Anda di halaman 1dari 8

B.

Fisiologi

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga,
tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklus. Ada 5 tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non
Rapid Eye Movement) dan berkisar dari keadaan tidur sangat ringan ditahap1 hingga keadaan
tidur nyenyak ditahap 3 dan 4. Selam tidur NREM, seseorang biasanya menglami penurunan
suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungs
tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap
5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM – Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM di
karakteristikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)


Terjadi kurang lebih 90 menit prtama setelah tertidur. Terbagi menjadi 4 tahapan
yaitu :
1) Tahap I
Merupakan thap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur . berlangsung
beberapa menit saja,dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap 1 ini
ditandai dengan :
a. Mata menjadi kabur dan rileks.
b. Seluruh otot menjadi lemas
c. Kedua bola mata bergerak kek kiri dan ke kanan
d. Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun
e. EEG : penurunan voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f. Dapat terbangun dengan mudah.
g. Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung
10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi
lebih lambat. Tahap II ini di tandai dengan :
a. Kedua bola mata berhenti bergerak.
b. suhu tubuh menurun.
c. Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d. tanda-tanda vital menurun dengan jelas.
e. EEG : Timbul gelombang beta frekuensi 15-18 siklus/detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan :
a. Relaksasi otot menyeuruh.
b. tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c. EEG : Perubahan gelombang beta menjadi 1-2 siklus/detik.
d. Sulit di bangunkan dan di gerakkan.
4) Tahap IV
Tahap tidur nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap in ditandai
dengan :
a. Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b.Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
c. Tonus otot menurun (relaksasi total)
d. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e. EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f. Gerak bola mata mulai meningkat.
g. Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sanga nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25% dari
tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan :
a. Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi daritahap-tahap
sebelumnya
b. Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90menit setelah tidur dimulai.
d. Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e. Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f. Metabolisme meningkat.
g. Lebih sulit dibangunkan.
h. Sekresi lambung meningkat.
i. Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.

3. Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan
tidur terganggu yang mneghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan
abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun dimalam hari, atau kantuk yang
berlebihan disiang hari (Maslow, 2005).
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur
kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif
(Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya
bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai
tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan
bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan,
mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan
goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.
Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi
ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan.
Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicarasesaat sebelum
bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan
mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea
yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah
apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15%
dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering terjadi juga pada wanita
menopause, serta wanita muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA
terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami
relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi
aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena
dada dan perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan
suara mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau
seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai
penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun
bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format nama, umur,
jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis,
sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta  bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang
khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan
dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu
aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan
dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian apakah pasien
mengalami alergi atau penyakit keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering
mengalami gangguan pola tidur.
3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
a. Nutrisi
b. Eliminasi
c. Personal Hygiene
d. kebutuhan Cairan dan Elektrolit.
e. Kebutuhan istirahat tidur
f. Pola kebiasaan yangmempengaruhi kesehatan
g. Kebutuhan seksualitas
h. Kebutuhan psikososial dan spiritual
4. Data Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut, telinga,
leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik
yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :
Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.
5. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik selama
perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.

G. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen,
gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, imobilisasi, nyeri, lingkungan yang
mengganggu.
b. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, henti nafas saat
tidur.
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1.      Gangguan pola tidur b/d NOC: NIC :
ketidakmampuan mengatasi Kriteria hasil:         observasi kebutuhan tidur klien berdasarka

stres yang berlebihan Setelah dilakukan usia


tindakan keperawatan         berikan terapi relaksasi untuk mengatasi str
selama 2X24 jam, :
klien
-       klien dapat
mempertahankan pola         ciptakan lingkungan yang aman dan nyama
tidur dalam batas rentang untuk klien tidur
normal ±6 jam         anjurkan klien untuk berdoa sesuai denga

agamanya
        kolaborasi dengan dokter dalam pemberia

obat tidur untuk membantu kebutuhan tid


pasien

2. ETIOLOGI
a) Rasa nyeri
b) Psikologis
c) Suhu tubuh
d) Rasa bosan
e) Pola aktivitas siang hari
f) Keletihan
g) Ketakutan
h) Depresi
i) Kurangnya privasi
j) Gejala emosi
k) Kondisi yang tidak menunjang tidur
l) Rasa khawatir (kecemasan) atau tertekan jiwanya
(Guyton, 1986)

3. Perencanaan Keperawatan
• Tujuan intervensi : membentuk kembali pola tidur dan istirahat
pasien (kebiasaan pasien) yang sesuai dengan kebutuhan
• Kriteria hasil:
- Klien tertidur dalam waktu 30 menit setelah naik tempat
tidur
- Klien melaporkan perasaan segar disaat terbangun di pagi
hari
- Badan tampak segar dan tidak lesu
• Intrvensi:
- Anjurkan agar klien tidak mengkonsumsi kafein dan alkohol
Rasional: kafein dan alkohol mengganggu siklus tidur
- Atur posisi klien pada posisi fowler

Rasional : posisi fowler mempermudah pernapasan saat tidur

- Ajarkan klien unyuk relaksasi sebelum tidur


Rasional: relaksasi mengurangi peningkatan tonus simpatik
- Kendalikan sumber-sumber kebisingan lingkungan
Rasional :suara bising (keras) dapat mengganggu tidur/istirahat
- Pastikan kamar tidur memiliki ventilasi yang baik
Rasional : ventilasi yang baik mempermudah pertukaran udara
- Berikan fasilitas tidur senyaman mungkin (kasur, bantal,slimut)
Rasional : memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kualitas tidur

Implementasi
 Menganjurkan kien agar tidak mengkonsumsi alkohol dan kafein
 Mengatur posisi klien agar semi fowler
 Mengajarkan klien untuk relaksasi sebelum tidur
 Mengendalikan sumber-sumber kebisingan lingkungan
 Memastikan kamar tidur memiliki ventilasi yang baik
 Memberikan fasilitas tidur senyaman mungkin

Evaluasi
Evaluasi terhadap kebutuhan istirahat dan tidur dapat dinilai dari :
- Terpenuhinya kebutuhan tidur dan istirahat dinilai berdasarkan lama dan kualitas tidur.
- Meningkatnya kualitas dan kuantitas tidur ditunjukkan dengan penampilan fisik yang segar
dan tidak lesu.
(Potter Perry, 2002)

F.       Penatalaksanaan
1.      Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur faktor yang menyebabkan
gangguan tidur bermacam – macam biasanya pasien dapat mengidentifikasi penyebab
masalah gangguan tidur seperti nyeri akut, kecemasan, dll.
2.      Mengurangi distraksi lingkungan
Distrkasi lingkungan adalah masalah utama pasien rawat inap cara untuk mengatasinya antara
lain :
a.       Tutup pintu kamar pasien
b.      Pasang kelambu
c.       Matikan pesawat telepon
d.      Redupkan atau matikan lampu
3.      Membuat pasien untuk memacu tidur
a.       Anjurkan pasien untuk mandi
b.      Anjurkan pasien untuk minum susu hangat
c.       Anjurkan pasien untuk baca buku
G.      Pengkajian Fokus
1.      Pengkajian
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
a)    Identitas (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
b)    Keluhan utama
c)    Riwayat penyakit
d)    Pemeriksaan fisik
Meliputi :
1)    Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
2)    TTV
3)    Perilaku
e)    Data Fokus
Data subjektif
1)    Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
2)    Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
3)    Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
4)    Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
5)    Kepala pusing, berat
6)    Mengeluh sering terbangun
Data objektif
a)    Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b)    Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c)    Gelisah, sering menguap
d)    Mudah tersinggung
e)    Ada bayangan hitam di bawah mata
H.    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Gangguan Pola Tidur
2.      Kecemasan/Ansietas
3.      Insomnia
I.       Intervensi
Kriteria Hasil:
1.      Jumlah jam tidur dalam batas normal  ( 6 – 8 jam / hari
2.      Mampu mengidentifikasi hal – hal yang meningkatkan tidur
3.      Pola tidur kualitas dalam batas normal
4.      Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
Intervensi :
1.      Monitor waktu makan dan minum dengam waktu tidur
2.      Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
3.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
4.       pentingnya tidur yang adekuat
5.      Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien
6.      Instruksikan untuk monitor tidur pasien
7.      Kolaborasi pemberian obat tidur

1.2.Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur
dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan
adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak
tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbic. Dengan demikian,
sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan
BSR (Potter & Perry, 2005).
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin
kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau
direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus
otot dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk
mengukur pergerakan mata (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral
yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel
khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus
visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi,
proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin,
misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari
sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing regional (BSR).
Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari
pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks
seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam
posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR
mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Anda mungkin juga menyukai