Pharmacy Services
Sahat Saragi
kuliah II - FF UP
9 -10 Maret 2021
The role Of Community Pharmacist
09/03/2021 2
Toward Pharmaceutical Care
Dimensi yang dibandingkan Apotek
Dispensing Pharmacy Pharmaceutical Care
Orientasi (Produk) (Pasien)
Tujuan Membawa produk ke Membawa apoteker ke
pelanggan pasien
Pengambilan Difokuskan pada produk Difokuskan pada pasien
keputusan
Penghasil uang Produk, asuhan atau Asuhan pasien, produk
pelayanan sebagai sebagai penunjang
penunjang
Ukuran keberhasialn Jumlah resep yang dilayani Hasil yang dirasakan atau
diperoleh pasien
Pengelolaan tempat Memamerkan dan menjual Menyediakan kenyamanan
produk pasien
Dokumentasi Memenuhi peraturan Menunjang asuhan
sehubungan dengan kefarmasian yang diberikan
persyaratan produk
Hubungan dengan Didasarkan atas pasokan Didasarkan atas kebutuhan
pelanggan produk pasien untuk mendapatkan
atau kebutuhan produk keamanan terapi obat
Sifat kegiatan Pasif menunggu resep Aktif menarik/merespon
pasien
Hubungan Terapetik Apoteker - Pasien
Hubungan terapetik apoteker-pasien merupakan dasar dari
asuhan kefarmasian, tekait pembagian tanggung jawab antara
apoteker dan pasien yang bersepakat bekerjasama untuk
mendapatkan hasil terapi obat yang terbaik. Tanpa adanya
hubungan terapetik ini, maka tidak akan terjadi proses
asuhan kefarmasian (Rovers, 1998)
Dalam hubungan terapetik:
• pasien bertanggung jawab atas informasi pribadi, menyatakan
pilihannya, dan peran sertanya dalam rencana asuhan kefarmasian
• difasilitasi oleh komunikasi efektif
• pengumpulan data yang lengkap dan terpadu
• penekanan pada kesejahteraan pasien saat ini dan yang akan datang
• tahapan yang kritis: apoteker dituntut mampu menggali informasi yang
spesifik dan relevan dengan kebutuhan pasien terkait terapi obat menjadi
dasar bagi apoteker untuk memutuskan masalah terkait obat (DRP)
yang ditemukan, dan bagaimana menyelesaikannya.
5 Pharm Care Process
1. A Professional relationship with the patient
must be established
2.Patient-specific medical information must be
collect, organized, recorded and maintained
3.Patient-specific must be evaluated and a drug-
therapy plan developed mutually with the patient
4. The Pharmacist must ensure that the patient
has all the supplies
5. The pharmacist must review, monitor and
modify the therapeutic plan as necessary and
appropriate in concert with the patient and health
care team
5 karakteristik Pharmaceutical care
menurut APhA (Rovers, 1998)
1. Hubungan profesional pasien-apoteker harus ditetapkan
dan dijaga/dikelola
2. Informasi medical spesifik dari pasien harus dikumpulkan,
dicatat dan diorganisasikan, serta dijaga
3. Informasi medical spesifik dari pasien harus dievaluasi dan
rencana terapi obat dikembangkan bersama pasien
4. Apoteker harus menjamin, bahwa pasien telah menerima
informasi, pengetahuan yang diperlukan, untuk
menjalankan terapi obat yang sudah ditetapkan bersama
5. Apoteker harus mereview, memantau dan memodifikasi
rencana terapi obat sesuai dengan kondisi pasien bersama
tim asuhan kesehatan.
Peran & Tanggung Jawab
Apoteker dalam
Drug Related Problem (DRP)
Tanggung Jawab Apoteker dalam praktek kefarmasian
Every Pharmaceutical Care Practitioner has three primary patient care responsibilities, and
there are to:
1. Identify and Resolve Drug Therapy Problems
2. Achieve desired Patient Outcomes
3. Prevent future drug therapy problems
Definisi
Any preventable event that may
cause or lead to inappropriate
medication use or patient harm while
the medication is the control of the
health care professional, patient or
consumer ……. (US Pharmacopoeia)
Bentuk Medication Errors
• Prescribing (kontra indikasi, Duplikasi, Tidak
terbaca, Instruksi tidak jelas, Instruksi keliru,
Instruksi tidak lengkap, Perhitungan dosis
keliru)
• Transcribing (Copy error, Dibaca keliru, Ada
instruksi yang terlewatkan, Mis-stamped,
Instruksi tidak dikerjakan, Instruksi verbal
diterjemahkan salah)
• Dispensing (Kontra indikasi, Extra dose,
kegagalan ngecek instruksi, Sediaan obat buruk,
Instruksi penggunaan obat tidak jelas, Salah
menghitung dosis, Salah memberi label, Salah
menulis instruksi, Dosis keliru, Pemberian obat
di luar instruksi, Instruksi verbal dijalankan
keliru)
• Administration (Adm error, Kontraindikasi, Obat
tertinggal di samping bed, Extra dose, Kegagalan
ngecek instruksi, Tidak ngecek identitas pasien,
Dosis keliru, Salah menulis instruksi, Patient
off-unit, Pemberian obat diluar instruksi,
Instruksi verbal dijalankan keliru
Med Errors terjadi akibat:
• Informasi pasien tidak lengkap: riwayat alergi,
penggunaan obat sebelumnya, faktor resiko berkaitan
dengan obat yang diminum
• Tidak diberikan informasi obat yang layak: cara
minum, frekuensi, lama dan waktu minum, efek
samping yang mungkin timbul
• Mis-komunikasi dalam peresepan: interpretasi salah
baca resep/baca obat/ baca desimal angka/unti dose
• Pe-labelan kemasan obat tidak jelas
• Lingkungan yang kurang baik: ruangan kurang terang,
alat racik tidak selalu bersih, pekerja tidak
memperhatikan ruang racik
PRESCRIBING
1. Penulisan Resep Tidak Terbaca/Tidak Jelas
2. Permintaan Tidak Jelas/Tidak Lengkap/Keliru :
- Jenis Obat : kontraindikasi dsb.
- Jumlah Obat
- Dosis
- Bentuk Sediaan
- Signa
3. Tidak ada informasi riwayat alergi dsb
4. Tidak ada informasi obat yang sedang
digunakan/diminum
TRANSCRIBING
1. Tidak mengerti adanya kesalahan Prescribing
2. - Salah membaca
- Salah mengartikan/interpretasi
- Ada yang terlewat
(Jenis, Bentuk, Dosis, Jumlah, Signa, Nama, Umur)
3. Tidak menanyakan/konfirmasi ulang: Nama, Alamat,
Umur pasien (info spesifik)
4. Tidak memeriksa keabsahan resep (tidak lengkap; palsu;
sulit dikomunikasikan)
DISPENSING
1. Salah mengambil obat: Jenis, Bentuk
Sediaan, Jumlah, Dosis, Kualitas
2. Salah meracik
3. Salah memilih jenis wadah/kemasan
4. Salah menulis/memasang etiket
LASA
(look alike – sound alike errors)
Brand names Therapy
Adderall/Inderal
Alupent/Atrovent
Celebrex/Celexa/Cerebyx
Lamictal/Lomotil/Lamisil
Lanoxin/Lonox
Levoxyl/Luvox
Nizoral/Nasarel/Neoral
Remeron/Zemuron
Vioxx/Zyvox
Zyrtec/Zyprexa
24
LASA
(look alike – sound alike errors)
Generic drug names Therapy
Acetohexamide/Acetazolamide
Amiodarone/Amrinone
Chlorpromazine/Chlorpropamide
Cyclosporine/Cycloserine
Daunorubicin/Doxorubicin
Glipizide/Glyburide
Methylprednisolone/Methyltestoster
one
Prednisone/Prednisolone
Tolazamide/Tolbutamide
Vinblastine/Vincristie
25
LASA
(look alike – sound alike errors)
Ke-ILMU-an
ETIKA
HUKUM/Peraturan/Regulasi/
Per-Undang-an
Peran & Tanggung jawab
Apoteker dalam
Irrational use of medicine
Pendahuluan
• Obat-obatan memainkan peran penting dalam pelayanan kesehatan, dan ketika
tidak rasional tetap menjadi masalah utama yang dihadapi sebagian besar sistem kesehatan
di seluruh dunia.
dari semua obat diberikan, secara tidak tepat. Selain itu, sekitar 50% pasien gagal
efektif serta kolaborasi yang efisien antara profesional kesehatan, pasien, dan
seluruh masyarakat.
Siklus Penggunaan Obat
Dari perspektif medis, penggunaan
obat yang tidak tepat dapat dimulai
pada salah satu dari 4 tahap siklus
utama penggunaan obat.
Diagnosis
Tahap diagnosis melibatkan
Follow up pengidentifikasian masalah Tahap
(dokter) Peresepan awal ini dapat memicu siklus
penggunaan obat yang tidak sesuai
jika masalah tidak tepat (misal:
kondisi penyakit)
Setelah menegakkan diagnosis,
pengobatan/terapi obat melelui
Peresepan — ini bisa berupa terapi
farmakologis atau non-obat.
Selanjutnya, pasien mendapat
Kepatuhan
(Pasien) Dispensing obat, mengambil obat sesuai
(Apoteker) petunjuk dan patuh minum obat
(Waktu minum, Frekuensi dan
Dosis).
Penggunaan Obat yang Rasional
• Menurut WHO, penggunaan obat secara
rasional didefinisikan untuk mewakili situasi di
mana "Pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhan klinis mereka, dalam
dosis yang memenuhi kebutuhan individu,
untuk periode waktu yang sesuai dan dengan
biaya yang efisien bagi pasien dan
komunitas mereka ”.
• Rasional: 4T dan 1 W:
• Tepat pasien, Indikasi, Dosis dan Cara pakai,
berikut Waspadai Efek samping.
Criteria for rational prescribing
(WHO)
01 02 03 04 05
Tepat Tepat
Tepat Indikasi Tepat Obat Tepat Pasien
Informasi Evaluasi
Keputusan Pasien
Pemilihan Tidak ada Evaluasi yang
untuk
obat kontraindikasi, Pasien tepat. Efek
meresepkan
didasarkan kemungkinan diberikan obat yang
obat
pada reaksi informasi diantisipasi
sepenuhnya
kemanjuran, merugikan yang relevan, dan tidak
didasarkan
keamanan, minimal, dan akurat, terduga
pada alasan
kesesuaian, obat dapat penting dan dipantau dan
medis dan
dan diterima oleh jelas ditafsirkan
terapi obat
pertimbangan pasien. mengenai dengan tepat
adalah
pengobatan biaya. kondisi
yang efektif mereka dan
dan aman. obat-obatan
yang
diresepkan.
Secara praktis, penggunaan obat dikatakan
rasional jika memenuhi kriteria:
Waspada Terhadap Efek
Tepat Diagnosis Samping
1. Kurangnya bekal dan 1. Sistem supply obat PERESEPAN Tekanan dan permintaan
keterampilan mengenai MENGANDUNG ARTI :
yang tidak efisien pasien, terutama bila
pemakaian obat (terapetika) a. Pemilihan jenis obat, dokter meresepkan
2. Ketiadaan Buku
yang didapat selama penentuan dosis, semua obat keinginan
Pedoman Pengobatan
pendidikan (pre service) cara dan lama pasien tanpa memilih
/ Formularium di unit pemberian
2. Kurangnya mengikuti mana yang tepat dan
penyegaran ilmu/ pendidikan – unit Pelayanan b. Informasi/edukasi tidak tepat
profesi berkelanjutan. 3. Beban pelayanan kepada pasien
Contoh:
Extravagant prescribing
Multiple prescribing
ketika dua atau lebih obat diresepkan padahal 1 obat saja sudah
cukup untuk mengatasinya.
Upaya dan Intervensi Untuk Mengatasi Masalah
Penggunaan Obat yang Tidak Rasional
1. Upaya Pendidikan
Dimaksudkan untuk memelihara pengetahuan dan
keterampilan mengenai terapi yang rasional dan
meluruskan informasi obat.
2. Upaya Manajerial
Meliputi pengendalian kecukupan obat, perbaikan
sistem suplai, pembatasan sistem peresepan dan
dispensing obat, informasi harga.
3. Intervensi Regulasi
Strategi regulasi dilakukan dalam bentuk kewajiban
registrasi obat bagi obat jadi yang beredar,
peraturan keharusan peresepan generik, pelabelan
generik dan lain-lain.
4. Upaya Informasi
Intervensi informasi bagi dokter sebagai peresep,
apoteker/asisten apoteker sebagai penyerah obat
dan pasien/masyarakat.
Standar Kompetensi Apoteker di
Apotek (IAI, 2016)
1. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas
permintaan dari Dokter, Dokter Gigi atau Dokter
Hewan, baik verbal maupun Non-verbal
2. Memberikan pelayanan kepada pasien atau
masyarakat yang ingin melakukan pengobatan
sendiri (swamedikasi)
3. Memberikan Pelayanan Informasi Obat
4. Memberikan Konsultasi Obat
5. Melakukan Monitoring Efek Samping Obat
6. Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat
42
PMK 73/2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di apotek
• Pharmaceutical care merupakan bentuk
pelayanan dan tanggung jawab langsung
Apoteker mencapai hasil terapi yg optimal guna
meningkatkan kualitas hidup pasien.
43
Standar Yan-far di Apotek … lanj
2 Kegiatan Pokok
Manajerial Pelayanan
Farmasi Klinik
Perencanaan,
Pengadaan, Pelayanan Resep,
Penyimpanan, Pelayanan Informasi Obat,
Pemusnahan, Konseling, Pelayanan Obat
Pengendalian, Non-Resep/Swamedikasi,
Pencatatan-Pelaporan Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Tinggal,
Pencatatan-Pelaporan
44
SEKIAN & TERIMA KASIH
To be successful, the first thing to do is fall in love
with your work.
-Sister Mary Laurette