Kasus
SMRS (usia 10 tahun) An.T di diagnosa SN di RSUP karyadi (keluhan waktu itu
bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah rawat di RSUP
Purwerejo ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet hijau yang
dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua merasakan tidak ada perbaikan, anak justru
bertambah gemuk sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di diagnosa SN
diterapi mulai 2005- juli 2010. Dari spesialis anak dosis prednisolon 2-2-2 dosis terakhir 2 x
½ , evalusi proteinuria (+), tidak ada keluhan bengkak, moonface menurun, anak bisa
bertambah tinggi. 4 SMRS muncul bintik lebam dikulit, periksa ke SPPP diagnosa SN. AT
1000, AL 12170, Hb 13,5.pada saat MRS (17 tahun),didiagnosa ITP, rambut rontok. SMRS
muncul lebam-lebam, kulit Pasien kemerahan dan gusi berdarah. Pasien merasa lemas.
A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
Nama : Tn. D
Umur : 17 tahun
JenisKelamin :Laki-laki
Agama: Islam
Suku : Sunda
Pendidikan :SMP
Pekerjaan :Pelajar
Lama bekerja:-
TanggalPengkajianawal:17Agustus 2012
SumberInformasi : Pasien, Keluarga, Dokumentasi Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami ITP yg ditandai dengan Memar, bintik-bintik pada kulit,
keluarnya darah pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pengkajian Fisik
a. Keadaaan umum :
1) Tingkat kesadaran : compos menti.
2) Nadi ; 90 X/mnt suhu; 38 0C RR ; 26 X/mnt
TD:125/90 mmHg
3) Respon nyeri : Berespon terhadap nyeri
4) BB; 49 kg ,TB:168 cm, LLA ; 20 cm LK: 54 cm
b. Kulit : Warna sawo matang, kulit teraba hangat, terlhat bintik-bintik
merah, turgor kulit kembali saat 5 detik.
c. Kepala : bentuk kepala mesosepal, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat luka, rambut Nampak tampak bersih berwarna hitam tersebar
merata.
d. Mata :
1) pupil : reaksi cahaya +/+, isokor kanan/kiri
2) conjunctiva : anemis
3) sclera : tidak ikterik
e. Telinga : kedua telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak
ada cairan yang keluar dari kedua telinga
f. Hidung : pernafasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada
mimisan, tidak ada gangguan penciuman
g. Mulut : mukosa bibir lembab,terdapat luka sariawan, tidak ada
gangguan menelan, keadaan mulut bersih
h. Leher : tidak ada benjolan, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri
menelan.
i. Dada : Pergerakan dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak antara
dada kanan dan kiri. Tidak ada luka, tidak ada nyeri, tidak terdapat
penggunaan otot-otot tambahan pernafasan
j. Paru-paru :
I: simetris kanan/kiri
P: fremitus kanan/kir.
P: sonor,
A: vesikuler di kedua paru
k. Jantung :
Suara jantung reguler
l. Abdomen : tidak ada luka maupun bekas luka tidak ada nyeri tekan,
warna kulit merata, peristaltic 10x/menit
m. Genetalia : anak tidak terpasang kateter, genitalia bersih.
n. Anus dan rektum : bersih, tidak terdapat hemoroid
o. Muskuleskeletal : akral hangat, nadi teraba, tidak terdapat pitting
odema. Tidak ada nyeri,
p. Kekuatan otot:
5 5
5 5
q. Neurologi :
GCS E4V5M6
Tidak ada kejang, tidak ada tremor, pasien dapat menyebutkan tempat,
waktu orang (orientasi baik)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERI 13/08/2012 14/08/1012 15/08/2012 16/08/2012 17/08/2012 Rujukan Satuan
KSAAN
LABORA
TORIUM
Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,8 8,9 8,4 8,5 7,5 11,0-14,0 g/dl
HITUNG JENIS
- Basofil 0,6 - - - 0-1 %
- Eosinofil 0,1 - - - 1-4 %
- Netrofil 72,7 - - - 78,1 36,0-66,0 %
DO:
1. conjunctiva: anemis
2. BB; 49 kg ,TB:168
cm
DS:
Resiko tinggi kerusakan
Factor imunologis ditandai
1. pasien mengatkan integritas kulit
dengan immobilisasi,
badan terasa hangat
kelemahan, hipertermi,
DO: perubahan turgor kulit.
1. Kulit Lebam-lebam
2. Kulit Pasien
kemerahan
3. Kulit teraba hangat
4. Terlhat bintik-bintik
merah
5. Suhu 38 OC
6. Turgor kulit kembali
saat 5 detik
DO:-
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan
menurun, intake makanan kurang, kongjungtiva.
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor
imunologis ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan
turgor kulit.
3. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Dx. Keperawatan
Hari/Tanggal Shift Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Jum’at/ 17-08-2012, shif 08:00 Gangguan pemenuhan 08:10 08:20
nutrisi dan cairan kurang
pagi Memberikan makan pagi, S:
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dan memberi tau pasien 1. Pasien mau melakukan
anoreksia.
dan keluarga untuk yang diberitahu perawat
makan makanan yang 2. Pasien mau makan banyak
sedikit tetapi sering. Dan dan minum banyak.
banyak minum O: Makanan habis 1 porsi
09:00 09:10
Melakukan penimbangan S: -
berat badan. O: berat badan 49,5 kg
S:
1. Pasien mau
melakuakan yang
diberitahu perawat.
2. Pasien mengatakan
akan makan dan
minum banyak.
O:
1. Makanan habis 1 porsi
2. Berat badan 49,5 kg
A:
Gangguan pemenuhan nutrisi
dan cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia. Teratasi sebagian
TINDAKAN KEPERAWATAN
Dx. Keperawatan
11.30 11.15
-Meganjurkan klien S:klien mengatakan tidak
untuk tidak menggaruk
bagian yang gatal. nyaman
-Merubah posisi klien O:-klien terlihat masih
miring kanan dan miring
kekiri lemah
-masih terdapat bintik-
bintik merah pada kulit
A: Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan
factor imunologis belum
teratasi
P:-monitor integritas
kulit klien
-lihat ada tidaknya tanda-
tanda infeksi
-monitor suhu klien
3.
3. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
13.00 13.30
O:
A:Kurang pengetahuan
pada keluarga tentang kondisi
dan kebutuhan
pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi
informasi teratasi sebagian.
P:
Oleh:
11.Ristika Budi Astuti (2220111966 / 02)
12.Tanti Fajarini (2220111972 / 07)
13.Yenri Noor Vitasari (2220111977 / 11)
14.Eni Ariyani (2220111987 / 21)
Kelas : 2C
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
1. Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. (Imran,
2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi
yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh
yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita
ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah ubuhnya sendiri. (Family Doctor,
2006).
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit
yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga
bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem imun membuat antibodi
untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan
platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih
belum diketahui. (ana information center, 2008).
2. ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan
atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan
(misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan
etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan awitan
penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya
terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang
dewasa). (ana information center, 2008)
3. ITP juga terjadi pada pengidap HIV. sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman
keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan trombositopenia. Biasanya tanda-
tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang
berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam
lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang
terkini dan calar atau lebam.
C. EPIDEMOLOGI
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita :
1. Tipe pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak, anak-anak berusia 2 hingga 4
tahun yang umumnya menderita penyakit ini.
2. Tipe kedua menyerang orang dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat
pula terjadi pada siapa saja. ITP bukanlah penyakit keturunan. (Family Doctor, 2006).
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan
yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan
disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak sedangkan kronik ITP sering
terjadi pada dewasa. (Imran, 2008)
30.000-100.000/mL
Lama penyakit
2-6 minggu
Beberapa tahun
Perdarahan
Berulang
Beberapa hari/minggu
nafsu makan mudah lelah Hemoglobin purpura
Gg keseimbangan nutrisi Intoleransi aktivitas Gg. Integritas kulit
H. PENCEGAHAN
1.Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah
komplikasinya.
2. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan
meningkatkan risiko pendarahan.
3. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan. Lakukan terapi yang
benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang.
4. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting bagi
pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.
I. TERAPI
Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran
aman sehingga mencegah terjadinya pendarahan mayor. Selain itu, terapi ITP didasarkan
pada berapa banyak dan seberapa sering pasien mengalami pendarahan dan jumlah
platelet. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hampir sama. Kortikosteroid (ex: prednison)
sering digunakan untuk terapi ITP. kortikosteroid meningkatkan jumlah platelet dalam
darah dengan cara menurunkan aktivitas sistem imun. Imunoglobulin dan anti-Rh
imunoglobulin D. Pasien yang mengalami pendarahan parah membutuhkan transfusi
platelet dan dirawat dirumah sakit .
2. Metiprednisolon
Metilprednisolon dosis tinggi dapat diberikan pd ITP anak dan dewasa
yang resisten terhadap terapi prednison dosis konvensional. Dari hasil penelitian
menggunakan dosis tinggi metiprednisolon 3o mg/kg iv kemudian dosis
diturunkan tiap 3 hr samapi 1 mg/kg sekai sehari.
4.Anti-D iv
Dosis anti-D 50-75 mg/ka/hr IV. Mekanisme kerja anti-D yakni destruksi
sel darah merah rhesus D-positif yang secara khusus diberikan oleh RES terutama
di lien, jadi bersaingdengan autoantibodi yang menyelimuti trombosit melalui Fc
reseptor blockade.
5.lkaloid vinka
Misalnya vinkristin 1 mg atau 2 mg iv, vinblastin 5-10 mg, setiap minggu
selama 4-6 minggu.
6.Danazol
Dosis 200 mg p.o 4x sehari selama sedikitnya 6 bulan karena respon sering
lambat. Bila respon terjadi, dosis diteruskan sampai dosis maksimal sekurang-
kurangnya hr 1 tahun dan kemudian diturunkan 200mg/hr setiap 4 bulan.
7.Immunosupresif dan kemoterapi kombinasi
Imunosupresif diperlukan pada pasien yang gagal beresponsdengan terapi
lainya. Terapi dengan azatioprin (2 mg kg max 150 mg/hr) atau
siklofosfamiddenga sebagai obat tunggal dapat dipertimbangkan dan responya
bertandng tertahan sampai 5%.
8. Dapsone
Dosis 75 mg p.o per hari, respon terjadi dalam 2 bulan. Pasien harus
diperiksa G6PD, karena pasien dengan kabar G6PD yang rendah mempunyai
risiko hemolisis yang serius.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama :
Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
2. Riwayat penyakit sekarangang ditandai dengan
Klien mengalami ITP yg ditandai dengan Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah
pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
3. Riwayat penyakit dahulu
HIV AIDS yang mungkin diturunkan dari orang tua klien.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pihak keluarga mengalami HIV AIDS, kelainan hematologi.
5. Riwayat lingkungan
Kondisi lingkungan kurang baik atau kumuh karena penyakit ini bias disebabkan oleh virus
atau bakteri seperti rubella, rubiola dan paksinasi dengan virus aktif.
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
1) Petekie terjadi spontan.
2) Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
3) Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
4) Menoragie.
5) Hematuria.
6) Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
1) Gejala :
- Keletihan, kelemahan, malaise umum.
-Toleransi terhadap latihan rendah.
2) Tanda :
-Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
-Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
1) Gejala :
-Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat.
-Palpitasi (takikardia kompensasi).
2) Tanda : TD peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
1) Gejala :
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan
transfuse darah.
2) Tanda : Depresi.
g.Eliminasi.
1) Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
2) Tanda : Distensi abdomen.
h.Makanan / cairan.
1) Gejala :
-Penurunan masukan diet.
-Mual dan muntah.
2) Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
1) Gejala :
- Sakit kepala, pusing.
- Kelemahan, penurunan penglihatan.
2) Tanda :
-Epistaksis.
-Mental : tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
1) Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
2) Tanda : Takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
1) Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
2) Tanda : Takipnea, dispnea.
l. Keamanan
1) Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
2) Tanda : Petekie, ekimosis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun, intake
makanan kurang, kongjungtiva.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik)
ditandai dengan gangguan pola tidur, klien meringis kesakitan di daerah nyeri, skala
nyeri (data subyektif).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan imobilisasi
4. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan keterbatasan belajar,
tidak familiar dengan sumber informasi.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis
ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan turgor kulit.
6. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai dengan sianosis,
oedema, pucat.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas
pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
Tujuan dan kreteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan 1) Berikan makanan 1) Porsi lebih kecil dapat
tindakan keperawatan dalam porsi kecil tapi meningkatkan masukan
2x24 jam diharapkan sering. yang sesuai dengan kalori.
pemenuhan nutrisi klien 2) Anoreksia dan kelemahan
terpenuhi dengan 2) Pantau pemasukan dapat mengakibatkan
Tujuan: makanan dan timbang penurunan berat badan dan
Menghilangkan mual berat badan setiap hari. malnutrisi yang serius.
dan muntah 3) Sangat bermanfaat dalam
3) Lakukan konsultasi perhitungan dan
Criteria hasil: dengan ahli diet. penyesuaian diet untuk
Menunjukkan berat memenuhi kebutuhan nutrisi
badan stabil pasien.
4) Meningkatkan rasa
4) Libatkan keluarga keterlibatannya,
pasien dalam memberikan informasi pada
perencanaan makan keluarga untuk memahami
sesuai dengan indikasi. kebutuhan nutrisi pasien.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik).
Tujuan dan kreteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan 1) Tentukan riwayat nyeri, 1) Memberikan informasi
tindakan 2x24 jam lokasi, durasi dan yang diperlukan untuk
diharapkan nyeri yang intensitas merencanakan asuhan.
dirasakan klien 2) Evaluasi therapi: 2) Untuk mengetahui terapi
berkurang dengan pembedahan, radiasi, yang dilakukan sesuai atau
Tujuan : khemotherapi, tidak, atau malah
Melaporkan nyeri biotherapi, ajarkan klien menyebabkan komplikasi.
yang dialaminya dan keluarga tentang
Klien mampu cara menghadapinya.
mengontrol rasa nyeri 3) Berikan pengalihan
melalui aktivitas seperti reposisi dan 3) Untuk meningkatkan
Mengikuti program aktivitas menyenangkan kenyamanan dengan
pengobatan seperti mendengarkan mengalihkan perhatian klien
Mendemontrasikan musik atau nonton TV dari rasa nyeri.
tehnik relaksasi dan 4) Menganjurkan tehnik
pengalihan rasa nyeri penanganan stress
melalui aktivitas (tehnik relaksasi, 4) Meningkatkan kontrol diri
yang mungkin. visualisasi, bimbingan), atas efek samping dengan
gembira, dan berikan menurunkan stress dan
sentuhan therapeutik. ansietas.
5) Evaluasi nyeri, berikan
pengobatan bila perlu.
5) Untuk mengetahui
efektifitas penanganan
nyeri, tingkat nyeri dan
sampai sejauhmana klien
6) Diskusikan penanganan mampu menahannya serta
nyeri dengan dokter dan untuk mengetahui
juga dengan klien kebutuhan klien akan obat-
7) Berikan analgetik sesuai obatan anti nyeri.
indikasi seperti morfin, 6) Agar terapi yang
methadone, narkotik dll diberikan tepat sasaran.
4. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis
E. EVALUASI
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan SOAP, atau
SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami atau pada resiko
tinggi untuk mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini dapat disebabkan
oleh produksi trombosit yang menurun, distribusi trombosit yang berubah, pengrusakan
trombosit, atau dilusi vaskuler.
Gejala dan tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah Hidung
mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darah pada urin dan feses Beberapa
macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi
yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala
pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet
yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau
gejala yang lain. Tindakan keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau
mengatasi perdarahan yang terjadi.
B. SARAN
1. Perawat harus memantau setiap perkembangan yang terjadi pada pasien yang menderita
ITP.
2. Perawat harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, seperti tenaga kesehatan yang
bekerja di laboratorium yaitu untuk memerikasa jumlah trombosit pasien.
3. Perawat harus menerapkan komunikasi asertif terapeutik guna menurunkan tingkat
kecemasan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A Newma, 2006, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, EGC : Jakarta
Guyton, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC: Jakarta
Waspadji, Sarwono ,Soeparman, 1996, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FK UI :
Jakarta
DRUGS.2008.Idiopathic (Immune) Thrombocytopenic Purpura Medications.
http://www.drugs.com/condition/idiopathic-immune-thrombocytopenic-purpura.html.
Diakses tanggal 4 Nopember 2010 pukul 19.39 WITA.
NCI. Immune Thrombocytopenic Purpura. diakses dari
http://www.cancer.gov/Templates/db_alpha.aspx?CdrID=559453.html diakses tanggal
4 Nopember 2010 pukul 19.41 WITA.
Emedicine.2008. Immune Thrombocytopenic Purpura. diakses dari
http://www.emedicine.com/med/topic1151.html. diakses tanggal 4 Nopember 2010
pukul 19.46 WITA.
PDSA. 2008. ITP. diakses dari http://www.pdsa.org/itp-information/index.html. diakses
tanggal 26 Maret 2010 pukul 20.17 WIB.
Adiantoro, Heru.2010. diakses dari http://www.scribd.com/doc/30379773/Makalah-ITP.html
diakses tanggal 9 Nopember 2010 pukul 23.17 WITA