Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Civic Education, Vol. 1 No.

2 Desember 2017

PROFESIONALISME GURU DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

Jan A. Rattu

Dosen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FIS UNIMA

Abstrak

Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa, profesi guru bermakna strategis dalam
membangun sumber daya manusia, sebab guru mengemban tugas / amanah dalam proses
pemanusiaan, pencerdasan, maupun pembudayaan sekaligus pembentukan karakter bangsa
oleh sebab itu pada peringatan hari guru nasional pada tanggal 2 Desember 2004 Presiden
mencanangkan bahwa guru sebagai profesi. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan secara khusus menyangkut standar pendidik
disebutkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi 1). Kompetensi
Pedagogik, 2). Kompetensi Kepribadian, 3). Kompetensi Profesional dan, 4). Kompetensi
Sosial

Kata Kunci:Profesionalisme, Guru, Pemerintahan Daerah

26
Jurnal Civic Education, Vol. 1 No. 2 Desember 2017

A. Pendahuluan keprofesionalannya tidak mendapat respons


Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri yang positif dari pada pengambil keputusan,
bahwa, profesi guru bermakna strategis dalam atau dengan kata lain tidak adanya penghargaan
membangun sumber daya manusia, sebab guru atas profesionalisme guru oleh para pemimpin
mengemban tugas / amanah dalam proses apalagi tenaga kependidikan guru umumnya
pemanusiaan, pencerdasan, maupun adalah pegawai negeri sipil daerah yang tentu
pembudayaan sekaligus pembentukan karakter tidak dapat lepas dari lingkup pemerintahan
bangsa oleh sebab itu pada peringatan hari guru daerah atau birokrasi daerah yang selalu dekat
nasional pada tanggal 2 Desember 2004 dengan kepentingan politik dan yang sering
Presiden mencanangkan bahwa guru sebagai mengabaikan profesionalisme apalagi profesi
profesi. guru mau tidak mau terlibat dalam percaturan
Komitmen pengakuan profesi guru politik karena profesi guru disaat pemilihan
sebagai tenaga professional indikasinya melalui kepala daerah atau pemilihan calon legislatif
pembuatan Undang-undang Guru dan Dosen tetap memberikan suara atau memiliki hak
serta program sertifikasi pendidik, pengakuan suara, situasi pemilihan kepala daerah ataupun
tersebut berfungsi mengangkat martabat dan pemilihan calon legislatif tidak jarang guru
peran guru sebagai agen pembelajaran. UU menjadi korban manakala pilihan hatinya tidak
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sejalan dengan kemauan para pimpinannya
menjelaskan bahwa aktualitas tugas dan fungsi indikasinya adalah kalau guru tersebut
penyandang profesi guru berbasis pada prinsip mendapat tugas tambahan baik sebagai wali
khusus. Prinsip-prinsip khusus dimaksud kelas, ketua jurusan, ataupun kepala sekolah
adalah; 1). Memiliki bakat, minat panggilan tugas-tugas tambahan tersebut bisa berpinda
jiwa dan idealisme; 2). Memiliki komitmen tangan kepada orang lain tanpa kajian
untuk meningkatkan mutu pendidikan, berdasarkan ketentuan yang berlaku tapi
keimanan, ketakwaan, dan ahlak mulia; 3). didasarkan pada kepentingan politik.
Memiliki kualitas akademik dan latar belakang Sarundajang (2012:3-4), Menyatakan
pendidikan sesuai sesuai bidang tugas; 4). bahwa dalam perkembangannya orang selalu
Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai tidak dapat lepas dari pemikiran bahwa baik
bidang tugas; 5). Memiliki tanggung jawab atas buruknya birokrasi indentik dengan baik
pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6). buruknya pemerintah, atau kebobrokan birokrasi
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai adalah kebobrokan pemerintah. Biasanya
dengan prestasi kerja; 7). Memiliki kesempatan kebobrokan birokrasi ini bersumber dari mental
untuk mengembangkan keprofesional secara para birokrat (man behind the gun) yang
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga
8). Memiliki jaminan perlindungan hokum menimbulkan biaya tinggi dan pemborosan
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan waktu. Lanjut dijelaskan bahwa birokrasi tidak
9). Memiliki organisasi profesi yang boleh dipolitisasi agar para birokrat dapat
mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang melakukan tugasnya dengan fair sesuai dengan
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. kaidah-kaidah manajemen. Namun sayangnya
Animo lulusan SMA-SMK sekarang ini birokrasi di Indonesia dicampuri oleh
dalam pengamatan penulis dalam kurun waktu 5 kepentingan politik.
tahun terakhir setelah diberlakukannya Jika kita cermati menjadi guru yang
sertifikasi guru semakin meningkat, hal ini professional pada prinsipnya tidak hanya diukur
terlihat dari besarnya pelamar pada Perguruan dari guru tersebut telah menerima gaji sertifikasi
Tinggi yang memiliki program Kependidikan tapi lebih daripada itu dengan
Guru, kondisi seperti ini sebagai pelaku dalam keprofesionalannya yang bersangkutan
dunia pendidikan tentu sangat membagakan kita mendapatkan pembinaan dan pengembangan
semua namun disatu sisi kita perlu mewaspadai karir guru meliputi penugasan, kenaikan
munculnya kekecewaan, setelah menjadi guru pangkat dan promosi atau dengan kata lain
dan upayanya dalam mewujudkan nilai-nilai mendapat tugas tambahan seperti wali kelas,

27
Jurnal Civic Education, Vol. 1 No. 2 Desember 2017

ketua jurusan, wakil kepala sekolah, kepala mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
sekolah, ataupun tugas-tugas tambahan lainnya, anak usia dini, jalur pendidikan formal,
namun tidak selamanya profesionalisme guru pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
tersebut berbanding sejajar dengan kepentingan Selanjutnya pada pasal 1 ayat 4 menyebutkan
politik dalam system pemerintahan daerah bahwa professional adalah pekerjaan atau
disebabkan kepentingan politik menjadi kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
dominan dalam pengambilan keputusan. menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau
B. Profesionalisme Guru kecakapan yang memenuhi standar mutu.
1. Pengertian Profesionalisme Guru Dengan demikian dapat kita katakan,
Profesionalisme berasal dari kata bahwa profesional adalah pekerjaan yang hanya
profesion, dalam Kamus Inggris Indonesia, dapat dilakukan oleh mereka yang memang
“profession berarti pekerjaan” menurut Arifin dipersiapkan untuk pekerjaan tertentu dan bukan
(1995:3) bahwa profession mengandung arti pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
yang sama dengan kata occupation atau karena terpaksa melakukan pekerjaan tersebut,
pekerjaan yang memerlukan keahlian yang bertitik tolak pada pengertian ini, maka
diperoleh melalui pendidikan atau latihan pengertian guru profesional adalah seseorang
khusus, hal yang sama juga dikemukakan oleh yang memiliki kemampuan, keahlian,
Kunandar (2007:45) profesionalisme berasal ketrampilan khusus dalam bidang keguruan
dari kata profesi yang artinya suatu bidang secara akademis.
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh Tilaar (2002:86) seorang professional
seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu menjalankan pekerjaannya sesuai dengan
jabatan atau pekerjaan tertentu yang tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan
khusus yang diperoleh dari pendidikan profesinya. Seorang profesional menjalankan
akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah kegiatannya berdasarkan profesionalisme,dan
suatu pekerjaan atau jabatan bukan secara amatiran. Profesionalisme
yang menuntut keahlian tertentu. bertentangan dengan amatirisme. Seorang
Berdasarkan pendapat-pendapat ini, maka professional akan terus-menerus meningkatkan
dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan
merupakan pekerjaan atau keahlian yang dan pelatihan.
memerlukan kompetensi intelektualitas, sikap Lebih lanjut Tilaar menjelaskan bahwa
dan keterampilan tertentu yang diperolah Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah,
melalui proses pendidikan secara akademis. nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan
Dengan demikian maka profesi guru menurut kewenangan dalam bidang pendidikan dan
Kunandar (2007:47) profesi guru adalah pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan
keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang seseorang yang menjadi mata pencaharian.
pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang Berdasarkan penjelasan-penjelasan
ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, profesi
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. adalah suatu jabatan, profesional adalah
Guru sebagai profesi berarti guru sebagai kemampuan atau keahlian dalam memegang
pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi suatu jabatan tertentu, sedangkan
(keahlian dan ketrampilan) dan efisien serta profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi
berhasil guna. dan profesional. Dengan demikian,
UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru profesionalisme guru adalah kemampuan,
dan Dosen dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 keahlian, ketrampilan dalam melaksanakan
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan guru tugas pokok yang meliputi mendidik, mengajar,
adalah pendidik professional dengan tugas membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
utama mendidik, mengajar, membimbing, dan mengevaluasi peserta didik, dan memiliki
mengarahkan, melatih, menilai dan kompetensi kepribadian dan sosial.

28
Jurnal Civic Education, Vol. 1 No. 2 Desember 2017

Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan


2. Indikator Kompetensi Profesionalisme bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
Guru dalam Pemerintahan Daerah social adalah kemampuan guru sebagai bagian
Guru yang professional tentunya memiliki dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
berbagai indicator kompetensi, dalam UU bergaul secara efektif dengan peserta didik,
Nomor 14 Tahun 2005 pasal 8 menjeaskan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar.
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan RI No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2)
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, mengenai Kualifikasi Akademik dan
selanjutnya dalam pasal 10 ayat 1 menjelaskan Kompetensi Guru dijelaskan pula bahwa: Pasal
bahwa kompetensi guru sebagaimana dimaksud 1 (a). Setiap guru wajib memenuhi standar
dalam pasal 8 meliptui kompetensi pedagogic, kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang
kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan berlaku secara nasional. (b). Standar kualifikasi
kompetensi professional yang diperoleh melalui akademik dan kompetensi guru sebagaimana
pendidikan profesi. yang dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Lampiran Peraturan Menteri ini. Pasal 2
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang
secara khusus menyangkut standar pendidik belum memenuhi kualifikasi akademik diploma
disebutkan bahwa kompetensi yang harus (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dengan
dimiliki seorang guru meliputi 1). Kompetensi Peraturan Menteri tersendiri.
Pedagogik, 2). Kompetensi Kepribadian, 3). Dari pengalaman penulis sebagai guru
Kompetensi Profesional dan, 4). Kompetensi SMK dari tahun 1985 sampai dengan tahun
Sosial, dengan penjelasan sebagai berikut: 2000 (sebelum berlakunya era otonomi daerah),
a. Kompetensi Pedagogik. maka kompetensi yang berhubungan dengan
Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan tugas guru adalah:
bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan a) Menyusun program pembelajaran
mengelola pembelajaran peserta didik yang Menyusun/membuat program
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran, merupakan salah satu kompetensi
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, yang harus dimiliki guru karena itu penyusunan
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan program pembelajaran yang dibuat dengan baik
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai memerlukan kompetensi dari seorang guru.
potensi yang dimilikinya. Penyusunan program pembelajaran akan
b. Kompetensi Kepribadian. tergambar apa yang harus dilakukan guru dan
Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan siswa dalam proses pembelajaran lebih daripada
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi itu ke mana siswa akan dibawa (tujuan), apa
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang harus siswa pelajari (isi bahan pelajaran),
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan teknik) dan bagaimana kita mengetahui
dan berakhlak mulia. bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).
c. Kompetensi Profesioanal. b) Menguasai bahan pelajaran.
Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan Kemampuan menguasai bahan pelajaran
bahwa yang dimaksud kompetensi profesional dalam proses pembelajaran, merupakan bagian
adalah kemampuan penguasaan materi kompetensi Guru yang mutlak dimiliki dalam
pembelajaran secara luas dan mendalam yang mengimplementasi proses pembelajaran.
memungkinkan membimbing pesrta didik Penguasaan bahan pelajaran ternyata
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
dalam Standar Nasional Pendidikan. siswa.
d. Kompetensi Sosial. c) Melaksanakan/mengelola proses
pembelajaran.

29
Jurnal Civic Education, Vol. 1 No. 2 Desember 2017

Melaksanakan atau mengelola program satu hak politik guru , situasi seperti ini
pembelajaran juga membutuhkan kompetensi memiliki kepekaan konflik social, maupun
pada tahap pelaksanaan program yang telah politik sehingga pada kondisi seperti ini
dibuat ini kompetensi yang dibutuhkan dibutuhkan kompetensi kepribadian yang
menyangkut komitmen guru untuk mantap, stabil, arif dan berwibawa, serta mampu
melaksanakan langkah-langkah proses membangun komunikasi yang efektif dengan
pembelajaran dituangkan dalam RPP, serta masyarakat atau dengan pimpinan, sebab jika
kemampuan keaktifan guru dalam menciptakan salah dalam mengambil sikap bisa berujung
dan menumbuhkan kegiatan pembelajaran bagi pada gagalnya profesionalisme yang dibangun
siswa atau dengan kata lain pemilihan metode dan dimiliki seorang guru.
pembelajaran yang tepat agar tercipta proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif C. Sistem Pemerintahan Daerah
dan menyenangkan. Sistem pemerintahan daerah berhubungan
d) Melaksanakan penilaian/evaluasi dan analisis erat dengan istilah otonomi daerah yang
hasil penilaian atau evaluasi. biberlakukan di Indonesia. Jika sebelumnya
Pelaksanan penilaian atau evaluasi untuk semua sistem pemerintahan bersifat terpusat
mengetahui sejauhmana kemajuan peserta atau sentralisasi maka setelah diterapkannya
belajar dalam menguasai materi yang sudah otonomi daerah diharapkan daerah bisa
diberikan, sekaligus mengetahui apa yang perlu mengatur kehidupan pemerintahan daerah
diperbaiki, terhadap program yang disusun oleh sendiri dengan cara mengoptimalkan potensi
guru atau mengetahui apa yang salah dalam daerah yang ada.
proses pelaksanaan pembelajaran, jadi untuk Meskipun demikian, terdapat beberapa hal
melakukan hal tersebut seorang guru tetap diatur oleh pemerintah pusat seperti urusan
membutuhkan kompetensi akademik. keuangan negara, agama, hubungan luar negeri,
Sedangkan berdasarkan pengalaman dan lain-lain. Sistem pemerintahan daerah juga
empiris penulis sebagai birokrat baik sebagai sebetulnya merupakan salah satu wujud
pejabat eselon IV, III dan eselon II di penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan
lingkungan Dinas Pendidikan, Pemuda dan efektif. Sebab pada umumnya tidak mungkin
Olahraga di dua Kabupaten dari tahun 2001 pemerintah pusat mengurusi semua
sampai dengan 2013 diera otonomi daerah, permasalahan negara yang begitu kompleks.
ternyata kompetensi yang harus dimiliki Disisi lain, pemerintahan daerah juga sebagai
seorang guru disamping kompetensi-kompetensi training ground dan pengembangan demokrasi
tugas pokok yang di sebutkan sebelumnya dalam sebuah kehidupan negara.
dibutuhkan implementasi Undang-Undang Nomoro 32 tahun 2004
kompetensi/kemampuan yaitu kepribadian yang Kelahiran undang-undang ini dilatarbelakangi
mantap, stabil, arif, dan berwibawa, serta dengan adanya perkembangan keadaan,
kompetensi/kemampuan social sebagai bagian ketatanegaraan, dan tuntutan otonomi daerah.
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan dalam penyelenggaraan otonomi menggunakan
bergaul secara efektif dengan masyarakat format otonomi seluas-luasnya. Artinya, azas ini
sekitar. diberlakukan oleh pemerintah seperti pada era
Kompetensi keperibadian dan sosial bagi sebelum UU Nomor 5 Tahun 1974. Alasan
seorang guru sangat dibutuhkan diera otonomi pertimbangan ini didasarkan suatu asumsi
daerah atau dalam system pemerintahan daerah bahwa hal-hal mengenai urusan pemerintahan
oleh karena disetiap agenda politik baik yang dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri,
pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota sangat tepat diberikan kebijakan otonomi
ataupun DPRD, DPR RI, DPD Hukum Tua sehingga setiap daerah mampu dan mandiri
umumnya keterlibatan guru dalam Kelompok untuk memberikan pelayanan demi
Panitia Pemungutan Suara (KPPS) atau Panitia meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.
Pemungutan Suara (PPS) sangat dominan Pemerintahan Daerah sesuai pasal 1 huruf
sekaligus dalam pemberian suara sebagai salah d Undang Undang Nomor. 22 tahun 1999

30
Jurnal Civic Education, Vol. 1 No. 2 Desember 2017

adalah penyelenggara pemerintahan daerah pelaksanaan, pengawasan, pengendalian hingga


otonom oleh pemerintah daerah dan juga DPRD evaluasi.
menurut azaz desentralisasi. Menurut Uundang Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004
Undang Nomor. 32 tahun 2004 pada pasal 1 pasal 1 ayat 7, 8, 9 tentang Pemerintah Daerah,
ayat 2, pemerintahan daerah ada 3 dasar sistem hubungan antara pusat &
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yaitu: 1). Desentralisasi adalah
oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan daerah otonom untuk mengatur & mengurus
prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam urusan pemerintah dalam sistem Negara
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Kesatuan Republik Indonesia. 2).
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Dekonsentrasi merupakan pelimpahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik wewenang pemerintah kepada Gubernur sebagai
Indonesia Tahun 1945. Pasal 1 ayat wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
3 Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, vertikal di wilayah tertentu. 3). Tugas
atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai perbantuan yaitu penugasan dari pemerintah
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pasal kepada daerah & atau desa atau sebutan lain
1 ayat 4, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan kewajiban melaporkan &
yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga mempertanggung jawabkan pelaksanaannya
perwakilan rakyat daerah sebagai unsur kepada yang menugaskan.
penyelenggara pemerintahan daerah. Berdasarkan penjelasan Undang-Undang
Penyelenggara pemerintahan daerah No. 32 tahun 2004, prinsip penyelenggaraan
adalah pemerintah daerah dan DPRD. otonomi daerah adalah sebagai berikut:
Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman  Penyelenggaraan otonomi daerah
pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang dilaksanakan dengan aspek keadilan,
terdiri atas asas kepastian hukum, asas demokrasi, pemerataan serta potensi &
kepentingan umum, asas tertib penyelenggara keaneka ragaman daerah.
negara, asas proporsionalitas, asas keterbukaan,  Pelaksanaan otonomi daerah dilandasi pada
asas akuntabilitas, asas efektivitas, asas otonomi luas, nyata & bertanggung jawab.
profesionalitas, dan asas efisiensi.  Pelaksanaan otonomi daerah yang luas &
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal utuh diletakkan pada daerah & daerah kota,
1 ayat 5, pengertian otonomi derah adalah hak sedangkan otonomi provinsi merupakan
,wewenang, dan kewajiban daerah otonom otonomi yang terbatas.
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan  Pelaksanaan otonomi harus selaras konstitusi
pemerintah dan kepentingan masyarakat negara sehingga tetap terjamin hubungan
setempat sesuai dengan peraturan perundang- yang serasi antara pusat & daerah.
undangan, sesuai dengan penjelasan Undang-  Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih
Undang No. 32 tahun 2004, bahwa pemberian meningkatkan kemandirian daerah kabupaten
kewenangan otonomi daerah dan kabupaten / & derah kota tidak lagi wilayah administrasi.
kota didasarkan kepada desentralisasi dalam Begitu juga di kawasan-kawasan khusus
wujud otonomi yang luas, nyata dan yang dibina oleh pemerintah.
bertanggung jawab. Kewenangan otonomi luas  Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih
berarti keleluasaan daerah untuk melaksanakan meningkatkan peranan & fungsi badan
pemerintahan yang meliputi semua aspek legislatif daerah baik sebagai fungsi
pemerintahan kecuali bidang pertahanan pengawasan, fungsi legislatif, mempunyai
keamanan, politik luar negeri, peradilan, agama, fungsi anggaran atas penyelenggaraan
moneter & fiscal serta kewenangan pada aspek otonomi daerah.
lainnya ditetapkan dengan peraturan perundang-  Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada
undangan. Disisi lain keleluasaan otonomi daerah propinsi dalam kedudukan sebagai
meliputi juga kewenangan yang utuh & bulat wilayah administrasi untuk melaksanakan
dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan,

31
Jurnal Civic Education, Vol. 1 No. 2 Desember 2017

kewenangan pemerintah tertentu dilimpahkan Sarundajang. (2012:6.7) menyatakan


kepada gubernur sebagai wakil pemerintah. bahwa … kelihatannya birokrasi di Indonesia
 Pelaksanaan asas tugas pembantuan belum menyesuaikan diri seperti yang dituntut
dimungkinkan tidak hanya di pemerintah oleh perubahan lingkungan strategi justru
daerah dan daerah kepada desa yang disertai menunjukkan penurunan kualitas birokrasi,
pembiayaan, sarana dan pra sarana serta terjadi gejala kemandekan birokrasi, selanjutnya
sumber daya manusia dengan kewajiban beliau memberikan beberapa contoh kasus
melaporkan pelaksanaan dan antara lain: (a). campur tangan politik dalam
mempertanggung jawabkan kepada yang menentukan jabatan karir seperti Sekretaris
menugaskan. Daerah Kabupaten / Kota; (b). isu putera daerah
Dalam prakteknya system pemerintahan dimana yang menduduki jabatan dalam
daerah (otonomi daerah) tidak semanis apa yang pemerintahan harus putera daerah; (c). kesulitan
diamanatkan dalam Undang-Undang No. 32 mutasi antar daerah otonom atau dari pusat ke
tahun 2004, dan peraturan perundang-undangan daerah otonom, karena alas an gaji tidak
lainnya terutama dalam pembinaan birokrat, termasuk dalam dana alokasi umum (DAU)
PNS termasuk didalamnya adalah guru, banyak daerah yang dituju; (d). maraknya isu politik
hal yang bisa kita cermati bersama bahwa uang, dalam setiap pemilihan gubernur, bupati
memasuki era otonomi daerah pembinaan dan wali kota, serta pada masa pembahasan
birokrat, PNS baik guru maupun non guru laporan pertanggungjawaban kepala daerah
keprofesionalan belum tentu menjadi dasar (LPJ).
dalam pengangkatan, penempatan suatu jabatan
atau tugas tambahan kepada guru, kasus ini D. Kesimpulan
memang dominan terjadi dalam pemerintahan 1. Profesi guru adalah suatu jabatan yang
Kabupaten ataupun Kota sebagai contoh memerlukan keahlian khusus dan tidak
penempatan seorang pejabat eselon IV, III, dan dapat dilakukan oleh sembarang orang
II sesuai aturan yang bersangkutan telah diluar bidang kependidikan.
memiliki sertifikat kepemimpinan sesuai 2. Profesionalisme guru adalah kemampuan
jabatannya yaitu untuk pejabat eselon IV sudah guru untuk melakukan tugas pokoknya
lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sebagai pendidik dan pengajar meliputi
tingkat IV, eselon III lulus pendidikan dan kemampuan merencanakan, melakukan, dan
pelatihan kepemimpinan tingkat III, dan eselon melaksanakan evaluasi pembelajaran untuk
II lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan
tingkat II atau apabila sudah diangkat minimal 6 akhir dari proses pendidikan.
bulan menduduki jabatan sudah harus mengikuti 3. Tugas seorang guru ada tiga jenis yaitu,
Diklat sesuai jabatannya tapi yang terjadi tidak tugas guru sebagai profesi,tugas
seperti itu artinya keprofesional bukan menjadi kemanusiaan,tugas dalam bidang
factor utama tapi yang utama adalah seberapa kemasyarakatan.
besar kontribusi yang bersangkutan dalam 4. Untuk menjadi guru yang professional
pemenangan disaat pilkada ataupun pilcaleg. dalam system pemerintahan daerah harus
Hal yang sama terjadi juga dalam memiliki dan mengimplementasikan
pemberian tugas tambahan kepada guru PNS kompetensi profesional yakni, kompetensi
terutama menjadi kepala sekolah, diera otonomi pribadi, kompetensi social, kompetensi
daerah sekarang ini suatu kemunafikan dalam bidang tugas pokok.
manakala kita menyangkal bahwa menjadi 5. Pemberian tugas tambahan kepada guru
kepala sekolah kepentingan politik menjadi PNS terutama menjadi kepala sekolah, diera
dominan artinya kepala sekolah sudah termasuk otonomi daerah sekarang ini kepentingan
jabatan politik. Dengan demikian kita harus politik menjadi dominan artinya kepala
mengatakan bahwa tugas tambahan kepala sekolah sudah termasuk jabatan politik.
sekolah di era otonomi daerah umumnya bukan 6. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara
lagi sebagai jabatan profesionalisme. pemerintahan daerah otonom oleh

32
Jurnal Civic Education, Vol. 1 No. 2 Desember 2017

pemerintah daerah dan juga DPRD menurut Undang-undang RI Nomor 32 tahun 2004
azaz desentralisasi, dengan prinsip otonomi tentang Pemerintahan Daerah.
yang seluas-luasnya dalam sistem dan Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen.
7. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Profesionalisme guru dalam system
pemerintahan daerah tetap harus ditegakkan,
dikembangkan dalam pelaksanaan tugas
pokok sebagai wujud panggilan jiwa,
panggilan hidup yang mulia seorang guru,
sekalipun profesionalisme tidak mendapat
respon positif para pengambil
keputusan/kebijakan di daerah otonom
karena kepentingan politik, akan tetapi yang
pasti keprofesional dalam
mengimplementasikan tugas pokok dalam
mendidik, melatih dan membimbing anak
bangsa akarnya tidak dapat dicabut pada
pribadi seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
H.A.R. Tilaar, 2002. Membenahi Pendidikan
Nasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kementerian Pendidikan Nasional.
Kunandar, 2007. Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan
Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Nana Sudjana, 1988. Dasar-dasar Proses
Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
S.H. Sarundajang 2012. Birokrasi dalam
Otonomi Daerah. (upaya mengatasi
kegagalan) Jakarta Kata Hasta Pustaka
S.H. Sarundajang 2012. Pemerintahan Daerah di
Berbagai Negara. Jakarta Kata Hasta
Pustaka

33

Anda mungkin juga menyukai