Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek

dibandingkan tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia) yang disebabkan

kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/ bayi.(1) Kekurangan gizi ini terjadi sejak

dalam kandungan dan pada masa awal anak lahir, tetapi stunting baru nampak setelah

anak berusia 2 tahun. Hal ini berdampak pada perkembangan otak anak di masa golden

period (0-3 tahun) yang disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak terbentuk sejak masa

dalam kandungan sampai usia 2 tahun.(2)

Secara global pada 2016, prevalensi stunting di seluruh dunia diperkirakan

sebanyak 22,9% atau 154,8 juta anak balita di dunia.(3)Di Asia, pada tahun 2016 terdapat

87 juta anak balita stunting (56%) dan 59 juta di Afrika (38,1%). Lebih spesifiknya lagi,

wilayah Afrika Timur (36,7%), Afrika Tengah (32,5%), Afrika Barat (31,4%), dan Asia

Selatan (34,1%).Sedangkan prevalensi anak balita stunting di Asia Tenggara, Indonesia

berada di peringkat ketiga (36,4%) di atas Timor Leste (57,7%) dan Laos (43,8%).

Indonesia saat ini masih bermasalah dengan stunting. Angka stunting turun dari 37,2%

(Risdesdas 2013) menjadi 30,8% (Riskesdas 2018). Meskipun terjadi penurunan pada

tren stunting, angka tersebut masih berada di bawah rekomendasi WHO yaitu <20%.(3)

Nawa Cita Presiden tahun 2015 kelima dan ketiga dalam kerangka negara

kesatuan merupakan jabaran untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dari

pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa. Namun, upaya menghadirkan

generasi emas Indonesia dibayangi kehadiran stunting yang masih


mengancam.Menyikapi masalah tersebut, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi mempunyai komitmen penuh dalam menekan angka

stunting di Indonesia.(4)

Data tahun 2017, Provinsi Riau menempati urutan ke-10 provinsi dengan

prevalensi stunting tinggi di Indonesia yaitu sebesar 29,7%.(5) Kabupaten Rokan Hulu

menempati urutan pertama yaitu sebesar 37,2% melebihi angka stunting di nasional

yakni 29,6% pada 2017. Yang menjadi perhatian adalah angka tersebut meningkat lebih

dua kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu dari 17,9% menjadi 37,2%.(6)

Desa diharapkan menjadi ujung tombak pemerintah Indonesia dalam upaya

menekan angka stunting. Dalam upaya perbaikan gizi dalam pencegahan dan

penanganan stunting perlu diwujudkan Indonesia sehat dengan dukungan prioritas

terhadap kegiatan gizi yang berfokus pada seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK).

Pencegahan dan penanganan pada anak stunting dilakukan melalui program-program

gizi terkait stunting seperti pemberian tablet Fe, promosi ASI eksklusif, promosi

makanan pendamping ASI, suplemen taburia, suplemen gizi makro, tata laksana gizi

kurang dan gizi buruk, suplementasi vitamin A, promosi garam beryodium, air dan

sanitasi, bantuan pangan non tunai, dan pemberian obat cacing.(1)

Di samping itu, untuk menangani masalah stunting diperlukan komitmen dari

aparat desa setempat. Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan wawasan dan

pengetahuan bagi para penyelenggara pemerintahan desa merupakan kegiatan yang

semestinya menjadi prioritas utama. Pengetahuan aparat desa teraktualisasi seiring

bergulirnya perubahan yang senantiasa terjadi. Meningkatnya kualitas kapasitas

pemerintahan desa akan memberikan peluang yang besar bagi terlaksananya suksesnya

penanganan masalah stunting secara efektif dan efisien.(7)Menurut penelitian Wulandari


S tahun 2017 tentang analisis kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan alokasi

dana desa menyatakan bahwa aparat pemerintah desa tidak cukup jika hanya dibekali

oleh pengalaman tanpa pengetahuan dan pendidikan yang baik untuk menyelesaikan

program desa, termasuk masalah kesehatan seperti stunting.(8)

Beragam penanganan stunting juga terwadahi melalui Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2018 tentang

pemanfaatan dana desa. Melalui peraturan tersebut, warga desa terlibat aktif dan inovatif

menghadirkan beragam kegiatan yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan

stunting. Penelitian Hafid R tahun 2016 tentang pemanfaatan dana desa dalam

pembangunan desa Mangilu Kecamatan Bungoro menyatakan bahwa dana desa yang

merupakan salah satu kebijakan dari pemerintah untuk membiayai pembangunan dan

perberdayaan masyarakat ternyata terbukti efektif, dibuktikan dengan jumlah program-

program pembangunan yang telah terealisasi sesuai dengan rencana pembangunan yang

telah ditetapkan pemerintah desa baik dalam pelaksanaan, kemanfaatan, dan keterlibatan

masyarakat dalam pemanfaatannya. Namun, menurutnya dalam pelaksanaan

pemanfaatan dana desa tersebut masih mengalami kendala seperti lambatnya pencairan

dana desa dan minimnya sumber daya manusia yang ahli dalam pelaporan penggunaan

dana desa.(1)

Upaya selanjutnya yang juga penting untuk mengatasi masalah stunting adalah

inovasi di bidang gizi yang dilakukan oleh desa. Program inovasi ini mempunyai tujuan

utama menekan angka stunting dengan kelompok sasaran berisiko stunting yaitu ibu

hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan balita. Dengan adanya inovasi di bidang gizi,

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu hamil, ibu menyusui,

serta ibu dengan balita.(7) Menurut Anggraeny C tahun 2013 tentang inovasi kesehatan di
Puskesmas, menyatakan bahwa inovasi kesehatan dapat meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan dan kualitas kesehatan. (9)

Profil Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu 2016 menyatakan bahwa masih

terdapat kekurangan dan kesenjangan masalah kesehatan yang makin kompleks di

Kabupaten Rokan Hulu seperti belum efektifnya program-program pencegahan stunting

dan belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif di

semua tingkatan. Maka dari itu, upaya strategis perlu dilakukan untuk menjawab

tantangan tersebut terutama dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang harus

didukung oleh kerja sama dengan semangat kemitraan antar semua pelaku pembangunan

hingga di tingkat desa dengan interelasi, interaksi, dan keterpaduan berbagai upaya yang

dilakukan.(5, 6)Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti ingin meneliti lebih

lanjut tentang gambaran pengetahuan aparat desa, pemanfaatan dana desa, dan inovasi

kesehatan dalam program pencegahan dan penanganan stunting di tingkat desa

Kabupaten Rokan Hulu dengan menggunakan analisis data sekunder dari program

kemitraan FKM Unand- SEAMEO RECFON dengan Kementerian Kesehatan RI tahun

2018.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian adalah bagaimana

gambaran pengetahuan aparat desa, pemanfaatan dana desa, dan inovasi kesehatandalam

program pencegahan dan penanganan stuntingdi tingkat desa Kabupaten Rokan Hulu

2018.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis gambaranpengetahuan

aparat desa, pemanfaatan dana desa, dan inovasi kesehatandalam programdalam

pencegahan dan penanganan stunting di tingkat desa Kabupaten Rokan Hulu2018.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui pengetahuan aparat desa tentang program-program gizi dalam

pencegahan dan penanganan stunting di tingkat desa Kabupaten Rokan

Hulu2018.

2. Untuk mengetahui pemanfaatan dana desa untuk pelaksanaan program gizi balita

dalam pencegahan dan penanganan stunting di tingkat desa Kabupaten Rokan

Hulu2018.

3. Untuk mengetahui inovasi di bidang kesehatan (terutama gizi) di tingkat desa

Kabupaten Rokan Hulu2018.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Desa dan Puskesmas
Diharapkan penelitian ini memberikan distribusi kepada desa dan Puskesmas

dalam upaya mengatasi permasalahan stuntingpada anak balita.

1.4.2 Bagi Masyarakat


Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan

penguatan program penanggulangan stuntingsehingga bermanfaat dan berdampak

langsung pada masyarakat yang memiliki anak stunting.


1.4.3 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam mengkaji suatu permasalahan secara ilmiah

dengan teori yang diperoleh.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data

sekunder dari Action Reseach Kolaborasi SEAMEO 2018. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner dengan informan aparat desa. Penelitian dilakukan untuk

melihat gambaran pengetahuan aparat desa, pemanfaatan dana desa, dan inovasi

kesehatan dalam program pencegahan dan penanganan stunting di tingkat desa

Kabupaten Rokan Hulu 2018.

Anda mungkin juga menyukai