Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN KISTA
COKLAT DI RUANG KAMAR BERSALIN RSU MITRA DELIMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Maternitas

OLEH :
ERLITA HAFIDHATI
NIM 1920096

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG
2021
KONSEP DASAR

A. LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.N DENGAN KASUS KISTA COKLAT DI


RUANG KAMAR BERSALIN RSU MITRA DELIMA
B. DEFINISI
Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan
stroma, terdapat di dalam endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila brada di
luar uterus disebut endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena
secara patologik, klinik, ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan
endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaan dengan
mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa
premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda
dan yang infertile (Prawirohardjo, 2011).

Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau
kista yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu,
luka tersebut berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka
dapat berkisar dari luka kecil dari 10 cm I Gusti Agung, 2012).

C. EPIDEMIOLOGI
Sebagai gambaran epidemiologi endometriosis dikemukakan bahwa kejadian
endometriosis akan meningkat bila wanita mengalami polimenorea dan durasi
menstruasi panjang, terjadi retrograde menstruasi makin besar Keluhan
dismenorea dan infertilitas menonjol pada endometriosis (Manuaba,2010).

Insiden endometriosis berkisar 5-15% pada perempuan pramenopause.


Endometriosis merupakan penyebab pada seperempat laparotomy ginekologi dan
dijumpai pada 50% perempuan yang menjalani pembedahan untuk infertilitas.
Usia rata-rata adalah 28 tahun (dengan rentang 10-83 tahun), walaupun 75%
kasus terjadi pada perempuan yang berusia 25 dan 50 tahun. (Gant &
Cunningham, 2010).
Endometriosis juga terjadi pada dua per tiga remaja yang mengalami nyeri yang
bermakna saat menstruasi. Remaja merupakan 8% wanita yang menderita
endometriosis. Dari remaja-remaja yang menderita endometriosis 10% nya
mengalami obstruksi kongenital aliran keluar menstruasi (Benson, 2009).

D. ETIOLOGI
Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa
beberapa teori,antara lain:
a. Teori Implantasi dan Regurgitasi. Teori ini menerangkan adanya darah
haid yang dapat menjalar dari kavum uteri melalui tuba Falopii, tetapi
teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis di luar pelvis.

b. Teori Metaplasia. Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-


sel coelom yang berubah menjadi endometrium. Perubahan ini dikatakan
sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada epitel coelom.
Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum dari
ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang
sama.

c. Teori Induksi. Kelanjutan teori metaplasia, di mana faktor biokimia


endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak
berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium.

E. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi
penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua
gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:

 Nyeri saat haid.

 Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.


b. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat.
Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organorgan di
sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi.
c. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum
Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum,
akibatnya adalah:

 Nyeri pada saat haid.

 Nyeri pada saat senggama.

Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:

 Karsinoma ovarium.

 Metastasis di kavum Douglas.


 Mioma multiple.

 Karsinoma rectum.

d. Endometriosis Ekstragenital.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis ( I
Gusti Agung, 2012).

F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda dari endometriosis yaitu siklus haid yang terganggu di sertai nyeri
haid. Nyeri yang terjadi timbul di luar siklus haid seperti dispareunia, nyeri BAK
dan BAB. Selain itu terdapat Luka yang terlihat pada pemeriksaan speculum
adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus dilakukan
pemeriksaan biopsy ( Djuwantono T, 2012).

Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila
datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau
berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid.

Gejala-gejala endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya


haid tetapi bisa menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala,
dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :

a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenore) Disebabkan oleh reaksi peradangan akibat reaksi
peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga peritonium, akibat
perdarahan lokal pada sarang endometriosis dan oleh adanya infiltrasi
endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul.

b. Dispareunia Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh


karena adanya endometriosis di kavum douglasi dan ligamentum
sakrouterina dan terjadi perlengketan sehingga uterus dalam posisi
retrofleksi.

c. Nyeri pada saat defekasi Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu
haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding
rektosigmoid.

d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea) Gangguan haid dan


siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga
fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60% wanita
penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi,
perdarahan
menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi
yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah.
e. Infertilitas Penderita endometriosis yang infertil seringkali tidak
menampilkan gejala nyeri, sehingga penyakitnya baru terliput ketika
dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk infertilisasi. Kecurigaan ke arah
endometriosis akan semakin besar apabila disertai keluhan disminore dan
dispareunia (Prawihardjo, 2011).

G. PATOFISIOLOGI

Ada beberapa teori yang menjelaskan patofisiologi terjadinya endometriosis


antara lain (Prawirohardjo, 2011) :
a. Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga peritoneum.
Hal ini pertama kali diterapkan oleh John Sampson (1921). Teori ini dibuktikan
dengan ditemukan adanya darah haid dalam rongga peritoneum pada waktu haid
dengan laparoskopi, dan sel endometrium yang ada dalam haid itu dapat dikultur
dan dapat hidup menempel dan tumbuh berkembang pada sel mesotel peritoneum.
b. Teori koelemik metaplasia, dimana akibat stimulus tertentu terutama hormon, sel
mesotel dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik. Teori ini
terbukti dengan ditemukannya endometriosis pada perempuan pramenarke dan
pada daerah yang tidak berhubungan langsung dengan refluks haid seperti di
rongga paru. Disamping itu, endometrium eutopik dan ektopik adalah dua bentuk
yang jelas berbeda, baik secara morfologi maupun fungsional.
c. Penyebaran melalui aliran darah (hematogen)dan limfogen.
d. Pengaruh genetik. Pola penurunan penyakit endometriosis terlihat berperan secara
genetik. Risiko menjadi 7 kali lebih besar bila ditemukan endometriosis pada ibu
atau saudara kandung.
e. Patoimunologi yaitu reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha
membersihkan refluks haid dalam rongga peritoneum, malah memfasilitasi
terjadinya endometriosis. Apoptosis sel-sel endometriosis ektopik menurun. Pada
endometriosis ditemukan adanya peningkatan jumlah makrofag dan monosit di
dalam cairan peritoneum, yang teraktivasi menghasilkan faktor pertumbuhan dan
sitokin yang merangsang tumbuhnya endometrium ektopik. Dijumpai adanya
peningkatan aktivitas aromatase intrinsik pada sel endometrium ektopik
menghasilkan estrogen lokal yang berlebihan, sedangkan respons sel
endometrium ektopik terhadap progesteron menurun. Peningkatan sekresi molekul
neurogenik seperti nerve growth factor dan reseptornya yang merangsang
tumbuhnya syaraf sensoris pada endometrium. Peningkatan interleukin-1 (IL-1)
dapat meningkatkan perkembangan endometriosis dan merangsang pelepasan
faktor angiogenik (VEGF), interleukin-6, interleukin-8 dan merangsang pelepasan
intercelular adhesion melucule-1 (ICAM-1) yang membantu sel endometrium
yang refluks ke dalam rongga peritoneum terlepas dari pengawasan imunologis.
Interleukin-8 merupakan suatu sitokin angiogenik yang kuat. Interleukin-8
merangsang perlekatan sel stroma endometrium ke protein matrix exracelular,
meningkatkan aktivitas matrix metaproteinase yang membantu implantasi dan
pertumbuhan ndometrium ektopik
H. PATHWAY

I. KOMPLIKASI

1. Gangguan kesuburan atau infertilitas


Endometriosis dapat menutupi tuba falopi, sehingga menghalangi sel telur
bertemu dengan sperma. Pada kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat
merusak sel telur dan sperma. Sepertiga hingga setengah penderita endometriosis
diketahui menderita gangguan kesuburan. Meski demikian, wanita dengan
endometriosis ringan sampai sedang masih berpeluang untuk hamil. Dokter akan
menyarankan penderita tidak menunda untuk memiliki anak, sebelum kondisinya
makin serius.
2. Kanker ovarium
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko terserang kanker ovarium
(indung telur) sedikit meningkat pada penderita endometriosis. Selain kanker
ovarium, wanita dengan riwayat endometriosis juga berisiko terserang kanker
endometrium, meski sangat jarang terjadi.
3. Adhesi
Jaringan endometriosis dapat membuat sejumlah organ tubuh saling menempel.
Sebagai contoh, kandung kemih dan usus dapat melekat ke rahim.
4. Kista ovarium
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada ovarium. Kondisi
ini terjadi bila jaringan endometriosis terletak di dalam atau di dekat ovarium.
Pada sejumlah kasus, kista dapat membesar dan menimbulkan nyeri parah.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi (USG) USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis
endometriosis (kista endometriosis) > 1cm, tidak dapat digunakan untuk
melihat bintik-bintik endometriosis ataupun perlengketan. Dengan
menggunakan USG transvaginal kita dapat melihat gambaran
karakteristik kista endometriosis dengan bentuk kista dan adanya interval
eko di dalam kista

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI tidak menawarkan


pemeriksaan yang lebih superior dibandingkan dengan USG. MRI dapat
digunakan untuk melihat kista, massa ekstraperitoneal, adanya invasi ke
usus dan septum rektovaginal.

3. Pemeriksaan serum CA 125 Serum CA 125 adalah petanda tumor yang


sering digunakan pada kanker ovarium. Pada endometriosis juga terjadi
peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini mempunyai nilai
sensitifitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkat pada keadaan
infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125
dapat digunakan sebagai monitor prognostik pascaoperatif endometriosis
bila nilainya tinggi berarti prognostic kekambuhannya tinggi. Bila
didapati CA 125 > 65 mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat beratnya
endometriosis.
4. Bedah Laparoskopi Laparoskopi merupakan alat diagnostik baku emas
untuk mendiagnosis endometriosis. Lesi aktif yang baru berwarna merah
terang, sedangkan lesi yang sudah lama berwarna merah kehitaman. Lesi
nonaktif terlihat berwarna putih dengan jaringan parut. Pada
endometriosis yang tumbuh di ovarium dapat terbentuk kista yang
disebut endometrioma. Biasanya isinya berwarna cokelat kehitaman
sehinggga juga diberi nama kista cokelat. Sering endometriosis
ditemukan pada laparoskopik diagnostik, tetapi pasien tidak mengeluh

5. Pemeriksaan Patologi Anatomi Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis


adalah didapatkan adanya kelenjar dan stroma endometrium
(Prawirohardjo, 2011)

K. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini penatalaksanaan endometriosis lebih banyak berdasarkan pada keluhan
dan gejala pada penderitanya saja tanpa menyentuh sisi patogenesisnya, hal ini karena
masih banyak yang belum terungkap pada endometriosis. Penatalaksanaan endometriosis
terdiri dari 2 bagian yaitu, Medikamentosa dan terapi bedah ( Djuwantono T, 2012).
a. Mediakamentosa Tujuan utama terapi medikamentosa pada endometriosis adalah
menghentikan pertumbuhan dan aktivitas lesi endometriosis. Obat konvesional
yang dipakai pada terapi ini adalah pil kontrasepsi kombinasi, progesteron, derivat
androgen dan GnRH agonist. Pil kontrasepsi kombinasi untuk terapi endometriosis
dapat diberikan dalam bentuk siklik atau kontinyu. Pil kontrasepsi kombinasi akan
bekerka mengubah keseimbangan hormon pada siklus haid hingga terjadi
anovulasi kronis yang selanjutnya menyebabkan terjadinya desidualisasidan atrofi
jaringan endometrium. Keunggulan Pil kontrasepsi kombinasi dibandingkan terapi
lain adalah dapat digunakan jangka panjang dengan aman. Progesteron mekanisme
kerjanya sama dengan Pil kontrasepsi kombinasi yaitu membuat desidualisasidan
atrofi jaringan endometrium. selain itu progesteron mampu menekan aktivitas
matriks metalloproteinase, suatu enzim yang berperan penting pada pertumbuhan
dan implantasi endometrium ektopik Danazol merupakan derivat sering digunakan
untuk terpai endometriosis. Bekerja dengan menghambat lonjakan hormon LH dan
menghambat steroidogensis. Selain itu juga danazol memberikan hasil yang sama
dengan MPA unutk mengatasi nyeri pasca operasi. GnRH agonist merupakan
terapi pilihan untuk Endometriosis karena akan menduduki reseptor di hipofise
selanjutnya akan menyebabkan down regulation sehingga terjadi suasana
hipoestrogen yang akan menekan penyakit endometriosis. Selain itu obat ini
memberikan hasil lebih unggul di bandingkan pil kontrasepsi dan lebih baik dari
danazol untuk mengurangi volume implan endometriosis ( Djuwantono T, 2012).
b. Terapi Bedah Pembedahan bertujuan menghilangkan gejala, meningkatkan
kesuburan, menghilangkan bintik-bintik, dan kista Endometriosis, serta menahan
laju kekambuhan.
 Penanganan pembedahan konservatif Bertujuan untuk mengangkat semua
serang endometriosis dan melepaskan perlengketan dan memperbaiki
kembali struktur anatomi reproduksi. Sarang dibersihkan dengan eksisi,
ablasi kauter, dinding kista. Penanganan pembedahan dapat dilakukan
dengan laparotomi ataupun laparoskopi.
 Penanganan pembedahan radikal Dilakukan dengan histerektomi total dan
bilateral salpingoooforektomi.. Ditujukan pada perempuan yang
mengalami penanganan medis ataupun bedah konservatif gagal dan tidak
membutuhkan fungsi reproduksi. Cara ini di tujukan untuk penderita
dengan nyeri yang tak tertahankan dan tak menginginkan lagi kehamilan
(Prawihardjo, 2011).

L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan clien meliputi
pengumpulan data tentang suatu kesehatan klien secara
sistematis,menyeluruh,akurat,singkat dan berkesinambungan.

 Pengumpulan data Identitas klien/biodata


a. Identitas anak yang meliputi nama anak, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, alamat, no rm, dx medis, tanggal pengkajian.
b. Identitas orang tua/penanggung jawab meliputi nama, usia,
pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
 Keluhan utama
Pada umumnya orang tua mengeluh anaknya batuk dengan atau tanpa produksi
mukus:sering bertambah berat pada malam hari atau dini hari membuat anak sulit
tidur.Jika asmanya berat maka gejala yang akan muncul yaitu perubahan kesadaran
seperti mengantuk, bingung, saat serangan asma kesulitan bernafas
trakikardia,kegelisahan hebat.
 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan pada anak dengan asma meliputi hal-hal sebagai berikut
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama yang biasa ditemukan menggunakan
pendekatan PQRST,dimana P adalah paliative merupakan faktor pencetus
terjadinya penyakit,Q atau qualitas suatu keluhan atau penyakit yang
dirasakan, R atau region yaitu daerah atau tempat dimana keluhan
dirasakan, S atau sevirity adalah derajat keganasan atau intensitas dari
keluhan.
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita anak perlu diketahui sebelumnya,karena
mungkin ada ada kaitannya dengan penyakit sekarang.Riwayat kesehatan
menjelaskan tentang riwayat perawatan di RS,alergi,penyakit kronis dan
operasi.Selain itu juga menjelaskan tentang riwayat penyakit yang pernah
diderita klien yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang seperti
riwayat panas,batuk atau pilek.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan dengan
asma pada anak,riwayat penyakit keturunan atau bawaan seperti
asma,diabetes melitus dll.
2. Analisa Data
Analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan
konsep,teori,prinsip,asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi pasien.Analisa
data dapat dilakukan dengan pengesahan data,pengelompokan data dan membandingkan
data,menentukan ketimpangan dan kesenjangan serta membuat kesimpulan.
3. Diagnosa Keperawatan
Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor d.d mengeluh nyeri
4. Nursing Care Plane
Diagnosa : Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor d.d mengeluh nyeri
Tujuan : Nyeri kronis berkurang
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
- Kesejahteraan meningkat
- Gelisah berkurang
- Pola tidur membaik
Intervensi : Edukasi manajemen nyeri
5. Implementasi
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap
klien.
6. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses keprawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
M. DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Djuwantono T, Hartanto B, Wiriyawan P. Penanganan Kelainan Endokrinologi


Reproduksi dan Fertilitas Dalam Praktik Sehari-hari. 1st ed. Jakarta: Sagung
Seto; 2012. p. 253–83.

Gant, Norman F& Cunningham, F. 2010. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri.


Jakarta : EGC

I Gusti Agung Putra Mahautama. Laporan kasus ginekologi kista endometriosis.


Fakultas kedokteran Universitas Mataram RSUP NTB dan RSUP Praya
Mataram; 2012.

Manuaba, Ida A. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta :

TIM Prawirohardjo PB pustaka sarwono. Ilmu kandungan. Jakarta; 2011. p.

239.

Anda mungkin juga menyukai