No.Dokumen :
SOP No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS .. (Tanda Tangan Kepala Puskesmas) Nama Kapus
.................. NIP.
1. Pengertian Serangkaian kegiatan untuk mengetahui status gizi menggunakan berat badan
2. Tujuan 2.1. Mampu melaksanakan penimbangan balita secara benar menggunakan
dacin
2.2. Mampu melaksanakan penimbangan bayi secara benar menggunakan
baby scale
2.3. Mampu melaksanakan penimbangan secara benar menggunakan bath
room scale
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2020 tantang Standart
Antropometri Anak;
Surat Edaran Bupati Jember Nomor 441/5830/311/2021 tentang Penanganan
Stunting di Kabupaten Jember;
4. Referensi 4.1. Pedoman Proses Asuhan Gizi Puskesmas
4.2. Buku antropometri
5. Kelengkapan 5.1. Alat :
5.1.1.Alat Tulis Kantor
5.1.2.Dacin
Spesifikasi
Timbangan bayi kapasitas 25 Kg
Dilengkapi celana timbang dari bahan kain drill
Bahan utama timbangan terbuat dari kuningan dengan berat sendiri
5 kg.
Panjang batang timbangan 90 cm.
Graduasi 0,1 Kg.
Gelang gatung diganti dengan kain gantungan yang bentuknya tidak
runcing, supaya aman bagi bayi.
Ada cap TERA
Tertulis “ KHUSUS BALITA “ pada lengan timbangan.
5.1.3.Baby scale
Spesifikasi
Berat maksimal yang dapat diukur: 25kg
Divisi berat: 5 gram / 0,01 lb
Lampu latar belakang: warna putih
Ukuran Layar Pengukuran: 75 x 30 mm
BateraI: 4 pcs AAA (A3)
Memori (Penyimpanan): 8 pengguna
Tinggi bayi: berkisar 46 sampai 80 cm
Divisi tinggi: 1mm / 0,1 inchi
No.Dokumen :
SOP No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS .. (Tanda Tangan Kepala Puskesmas) Nama Kapus
.................. NIP.
1. Pengertian Serangkaian kegiatan untuk mengetahui status gizi menggunakan tinggi badan
atau panjang badan
2. Tujuan 2.1. Mampu melaksanakan pengukuran tinggi badan dan panjang badan
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2020 tantang Standart
Antropometri Anak;
Surat Edaran Bupati Jember Nomor 441/5830/311/2021 tentang Penanganan
Stunting di Kabupaten Jember;
4. Referensi 4.1. Pedoman Proses Asuhan Gizi Puskesmas
4.2. Buku antropometri
5. Kelengkapan 5.1. Alat :
5.1.1.AlatTulis Kantor
5.1.2.Mikrotoa
Spesifikasi
Kapasitas Maximal 200 cm
Ketelitian 0,1 – 0,5 cm
Dapat dipasang pada dinding
Spesifikasi
Berat maksimal yang dapat diukur: 25kg
Divisi berat: 5 gram / 0,01 lb
Lampu latar belakang: warna putih
Ukuran Layar Pengukuran: 75 x 30 mm
BateraI: 4 pcs AAA (A3)
Memori (Penyimpanan): 8 pengguna
Tinggi bayi: berkisar 46 sampai 80 cm
Divisi tinggi: 1mm / 0,1 inchi
5.1.3.Infantometer
Spesifikasi
Kapasitas Maximal 100 cm
Bahan Alumunium tahan karat
Untuk mengukur panjang badan bayi
5.2. Bahan :
5.2.1.Dokumen
6. Prosedur / 6.1. Pengukuran tinggi badan
Langkah- 6.1.1. Kader/Bidan/Gizi/Nakes mempersiapkan alat yang akan di gunakan
langkah 6.1.2. Mikrotoa digantung pada dinding setinggi tepat 2 meter yang lurus
datar, angka 0 pada lantai yang datar
6.1.3. Lepaskan sandal atau sepatu
6.1.4. Pasien beridiri tegak lurus seperti sikap siap sempurna, tumit, kaki
dan kepala menempel pada dinding menghadap pandangan
kedepan
6.1.5. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku
harus lurus menempel pada dinding
6.1.6. Baca angka yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa
6.1.7. Mencatat hasil pengukuran tinggi badan
6.2. Pengukuran panjang badan
6.2.1. Kader/Bidan/Gizi/Nakes mempersiapkan alat yang akan di gunakan
6.2.2. Alat pengukur panjang badan bayi diletakkan pada meja atau
tempat yang data
6.2.3. Bayi ditidurkan dalam alat pengukur, kepala diletakkan menempel
bagian atas alat
6.2.4. Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser tepat menyentuh
telapak kaki
6.2.5. Baca angka pada alat pengukur tersebut
7. Diagram Alir -
8. Unit Terkait Puskesmas Sekabupaten Jember
Puskesmas Pembantu Sekabupaten Jember
Pondok Kesehatan Desa Sekabupaten Jember
Posyandu Sekabupaten Jember
9. Dokumen
Terkait
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara
berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih
(Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada
umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan
kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam menciptakan
sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan sumber daya
manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian
dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang
sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari. Di
tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis, ketahanan pangan keluarga,
pola asuh terhadap anak dan pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk
anak yang tahan gizi buruk. Oleh sebab itu orientasi pemantauan pertumbuhan bagi petugas
perlu dilaksanakan untuk memberikan pemahaman dan cara-cara pemantauan pertumbuhan.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, dan untuk masyarakat guna
memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar di
posyandu mencakup 5 kegiatan yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, KB, imunisasi, gizi dan
penanggulangan diare. Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah
kegiatan posyandu misalnya perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit
menular, dan program pembangunan lainnya. Penambahan kegiatan dilakukan
setelah 5 kegiatan utama dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas
50% serta tersedia sumber daya yang mendukung.
Pengintegrasian layanan sosial dasar di posyandu adalah upaya mensinergikan
berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi,
pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga dan
kesejahteraan social. Kegiatan ruitn posyandu dilakukan minimal 1x dalam sebulan
dengan jumlah minimal 5 orang kader. Kegiatan posyandu terdiri dari 5 langkah yaitu
meja 1 pendaftaran, meja 2 penimbangan, meja 3 pencatatan, meja 4 penyuluhan,
meja 5 pelayanan kesehatan.
Setelah pelayanan posyandu selesai kader melengkapi pencatatan dan
membahas hasil kegiatan tadi dan rencana tindak lanjut. Kader selanjutnya membuat
diagram balok SKDN berdasarkan data dari KMS/Buku KIA. Berdasarkan buku KIA
diperoleh informasi jumlah balita yang hadir dan ditimbang serta jumlah balita yang
naik dan tidak naik berat badannya, jumlah balita gizi baik, gizi kurang maupun gizi
buruk. Dengan data balok SKDN tersebut dapat dilakukan pemantauan pertumbuhan
balita setiap bulan. Keberhasilan pemantauan pertumbuhan di posyandu memerlukan
dukungan dari sektor terkait, kader , petugas kesehatan dan ibu hamil dan ibu balita.
Upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan upaya pokok untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Masalah gizi merupakan masalah yang
penanganannya harus dilaksanakan secara terpadu dengan berbagai sektor, bukan
hanya dengan pendekatan medis. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah
ekonomi dan perilaku serta pengetahuan masyarakat. Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pengetahuan
masyarakat akan pentingnya kesehatan dan dampak kedepan jika kesehatan
terabaikan. Keadaan gizi masyarakat yang optimal, dapat meningkatkan produktifitas
dan angka harapan hidup masyarakat.
Sebagai tindak lanjut maka puskesmas sebagai lini terdepan dari struktur jajaran
kementrian kesehatan menjadi penggerak utama di masyarakat dalam
penanggulangan masalah gizi serta mengajak semua lapisan masyarakat untuk
berperan aktif dalam kegiatan penganggulangan masalah gizi. Untuk memenuhi
kebutuhan informasi terkait situasi status gizi dan indikator kegiatan pembinaan gizi
yang spesifik di wilayah Puskesmas secara cepat, akurat, tepat waktu dan
berkelanjutan maka Puskesmas dipandang perlu melaksanakan penimbangan
serentak secara periodik dan berkesinambungan.
2. Tujuan
Tujuan Umum
Memperoleh gambaran data status gizi seluruh bayi/balita di wilayah kerja
secara berkala.
Tujuan Khusus
1. Memperoleh data berat badan bayi/balita
2. Memperoleh data tinggi badan/panjang badan bayi/balita
3. Memperoleh data status gizi bayi/balita
II. RENCANA KEGIATAN
1. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan Bayi Balita dengan melakukan penimbangan di
posyandu dan kunjungan rumah agar mendapatkan data valid.
2. Cara pelaksanaan
a. Pre Kegiatan
1) Pembuatan Jadwal Kunjung Sasaran
2) Review Pengukuran dan Penimbangan
3) Persiapan Tempat
4) Pembagian Undangan dan Pengumuman dengan Pengeras Suara
b. Hari Kegiatan
c. Post kegiatan
1) Evaluasi Kegiatan
2) Persiapan kunjungan rumah bila ada sasaran tidak datang
3) Evaluasi capaian masalah gizi
5. Peserta / Sasaran
Seluruh bayi balita umur 0 sampai 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
6. Jadwal Pelaksanaan
a. Waktu
Bulan Buka Posyandu
b. Tempat
Posyandu dan Rumah Sasaran
7. Pembiayaan
APBD, DD, ADD dan Swadaya
III. PENUTUP
Kegiatan Pemantauan Perumbuhan Balita di Kabupaten Jember diharapkan dapat
berjalan dengan lancar.
1. Pencatatan
Pencatatan kegiatan dilaporkan dalam bentuk laporan, notulensi, laporan bulanan
Puskesmas dan EPPGBM dengan target 100% Pengukuran dengan prosedur
pelaksanaan yang ada.
Menyetujui,
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember