PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal,
dari orang dewasa berusia 18 tahun dan lebih tua menderita diabetes. Pada
diabetes 2012 adalah penyebab langsung dari 1,5 juta kematian dan glukosa darah
tinggi adalah penyebab lain 2,2 juta kematian. Hampir setengah dari semua
kematian disebabkan glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun. WHO
Prevalensi diabetes pada tahun 2015 ditata dalam bentuk angka yang tajam.
Untuk pertama kalinya diperkirakan sekarang ada lebih dari setengah juta anak
(IDF) juga memperkirakan sekarang ada 415 juta orang dewasa berusia 20-79
dengan diabetes di seluruh dunia, termasuk 193 juta yang tidak terdiagnosis.
1
2
glukosa, yang membuat mereka berisiko tinggi terkena penyakit ini. Jika kenaikan
ini tidak dihentikan, pada tahun 2040 akan ada 642 juta orang yang hidup dengan
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1%. Prevalensi Diabetes Melitus yang
Kem13 \l 1057 ].
Selatan yang didiagnosis dokter sebesar 1,6%. DM yang didiagnosis dokter atau
Kabupaten Toraja Utara (2,3%) dan Kota Palopo (2,1%). Prevalensi diabetes yang
(6,1%), Kota Makassar (5,3%), Kabupaten Luwu (5,2%) dan Kabupaten Luwu
Utara (4,0%). Berdasarkan data Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 terdapat Diabetes Melitus
27.470 kasus baru, 66.780 kasus lama dengan 747 kematian [CITATION Din14 \l
1057 ].
Kota Makassar tahun 2015 yaitu, asma sebanyak 1.210 kasus, jantung sebanyak
3
393 kasus, hipertensi sebanyak 370 kasus, Diabetes Mellitus sebanyak 191 kasus,
stroke sebanyak 151 kasus, maag sebanyak 151 kasus, broncho pneumonia
sebanyak 122 kasus, kecelakaan sebanyak 76 kasus, ginjal sebanyak 61 kasus dan
gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama
meluas dan membawa banyak kecacatan dan kematian [CITATION Bus15 \l 1057 ].
diet tinggi protein, vitamin A, C, B12, zat besi, dan kalsium. Nutrisi yang
terpenuhi yaitu dengan mengkonsumsi diet tinggi protein, vitamin A, C, B12, zat
besi, dan kalsium dapat mengalami penyembuhan luka dengan kriteria sembuh.
pasien dengan nutrisi terpenuhi akan lebih cepat mengalami kesembuhan lukanya [
yang diakibatkan oleh stress secara langsung mempengaruhi fisik dan sistem
tubuh. Stres juga secara tidak langsung mempengaruhi perilaku individu tersebut
Berdasarkan data dari Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Barru, menunjukkan
bahwa jumlah pasien dalam 3 bulan terakhir sebanyak 118 pasien, dimana jumlah
4
pasien pada bulan Juli sebanyak 45 pasien yang mengalami kecemasan 17 orang
14 orang (50,0%) dan meningkat pada bulan September sebanyak 45 pasien yang
kecemasan dari bulan Juli sampai September 2019 sebanyak 59 pasien (Rekam
Medik RSUD Barru, 2019). Berdasarkan hasil observasi pada saat pengambilan
data awal didapatkan bahwa pasien masih kurang memahami tentang penyakit
dengan Proses Penyembuhan Luka Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Barru”.
B. Rumusan Masalah
adalah “apakah ada hubungan antara status nutrisi dan kecemasan dengan proses
penyembuhan luka diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Barru?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
RSUD Barru.
5
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
3. Manfaat peneliti
menambah wawasan dalam hal ini sebagai salah satu syarat untuk
Makassar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
degeneratif, yaitu penyakit akibat fungsi atau struktur dari jaringan atau organ
tubuh yang secara progresif menurun dari waktu ke waktu karena usia atau
darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
1057 ]:
jenis antibodi. Ada juga jenis lainnya seperti Gestational Diabetes. Pada
Bisa berupa efek genetik fungsi insulin, efek genetik kerja insulin,
3. Etiologi
8
Adapun etiologi dari penyakit diabetes melitus, antara lain [ CITATION Pad \l
1057 ]:
1) Faktor genetik
2) Faktor imunologi
3) Faktor lingkungan
tahun).
9
2) Obesitas.
3) Riwayat keluarga.
4. Manifestasi klinis
badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit
d. Paru-paru : TBC.
Komplikasi bisa bersifat akut, dan ada yang kronik. Komplikasi akut
pada pembuluh darah kecil di bagian ujung organ yang disebut mikroangipati.
1) Hiperalbuminuria
2) Background retinopathy
3) Neuropathy
5) Hipertensi
2) Proliferative retinopathy
6. Penatalaksanaan
11
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
e. Pendidikan Kesehatan
mengurangi gejala, membentuk berat badan ideal, dan mencegah akibat lanjut
b. Latihan jasmani.
cangkok pankreas.
Kunci utama pencegahan diabetes terletak pada tiga titik yang saling
b. Aktif olahraga
c. Makan sehat.
sedikit (5-7% dari total berat) disertai dengan 30 menit kegiatan fisik olahraga
5 hari per minggu, sambil makan secukupnya yang sehat. Selain itu, untuk
identifikasi diri terhadap risiko diabetes, maka setiap orang mulai berusia 45
tahun, terutama yang berat badan lebih, seharusnya uji diabetes. Pencegahan
makanan bergizi dan seimbang, ataupun bisa diet, diri terhadap makanan
b. Promosi kesehatan
c. Pencegahan khusus
13
d. Diagnosis awal
terdapat penderita untuk tidak jatuh ke diabetes melitus yang lebih berat
atau komplikasi.
f. Disability limitation
lebih berat.
b. Obat yang bekerja di perifer pada otot dan lemak, mensensitifkan otot
seperti Metformin.
1. Pengertian luka
pada lokasi, tingkat keparahan dan luas luka. Proses penyembuhan luka juga
ke struktur normal, misalnya sel hati, tubulus ginjal dan neuron pada sistem
saraf pusat mengalami regenerasi sel yang lambat atau bahkan tidak
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 sampai 4 hari.
Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis.
luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah leukosit
oleh makrofag yang keluar dari monosit selama kurang lebih 24 jam
setelah terjadi luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris
b. Fase destruktif
berlangsung terus tanpa adanya sel ini dan proses penyembuhan luka
angiogenesis.
Fase ini berlangsung dari hari ke-3 atau ke-4 sampai hari ke -12
d. Fase epitelisasi
tanduk.
Fase ini dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun. Fibroblas terus
dalam struktur yang lebih kuat. Secara umum luka akan mencapai 80%
3. Klasifikasi luka
Adapun klasifikasi luka, antara lain sebagai berikut [ CITATION Eka13 \l 1057 ] :
dermis
1) Akut
2) Kronik
kembali.
Timbul bila jaringan telah melekat secara baik dan jaringan yang
hilang minimal atau tidak ada. Tipe penyembuhan yang pertama ini
skar. Pada luka ini proses inflamasi adalah minimal sebab kerusakan
hanya sedikit atau tidak terbentuk. Hal ini terjadi karena adanya migrasi
tipe jaringan yang sama dari kedua sisi luka yang akan memfasilitasi
banyak debris dan jaringan nekrotik dan periode fagositosit yang lebih
lama. Hal ini menyebabkan resiko infeksi menjadi lebih besar [ CITATION
Eka13 \l 1057 ].
luka, sebagai contoh jika sirkulasi pada area injuri adalah buruk. Luka
1057 ].
a. Faktor umum
1057 ].
2) Status nutrisi
Eka13 \l 1057 ].
b. Faktor lokal
1057 ].
2) Hidrasi luka
3) Temperatur luka
6) Luka infeksi
terjadinya sepsis. Adanya bakteri sebagai bagian dari suatu flora dari
kulit, dan organisme pindah ke dalam luka dari sekitar kulit. Secara
Flora kulit kering rata-rata 10 sampai 1000 bakteri per gram tiap
bakteri dari jaringan lembab, saliva atau feses. Tempat flora kulit
bakteri 100.000 organisme per gram dari jaringan. Infeksi pada luka
a. Ukuran
b. Kedalaman
24
berbatasan.
tepi luka
luka
e. Jenis eksudat
kuning disertai ba
f. Jumlah eksudat
kulit etnik normal yang dalam atau warna ungu. Ketika penyembuhan
terjadi pada orang berkulit gelap. Maka kulit yang baru berwarna merah
i. Granulasi jaringan
j. Epitalisasi jaringan
epidermal dan terlihat kulit berwarna merah muda atau merah. Pada luka
1. Definisi nutrisi
dikonsumsinya. Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang manusia makan dan
tubuh dan menormalkan fungsi dari semua proses tubuh. Nutrien adalah zat
kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan dan diperoleh
diperhatikan jumlah kalori sesuai dengan berat badan, tinggi badan, jenis
kelamin, aktivitas, kelainan metabolik dan suhu tubuh. Gula murni tidak
Salah bentuk diet yang dianjurkan adalah apa yang disebut dengan
mediterranian diet - kaya dengan lemak baik (olive oil) dan jumlah
karbohidrat dan protein (dari ikan dan ayam). Studi membuktikan bahwa diet
kolesterol dan marker lainnya dari penyakit jantung[ CITATION Bus15 \l 1057 ].
2. Jenis-jenis nutrien
a. Karbohidrat
28
1057 ]:
tunggal yang terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa
b. Lemak
3) Perlindungan.
tubuh.
29
makan.
c. Protein
ini berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam asam amino.
haemoglobin.
d. Vitamin
2) Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan dalam tubuh
Berat Badan(kg)
IMT=
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan ( m )
32
1. Pengertian kecemasan
interpersonal suatu respon terhadap bahaya yang tidak diketahui yang muncul
1057 ].
orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan
itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri
Azi16 \l 1057 ] :
Adaptif Maladatif
33
Panik
a. Antisipasi
dengan lingkungan.
b. Cemas ringan
untuk bertindak.
c. Cemas sedang
penting baginya.
d. Cemas berat
tidak memikirkan yang luas, tidak mampu membuat kaitan dan tidak
e. Panik
3. Sumber kecemasan
sexual.
tersinggung.
1) Teori psikoanalitik
35
menghindari kepedihan.
3) Teori keluarga
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan
4) Teori biologis
stresor.
1057 ] :
dilema etik yang timbul dari aspek religius seseorang, tekanan dari
suatu kecemasan.
6. Pengukuran kecemasan
pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max
tersinggung.
d. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
konsentrasi.
g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan
panas di perut.
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.
39
7. Penatalaksanaan kecemasan
1057 ] :
c. Terapi somatik
d. Psikoterapi
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
stressor.
41
ingat.
mengalami kecemasan.
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
e. Terapi psikoreligius
a. Umur
Bahwa umur yang lebih muda lebih mudah menderita stress dari
b. Keadaan fisik
penyakit.
c. Sosial budaya
agamanya rendah.
d. Tingkat pendidikan
respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar
e. Tingkat pengetahuan
BAB III
43
KERANGKA KONSEP
gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama
meluas dan membawa banyak kecacatan dan kematian [CITATION Bus15 \l 1057 ].
tingkat kapiler membatasi profilerasi jaringan granulasi yang sehat. Defisiensi zat
besi dapat melambatkan kecepatan epitelisasi dan menurunkan kekuatan luka dan
kolagen. Jumlah vitamin A dan C zat besi dan tembaga yang memadai
tergantung pada asupan protein, karbohidrat dan lemak yang tepat. Penyembuhan
luka membutuhkan dua kali lipat kebutuhan protein dan karbohidrat dari biasanya
untuk segala usia. Diet seimbang mengandung bahan nutrisi yang dibutuhkan
untuk perbaikan luka seperti asam amino (daging, ikan dan susu), energi sel (biji-
bijian, gula, madu, buah-buahan dan sayuran), vitamin C (buah kiwi, strawberry,
dan tomat), vitamin A (hati, telur, buah berwarna hijau cerah, dan sayur-sayuran),
Vitamin B ( kacang, daging dan ikan), zinc (makanan laut, jamur, kacang kedelai,
bunga matahari), bahan mineral (makanan laut dan kacang dari biji-bijian), air
Stres, cemas dan depresi telah dibuktikan dapat mengurangi efisiensi dari
positif untuk memberikan penyembuhan oleh tiap pasien dan perawat dapat
Status Nutrisi
Kecemasan
Keterangan :
: Variabel independen
: Variabel dependen
C. Identifikasi Variabel
berkaitan satu sama lainnya dan telah inventarisasi dari dulu dalam variabel
lain yang dapat mempengaruhi variabel bebas dan terikat, seperti variabel
Tool.
Kriteria objektif :
Status nutrisi dalam penelitian ini adalah suatu keadaan tubuh yang
Kriteria Objektif :
Kriteria Objektif :
E. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis nol dalam penelitian dalam penelitian ini antara lain :
BAB IV
METODE PENELITIAN
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach) [CITATION Soe \l 1057 ]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
penyembuhan luka diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Barru.
1. Lokasi
Barru.
2. Waktu
28 Desember 2019.
1. Populasi
1057 ]. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes melitus di
2. Sampel
[ CITATION Don15 \l 1057 ] . Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes
a. Besar sampel
48
N
n=
1+ N ( d )2
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
59
n=
1+59 ( 0,1 )2
59
n=
1,59
n=37,01
sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
c. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
2) Kriteria eksklusi
49
1. Data primer
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
1. Pengolahan Data
a. Editing
masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin
out).
untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi
d. Tabulasi
2. Analisa data
a. Analisa Univariat
b. Analisis Bivariat
F. Pengujian Hipotesis
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-square,
kategorik. Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0.05. Adapun rumus Chi-
X 2 =N ¿ ¿
51
Keterangan :
Interpretasi :
1. Bila p value ≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variabel independen
2. Bila p value > nilai α (0,05), maka tidak ada hubungan antara variabel
BAB V
A. Hasil Penelitian
dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes melitus di Ruang Rawat Inap
Bedah RSUD Barru. Berdasarkan data dari Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
1. Analisis univariat
luka diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Barru, maka
a. Umur
b. Pendidikan
S1.
c. Pekerjaan
d. Status nutrisi
buruk.
e. Kecemasan
kecemasan.
2. Analisis bivariat
melitus
Karena nilai p<α = 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis
melitus
Karena nilai p<α = 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis
B. Pembahasan
diabetes melitus
penyembuhan luka diabetes melitus baik dan 1 responden (9,1%) yang proses
responden (46,2%) yang proses penyembuhan luka diabetes melitus baik dan
kurang.
proses penyembuhan lukanya kurang, hal ini disebabkan oleh mobilisasi dini
yang dijalani pasien. baiknya mobilisasi dini responden pada saat di rumah
57
pembuluh darah balik (vena) pada ekstremitas bawah. Dalam penelitian ini
lukanya baik. Hal ini disebabkan karena pada saat dirawat responden
nilai p<α=0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
luka diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Barru, karena
lukanya baik sedangkan responden yang status gizinya buruk lebih cenderung
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
diet tinggi protein, vitamin A, C, B12, zat besi, dan kalsium dapat mengalami
bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan penyembuhan
luka sectio caesaria di RSUD Kota Semarang. Adanya asupan makanan yang
bergizi dan banyak mengandung protein proses penyembuhan luka akan lama
58
dan pemondokan juga akan lebih lama, sebaliknya apabila asupan makanan
sesuai diit yang diberikan maka akan mempercepat proses penyembuhan luka
dan C, mineral renit zink dan tembaga. Kebutuhan protein dan kalori pada
pasien yang luka besar cenderung lebih tinggi dari pada kebutuhan orang
sehat. Asam amino diperlukan untuk sintesis protein sruktural seperti kolagen
dan untuk melakukan sintesa protein yang berperan dalam proses respon
kekuatan luka dan kolagen. Jumlah vitamin A dan C zat besi dan tembaga
kolagen juga tergantung pada asupan protein, karbohidrat dan lemak yang
tepat. Penyembuhan luka membutuhkan dua kali lipat kebutuhan protein dan
penyembuhan luka dan meningkatkan terjadinya infeksi. Hal ini dapat timbul
Eka13 \l 1057 ].
59
proses penyembuhan luka, karena responden yang status gizinya baik lebih
makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan
diabetes melitus
oleh faktor keadaan luka yang terkena infeksi pada saat perawatan luka.
60
Infeksi pada luka menghasilkan jaringan kurang sehat atau devital. Luka
baik, hal ini disebabkan oleh penanganan lukanya. Penanganan luka yang
dengan adanya tenaga yang ahli dalam bidang penyembuhan luka dapat
nilai p<α=0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
luka diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Barru, karena
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Kabupaten Nias Tahun 2012. Stres dapat menimbulkan reaksi terhadap fisik,
kognitif, emosi, dan tingkah laku. Dalam penelitian ini dibuktikan kalau
pasien dengan luka diabetes melitus cenderung mengalami stres, dan stres
yang dialami penderita luka diabetes melitus lebih cenderung atau lebih
61
banyak pada tingkat stres sedang dan berat. Stres yang dialami disebabkan
tidak baik.
sikap positif untuk memberikan penyembuhan oleh tiap pasien dan perawat
Eka13 \l 1057 ].
dan sistem tubuh. Stres juga secara tidak langsung mempengaruhi perilaku
bisa terganggu dengan keadaan tekanan psikologi dari penderita itu sendiri.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
status nutrisi dan kecemasan dengan proses penyembuhan luka diabetes melitus di
Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Barru, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Ada hubungan antara status nutrisi dengan proses penyembuhan luka diabetes
B. Saran
1. Bagi responden
mengkonsumsi diet tinggi vitamin A, C, B12, Zat Besi, Protein, dan Kalsium
2. Bagi perawat
menggunakan sampel yang lebih banyak dan menggunakan uji squear yang
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Kota Makassar. (2016). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015.
Makassar: Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Elisa. (2014). Hubungan Antara Status Gizi Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Post Sectio Caesaria di Ruang Dewi Kunti RSUD Kota Semarang.
Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 2, No. 1. https://ppnijateng.org.
Diakses tanggal 29 Desember 2017.
Hasdianah, Siyoto, S., & Peristyowati, Y. (2014). Gizi, Pemanfaatan Gizi, Diet
dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Supardi, S., & Rustika. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta: CV. Trans Info Media.