Anda di halaman 1dari 12

EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA KONSEP DAUR ULANG


SAMPAH DAN PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TEHADAP
KETERAMPILAN BERPKIR TINGKAT TINGGI DI SMA

STUDENT’S WORKSHEET DEVELOPMENT IN THE CONCEPT OF


RECYCLING WASTE AND LEARNING USING PROBLEM BASED MODEL
TO HIGH ORDER THINKING SKILL IN HIGH SCHOOL

Ayatusa’adah1

ABSTRAK

Kegiatan pembelajaran di SMA Banjarbaru lebih beroreintasi pada produk


pembelajaran karena tuntutan persiapan ujian nasional. Komponen perangkat
pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) belum sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai karena belum dikembangkan sesuai dengan konteks sekolah. Hal
ini kurang sesuai dengan peraturan pemerintah terkait SKL dan standar proses yang
menghendaki proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Pembelajaran yang
efektif dan efesien akan terlaksana jika pembelajaran direncanakan, dilaksanakan,
dinilai dan diawasi. Penelitian ini bertujuan menghasilkan prototipe LKS
pembelajaran konsep daur ulang sampah. Sebagai indikator pencapaian maka
disampaikan tujuan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa terhadap pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (PBM). Penelitian pengembangan ini dirancang dengan mengikuti
tahapan-tahapan penelitian ADDIE untuk menghasilkan prototipe LKS
pembelajran konsep daur ulang sampah menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah. Subjek penelitian pada uji kelas adalah siswa kelas X3.
Penelitian ini telah berhasil mengembangkan LKS pembelajran dan menghasilkan
prototipe LKS pembelajran konsep daur ulang sampah menggunakan model
pembelajaran berdasarkan masalah. Parameter pada uji lapangan 1 di kelas X3
SMA Negeri 2 Banajarbaru menujukkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
sebesar 76,92% yang terkategori sudah baik.

Kata Kunci: Lembar Kerja Siswa, Pembelajaran Berbasis Masalah, Berpikir


Tingkat Tinggi

ABSTRACT

The learning activities in high school Banjarbaru oriented learning products for
the demands of national exam preparation. Components of the learning device in
the form of Student Worksheet (LKS) is not in accordance with the objectives to be
achieved because it has not developed in accordance with the school context. It is

1
IAIN Palangka Raya

62
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

not in accordance with the relevant government regulations and standards SKL
process that requires learning process effective and efficient. Efficient and effective
learning will happen if the learning is planned, implemented, evaluated and
monitored. This study aims to produce a prototype LKS learning the concept of
recycling bins. As an indicator of the achievement of the objectives communicated
to describe the high-level thinking skills of students towards learning using Problem
Based Learning model (PBM). The study was designed to follow the development
stages ADDIE research to produce a prototype LKS learning concept of recycling
bins using model based problem. Research subjects in the test grade is class X3.
This research has successfully developed and produced a prototype learning LKS
concept of recycling bins using model based problem. The parameters in field tests
in class 1 SMA 2 Banajarbaru X3 showed a high level thinking skills of students
amounted to 76.92% categorized own good.

Keywords: Student Worksheet, Problem Based Learning, Higher-Order Thinking

PENDAHULUAN masalah autentik dilingkungan


Standar Kompetensi Lulusan sekolah. Selain itu guru biologi di
(SKL) Satuan Pendidikan No 23 SMA yang ada di Banjarbaru masih
Tahun 2006 menyebutkan tujuan menggunakan Lembar Kerja Siswa
pendidikan menengah yang terdiri (LKS) yang dibuat oleh percetakan
atas SMA/MA/SMALB/Paket C untuk pembelajaran di SMA
adalah untuk meningkatkan Banjarbaru.
kecerdasan, pengetahuan, Perencanaan proses
kepribadian, akhlak mulia, serta pembelajaran yang sesuai prinsip
keterampilan untuk hidup mandiri Permendiknas Nomor 65 Tahun 2013
dan mengikuti pendidikan lebih adalah perencanaan proses
lanjut. Pembelajaran yang diharapkan pembelajaran yang sesuai dengan
merupakan pembelajaran yang konteks lingkungan sekolah masing-
mengutamakan kemampuan proses masing. Perencanaan proses
siswa. Hal ini menuntun guru-guru pembelajaran yang diharapakan
biologi untuk menggunakan model sesuai dengan prinsip Permendiknas
pembelajaran yang dapat membawa No 65 Tahun 2013 belum
siswa dalam suatu proses ilmiah guna diimplementasikan guru di SMA
membentuk sikap ilmiah, Negeri 2 Banjarbaru. Berdasarkan
mendekatkan siswa kepada wawancara dengan guru mata
lingkungan sekitarnya. pelajaran biologi, guru masih
Berdasarkan hasil observasi menggunakan Lembar LKS yang
dan wawancara guru mata pelajaran dibuat oleh instansi tertentu yang
biologi di SMA Banjarbaru, diketahui tidak sesuai dengan konteks sekolah.
bahwa rata-rata pembelajaran dikelas Lembar Kerja Siswa (LKS)
selama ini sudah sering menggunakan merupakan salah satu aspek penting
pembelajaran kooperatif. Tetapi kelas dalam proses pembelajaran.
masih belum pernah dioreintasikan Berdasarkan Permendiknas No 65
pada pembelajaran yang memuat Tahun 2013 proses pembelajaran

63
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

pada setiap satuan pendidikan dasar disingkat PBM merupakan model


dan menengah harus interaktif, pembelajaran inovatif yang memberi
inspiratif, menyenangkan, kondisi belajar aktif kepada siswa
menantang, dan memotivasi peserta dalam kondisi dunia nyata (Yamin,
didik untuk berpartisipasi aktif, serta 2012). Kondisi belajar aktif pada
memberikan ruang yang cukup bagi PBM menuntun proses pembelajaran
prakarsa, kreativitas, dan agar berfokus pada siswa. Hal
kemandirian sesuai dengan bakat, tersebut tercermin dari tahapan
minat, dan perkembangan fisik serta pembelajarn model PBM yang
psikologis peserta didik. Oleh karena mengarahkan siswa untuk berpikir
itu LKS harus dibuat sedemikian rupa kritis dan kreatif. Berpikir kritis dan
agar dapat menciptakan proses kreaif memungkinkan siswa untuk
pembelajaran berpikir tingkat tinggi mempelajari masalah secara
dan sesuai karakteristik daerah sistematis, menghadapi berjuta
masing-masing. tantangan dengan cara yang
Guru diharapkan mampu terorganisasi, merumuskan
membuat sendiri LKS yang ada pertanyaan inovatif, dan merancang
keterkaitan antara lingkungan sekolah solosi orisinil (Johnson, 2011).
dengan materi ajar. Selain itu Menurut Rosnawati (2005)
pembelajaran juga diharapkan dapat kemampuan berpikir kritis dan
meningkatkan kemampuan berpikir berpikir kreatif merupakan indikator
siswa. Hal ini sejalan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
pendapat Ridwan (2010) bahwa Model PBM adalah salah satu
pengetahuan yang didapatkan siswa pembelajaran yang didukung oleh
akan menjadi bekal menciptakan teori konstruktivisme (Nur, 2011).
berfikir sistematis, logis, analitis, Siswa diharapkan dapat membangun
kritis, dan kreatif, serta kemampuan pengetahuannya secara aktif
berinteraksi dan bekerjasama. didukung dengan fasilitas dan
Perencanaan proses lingkungan belajar siswa. Hal
pembelajaran dibuat sesuai dengan tersebut terkait dengan PBM yang
Permendiknas No 65 Tahun 2013. mengarahkan siswa untuk
LKS dibuat sendiri sesuai kondisi dan memecahkan masalah disekitar
karakteristik daerah agar lingkungan belajar siswa.
menciptakan proses pembelajaran Keterampilan berpikir tingkat
berpikir tingkat tinggi. Untuk tinggi siswa dalam kegiatan
menciptakan proses pembelajaran pembelajaran dapat dilihat dari
berpikir tingkat tinggi diperlukan kemampuan siswa dalam
pembelajaran yang berfokus pada mengerjakan LKS selama proses
siswa. Pembelajaran yang berfokus pembelajaran. LKS yang dapat
pada siswa menjadikan siswa aktif menilai berpikir tingkat tinggi siswa
saat proses pembelajaran. Oleh adalah LKS yang di dalamnya
karena itu diperlukan sebuah model terdapat butir-butir berpikir kreatif
pembelajaran yang berfokus pada dan berpikir kritis. LKS yang
siswa. dikembangkan peneliti mengandung
Model pembelajaran berbasis butir-butir berpikr kreatif dan berpikir
masalah yang seterusnya akan kritis.

64
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

Pembelajaran dengan mengemas media pembelajaran


menggunakan LKS yang dirancang materi bioteknologi ke dalam bentuk
sesuai kondisi lingkungan sekolah CD pembelajaran. Oleh karena itu
dan model PBM dapat dikembangkan peneliti mencoba menggunakan
agar sesuai dengan SKL dan standar model pengembangan ADDIE untuk
proses. Salah satu model yang dapat mengembangkan LKS konsep Daur
digunakan adalah model ulang sampah dalam pembelajaran
pengembangan ADDIE. Menurut dengan menggunakan model PBM.
Jansak, ADDIE adalah model Konsep daur ulang sampah
pengembangan yang generik serta adalah salah satu materi pembelajaran
mempunyai pendekatan yang kelas X. Konsep daur ulang sampah
sistematik untuk proses mendesain sebaiknya diajarkan dengan model
instruksi dan menyediakan desain PBM agar ada kesesuaian antara
dengan suatu rangkaian kerja yang model dengan konsep pembelajaran.
teratur untuk memastikan bahwa Hal tersebut terkait dengan model
produk-produk pendidikan yang PBM yang mengarahkan siswa untuk
dihasilkan adalah efektif dan proses- memecahkan masalah disekitar
proses kreatif yang efesien. Tujuan lingkungan. Untuk
pengembangan pada model ADDIE mengimplementasikan model PBM
sesuai dengan tuntutan standar proses dengan konsep daur ulang sampah
yang menghendaki terlaksananya diperlukan sebuah perangkat
proses pembelajaran yang efektif dan pembelajaran.
efesien. Konsep daur ulang sampah
Model pengembangan yang diajarkan dengan model PBM
ADDIE terdiri dari 5 tahapan yang dapat membantu siswa untuk lebih
mana tiap tahapan adalah aktif dalam proses pembelajaran.
kepanjangan dari akronim ADDIE itu Dengan model PBM diharapkan
sendiri yaitu Analysis Design siswa dapat memukan cara-cara
Development Implementasi and mendaur ulang sampah yang efektif
Evaluation. Pengembangan dan efesien untuk kelestarian
perangkat dengan model ADDIE lingkungan. Penelitian
dalam tahapannya mengarahkan pengembangan dengan model PBM
proses pengembangan perangkat sudah pernah diteliti Rahmaniati
untuk menjadi sebuah produk sebagai (2011) yang menyimpulkan bahwa
sumber pembelajaran. Dalam proses model PBM dapat meningkatkan
pengembangan perangkat dalam keterampilan performans siswa.
tahapan mengujikan di sekolah Selain itu penelitian pengembangan
diperlukan model pembelajaran. mengenai konsep daur ulang sampah
Model pengembangan sudah pernah diteliti Yulinda (2011)
ADDIE digunakan untuk yang menyimpulkan ada pengaruh
mengembangkan LKS pembelajaran. proses-proses problem solving
Pengembangan dengan model terhadap hasil belajar, kinerja dan
ADDIE juga dilakukan Nurcahyo keterampilan berpikir tingkat tinggi
(2007) yang menyimpulkan bahwa siswa SMA pada konsep jenis dan
penggunaan model pengembangan daur ulang limbah.
ADDIE telah berhasil merancang dan

65
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

Penelitian mengenai konsep model pembelajaran. Tahapan


daur ulang sampah terkait dengan penyusunan, produksi, dan evaluasi
model PBM belum pernah dikakukan produk, perangkat dalam bentuk print
sebelumnya. Oleh sebab itu peneliti out yang kemudian divalidasi oleh
ingin mengembangkan LKS konsep ahli dan diuji coba. Tahap
daur ulang sampah denagan Inplementasi dan evaluasi.
menggunakan model PBM. Penelitian Desain uji coba pada
pengembangan yang penelitian dan pengembangan
menghubungkan konsep daur ulang dilakukan melalui dua tahapan yaitu
sampah dengan model PBM dapat uji coba kelompok kecil dan uji kelas.
dikembangkan dengan model Subjek coba untuk uji perorangan
pengembangan ADDIE dengan judul terdiri dari 3 orang ahli dalam
pengembangan LKS konsep daur pembuatan perangkat pembelajaran.
ulang sampah dan pembelajarannya Subjek uji kelompok keci 5 orang
menggunakan model PBM siswa kelas X2 SMA Negeri 2
keterampilan berpikir tingkat tinggi di Banjarbaru. Subjek uji keterlaksanaan
SMA. Tujuan dalam penelitian adalah guru dan siswa kelas X3 SMA
pengembangan ini adalah untuk Negeri 2 Banjarbaru. Data yang
mengembangkan LKS konsep daur diperlukan dalam penelitian ini
ulang sampah menggunakan model adalah data-data yang mendukung
PBM di SMA dan mendeskripsikan terbentuknya prototipe LKS dan data
keterampilan berpikir tingkat tinggi hasil keterampilan berpikir tingkat
siswa melalui pembelajaran dengan tinggi.
model PBM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN Penelitian dan pengembangan
Penelitian ini merupakan ini telah berhasil mengembangkan
penelitian dan pengembangan LKS konsep Daur Ulang Sampah
(Research & Development). dengan menggunakan model PBM di
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap SMA Negeri 2 Banjarbaru
yaitu (1) disain dan pengembangan menggunakan model pengembangan
LKS; (2) validasi dan uji coba; (3) ADDIE. Hasil ini sejalan dengan
implementasi dan evaluasi. penelitian yang pernah dilakukan
Rancangan dasar dan tahapan Nurcahyo (2007) yang juga telah
pengembangan mengacu pada berhasil mengebangkan prototipe
ADDIE (Analyze Design Develop pembelajaran. Nurcahyo (2007)
Implement Evaluate) model (Gagne et menyatakan bahwa melalui
al. 2005). penggunaan model pengembangan
Tahap pertama menganalisis ADDIE telah berhasil merancang dan
latar belakang dan perkembangan mengemas media pembelajaran
kognitif siswa. Tahap kedua desain materi bioteknologi ke dalam bentuk
dengan mengidentifikasi dan CD pembelajaran.
merumuskan tujuan pembelajaran Hasil yang diperoleh adalah
dengan format (ABCD) Audience data yang didapatkan dari hasil
Behavior Condition Degree dan pengembangan mulai dari tahap
menentukan strategi, metode dan perencanaan produk sampai dengan

66
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

tahap uji coba produk. Data uji Dimana pada tahapan ini menurut
perseorangan, uji kelompok kecil dan Saputra (2005) perkembangan
data hasil uji keterlaksanaan kognitif sudah ditandai dengan
pembelajaran merupakan penjabaran kemampuan individu untuk berpikir
dari terbentuknya suatu prototipe secara hipotesis dan berbeda dengan
produk pembelajaran. Secara rinci fakta, memahami konsep abstrak,
data hasil penelitian sesuai dengan dan mempertimbangkan
langkah pengembangan disajikan kemungkinan cakupan yang luas dari
sebagai berikut. perkara yang sempit.
Gaya atau kesukaan belajar
1. Analisis juga dipandang dapat mempengaruhi
Analisis karakteristik siswa proses dan hasil belajar (Yaumi,
meliputi analisis dari tingkat usia di 2013). Dari pengamatan gaya belajar
mana secara garis besar tingkat usia siswa di kelas mayoritas siswa
siswa kelas X3 SMA Negeri 2 bertipe kinestik dan sebagian bertipe
Banjarbaru tahun ajaran 2012/2013 audio dan ada sebagian yang bertipe
rata-rata berusia 15-16 tahun. visual. Dari hasil analisis siswa
Kemampuan siswa ada yang suka dibuat tujuan pembelajaran yang
mengerjakan tugas secara mana tujuan tersebut menjadi acuan
berkelompok dan ada beberapa siswa dalam mendesain perangkat
yang suka mengerjakan tugas secara pembelajaran.
individual. Dari pengamatan gaya
belajar siswa di kelas mayoritas siswa 2. Desain Tujuan
bertipe kinestik dan sebagian bertipe Tujuan yang didapatkan dari
audio dan ada sebagian yang bertipe hasil analisis awal kemudian
visual. Yaumui 2013 menegaskan disesuaikan kembali. Tujuan
analisis terfokus pada karakteristik pembelajaran yang ditetapkan
siswa, identifikasi kemampuan disesuaikan dengan media, metode
spesifik (pengetahuan, keterampilan) dan model pembelajaran. Hasil dari
dan gaya belajar siswa. Analisis tujuan kemudian menjadi dasar dalam
karakteristik siswa meliputi anlisis pembuatan LKS. Hasil akhir dari
tingkat usia dan analisis jenis tujuan kognitif proses pembelajaran
kelamin. Analisis kemampuan adalah sebagai berikut.
spesifik dilihat dari kemampuan  Diberikan alat dan bahan dan LKS
kognitif awal siswa melalui nilai 1 SMA, siswa dapat
raport semester sebelumnya. mengelompokkan bahan yang
Secara garis besar tingkat usia dapat terurai dan tidak dapat
siswa kelas X3 SMA Negeri 2 terurai secara biologi secara
Banjarbaru tahun ajaran 2012/2013 biologi sesuai dengan deskripsi
rata-rata berusia 15-16 tahun. Pada yang ada pada kunci LP proses.
tahapan ini siswa sudah dianggap  Diberikan alat dan bahan dan LKS
dapat memahami berbagai hal yang 1 SMA, siswa dapat mengamati
abstrak. Hal ini sejalan dengan penguraian bahan-bahan yang
pernyataan Singer (1996) yang dapat terurai secara biologi sesuai
menyebutkan usia 11- 7 tahun dengan deskripsi yang ada pada
disebut tahapan oprasi formal. kunci LP proses.

67
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

 Diberikan alat dan bahan dan LKS yang harus dilakukan peneliti adalah
2 SMA, siswa dapat melakukan menelitian dan merencanakan
pengamatan untuk seluruh tahap ini. Perencanaan
mengidentifikasi cara-cara meliputi identifikasi tujuan,
mendaur ulang dan menggunakan menentukan bagaimana tujuan akan
kembali sumber daya alam angi dipenuhi, strategi pembelajaran yang
sesuai dengan deskripsi yang ada akan digunakan untuk mencapai
pada kunci LP proses. tujuan, dan media dan metode yang
 Diberikan alat dan bahan dan LKS akan paling efektif dalam pencapaian
2 SMA, siswa dapat melakukan tujuan.
pengamatan untuk 3. Pengembangan
mengklasifikasikan barang-barang Tahap pengembangan
apa saja yang dapat digunakan menekankan tiga bidang:
kembali sesuai dengan deskripsi penyusunan, produksi, dan evaluasi
yang ada pada kunci LP proses. (Peterson, 2003). Hasil desain
 Diberikan alat dan bahan dan LKS perangkat dijadikan acuan dalam
3 SMA, siswa dapat membuat penyusunan dan produksi perangkat.
produk desain ulang sampah Perangkat pembelajaran konsep Daur
sesuai dengan deskripsi yang ada Ulang Sampah yang telah selesai di
pada kunci LP proses. desain dan di wujudkan dalam bentuk
Hasil dari tujuan draf kemudian dievaluasi (validasi)
pembelajaran ini kemudian menjadi oleh ahli. Validasi awal dilakukan
kerangka acuan dalam pembuatan oleh Prof. Dr. Muhammad Nur,
perangkat pembelajaran. Perangkat M.Pd, kedua oleh Rita Rahmaniati,
pembelajaran yang dibuat berurutan M.Pd dan validasi akhir oleh
dan sistematik sesuai dengan tujuan Norhasanah, M.Pd. Hasil validasi
pembelajaran yang telah ditetapkan. oleh validator menjadi acuan peneliti
Tahapan dalam pendesainan untuk memperbaiki perangkat sesuai
tersebut sesuai dengan tahapan yang saran validator. Data hasil validasi
dijelaskan Paterson (2003) yang oleh validator seperti pada table 1.
menguraikan proses desain menjadi Draf LKS diperbaiki sesuai saran
beberapa aspek penting. Hal pertama validator dari hasil validasi.

Tabel 1 Data Hasil Validasi


No Validator Hasil Penilaian
Perlu perbaikan pada bagian:
 Judul
1. Prof. Dr. Mohamad Nur
 Kualitas gambar/tabel dan grafik
 Daftar pustaka pada setiap LKS dan kunci LKS
Perlu perbaikan untuk LKS percobaan bedakan
2. Rita Rahmaniati, M.Pd
dengan LKS pengamatn
Perlu perbaiakan pada bagain:
 Alat dan bahan
 Kualitas gambar/tabel dan grafik
3. Norhasanah, M.Pd
 kebenaran isi fakta, konsep dan teori
Kesesuaian bahasa dengan kemampuan siswa yang
memakai

68
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

4. Implementasi Negeri 2 Banjarbaru pada kelas X2


Tahap implementasi semester 2. Uji kelompok kecil hanya
merupakan tahapan untuk menguji dilakukan 5 orang siswa. Uji
produk dan memastikan produk kelompok kecil dimaksudkan untuk
bekerja dengan baik sebelum siswa menilai, memberi masukan dan
dipasarkan dan diproduksi (Alam, mengomentari perangkat. Siswa
2012). Pada tahapan implementasi diminta mengkoreksi kerancuan kata
dilakukan uji coba kelompok kecil. atau kalimat-kalimat yang kurang
Pada uji kelompok kecil LKS dipahami. Hasil uji coba kelompok
diujikan pada siswa kelas lain dalam kecil yang dijabarkan seperi berikut.
satu sekolah yang sama yaitu di SMA

Tabel 2. Penilaian siswa terhadap LKS

No Siswa Skor Penilaian (1-4) Keterangan


1. Penilai A 2,61 Kurang
2. Penilai B 2,95 Kurang
3. Penilai C 3,28 Baik
4. Penilai D 3,28 Baik
5. Penilai E 3,13 Baik
Kategori Baik
Keterangan:
1 – 1,9 : Kurang Sekali
2 – 2,9 : Kurang
3 – 3,9 : Baik,
4 : Sangat Baik

Tabel 2 menyajikan data didefinisikan dalam analisis dan


perangkat pembelajaran yang dinilai desain tahap untuk menilai seberapa
pada bagian LKS menunjukakan skor baik produk bertemu dengan
dari lima siswa yang diminta instruktur dan harapan peserta didik.
penilaiannya 3 siswa memberikan Evaluasi formatif dilakukan dalam
nilai diatas 3 yang berarti secara tahapan-tahapan penelitian
umum LKS yang dikembangkan sedangkan tahapan evaluasi sumatif
peneliti sudah masuk kategori baik. untuk uji coba produk yang telah
Hasil ini menjadi dasar dibuat. Data evaluasi sumatif
dilanjutkannya penelitan ke tahap disajikan dari data hasil uji
evaluasi sumatif. keterlaksanaan pembelajaran.
Data hasil uji keterlaksanaan
5. Evaluasi pembelajaran yang didapatkan berupa
Evaluasi dilakukan dalam hasil data pengamatan selama proses
dua tahapan yaitu evaluasi formatif pembelajaran yang diambil melalui
dan evaluasi sumatif. Menurut Alam kemampuan siswa menjawab LKS
(2012) tahap evalusi meliputi evaluasi yang menjadi hasil kemampuan
formatif dan sumatif dari sistem berpikir tingkat tinggi siswa.
pembelajaran terhadap kriteria Keterampilan berpikir tingkat tinggi
keberhasilan atau penerimaan siswa dalam proses pembelajaran

69
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

didapatkan dari kemampuan siswa diperoleh satu nilai hasil keterampilan


dalam mengerjakan LKS secara berpikir tingkat tinggi siswa. Data
individual selama tiga kali rata-rata keterampilan berpikir
pertemuan. Nilai LKS selama tiga tingkat tinggi siswa seperti disajikan
kali pertemuan di rata-ratakan dan pada Tabel 3.

Tabel 3 Keterampilan berpikir tingkat tinggi

No Nama Nilai Keterangan


1 Akhmad Junaidi 88,50 Baik
2 Alfiananda Dwiki A S 72,50 Cukup Baik
3 Aulia Wibowo 85,50 Baik
4 Azhar Putra Pratama 82,33 Baik
5 Chandra Ali Rutandi 76,50 Baik
6 Desy Annisa G 89,16 Baik
7 Desy Maya Sari 84,50 Baik
8 Eka Putri Wulandari 90,16 Baik
9 Elsa Oktaviana 90,16 Baik
10 Fadillah Yusma Sugiyati 74,00 Cukup Baik
11 Hendy Prabowo 86,16 Baik
12 Inka Nur Khairinnisa 85,16 Baik
13 M. Ansori Fauzi 81,33 Baik
14 M. Adityas A 72,50 Cukup Baik
15 Mira Sri N 84,00 Baik
16 M. Herman Efendi 74,00 Cukup Baik
17 M. Ravi 83,50 Baik
18 Nasywa Nur Faridah 67,66 Cukup Baik
19 Novada Anggraini 89,16 Baik
20 Putu Indriyani 88,50 Baik
21 Ray Palmer Sitakar 81,16 Baik
22 Rizky Praditama 76,16 Baik
23 Sri Wulandari 83,00 Baik
24 Syarifah Nazillah 78,16 Baik
25 Aditya Bima Saputra 85,50 Baik
26 Rizky Alfian 69,00 Cukup Baik
Jumlah 2087,66
Rata-Rata 74,56
Keterangan:
76-100% = Baik; 56-75% = Cukup Baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto,
2010)

Tabel 3 memperlihatkan hasil 6 orang terkategori cukup baik


yang berbeda-beda tiap siswa keterampilan berpikirnya atau
sehingga kategorinya pun berbeda 23,07%. Dari hasil ini dapat
pula. Kategori untuk keterampilan disimpulkan keterampilan berpikir
berpikir tingkat tinggi pada siswa tingkat tinggi siswa 76,92% sudah
kelas X3 menunjukkan dua variasi baik. Hasil ini sejalan dengan temuan
kategori yakni baik sebanyak 20 yang dilaporkan Reta (2012),
orang atau setara dengan 76,92% dan

70
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

Purmaningrum (2012), Africano berdasarkan masalah dapat


(2008) dan Supramono (2005). meningkatkan keterampilan berpikir
Reta (2012) melaporkan tingkat tinggi siswa. Hal ini sesuai
bahwa ada perbedaan yang signifikan dengan pendapat Nur (2011) yang
keterampilan berpikir kritis antara menyatakan model PBM membantu
kelompok siswa yang belajar dengan siswa dalam mengembangkan
model pembelajaran berbasis masalah keterampilan berpikir dan pemecahan
dan kelompok siswa yang belajar masalah merupakan pendekatan yang
dengan model pembelajaran efektif untuk pengajaran proses
konvensional. Purmaningrum (2012) berpikir tingkat tinggi.
melaporkan bahwa penerapan model Berdasarkan hasil penelitian
PBM mampu meningkatkan dan pembahasan pengembangan LKS
kemampuan berpikir kreatif siswa konsep daur ulang sampah dalam
kelas X10 SMA Negeri 3 Surakarta. pembelajarannya menggunakan
Menurut Rosnawati (2005) model PBM LKS tersebut dapat
kemampuan berpikir kritis dan mengukur keterampilan berpikir
berpikir kreatif merupakan indikator tingkat tinggi siswa. Hasil yang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. didapatkan berupa produk dalam
Jadi berdasarkan temuan yang bentuk LKS yang kemudian direvisi
didapatkan Reta (2012) dan sebagai hasil dari pengembangan
Purmaningrum (2012) secara tidak LKS. Revisi produk pada bagian LKS
langsung menyatakan bahwa adalah perbaikan dalam penulisan
keterampilan berpikir tingat tinggi istilah yang kurang dipahami siswa
siswa dapat ditingkat dengan model sedikit perubahan dalam penyusunan
PBM. redaksi kalimat yang masih
Keterampilan berpikir dengan membingungkan siswa.
menggunakan model PBM juga dapat
ditingkatkan seperti hasil temuan KESIMPULAN
Africano (2008) yang melaporkan Berdasarkan hasil dan
penerapan pembelajaran berbasis pembahasan diatas dapat
masalah pada mata pelajaran biologi disimpulakan penelitian dan
dapat meningkatkan kemampuan pengembangan ini telah berhasil
berpikir siswa kelas X-A SMA mengembangkan LKS konsep Daur
Negeri 1 Ngantang. Supramono Ulang Sampah dengan menggunakan
(2005) juga menyimpulkan bahwa model PBM di SMA Negeri 2
pengembangan model perangkat Banjarbaru menggunakan model
PBM telah mampu meningkatkan pengembangan ADDIE. Penggunaan
keterampilan berpikir siswa. Kegiatan model PBM pada proses
belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran dapat meningkatkan
model perangkat pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi
menggunakan model pembelajaran siswa.

71
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

DAFTAR PUSTAKA

Afcariono, M. 2008. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi.
Jurnal Pendidikan Inovatif , Volume 3. No 2. Tahun 2008.
http://jurnaljpi.files.wordpress.com/ 2009/09/vol-3-no-2-muchamad-
afcariono.pdf. diakses tanggal 12 Juli 2013.
Ali, M. 2010. Metodelogi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka
Cendekia Utama.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Arikunto, S. 2007. Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Departmen Pendididkan.
Facrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan
kemampuan Berpikir Kritis dan Komonikasi Matematis siswa di Sekolah
Dasar. Edisi Khusus No 1 Agustus 2011.
Gagne, R. M., Wager, W. W., Golas, K. C. & Keller, J. M. 2005. Principles of
Instructional Design. Fifth edition, Singapore: Wadsworth Thomson
Learning
Gage, N. L. 1966 . Handbook of Research On Teching Project of The American
Educational Research Association. A Departement of The National
Education Association. Chicago.
Huitt, W. 2003. Constructivism. Education Psychology Interactive. Valdosa, GA.
Valdosa State.
Jhonson, E.B. 2011. Contextual Teaching and learning: Menjadikan kegiatan
belajar-mengajar mengasikkan dan bermakna. Bandung : Kaifa.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta:
Depdiknas.
Nur, M. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Nurcahyo, H. 2007. Model pengembangan kompetensi mahasiswa Calon guru
dalam mengajar bioteknologi dengan Mengoptimalkan pemanfaatan media
pembelajaran Berbasis komputer. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA
UNY. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131764503/Konaspi-
HeruNurcahyo-UNY.pdf. diakses tanggal 12 Juli 2013.
Peterson, C. 2003. Bringing ADDIE to Life: Instructional Design at Its Best. JI. of
Educational Multimedia and Hypermedia (2003) 12(3), 227-241. California
University of Pennsylvania, USA.

72
EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN 2338-4387

http://www.unco.edu/cetl/sir/clt/documents/ IDTf_Bic.pdf. diakses 12


Februari 2013.
Purnamaningrum, A. 2012. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif melalui
Problem based learning (PBL) pada pembelajaran biologi siswa kelas X10
SMA Negeri 3 Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan
Biologi. http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2012/02/ARIFAHPURNAM ANINGRUM.pdf. diakses
tanggal 12 Juli 2013.
Rahmaniati, R. 2011. Pengaruh Penerapan Perangkat Pembelajaran dengan
Model PBI terhadap Keterampilan Performans Siswa. Tesis. Pascasarjana
Pendidikan Biologi. Banjarmasin. Tidak Dipublikasikan.
Reiser, R. A. 2001. A History of Instructional Design and Technology. In Reiser, R
A and Dempsey, J. V,. ed’s. Trends and issue in instructional design an
technology. Englewood Cliffs: Prentice Hall College Division.
Reta, I.K. 2012. Pengaruh model pembelajaran Berbasis masalah terhadap
keterampilan berpikir Kritis ditinjau dari Gaya kognitif siswa. Artikel
Program studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha.
Ridwan. 2010. Naskah Akademik Biologi.Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat kurikulum.
Rosnawati. 2005. Pembelajaran Matematika Yang Mengembangkan Berpikir
Tingkat Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional.
Saputra, M. Yudha. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan
Keterampilan Anak. Jakarta: Depdiknas.
Shelton, K dan George Saltsman. Applying the ADDIE Model to Online Instruction,
dalam Lawrence A. Tomei (Ed.). Adapting Information and
Communication Technologies for Effective Education (USA: Robert
Morris University, 2008) hh. 42-43 (http://e-
learning.bahcesehir.edu.tr/coursecontent/se5301%20itsm
/applying%20the%20addie%20model%20to%20online%20instruction.pdf,
diakses 30 Desember 2012).
Singer, Dorothy G., dan Revenson, T A. 1996. A Piaget Primer How a Child
Thinks. New York: A Plume Book.
Soekartawi. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif R&D.Jakarta: Alfabeta.
Yamin, M dan Maisah. 2012. Orientasi Baru Ilmu Pendidikan. Jakarta: Referensi.
Yulinda, R. 2011. Hasil Belajar, Kinerja, dan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa SMA pada Pembelajaran Konsep Jenis dan Daur Ulang
Limbah melalui Proses-Proses Problem Solving. Tesis. Pascasarjana
Pendidikan Biologi. Banjarmasin. Tidak Dipublikasikan.
Yaumi, M. 2013. Prinsip-prinsif Desain Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

73

Anda mungkin juga menyukai