Kegiatan peyampaian makanan yang sesuai dengan jenis makana dan jumlah
porsi yang akan diberikan ke konsumen yang dilayani. Kegiatan distribusi ini
merupakan proses akhir dari proses peyelenggaraan makanan. Dalam peyelenggaraan
makanan di Rumah Sakit, distribusi memiliki makna kegiatan menyalurkan makanan
yang diproduksi dengan porsi, jumlah, dan diet pasien masing-masing yang dilayani.
Ada 2 kegiatan inti pedistribusian makananyaitu pembagian (pemorsian) makanan
dan penyamapaian makanan sampai ke konsumen. Pemorsian merupakan cara atau
proses pengukuran dan mencetak makanan sesuai dengan porsi yang telah ditetapkan.
Sedangkan penyampaian makanan perlu dipastikan bahwa konsumen telah menerima
makananya dengan sesuai (Wayansari dkk., 2018). Karyawan yang bertugas dibagian
distribusi harus memenuhi persyaratan seperti:
1. Tidak mengidap penyakit atau luka yang dapat menimbulkan kontaminasi pada
makanan.
2. Menggunakan APD yang lengkap.
3. Selalu menjaga hygine dan sanitasi.
4. Tidak boleh menjamah makanan tanpa alat bantu atau langsung menggunakan
tangan.
5. Tidak boleh merokok pada saat bekerja.
6. Tidak boleh menggunakan perhiasan atau kosmetik secara berlebihan.
1. Sentralisasi
Metode ini merupakan metode dimana pemorsian makanan dilakukan pada satu
tempat secara lengkap untuk setiap konsumen pada ruang produksi atau
pengolahan makanan. Yang dimaksud lengkap yaitu pola menu bagi setiap
pasien tergantung dari kebijakan masing-masing konsumen, yaitu terdiri dari,
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan minuman. Sistem
ini diterapkan pada institusi yang memiliki tenaga terbatas namun memiliki
sarana prasarana yang cukup seperti ruang produksi yang luas. Selain itu
metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan seperti, tidak butuh pantry,
tidak membutuhkan alat distribusi besar, pengawasan proses produksi maupun
distribusi lebih itensif, sampah diruangan dapat ditekan karena makanan
diposikan di ruang produksi makanan secara terpusat, makanan langsung
disalurkan ke klien atau apasien karena sudanh langsung diporsikan masing-
masing pasien.
2. Desentralisasi
Sistem ini pemorsian makanan pada porsi besar yang dilaukan ditempat
produksi dan pemorsian untuk setiap klien atau pasien dilakukan di pantry.
Pantry merupakan dapur kecil diluar tempat produksi utama. Lokasi pantry
biasnaya dekat dengan klien atau pasien, fungsi dari pantry sendiri sebagai
tempat untuk, pemorsian untuk lingkup kecil, menghangatkan kembali
makanan, membuat minuman, menyimpan dan persiapan alat makan dan
minum, menyajikan makanan dan minuman sesuai permintaan klien atau
pasien. Pada metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihannya pada
saat memberikan ke klien atau pasien makanan masih terjamin akan khangatan
makanan atau minuman karena suhu masi terjaga, tingkat kesalahan pemberian
diet pasien dapat ditekan. Sedangkan kelemahannya adalah alat-alat distribusi
dibutuhkan dalam jumlah lebih banyak (terutama untuk wadah makanan yang
diporsikan dan alat transportasinya, penurunan mutu makanan dapat terjadi
terutama dalam hal kematangan dan kandungan gizi, pengahatan yang tidak
dapat dapat menyebabkan kandunga gizi mungkin dapat berubah.
3. Sentralisasi-desentralisasi
Metode kombinasi ini diterapkan pada institusi yang tidak bisa menerapkan
salah satu metode distibusi secara penuh, hal dini dikarenkan adanya beraneka
ragam menu diet dan penyakit, karena keterbatasan ruang produksi di instalasi
gizi sehingga untuk makanan diet khusus dioalah di instalsai gizi dan pemorsian
di pantry.
DEFINISI PENYAJIAN
Penyajian makanan merupakan prinsip dari hygine dan sanitasi pada makanan.
Merupakan salah satu p[rinsip dari hygine sanitasi makanan, penyajiana makanan
yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat mengurangi selera makan seseorang tetapi
dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri.Persyaratan penyajian
makanan (Wayansari dkk., 2018) adalah
Penyajian amkanan memiliki prinsip yang harus diperhatikan seperti sebagai berikut:
1. Tempat penyajian haruslah bersih dan jauh dari tempat penimbunan sampah.
2. Alat-alat penyajian harus yang aman dan bersih.
3. Tenaga penyaji harus memperhatikan hygine perorangan
DAPUS
Wayansari, L., dkk, 2018. Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan. Gizi ed:
Kementrian Kesehatan republik Indonesia, pusat pendidikan sumber daya manusia
kesehatan.