Anda di halaman 1dari 11

c. R refleksif karena ada loop pada setiap titiknya.

R simetris karena semua relasi merupaka loop (berbentuk x R x) sehingga implikasi


x R x ⇒ x R x selalu benar.
R transitif karena satu – satunya relasi yang memenuhi hipotesis transitif berbentuk
x R x sehingga implikasi x R x dan x R x ⇒ x R x benar.
R tidak irrefleksi karena ada x (bahkan semua) yang berelasi dengan dirinya sendiri.
R tidak asimetris karena semua relasi berbentuk x R x sehingga implikasi x R x ⇒ x R x
bernilai salah.
R antisimetris karena semua relasi berbentuk x R x sehingga implikasi x R x dan
x R x ⇒ x=x selalu bernilai benar.
Jadi, R adalah relasi yang refleksif, simetris, transitif, dan antisimetris.

Contoh 9.13
Misal A = {mahasiswa peserta kuliah Matematika Diskrit}
Suatu relasi R didefinisikan pada A dengan aturan beikut:
∀ x , y ∈ A ¿ x Ry ⇔ x lebihtua dari y
Apakah R bersifat refleksif? Simetris? Transitif?
Penyelesaian
R refleksif berarti bahwa setiap mahasiswa peserta kuliah Matematika Diskrit lebih tua dari
dirinya sendiri. Itu jelas salah. Jadi, R tidak refleksif.
R simetris berarti bahwa jika mahasiswa x lebih tua dari mahasiswa y ( x R y), maka
mahasiswa y lebih tua dari mahasiswa x ( y R x). Hal itu jelas salah karena jika mahasiswa x
lebih tau dari mahasiswa y, pastilah mahasiswa y lebih muda dari mahasiswa x. Jadi, R tidak
simetris.
R transitif berarti jika ada mahasiswa x yang lebih tua dari y ( x R y) dan mahasiswa y
tersebut lebih tua dari mahasiswa z ( y R z), maka mahasiswa x lebih tua dari mahasiswa z (
x R z). Pernyataan itu benar. Jadi, R transitif.

9.6 Relasi Ekuivalensi


Relasi ekuivalensi merupakan salah satu alat yang dipakai dalam proses abstraksi, yaitu
meniadakan perbedaan – perbedaan tidak penting/tidak relevan yang terjadi dan mengambil
sifat – sifat penting yang dibutuhkan.
Dalam konteks tersebut, 2 objek dikatakan ekuivalen apabila perbedaan di antara keduanya
tidak dipersoalkan. Sebagai contoh adalah pembayaran barang yang berharga Rp 10.000,- di
suatu toko. Kasir tidak akan mempersoalkan apakah pembayaran dilakukan dengan 10 lembar
uang Rp 1000,- an, ataukah dengan 2 lembar uang Rp 5000,- an. Sifat penting yang
diperhatikan oleh kasir adalah nilai keseluruhan uang, yakni Rp 10.000,-.
Ekuivalensi 2 buah objek sangat tergantung dari konteksnya. Dua objek yang ekuivalen
dalam satu konteks mungkin tidak ekuivalen dalam konteks yang lain. Sebagai contoh,
lembaran – lembaran uang dalam konteks pembayaran di kasir yang ekuivalen menjadi tidak
ekuivalen dalam konteks penyimpanan di dompet. 10 lembar uang Rp 1.000,- an lebih tebal
disbanding 2 lembar uang Rp 5.000,- an sehingga bila seseorang hendak membawanya dalam
dompet, orang lebih suka membawa 2 lembar uang Rp 5.000,- an.
Dari sudut pandang yang lain, relasi ekuivalensi adalah cara membagi sesuatu hal menjadi
beberapa kelas yang berbeda. Objek – objek yang dipandang sama dalam konteksnya berada
dalam kelas yang sama. Objek – objek dalam suatu kelas saling berelasi satu dengan yang
lain dalam konteks relasi yang didefenisikan. Dengan pembagian – pembagian tersebut,
himpunan mula – mula akan terbagi menjadi kelas – kelas saling asing yang disebut Partisi.
Sebagai contoh, relasi “lahir dalam bulan yang sama” akan membagi semua manusia ke
dalam 12 kelas bulan yang berbeda, di mana orang – orang yang lahir dalam bulan yang sama
berada dalam kelas yang sama pula. Kelas – kelas tersebut mirip himpunan yang saling asing.
Tidak ada seseorang yang masuk dalam 2 kelas (lahir dalam 2 bulan yang berbeda). Hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.9.

Dalam matematika, suatu relasi ekuivalensi didefinisikan sebagai relasi yang refleksif,
simetris, dan transitif. Dari sudut pandang matematika, tampaknya relasi ekuivalensi
memiliki pengertian yang berbeda dengan konsep aslinya. Akan tetapi tidaklah demikian
halnya. Relasi yang refleksif, simetris, dan transitif akan menyaring sifat – sifat yang penting
saja dan akan membagi himpunan mula – mula menjadi kelas – kelas yang saling asing.

Contoh 9.14
Misalkan S adalah himpunan semua rangkaian digital dengan n buah masukan. Didefinisikan
relasi R pada himpunan S sebagai berikut:
(∀ rangkaian C 1 dan C 2 ∈ S ),
C 1 R C2 ⇔ C 1 memiliki masukan/keluaran yang sama dengan C 2.
Jika C 1 R C2 maka rangkaian C 1 dikatakan ekuivalen dengan rangkaian C 2.
Buktikan bahwa R adalah relasi ekuivalensi pada S.
Penyelesaian
Untuk membuktikan bahwa R merupakan relasi ekuivalensi, haruslah dibuktikan bahwa R
adalah relasi yang refleksif, simetris, dan transitif.
 R refleksif:
Misal C adalah suatu rangkaian. Suatu rangkaian pasti memiliki masukan dan
keluaran yang sama dengan rangkaian itu sendiri. Menurut definisi R, maka C R C.
Terbukti bahwa R refleksif.
 R simetris:
Misal C 1 dan C 2 adalah rangkaian – rangkaian pada S dengan C 1 R C2 . Jika rangkaian
C 1 memiliki masukan/keluaran yang sama dengan C 2, maka C 2 pastilah akan
memiliki masukan/keluaran yang sama dengan C 1.
Menurut definisi R, maka C 1 R C2 ⇒C 2 R C1 atau R simetris.
 R transitif:
Misalkan C 1 , C2 dan C 3 adalah rangkaian – rangkaian pada S dengan sifat C 1 R C2 dan
C 2 R C3 . Jika rangkaian C 1 memiliki masukan/keluaran yang sama dengan C 2, dan
selanjutnya C 2 memiliki masukan/keluaran yang sama dengan C 3, maka pastilah C 1
memiliki masukan/keluaran yang sama dengan C 3. Menurut definisi R, C 1 R C2 dan
C 2 R C3 ⇒ C 1 R C3 . Terbukti bahwa R transitif.
Oleh karena R refleksif, simetris dan transitif, maka R merupakan relasi ekuivalensi.
Misalkan R adalah relasi ekuivalensi pada himpunan A. Untuk setiap elemen a ∈ A, kelas
ekuivalensi a (symbol [a]) adalah himpunan semua elemen dalam A yang berelasi dengan a.
[ a ]= { x ∈ A| x R a }

Contoh 9.15
Misalkan A = {0, 1, 2, 3, 4}. Relasi R1 ada A didefinisikan sebagai berikut:
R = {(0,0), (0,4), (1,1), (1,3), (2,2), (4,0), (3,3), (3,1), (4,4)}
a. Tunjukkan bahwa R merupakan relasi ekuivalensi.
b. Carilah semua kelas – kelas ekuivalensi R.
Penyelesaian
Relasi R dapat digambarkan dengan graf pada Gambar 9.10.
a. Akan ditunjukkan bahwa R merupakan relasi ekuivalensi.
 Refleksif
R refleksif karena semua elemen dalam A berelasi dengan dirinya sendiri,
yang ditunjukkan dengan adanya loop pada setiap elemen tersebut.

 Simetris
Tampak bahwa semua garis yang menghubungkan 2 titik berbeda selalu
berpasangan (misalnya 0 dan 4; 1 dan 3). Jadi, R simetris.
 Transitif
Dengan melihat semua kemungkinan dalam R, apabila x R y dan y R z, maka
x R z ((x,z) anggota R). Jadi, R transitif.
b. [ 0 ] = { x ∈ A| x R 0 } atau { x ∈ A|( x , 0)∈ R }={0,4 }
[ 1 ] ={ x ∈ A| x R 1 }={1,3 }
[ 2 ] ={ x ∈ A| x R 2 }={2 }
[ 3 ] = { x ∈ A| x R 3 }={1,3 }
[ 4 ] ={ x ∈ A| x R 4 }={0,4 }
Terlihat bahwa [0] = [4] dan [1] = [3] sehingga kelas – kelas ekuivalen yang berbeda
dalam R adalah {0,4}, {1,3} dan {2}.
Dilihat dari grafnya, kelas ekuivalensi merupakan bagian – bagian yang terpisah.

Contoh 9.16
Relasi modulo adalah relasi sisa pembagian aritmetika biasa pada himpunan bilangan bulat.
a mod b berarti bisa pembagian yang ada jika a dibagi dengan b.
misalkan m dan n adalah bilangan – bilangan bulat dan d adalah bilangan bulat positif. Notasi
m ≡ n (mod d) yang dibaca: “m kongruen dengan n modulo d”, berarti bahwa d | (m-n) atau
(m-n) habis dibagi d.
Misalkan R adalah relasi kongruen modulo 3 pada himpunan bilangan bulat. Jadi, untuk
semua bilangan bulat m dan n.
m R n ⇔ 3 | (m-n) ⇔ m ≡ n (mod 3)
Carilah kelas – kelas ekuivalensi R!
Penyelesaian
Misalkan a adalah suatu bilangan bulat ∈ Z.
[a] = { x ∈ Z | x R a}
= { x ∈ Z | 3 | (x-a)}
= { x ∈ Z | x-a = 3k untuk suatu k ∈ Z}
= { x ∈ Z | x = 3k + a untuk suatu k ∈ Z}
Secara khusus,
[0] = { x ∈ Z | x = 3k untuk suatu k ∈ Z} = { …, -6, -3, 0, 3, 6, …}
[1] = { x ∈ Z | x = 3k + 1 untuk suatu k ∈ Z} = { …, -5, -2, 1, 4, 7, …}
[2] = { x ∈ Z | x = 3k + 2 untuk suatu k ∈ Z} = { …, -4, -1, 2, 5, 8, …}
[3] = { x ∈ Z | x = 3k + 3 untuk suatu k ∈ Z} = { …, -3, 0, 3, 6, …} = [0]
Jika dilanjutkan, akan didapatkan:
[0] = [3] = [-3] = [6] = [9] = …
[1] = [4] = [-2] = [7] = [10] = …
[2] = [5] = [-1] = [8] = [11] = …
Tampak bahwa setiap bilangan bulat selalu berada pada satu di antara kelas [0], [1], atau [2].
Dengan demikian, kelas – kelas ekuivalensi yang berbeda adalah: [0], [1], dan [2].
Jadi, relasi ekuivalensi modulo akan membagi semua bilangan bulat menjadi 3 bagian, yaitu:
[0], yang merupakan himpunan semua bilangan bulat yang habis dibagi 3.
[1], yang merupakan himpunan semua bilangan bulat yang bersisa 1 jika dibagi dengan 3.
[2]], yang merupakan himpunan semua bilangan bulat yang bersisa 2 jika dibagi dengan 3.

Contoh 9.17
Tunjukkan bahwa himpunan semua bilangan pecahan membentuk suatu kelas – kelas
ekuivalensi dengan elemen – elemen dalam satu kelas menunjukkan pecahan yang sama.
Penyelesaian
p
Bilangan pecahan dapat dinyatakan dengan pasangan berurutan (p,q). Banyaknya pasangan
q
berurutan yang tampaknya berbeda, tetapi sebenarnya menyatakan bilangan pecahan yang
sama, seperti misalnya (1,2), (3,6), (4,8), …. Semua pasangan berurutan tersebut menyatakn
bilangan pecahan yang sama, yaitu 1/2. Pasangan – pasangan tampak berbeda, tetapi
sebenarnya menyatakan bilangan pecahan yang sama itu terletak pada satu kelas.
a c
Pecahan dan akan sama jika ad = bc. Untuk membentuk kelas ekuivalensi, dibuat suatu
b d
relasi R pada himpunan A = Z × Z-{0} (dengan Z = himpunan bilangan bulat) sebagai
berikut:
2 pasangan berurutan (a,b) dan (c,d) (2 buah pecahan) berelasi (terletak pada kelas yang
sama) bila dan hanya bila ad = bc.
(∀ (a,b) dan (c,d) ∈ A) (a,b) R (c,d) ⇔ ad = bc
Sebelum mencari kelas – kelas ekuivalensi, terlebih dahulu harus dibuktikan bahwa R adalah
relasi ekuivalensi.
 Refleksif
Akan dibuktikan bahwa untuk setiap (a,b) ∈ A, (a,b) R (a,b).
Menurut definisi relasi R, (a,b) R (a,b) berarti ab = ba. Oleh karena a dan b adalah
bilangan bulat, maka perkaliannya bersifat komutatif. Jadi, persamaan ab = ba benar.
R adalah relasi yang refleksif.
 Simetris
Akan dibuktikan bahwa ∀ (a,b) dan (c,d) ∈ A, berlakulah
(a,b) R (c,d) ⇒ (c,d) R (a,b)
Misalkan (a,b) R (c,d)
Menurut definisi relasi R, itu berarti bahwa
ad = bc
da = cb (karena perkalian bilangan bulat bersifat komutatif)
cb = da
Persamaan terakhir (cb = da) berarti bahwa (c,d) R (a,b). Terbukti bahwa R simetris.
 Transitif
Akan dibuktikan bahwa ∀ (a,b), (c,d), (e,f) ∈ A, berlaku:
(a,b) R (c,d) dan (c,d) R (e,f) ⇒ (a,b) R (e,f)
Misalkan (a,b) R (c,d) dan (c,d) R (e,f).
(a,b) R (c,d) berarti bahwa ad = bc
de
(c,d) R (e,f) berarti bahwa cf = de, atau c =
f
de
Jika hasil itu disubstitusi ke persamaan pertama, maka ad = b
f
Oleh karena a, …, f adalah bilangan – bilangan bulat dan f ≠ 0, maka
ad . f = b . de
af = be
Persamaan terakhir berarti (a,b) R (e,f).
Terbukti bahwa R transitif.
Kelas – kelas yang terbentuk merupakan kelas – kelas bilangan rasional di mana satu kelas
berisi suatu bilangan rasional tertentu beserta bentuk – bentuk yang lain, misalnya:
1
[]
2
= {… , ( 1,2 ) , (−1 ,−2 ) , ( 3,6 ) , (−2 ,−4 ) , …}

9.7 Tutupan (Closure)


Misalkan relasi R1 ⊆ A × B dan R2 ⊆ B ×C
Komposisi R1 dan R2 (symbol R1 . R 2 adalah relasi { (x,z) | (x,y) ∈ R 1 dan (y,z) ∈ R 2}.

Contoh 9.18
Misalkan A = {a, b, c, d}. Relasi R1 dan R2 didefinisikan pada A sebagai berikut:
R1={ ( a , a ) , ( a , b ) , ( c , b ) }
R2={ ( a , a ) , ( b , c ) , ( b , d ) }
Carilah R1 . R 2
Penyelesaian
Graf dari R1 dan R2 tampak pada Gambar 9.11
Komposisinya adalah R1 . R 2={( a , a ) , ( a , c ) , ( a ,d ) , ( c , c ) , ( c ,d ) }
Kadang – kadang suatu relasi R dikomposisikan dengan dirinya sendiri, bahkan komposisi
dilakukan berkali – kali. Untuk mengatasi penulisan yang panjang, digunakan simbol Rk
untuk menyatakan bahwa relasi R dikomposisikan dengan dirinya sendiri sebanyak k kali.
R1=R dan Rk =Rk−1 . R , untuk k ≥ 1.
Kadang – kadang suatu relasi tidak transitif karena tidak memuat suatu anggota tertentu.
Misalnya relasi R pada himpunan A = {1, 2, 3, 4} hanya memuat (1,3) dan (3,4) saja, maka R
tidaklah transitif. Supaya R transitif dari relasi yang tidak transitif, haruslah ditambahkan
anggota – anggota tertentu. Relasi yang didapatkan dengan cara menambah anggota –
anggotanya agar bersifat transitif disebut Tutupan Transitif (Transitif Closure) dari relasi
tersebut Tutupan transitif suatu relasi R juga harus merupakan relasi transitif terkecil yang
memuat R.
Secara matematis, Tutupan Transitif Relasi R adalah gabungan dari semua Rk ,(k ≥ 1), dan
diberi simbol R+¿ ¿.
2 3

R+¿=R ∪ R ∪R ∪…=¿k=1 ¿ ∞ R k
Selanjutnya, Tutupan Transitif Refleksif (simbol R+¿ ¿) adalah Tutupan Transitif yang bersifat
refleksif. Tutupan transitif refleksif didapatkan dengan cara menggabungkan tutupan transitif
dengan semua elemen yang berelasi dengan dirinya sendiri.
+ ¿∪{( a,a)∨a ∈ A} ¿

R+¿=R ¿

Dalam Graf, tutupan transitif didapatkan dengan menambahkan garis – garis yang mungkin
didapatkan secara transitif dari 2 titik berbeda. Tutupan transitif refleksif didapatkan dengan
cara menambahkan graf tutupan transitif dengan loop pada tiap – tiap titiknya.

Contoh 9.19
Misalkan A = {a, b, c, d} dan R ⊆ A × A didefinisikan sebagai
R = {(a,b), (b,c), (c,d)}.
Carilah tutupan transitif dan tutupan transitif refleksinya.
Penyelesaian
R = {(a,b), (b,c), (c,d)}
R2 = {(a,c), (b,d)}
R3 = R2 . R = {(a,d)}
R4 = R3 . R = { }
Jadi, Rk = { } untuk k ≥ 4.
2 3
Maka R+¿=R ∪ R ∪R ∪ …=¿¿ {(a,b), (b,c), (c,d), (a,c), (b,d), (a,d)}
+ ¿∪¿

R+¿=R ¿
{(a,a) | a ∈ A}
= R+¿∪¿ {(a,a), (b,b), (c,c), (d,d)}
= {(a,b), (b,c), (c,d), (a,c), (b,d), (a,d), (a,a), (b,b), (c,c), (d,d)}

Contoh 9.20
Misalkan A = {a, b, c, d, e}. Relasi R ⊆ A × A didefinisikan sebagai
R = {(a,a), (a,b), (b,c), (c,d), (c,e), (d,e)}
Carilah tutupan transitif secara langsung dan melalui grafnya.
Penyelesaian
Secara langsung:
R2 = R . R = {(a,a), (a,b), (a,c), (b,d), (b,e), (c,e)}
R3 = R2 . R = {(a,a), (a,b), (a,c), (a,d), (a,e), (b,e)}
R4 = R3 . R = {(a,a), (a,b), (a,c), (a,d), (a,e)}
R5 = R4 . R = {(a,a), (a,b), (a,c), (a,d), (a,e)}
Tampak bahwa R4 = R5 sehingga pastilah R4 = R5 = R6 = R7 =…
2 3 4
Untuk itu, R+¿=R ∪ R ∪R ∪ R ¿
= {(a,a), (a,b), (b,c), (c,d), (c,e), (d,e), (a,c), (b,d), (b,e), (a,d), (a,e)}
 Mencari tutupan transitif lewat grafiknya.
Graf relasi mula – mula (R) tampaknya pada Gambar 9.12. Garis yang bisa didapat
secara transitif dari graf Gambar 9.12 adalah:
a → c (karena ada garis dari a → b dan b → c)
b → d (karena ada garis dari b → c dan c → d)
b → e (karena ada garis dari b → c dan c → e)
Dengan menambahkan garis – garis tersebut ke dalam Gambar 9.12, maka didapatkan
graf yang tampak pada Gambar 9.13.
Selanjutnya, kembali dicari garis lain yang bisa didapat secara transitif dari garis graf
Gambar 9.13.
a → d (karena ada garis dari a → c dan c → d)
a → e (karena ada garis dari a → c dan c → e)
Dengan menambahkan garis – garis baru tersebut ke dalam Gambar 9.13, maka
didapatkan graf Gambar 9.14.
Oleh karena tidak ada garis lain yang bisa didapatkan secara transitif, maka graf
Gambar 9.14 adalah graf tutupan transitifnya.

9.8 Partial Order dam Total Order


Partial Order membagi anggota – anggota himpunan menjadi tingkatan – tingkatan. Sebagai
contoh, pada pengaturan mata kuliah di suatu perguruan tinggi. Pada umumnya, suatu mata
kuliah memiliki suatu prasyarat atau menjadi prasyarat bagi mata kuliah lainnya. Prasyarat –
prasyarat semacam dibuat agar mahasiswa dapat mempelajari langkah demi langkah dalam
urutan pengambilan yang terarah. Dengan adanya prasyarat, matakuliah – matakuliah akan
terbagi menjadi tingkatan – tingkatan, satu di atas yang lain. Mahasiswa mulai mengambil
mata kuliah dari tingkatan yang paling rendah, dan selanjutnya menaik hingga tingkat yang
paling tinggi.

9.8.1 Partially Ordered Set (Poset)


Misalkan R adalah relasi biner yang didefinisikan pada himpunan A.
R disebut relasi Partial Order bila dan hanya bila R refleksif, antisimetris, dan transitif.

Anda mungkin juga menyukai