Sisa makanan rumah sakit dapat didefinisikam sebagai jumlah makanan yang tidak dihabiskan dari makanan yang telah disajikan kepada pasien (Diaz dkk., 2013). Sedangkan menurut Asosiasi Dietisien Indonesia (2005) sisa makanan yaitu jumlah makanan yang tidak dimakan oleh pasien dari yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis makanannya. Istilah sisa makanan menurut Nida (2011) dapat dibagi menjadi dua sebagai berikut :
1. Waste, merupakan bahan makanan yang rusak disebabkan tidak dapat
diolah atau hilang karena tercecer 2. Plate waste, merupakan makanan yang terbuang karena telah disajikan tidak habis saat dikonsumsi dan dinyatakan dalam presentase makanan yang disajikan.
Menurut Renaningtyas (2004), Sisa makanan akan dikatakan tinggi atau
banyak jika pasien meninggalkan sisa makanan >25%. Sedangkan pasien yang idak menghabiskan makanan dalam tau memiliki sisa makanan >25% dalam waktu yang lama dapat menyebabkan defisiensi zat-zat gizi yang disebabkan kekurangan zat gizi. Djamaluddin (2005) berpendapat bahwa sisa makanan selain dapat menyebabkan kebutuhan gizi pasien tidak terpenuhi juga akan menyebabkan biaya yang terbuang pada sisa makanan. Sisa makanan dapat diketahui dengan menghitung selisih dari berat makanan yang disajikan dengan berat makanan yang dihabiskan, kemudian dibagi berat makanan yang disajikan dan diperlihatkan dalam persentase. Berikut rumus perhitungan sisa makanan menggunakan metode food weight: Ʃ makanan yang tersisa(gr ) Rumus sisa makanan: x 100 % Ʃ berat makanan yang disajikan( gr) Metode pengukuran sisa makanan yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dilakukannya menilai sisa makanan. Ada 3 jenis metode yang dapat digunakan, yaitu : 1) Weight method atau weight plate waste Metode ini digunakan dengan cara mengukur atau menimbang sisa makanan setiap jenis hidangan atau mengukur total sisa makanan pada individu atau kelompok. Menimbang langsung sisa makanan yang tertinggal di piring adalah metode yang paling akurat. Namun metode ini mempunyai kelemahan yaitu memerlukan waktu yang banyak, peralatan khusus, kerjasama yang baik dengan responden, dan petugas yang terlatih. 2) Recall atau Self Reported Consumption Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi dalam 24 jam tentang makanan yang dikonsumsi oleh seseorang. Pengukuran menggunakan metode ini dengan cara menanyakan kepada responden tentang banyaknya sisa makanan, kemudian responden menaksir sisa makanan dengan menggunakan skala visual. 3) Visual method atau Observational method Evaluasi sisa makanan menggunakan metode ini melihat makanan yang tersisa di piring dan menilai jumlah yang tersisa, dan digambarkan dengan skala 5 poin. Cara tafsiran visual yaitu dengan menggunakan skala pengukuran yang dikembangkan oleh Comstock yang dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : a. Skala 0 : Dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (habis dimakan) b. Skala 1 : Tersisa ¼ porsi c. Skala 2 : Tersisa ½ porsi d. Skala 3 : Tersisa ¾ porsi e. Skala 4 : Hanya dikonsumsi sedikit (1/9 porsi) f. Skala 5 : Tidak dikonsumsi Penilaian untuk skor diatas berlaku untuk setiap porsi masing-masing jenis makanan (makanan pokok, sayuran, lauk). Setelah menetapkan skor, kemudian skor tersebut dikonversikan ke dalam bentuk persen sebagai berikut : a. Skor 0 (0%) : Semua makanan habis b. Skor 1 (25%) : 75% makanan dihabiskan c. Skor 2 (50%) : 50% makanan dihabiskan d. Skor 3 (75%) : 25% makanan dihabiskan e. Skor 4 (95%) : 5% makanan dihabiskan f. Skor 5 (100%) : Tidak dikonsumsi pasien Setelah itu hasilnya diasumsikan berdasarkan tafsiran visual Comstock dengan kategori sebagai berikut : a. Bersisa, jika jumlah sisa makanan >25% b. Tidak bersisa, jika jumlah sisa makanan ≤ 25% Metode tafsiran visual memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu mudah dilakukan, memerlukan waktu yang singkat, tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit, menghemat biaya, dan dapat mengetahui sisa makanan menurut jenisnya. Sedangkan kekurangannya yaitu diperlukan penaksir (estimator) yang terlatih, teliti, terampil, dan memerlukan kemampuan dalam menaksir (over estimate). Metode ini efektif tetapi bisa menyebabkan ketidaktelitian (NHS dalam Afiifah, 2018).
2.11.1 Faktor Penyebab Plate Waste
Terjadinya sisa makanan rumah sakit dipengaruhi (Williams dkk., 2011)
beberapa faktor meliputi :
a. Faktor klinis, yaitu adanya penurunan nafsu makan, perubahan tekstur