V ⊆ W ). Akan dibuktikan bahwa U R W ( U ⊆ W )sebagai berikut:
Menurut teori himpunan:
U ⊆ V berarti ( ∀ x) x ∈U ⇒ x ∈V
V⊆W berarti ( ∀ x ) x ∈ V ⇒ x ∈W
Dari kedua implikasi tersebut dapat disimpulkan ( ∀ x ) x ∈ U ⇒ x ∈W . Itu berarti U ⊆W .
Terbukti bahwa⊆ adalah relasi yang transitif.
Oleh karena ⊆refleksif, antisimetris, dan transitif, maka adalah relasi Partial Order.
Contoh 9.22
Misalkan relasi | adalah relasi "pembagi" pada himpunan bilangan bulat positif A.
(a | b berarti a adalah faktor dari b atau b adalah kelipatan dari a).
( ∀ a , b ∈ A) a R b ⇔ a∨b
Buktikan bahwa" | "adalah relasi Partial Order.
Penyelesaian
Akan dibuktikan bahwa " | " adalah relasi yang refleksif, antisimetris, dan transitif.
 Refleksif
Ambil sembaranga ∈ A. Jelaslah bahwa a=1. a atau a∨a. Jadi " | " refleksif.
 Antisimetris
Ambil sembarang a , b ∈ A yang memenuhi a∨b dan b∨a. a∨b berarti b=k 1 a untuk
suatu bilangan bulat positif k 1 . b∨a berarti a=k 2 b untuk suatu bilangan bulat positif k 2 .
Dengan demikian, b=k 1 ( k 2 b )
¿( k ¿ ¿ 1 k 2) b ¿
Jika kedua ruas dibagi dengan b, maka diperoleh k 1 k 2 =1
k 1dan k 2 adalah bilangan-bilangan bulat positif, maka agar relasi kike = 1 dipenuhi, satu-
satunya kemungkinan adalah k₁ = k₂ = 1.
Diperoleh b = k 1 a = 1 a = a.
dari a∨b dan b∨a diperoleh a = b, maka " | " adalah antisimetris.
 Transitif
Ambil sembarang a , b , c ∈ A yang memenuhi a∨b dan b∨c.
a∨b berarti bahwa b=k ₁ a untuk suatu bilangan bulat positif k 1 b∨c berarti bahwa
c=k ₂b untuk suatu bilangan bulat positif k 2.
Dengan demikian, c=k 2 ( k 1 a )
¿( k ¿ ¿ 2 k 1) a ¿
Ambil k = k₂ k₁. Oleh karena ki dan k₂ adalah bilangan bulat positif, maka k juga
bilangan bulat positif. Jadi, c=k a untuk suatu bilangan bulat positif k. Itu berarti a∨c.
Terbukti bahwa relasi "|" bersifat transitif.
Oleh karena "|" adalah relasi yang refleksif, antisimetris, dan transitif maka "|" adalah relasi
Partial Order.
Pada kasus khusus, misalkan A = {2, 3, 6, 8} dan ≤ adalah relasi membagi" pada A, maka ≤
= {(2,2), (2,6), (2,8), (3,3), (3,6), (6,6), (8,8).

9.8.2 Diagram Hasse


Perhatikan relasi " | " pada himpunan A = {1, 2, 3, 9, 18}. Graf berarah yang sesuai dengan
relasi tersebut tampak pada Gambar 9.15.

Gambar 9.15.
Perhatikan bahwa graf relasi partial order selalu memuat loop pada setiap titiknya (karena
refleksif) dan selalu memuat garis yang bisa dicapai lewat sifat transitif. Sebagai contoh,
karena ada garis dari titik 1 ke 3 (karena 1 | 3) dan dari 3 ke 9 (karena 3 | 9), maka pasti ada
garis dari 1 ke 9. Dengan adanya sifat-sifat seperti itu, graf tampak "ruwet" karena terlalu
banyak garis.
Ada suatu diagram yang lebih sederhana untuk menggambarkan relasi partial order. Diagram
itu dikenal dengan nama diagram Hasse. Diagram Hasse bisa dibuat dari graf relasi dengan
cara berikut.
Mulailah dengan graf berarah relasi di mana semua panah menuju ke tempat yang lebih atas.
Kemudian, hilangkanlah:
1. Loop pada setiap titik.
2. Panah yang keberadaannya bisa diimplikasikan dengan sifat transitif.
3. Penunjuk panah (sehingga menjadi graf tak berarah).
Dengan cara tersebut, maka relasi " | " pada himpunan A = {1, 2, 3, 9, 18} di atas dapat
digambarkan sebagai graf Gambar 9.16.

Gambar 9.16.
Perhatikan bahwa dalam penggambaran diagram Hasse, 2 titik yang berelasi (memiliki garis
hubung) tidak boleh terletak sejajar. Alasannya adalah dengan penggambaran 2 titik berelasi
(misal titik a danı b) yang letaknya sejajar, maka tidak jelas apakah relasinya a R b ataukah
b R a. Akan tetapi, 2 titik yang tidak berelasi (seperti titik 2 dan 3 dalam gambar di atas)
boleh diletakkan sejajar.
Contoh 9.23
Misalkan A = (a, b, c) dan P(A) adalah himpunan kuasa dari himpunan A. Perhatikan relasi
"himpunan bagian (⊆)" yang didefinisikan pada P(A) sebagai berikut:
∀ U ,V ∈ P ( A ) U ⊆V ⇔ ¿
Buatlah diagram Hasse untuk relasi tersebut!.
Penyelesaian
P( A)={ϕ , {a },{b }, {c },{a , b ¿ ,{a , c }, {b , c }, {a , b , c }}.
Graf relasi tampak pada Gambar 9.17

Gambar 9.17 Gambar 9.18


Menggunakan langkah-langkah pembuatan diagram Hasse yang sudah dijelaskan di depan,
akan didapatkan diagram Hasse relasi seperti tampak pada Gambar 9.18. Dalam relasi Partial
Order, 2 buah elemen x dan y mungkin berelasi (dapat dibandingkan), atau mungkin tidak
berelasi sehingga tidak dapat dibandingkan, seperti halnya elemen {a,b} dan {a,c} pada
Gambar 9.18. Jika 2 elemen dapat dibandingkan, maka elemen-elemen tersebut dikatakan
Komparabel. Sebaliknya, jika 2 elemen tidak dapat dibandingkan, maka keduanya disebut
non-komparabel. Jika semua elemen dalam relasi partial order dapat dibandingkan, maka
relasi tersebut dinamakan Total Order.
Misalkan (A,s) adalah Poset (Partially Ordered Set)
1. Suatu elemen a ∈ A disebut elemen maksimal bila dan hanya bila a lebih besar atau sama
dengan (dalam diagram Hasse, letaknya lebih atas) semua elemen yang komparabel
dengan a.
a ∈ A adalah elemen maksimal ⇔ ( ∀ b ∈ A ) b≤ a atau a dan b non-komparabel.
2. Suatu elemen a ∈ A disebut elemen terbesar (greatest) dalam A bila dan hanya bila a lebih
besar atau sama dengan semua elemen A.
a ∈ A adalah elemen terbesar ⇔ ( ∀ b ∈ A ) b≤ a
3. Suatu elemen a ∈ A disebut elemen minimal bila dan hanya bila a lebih kecil atau sama
dengan semua elemen yang komparabel dengannya.
a ∈ A adalah elemen minimal ⇔ ( ∀ b ∈ A ) a≤ b atau a dan b non-komparabel.
4. Suatu elemen a ∈ A adalah elemen terkecil (least) dalam A bila dan hanya bila a lebih
kecil atau sama dengan semua elemen A.
a ∈ A adalah elemen terkecil ⇔ ( ∀ b ∈ A ) a≤ b
Suatu elemen yang terbesar pastilah merupakan elemen maksimal, tetapi sebaliknya tidak
berlaku. Suatu elemen maksimal belum tentu merupakan elemen yang terbesar. Hal yang
sama juga terjadi antara elemen terkecil dan elemen minimal.
Suatu himpunan dengan relasi partial order di dalamnya hanya memiliki paling banyak satu
elemen terbesar dan satu elemen terkecil, tetapi mungkin memiliki lebih dari satu elemen
maksimal dan minimal.
Contoh 9.24
Misalkan A = {a, b, c, d, e, f, g, h, i). Relasi partial order yang didefinisikan pada himpunan
A digambarkan dalam diagram Hasse pada Gambar 9.19. Carilah elemen-elemen maksimal,
minimal, terbesar, dan terkecilnya.

Gambar 9.19.
Penyelesaian
Elemen maksimal adalah g.
Elemen terbesar adalah g karena semua elemen-elemen dalam A ≤ g. b ≤ g karena b ≤ a dan
a ≤ g sehingga menurut sifat transitif, b ≤ g juga.
Elemen minimal adalah c, d, dan i karena c, d, dan i semua elemen lain atau tidak
komparabel.
Elemen terkecil tidak ada. c bukan elemen terkecil karena c ≰ d, demikian pula d dan i juga
bukan elemen terkecil.

9.9 Lattice
Konsep elemen maksimal, minimal, terbesar, dan terkecil dapat diperluas ke himpunan-
himpunan bagian Poset.
Misalkan a, b adalah 2 elemen anggota Poset ( A , ≤) . Elemen c ∈ A disebut batas atas dari a
dan b bila dan hanya bila a ≤ c dan b ≤ c.
Elemen c ∈ A disebut batas-batas atas terkecil (Least Upper Bound= LUB) dari a dan b bila
dan hanya bila:
1. c adalah batas atas a dan b.
2. Jika d adalah batas atas a dan b yang lain, maka c ≤ d.
Secara analog, elemen c ∈ A disebut batas bawah dari a dan b bila dan hanya bila c ≤ a dan
c ≤b.
Elemen c ∈ A disebut batas bawah terbesar (Greatest Lower Bound= GLB) dari a dan b bila
dan hanya bila:
1. c adalah batas bawah a dan b.
2. Jika d adalah batas bawah a dan b yang lainnya, maka d ≤ c.
Dalam suatu Poset, LUB tidaklah selalu ada. Akan tetapi, jika LUB ada, LUB tersebut
tunggal. Hal yang sama juga berlaku pada GLB.
Contoh 9.25
Perhatikan Poset yang diagram Hassenya tampak pada Gambar 9.20. Carilah batas atas dan
batas bawah dari f dan g!
Penyelesaian

Gambar 9.20.
Batas atas dari f dan g adalah titik x yang bersifat f ≤ x dan g ≤ x. Titik-titik yang memenuhi
sifat tersebut adalah h, i, j, dan k. Jadi, batas atas f dan g adalah h, i, j, dan k.
Batas bawah f dan g adalah titik x yang bersifat x ≤ f dan x ≤ g. Satu satunya titik yang
memenuhi sifat tersebut hanyalah titik a. Titik b bukanlah batas bawah f dan g karena
meskipun b ≤ f , tetapi b ≰ g Hal yang serupa terjadi pada titik c, d, dan e. Jadi, batas bawah f
dan g adalah a.
Contoh 9.26
Misalkan relasi "|" (membagi) didefinisikan pada himpunan A = {2, 3, 6}.
a. Gambar diagram Hasse yang bersesuaian dengan Poset ¿
b. Carilah GLB dan LUB dari 3 dan 6; 2 dan 3.
Penyelesaian
a. Diagram Hasse untuk Poset (A,|) tampak pada Gambar 9.21.

Gambar 9.21
b. LUB dari 3 dan 6 adalah 6 karena 3≤6 dan 6≤6, serta tidak ada LUB yang lain.
GLB dari 3 dan 6 adalah 3 karena 3≤3 dan 3≤6, serta tidak ada GLB yang lain.
LUB dari 2 dan 3 adalah 6 karena 2≤6 dan 3≤6, serta tidak ada LUB yang lain.
GLB dari 2 dan 3 tidak ada karena tidak ada elemen c ∈ A yang memenuhi c≤2 dan c≤3.
Berdasarkan konsep LUB dan GLB, didefinisikanlah Lattice. Suatu Poset disebut Lattice
apabila setiap 2 elemen dalam himpunannya memiliki GLB dan LUB.
Contoh 9.27
Tentukan apakah Poset yang dinyatakan dengan diagram Hasse pada Gambar 9.22
merupakan Lattice.

a) b) c) d)
Gambar 9.22
Penyelesaian
a. GLB (a,b) = b ; GLB (b,c) = d.
GLB (a,c) = c; GLB (b,d) = d.
GLB(a,d) = d ; GLB (cd) = d.
dan
LUB (a,b) = a; LUB (b,c) = a.
LUB (a,c) = a; LUB (b,d) = b.
LUB (a,d) = a; LUB (c,d) = c.
Oleh karena setiap 2 titik memiliki GLB dan LUB, maka Poset Gambar 9.22 (a)
merupakan suatu Lattice.
b. Tampak bahwa LUB (a,b) tidak ada. Oleh karena itu, Poset Gambar 9.22(b) bukan
merupakan Lattice. Perhatikan bahwa supaya suatu Poset menjadi Lattice, maka setiap 2
elemennya harus memiliki GLB dan LUB. Apabila ada sepasang elemen saja yang tidak
memiliki GLB atau LUB, maka Poset tersebut bukanlah Lattice.
c. Bukan Lattice
Perhatikan bahwa LUB (c,d) tidak ada. Meskipun a dan b keduanya adalah batas atas dari
c dan d, tetapi baik a maupun b bukanlah LUB (c,d) karena a dan b non komparabel.
d. Dengan meneliti setiap pasang titik, maka terlihat bahwa tiap-tiap pasang titik memiliki
GLB dan LUB. Jadi, Poset Gambar 9.22(d) merupakan Lattice.

9.10 Aplikasi Relasi dalam Ilmu Komputer


Konsep relasi cukup banyak dipakai dalam pengembangan ilmu komputer, baik secara
langsung maupun tidak. Beberapa di antara aplikasi-aplikasi tersebut disajikan dijabarkan
dalam subbab berikut.
9.10.1 Model Relasional Basis Data
Relasi R sebagai himpunan bagian dari A1 × A2 ×… × A n dipakai untuk mendefinisikan
struktur basis data. Penggunaan komputer dalam perusahaan biasanya akan memproses
sejumlah besar data, seperti data pembelian dan penjualan, data pribadi karyawan, keuangan,
dan lain-lain. Agar data yang banyak tersebut dapat diproses secara efektif, data tersebut
harus diatur dalam bentuk yang cocok agar dapat melakukan operasi-operasi yang sering
dilakukan secara cepat. Operasi-operasi yang biasanya dilakukan pada data, antara lain
menyisipkan data baru, menghapus data yang tidak terpakai, memperbaiki data yang salah,
serta mencari dan membaca data dengan atribut tertentu. Salah satu cara untuk mengatur
organisasi data yang demikian adalah menggunakan model data Relasional.
Misalkan A1 , A 2 ,… , An adalah n buah himpunan. Relasi R yang ada di antara A1 , A 2 ,… , An
itu dikenal sebagai tabel A1 , A 2 ,… , An . Himpunan A1 , A 2 ,… , An disebut daerah asal (domain)
tabel dan n disebut derajat tabel.
Misalkan ada 4 pemasok barang { S1 , S 2 , S3 , S 4 }yang memasok 7 jenis barang {P1 , P2 , … , Pn }
untuk menyelesaikan 5 jenis proyek {J 1 , J 2 ,… , J 7 }. Di samping itu, ada suatu besaran
(berupa bilangan bulat) yang menyatakan jumlah barang jenis Pi yang dipasok oleh pemasok
Sj untuk keperluan proyek Jk. Berdasarkan data bulan ini diperoleh relasi
R={( S1 , P 2 , J 5 ,5 ) , ( S1 , P3 , J 5 , 17 ) , ( S 2 , P3 , J 3 , 9 ) , ( S2 , P 1 , J 5 ,5 ) , ( S 4 , P1 , J 1 , 4 ) }.
Dalam bentuk tabel:
Pemasok Jenis Barang Proyek Quantity
S1 P2 J5 5
S1 P3 J5 17
S2 P3 J3 9
S2 P4 J5 5
S4 P4 J1 4

9.10.2 Kelas Ekuivalensi Rangkaian Digital


Misalkan S adalah himpunan semua rangkaian digital dengan 2 masukan dan 1 keluaran.
Relasi R didefinisikan pada S sebagai berikut:
( ∀ C1 , C2 ∈ S ¿ C 1 R C 2 ⇔C 1 ) memiliki masukan dan keluaran yang sama dengan C 2.
Dalam Contoh 9.14 telah dijelaskan bahwa relasi tersebut merupakan relasi ekuivalensi.
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah ada berapa banyak rangkaian dengan
masukan/keluaran berbeda yang dapat dibentuk. Atau dengan kata lain, ada berapa banyak
kelas ekuivalensi berbeda yang dapat dibentuk dari relasi tersebut?
Perhatikan kembali himpunan rangkaian digital dengan 2 masukan dan 1 keluaran. Setiap
rangkaian tersusun dalam 4 baris, sesuai 4 kombinasi masukan yang mungkin, yaitu 00, 01,
10. dan 11. Salah satu contohnya adalah:
Masukan Keluaran
p q r
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Anggaplah susunan baris-baris masukan tetap (baris ke-1: 00 baris ke-4 = 11). Banyaknya
rangkaian yang mungkin dibentuk adalah banyaknya kombinasi keluaran. Masing-masing
baris keluaran memiliki 2 kemungkinan, yaitu 0 dan 1. Oleh karena ada 4 baris, maka
banyaknya kemungkinan keluaran adalah 24 = 16 macam.
Jadi, meskipun ada banyak sekali rangkaian dengan 2 masukan dan 1 keluaran, tetapi hanya
ada 16 kemungkinan yang berbeda. Kebanyakan dari rangkaian-rangkaian tersebut, meskipun
tampaknya berbeda, sesungguhnya merupakan rangkaian dengan masukan/ keluaran yang
sama, seperti contoh rangkaian pada Gambar 9.23, yang merupakan rangkaian-rangkaian
dengan keluaran 1 bila dan hanya bila kedua masukannya bernilai 0.

Rangkaian-rangkaian tersebut adalah rangkaian-rangkaian yang berada pada kelas yang sama.

Anda mungkin juga menyukai