Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul dalam penguasaan
asuhan keperawatan dengan masalah neurosain melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan
Oleh:
FITRI FEBRIYANTI
P3.73.20.1.17.017
Oleh :
FITRI FEBRIYANTI
NIM :
P3.73.20.1.17.017
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas Pada Pasien Dalam
Pengawasan COVID 19 Di Wisma Atlet Jakarta”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun, semua ini dapat diatasi berkat bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikannya karya tulis
ilmiah ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Yupi Supartini, SKp., MSc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Jakarta III, yang telah memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan
pendidikan.
2. Ns. Ulty Desmarnita, SKp.,M.Kes.,Sp.Mat., selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III, yang telah memberi
kesempatan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah.
3. Santun Setiawati, M.Kep., Ns. Sp.Kep.An, sebagai Ketua Program Studi
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
4. Ace Sudrajat, SKp, MKes., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
membimbing dan membantu mengarahkan penulis untuk dapat menyelesaikan
proposal dan karya tulis ilmiah penulis.
5. Ni Luh Putu Ekarini, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB., selaku Dosen Pembimbing
Pendamping yang telah membimbing dan membantu mengarahkan penulis dalam
mengerjakan karya tulis ilmiah.
6. Nurhalimah, SKM, S.Kep., M.Kep., Ns. Sp. Kep.J, dan Nurdahlia, SPd., MKM,
sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan saran dan support
selama pendidikan perkuliahan.
7. Seluruh dosen Jurusan Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta III yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan bimbingan
yang sangat bermanfaat kepada penulis selama proses pendidikan.
8. Kedua orang tua, abang dan adik, tante dan om, Fadhilah Ulfa Marta selaku
sepupu penulis, serta keluarga besar yang telah mendoakan, memberi support,
dan memberi kasih sayang, serta memfasilitasi penulis selama masa perkuliahan.
9. Special thanks kepada sahabat terbaik Sekar Ayu, Bunga Komalasari, Anisa
Nurul Qoumy, Kak Alfira dan Ando Nurmanto, yang selalu mendoakan,
memberikan support, semangat dan mendengarkan keluh kesah, kepada penulis
selama perkuliahan dan khususnya selama masa penyusunan Karya Tulis Ilmiah
10. Teman terbaik yang selalu ada dikala suka dan duka selama perkuliahan: Deva
Maharani, Wanda Hamidah, Rina Rizki Hasibuan, Salsabila Pelangi, Nia
Fauziah, Nadhifah, Febriyanti Eka Lestari, Lailiyah, Windy Jessi, Ade Putri
11. Keluarga Osis Tadika Mesra, LDK FUAD, IKARIS, Orang-Orang Pilihan dan
FINSANT, yang selalu memberi support dan menjadi penyemangat penulis
dalam menghadapi kehidupan dunia perkuliahan.
12. Adik tingkat Novi, Leli, Zahra, Mirna, Shinta dan Nandita yang selalu
mensupport dan menyemangati penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
13. Kaka tingkat Afifah dan Novi yang selalu memberi arahan dan mensupport
penulis selama masa perkuliahan.
v
14. Tim relawan COVID 19 dari Poltekkes Jakarta 3 yang sudah berjuang bersama
selama 28 hari di Wisma Atlet.
15. Kepada seluruh teman-teman Jurusan Keperawatan angkatan tahun 2017,
khususnya kelas 3 Reguler A atas doa, support, kebersamaan dan kekompakan
selama kuliah di Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah di masa yang
akan datang. Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah dapat berguna bagi
pembaca dan bagi penulis khususnya.
Bekasi, Juni 2020
Penulis
vi
ABSTRAK
Pada akhir Desember 2019, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang dilaporkan
pertama kali di Wuhan. Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama wabah tersebut Corona
Virus Disease 2019 (COVID 19) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Penyebarannya COVID-19 terjadi antar manusia. Dengan gejala
utama demam ≥ 38oC, batuk, dan sesak napas. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin maupun obat
untuk pasien COVID-19, sehingga pengobatan yang diberikan kepada pasien bersifat simtomatik.
Pemberian asuhan keperawatan menunjang pengobatan yang diberikan pada pasien. Masih
terbatasnya sumber terkait dengan penanganan pasien COVID 19, termasuk dalam aspek pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pertukaran gas. Oleh karena itu, penulis
melakukan studi dengan pendekatan laporan kasus metode deskriptif terhadap subjek yang
menggambarkan keadaan subjek saat menjadi pasien dalam pengawasan COVID-19 di RSDC Wisma
Atlet dengan gangguan pertukaran gas. Dari studi yang dilakukan diperoleh hasil pemberian asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan pertukaran gas dapat meningkatkan saturasi dan
mengurangi sesak napas yang di alami pasien. Kajian terkait pemberian asuhan keperawatan dengan
gangguan pertukaran gas dianjurkan agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
pemberian asuhan keperawatan.
Kata kunci : COVID-19, sesak napas, gangguan pertukaran gas, asuhan keperawatan
ABSTRACT
At the end of December 2019, the world was shocked by the outbreak of new pneumonia that was first
reported in Wuhan. On 11 February 2020, WHO named the outbreak Corona Virus Disease 2019
(COVID 19) caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). The
spread of COVID-19 occurs between humans. With the main symptoms of fever ≥ 38oC, coughing,
and shortness of breath. So far no vaccine or drug has been found for COVID-19 patients, so the
treatment given to patients is symptomatic. The provision of nursing care supports the treatment given
to patients. The limited resources associated with handling COVID 19 patients, including aspects of
providing nursing care to patients with gas exchange disorders. Therefore, the authors conducted a
case study approach with a descriptive method report on the subject that described the state of the
subject when he was a patient under COVID-19 supervision at Wisma Atlet Hospital with gas
exchange disruption. From the studies conducted obtained the results of giving appropriate nursing
care to patients with impaired gas exchange can increase saturation and reduce shortness of breath
experienced by patients. Studies related to the provision of nursing care with gas exchange disorders
are recommended in order to be able to add insight and knowledge in the provision of nursing care.
Keywords: COVID-19, shortness of breath, gas exchange disorders, nursing care
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada akhir Desember 2019, dunia digemparkan dengan munculnya
kasus pneumonia misterius yang dilaporkan pertama kali di Wuhan, provinsi
Hubei. Belum diketahui dengan pasti sumber penularannya, tetapi kasus
dikaitkan dengan pasar ikan Wuhan. Pada tanggal 18 sampai 29 Desember
2019, telah dilaporkan terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) di Wuhan. Hingga saat ini kasus terus
meningkat dan telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand,
Jepang, Korea Selatan dan negara-negara lain (Susilo, dkk 2020). Pada
tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus
tersebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19).
Pada tanggal 12 Maret 2020 WHO telah mengumumkan COVID-19
sebagai pandemik. Tercatat hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835
kasus dan 33.106 jiwa meninggal akibat COVID-19 di seluruh dunia.
Sementara penyebaran COVID-19 di Indonesia tercatat 1.528 kasus dengan
positif COVID-19 dan 136 jiwa meninggal akibat COVID-19. Indonesia
menjadi negara dengan tingkat mortalitas tertinggi se Asia Tenggara, dengan
tingkat mortalitas 8,9% (Susilo, dkk 2020).
Diketahui bahwa penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia
menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran bersifat lebih agresif.
Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang
keluar saat batuk atau bersin. Selain itu, telah diteliti pula bahwa SARS-CoV-
2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer), yang mana virus
mampu bertahan setidaknya 3 jam. SARS-CoV-2 pada manusia utamanya
menginfeksi sel-sel pada saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2
akan berikatan dengan reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam
sel (Susilo, dkk 2020).
Pada Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sindrom gejala klinis
yang muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok
1
2
septik (berat). Saat anamnesis gejala ditemukan tiga gejala utama, yaitu :
demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak
(WHO dalam PDPI, 2020). Menurut data WHO, sekitar 81% pasien virus
corona mengalami gejala ringan, 14% kondisinya membutuhkan terapi
oksigen, dan sekitar 5% memerlukan perawatan intensif, dengan pneumonia
berat menjadi diagnosa utama pada pasien COVID-19. COVID-19
menginfeksi saluran pernapasan atas yang menyumbat paru-paru. Pada kasus
yang lebih parah virus corona mampu langsung merusak paru-paru. Ketika
virus bereplikasi secara bertahap virus sedang menuju area pernapasan bawah
(respiratory tree) dan masuk ke tabung bronkial. Ketika tabung bronkial
mengalami bengkak karena peradangan, pada saat itu sistem pernapasan
bermasalah dan sirkulasi oksigen pun terganggu. Hal inilah yang membuat
pasien COVID-19 kesulitan bernapas dan membutuhkan terapi pemberian
oksigen bahkan alat bantu ventilator. Pemberian terapi oksigen akan
membantu untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh yang tidak dapat
dilakukan oleh pasien COVID-19 dikarenakan terinfeksinya organ paru-paru
dan terdapatnya peradangan pada bronkial (VOI, 2020).
Kebutuhan dasar merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Puspitasari dkk, 2015).
Berdasarkan teroi Hierarki Maslow, Oksigen sebagai kebutuhan utama yang
termasuk ke dalam lima kebutuhan fisiologis manusia harus terpenuhi.
Keberadaan oksigen sangat mempengaruhi unsur vital tubuh dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh
(Andarmoyo, 2012). Oksigen disuplai ke seluruh tubuh oleh jantung dan
paru- paru untuk proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Apabila lebih dari 4 menit orang
tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Secara fungsional
oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh. Pemenuhan
kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen pun akan terganggu (Kusnanto, 2016). Pada pasien
COVID-19 sistem pernapasan mengalami gangguan tepatnya pada bronkial
yang mengalami inflamasi akibat terpapar oleh SARS-CoV-2. Hal ini akan
mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen yang disebabkan oleh
adanya gangguan pertukaran gas.
Berdasarkan latar belakang dan pentingnya kebutuhan oksigen untuk
dipenuhi guna menunjang keberlangsungan hidup yang berhubungan dengan
kasus COVID 19, serta pengalaman menangani pasien COVID 19 yang
mengalami gangguan pertukaran gas di RSDC Wisma Atlet yang mengalami
sesak tak tertahankan bahkan menyebabkan kematian akibat penanganan
yang belum optimal. Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang
asuhan keperawatan pada pasien dalam pengawasan COVID-19 dengan
gangguan pertukaran gas di Wisma Atlet Jakarta menggunakan sumber
referensi terkait COVID-19 dan pengalaman sebagai relawan di RSDC
Wisma Atlet Kemayoran Jakarta.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah pemberian oksigen pada pasien dalam pengawasan COVID-
19 yang dirawat di Wisma Atlet ?
C. TUJUAN LAPORAN KASUS
Tujuan Umum : Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
pemberian oksigen pada pasien dalam pengawasan COVID-19 di Wisma
Atlet. Tujuan Khusus :
Diperoleh gambaran tentang : Konsep Dasar COVID-19
1. Konsep dasar pemberian oksigen
2. Pengkajian pasien dalam pengawasan COVID-19 di Wisma Atlet
3. Diagnosa keperawatan pasien dalam pengawasan COVID-19 di Wisma
Atlet
4. Perencanaan hingga evaluasi keperawatan pasien dalam pengawasan
COVID-19 di Wisma Atlet
5. Prosedur keperawatan spesifik pada pasien dalam pengawasan COVID-19
di Wisma Atlet
D. MANFAAT LAPORAN KASUS
Manfaat laporan asuhan keperawatan memuat uraian tentang implikasi
temuan studi kasus yang bersifat praktis terutama bagi :
1. Pasien dan keluarga
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga dalam meningkatkan
kesehatan pasien dalam pengawasan COVID-19 di Wisma Atlet
2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
tentang asuhan keperawatan pasien dalam pengawasan COVID-19 di
Wisma Atlet.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pasien
dalam pengawasan COVID-19 di Wisma Atlet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP COVID 19
1. Pengertian COVID 19
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen yang termasuk dalam ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dalam dua subkeluarga yang
dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat
genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan
gamma coronavirus (Burhan, dkk 2020). Struktur coronavirus seperti
kubus dengan protein S yang berlokasi di permukaan virus. Coronavirus
bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan yang mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56oC
selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik,
formalin, oxidizing agent dan kloroform. Sedangkan penggunaan
klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Wang, dalam
Yuliana 2020).
Infeksi virus corona yang disebut COVID-19 pertama kali ditemukan
di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular
dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. COVID 19
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus bernama SARS-
CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS- CoV). SARS CoV2 adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia dan
menyebabkan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus. Pengurutan genetika virus
5
6
Gambar 1. Skema perjalanan penyakit COVID-19, diadaptasi dari berbagai sumber (Susilo dkk, 2020)
Gambar 4. Gambaran CT Scan pada COVID-19. Tampak gambaran ground-glass bilateral (Susilo dkk, 2020)
c. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
1) Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan
orofaring)
2) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal)
d. Pemeriksaan antigen-antibodi
Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan oleh HO sebagai dasar
diagnosis utama, dikarekan perlunya observasi lanjutan bagi pasien
yang dinyatakan negatif serologi dan pemeriksaan ulang bila dianggap
ada faktor resiko tertular.
Perlu dipertimbangkan pula onset paparan dan durasi gejala sebelum
memutuskan pemeriksaan serologi. Dilaporkan pemeriksaan IgM dan
IgA terdeteksi mulai hari ke 3-6 setelah onset gejala.
e. Pemeriksaan virologi
Who merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien
yang termasuk dalam kategori suspek. Pada individu yang tidak
memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga boleh dilakukan
pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek epidemiologi,
protokol skrining setempat, dan ketersediaan alat. Pengerjaan
pemeriksaan molekuler membutuhkan fasilitas dengan biosafety level
2 (BSL-2).
Sampel dikatakan positif COVID-19 bila rRT-PCR positif minimal
dua target genom (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik SARS-CoV-2
atau rRT-PCR betacoronavirus, ditunjang dengan hasil sequencing
sebagian atau seluruh genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2.
Hasil negatif palsu pada tes virologi dapat tejadi bila kualitas
pengambilan atau manajemen spesimen buruk, spesimen diambil saat
infeksi masih sangat dini, atau gangguan teknis di laboratorium. Oleh
karena itu, hasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan infeksi
SARS-CoV-2, terutama pada pasien dengan indeks kecurigaan yang
tinggi.
f. Bronkoskopi
Bronkoskopi untuk mendapatkan sampel BAL merupakan metode
pengambilan sampel dengan tingkat deteksi paling baik. Induksi
sputum mampu meningkatkan deteksi virus pada pasien yang negatif
SARS-CoV-2 melalui swab nasofaring/orofaring. Namun, tindakan
ini tidak direkomendasikan rutin karena risiko aerosolisasi virus.
g. Pungsi pleura sesuai kondisi
h. Pemeriksaan sampel darah, feses dan urin untuk pemeriksaan virologi
belum merekomendasikan rutin dilakukan karena dianggap belum
bermanfaat dalam praktek di lapangan. Pada pemeriksaan virus hanya
terdeteksi sekitar <10% pada sampel darah, jauh lebih rendah
dibandingkan dengan swab.
Begitupun pada pemeriksaan urin, sampai saat ini belum ada yang
berhasil mendeteksi virus di urin.
9. Penatalaksanaan COVID 19
Sampai saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus
pasien COVID-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang
dapat dilakukan adalah terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal
napas dapat dilakukan ventilasi mekanik. Menurut National Health
Commisission (NHC) China telah meneliti beberapa obat yang berpotensi
mengatasi infeksi SARS-CoV-2, antara lain interferon alfa (IFN-𝛼),
lopinavir/ritonavir (LPV/r). Ribavirin (RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ),
remdesvir dan umifenovir (arbidol). Selain itu, juga terdapat beberapa
obat antivirus lainnya yang sedang dalam masa uji coba di tempat lain.
a. Terapi Etiologi/ Definitif
Meskipun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui
uji klinis, China telah membuat rekomendasi obat untuk penangan
COVID-19 dan pemberian tidak lebih dari 10 hari. Rincian dosis dan
administrasi sebagai berikut :
1) IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2 kali/hari secara inhalasi
2) LPV/r, 200 mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per oral
3) RBV 500 mg, 2-3 kali 500 mg/hari intravena dan dikombinasikan
dengan IFN-alfa atau LPV/r
4) Klorokuin fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin), 2 kali/hari per
oral
5) Arbidol (umifenovir), 200 mg setiap minum, 3 kali/hari per oral.
b. Manajemen Simtomatik dan Suportif
1) Oksigen
Pastikan patensi jalan napas sebelum memberikan oksigen.
Indikasi oksigen adalah distress pernapasan atau syok dengan
desaturase, target kadar saturasi oksigen >94%. Oksigen dimulai
dari 5 liter per menit dan dapat ditingkatkan secara perlahan
sampai mencapai target. Pada kondisi kritis, boleh langsung
digunakan nonrebreathing mask.
2) Antibiotik
Pemberian antibiotik hanya dibenarkan pada pasien yang dicurigai
infeksi bakteri dan bersifat sedini mungkin. Pada kondisi sepsis,
antibiotik harus diberikan dalam waktu 1 jam. Antibiotik yang
dipilih adalah antibiotik empirik berdasarkan dengan profil
mikroba lokal.
3) Kortikosteroid
Shang, dkk dalam Susilo (2020) merekomendasikan pemberian
kortiksteroid. Landasannya adalah studi Chen, dkk. pada 401
penderita SARS yang diberikan kortiksteroid, 152 di antaranya
termasuk kategori kritis. Hasil studi menunjukkan kortikosteroid
menurunkan mortalitas dan waktu perawatan pada SARS kritis.
Dosis yang diberikan adalah dosis rendah-sedang (≤0.5-1
mg/kgBB metilprednisolon atau ekuivalen) selama kurang dari
tujuh hari. Dosis ini berdasarkan konsensus ahli di China.
Russel CD, dkk. justru merekomendasikan untuk menghindari
pemberian kortikosteroid bagi pasien COVID-19 karena bukti
yang belum kuat dan penyebab syok pada COVID-19 adalah
sekuens non-vasogenik. Hal ini didukung studi telaah sistematik
Stockman, dkk. yang menyatakan bahwa belum dapat disimpulkan
apakah terapi ini memberi manfaat atau justru membahayakan.
4) Vitamin C
Vitamin C diketahui memiliki fungsi fisiologis pleiotropik yang
luas. Kadar vitamin C suboptimal umum ditemukan pada pasien
kritis yang berkorelasi dengan gagal organ dan luaran buruk.
Penurunan kadar vitamin C disebabkan oleh sitokin inflamasi
yang mendeplesi absorbsi vitamin C. Kondisi ini diperburuk
dengan peningkatan konsumsi vitamin C pada sel somatik. Oleh
karena itu,
dipikirkan pemberian dosis tinggi vitamin C untuk mengatasi
sekuens dari kadar yang suboptimal pada pasien kritis.
5) Ibuprofen dan tiazolidindion
6) Profilaksis tromboemboli vena
Profilaksis menggunakan antikoagulan low molecular-weight
heparin (LMWH) subkutan dua kali sehari lebih dipilih
dibandingkan heparin. Bila ada kontraindikasi, WHO
menyarankan profilaksis mekanik, misalnya dengan compression
stocking.
7) Plasma konvalesen
Plasma dari pasien yang telah sembuh COVID-19 diduga
memiliki efek terapeutik karena memiliki antibodi terhadap
SARS-CoV-2. Shen C, dkk. melaporkan lima serial kasus pasien
COVID-19 kritis yang mendapatkan terapi plasma ini. Seluruh
pasien mengalami perbaikan klinis, tiga diantaranya telah
dipulangkan.117 Biarpun studi masih skala kecil dan tanpa
control. plasma konvalesen telah disetujui FDA untuk terapi
COVID-19 yang kritis. Donor plasma harus sudah bebas gejala
selama 14 hari, negatif pada tes deteksi SARS-CoV-2, dan tidak
ada kontraindikasi donor darah.
8) Imunoterapi
Wang C, dkk dalam Susilo, dkk (2020) melakukan identifikasi
antibodi yang berpotensial sebagai vaksin dan antibodi
monoklonal. Mereka menggunakan ELISA untuk menemukan
antibodi yang sesuai, sampel berasal dari tikus percobaan. Hasil
akhir menemukan bahwa antibodi 47D11 memiliki potensi untuk
menetralisir SARS-CoV-2 dengan berikatan pada protein S.
c. Isolasi pada semua kasus, sesuai dengan gejala klinis yang muncul,
baik ringan maupun sedang.
d. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
e. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
f. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
g. Observasi ketat dan pahami komorbid pasien
10. Komplikasi
Menurut dr. Reni (2020), komplikasi yang bisa terjadi pada pasien
COVID- 19 diantaranya :
a. Pneumonia (infeksi paru-paru)
Pneumonia akan menyebabkan kantung udara yang ada di paru-paru
meradang dan membuat Anda sulit bernapas. Pada sebuah riset pada
pasien positif Covid-19 yang kondisinya parah, terlihat bahwa paru-
parunya terisi oleh cairan, nanah, dan sisa-sisa atau kotoran sel. Hal
ini menghambat oksigen yang seharusnya diantarkan ke seluruh
tubuh. Padahal, oksigen sangat dibutuhkan agar berbagai organ di
tubuh bisa menjalankan fungsinya. Jika tidak ada oksigen, maka organ
tersebut akan rusak.
b. Gagal napas
Saat mengalami gagal napas, tubuh tidak bisa menerima cukup
oksigen dan tidak dapat membuang cukup banyak karbon dioksida.
Kondisi gagal napas akut terjadi pada kurang lebih 8% pasien yang
positif Covid-19 dan merupakan penyebab utama kematian pada
penderita infeksi virus corona.
c. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
ARDS adalah salah satu komplikasi corona yang cukup umum terjadi.
Menurut beberapa penulisan yang dilakukan di Tiongkok, sekitar 15%
- 33% pasien mengalaminya. ARDS akan membuat paru-paru rusak
parah karena penyakit ini membuat paru-paru terisi oleh cairan.
Akibatnya, oksigen akan susah masuk, sehingga menyebabkan
penderitanya kesulitan bernapas hingga perlu bantuan ventilator atau
alat bantu napas.
d. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Penyakit ini akan membuat proses pembekuan darah terganggu.
Sehingga, tubuh akan membentuk gumpalan-gumpalan darah yang
tidak pada tempatnya. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan pada
organ dalam atau gagal organ vital (gagal ginjal, gagal hati, gagal
jantung, dan lainnya). Di Tiongkok, penyakit ini umum dialami oleh
pasien yang meninggal akibat infeksi Covid-19.
e. Syok Septik
Syok septik terjadi ketika respons tubuh terhadap infeksi malah salah
sasaran. Jadi, bukannya menghancurkan virus penyebab penyakit, zat-
zat kimia yang dibuat tubuh justru menghancurkan organ yang sehat.
Jika proses ini tidak segera berhenti, tekanan darah akan turun drastis
hingga pada tahap yang berbahaya dan menyebabkan kematian.
f. Kematian
11. Pencegahan COVID 19
a. Tinggal di rumah
Hindari kumpul-kumpul, meskipun hanya di depan rumah. Anak-anak
dihimbau untuk tinggal di dalam rumah, jangan bermain di luar
rumah.
b. Jaga jarak 2 meter
Jika terpaksa harus keluar rumah, jangan berdekatan dengan orang
lain. Hindari tempat padat orang, seperti pasar dan acara kondangan.
c. Gunakan masker ketika berpergian
Selalu pakai masker ketika berpergian sehat maupun sakit. Dianjurkan
menggunakan masker kain yang diganti 4 jam sekali.
d. Cuci tangan selalu
e. Cuci tangan sesering mungkin. Virus akan mati ketika kita cuci
tangan dengan sabun, minimal selama 20 detik. Terutama setelah
kontak langsung dengan pasien dan lingkungannya
f. Hindari menyentuh wajah
Hindari menyentuh area wajah, terutama ketika belum cuci tangan.
Kita tidak tahu, apakah tangan kita baru saja menyentuh permukaan
benda dengan virus corona atau tidak.
g. Rutin mandi, terutama setelah berpergian
Mandi dapat membunuh virus corona yang ada di permukaan tubuh.
Setelah berpergian dianjurkan untuk langsung mandi.
h. Tetap beraktifitas fisik dan olahraga serta istirahat yang cukup
i. Tidak merokok dan minuman alkohol
j. Konsumsi makanan bergizi seimbang
k. Konsumsi suplemen daya tahan tubuh dan multivitamin
l. Kontrol ke dokter dan minum obat rutin jika memiliki penyakit kronis
m. Hindari kontak langsung dengan penderita infeksi saluran pernapasan
akut
B. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PERTUKARAN
GAS
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Pneumonia Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah
peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2). Sindrom gejala
yang muncul beragam, dari ringan sampai syok septik (berat) (PDPI,
2020).
Pada anamnesis gejala dapat ditemukan tiga gejala utama,
diantaranya demam, batuk kering (sebagian batuk berdahak) dan sulit
bernapas atau sesak. Tetapi perlu diingat bahwa pada beberapa
kondisi, terutama pada geriatri atau mereka dengan imunokompromis
biasanya tidak mengalami demam. Gejala tambahan lainnya yaitu
nyeri kepala, nyeri otot, lemas, diare dan batuk berdahak. Pada
beberapa kondisi dengan perburukan dapat muncul tanda dan gejala
infeksi saluran napas akut berat (Severe Acute Respiratory Infection-
SARI). SARI adalah infeksi saluran napas akut dengan riwayat
demam (suhu≥38oC) dan batuk dengan onset 10 hari terakhir serta
perlu perawatan di rumah sakit (PDPI, 2020).
b. Wawancara
Mengenai riwayat perjalanan pasien ataupun riwayat kontak
dengan pasien terkonfirmasi COVID-19.
c. Pemeriksaan fisik
Menurut PDPI (2020), pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
beberapa manifestasi klinis tergantung dengan ringan atau beratnya
kondisi pasien. Fokus pemeriksaan pada pemeriksaan fisik
diantaranya:
1) Tingkat kesadaran : kompos mentis atau penurunan kesadaran
2) Tanda vital : frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas
meningkat, tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh
meningkat, saturasi oksigen dapat normal atau menurun.
3) Dapat disertai retraksi otot pernapasan
4) Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris
statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah
konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki
kasar
d. Pemeriksaan penunjang
Menurut PDPI (2020), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
guna memperkuat diagnosa yang ditetapkan diantaranya :
1) Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-Scan, USG toraks
2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a) Saluran napas atas dengan swab tenggorokan (nasofaring dan
orofaring)
b) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal) (WHO dalam PDPI, 2020)
3) Bronkoskopi
4) Pungsi plura sesuai kondisi
5) Pemeriksaan kimia darah
6) Biakan mikroorganisme
7) Pemeriksaan feses dan urin
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Adam, 2020 Diagnosa keperawatan pada pasien dalam
pengawasan COVID 19 terbagi menjadi dua klasifikasi, diantaranya :
a. Gejala ringan- sedang
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d hipersekresi jalan napas,
proses infeksi
2) Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolus-kapiler
3) Ansietas b/d krisis situasional, ancaman terhadap kematian
b. Gejala berat-kritis
1) Gangguan ventilasi spontan b/d gangguan metabolisme,
kelemahan/keletihan otot pernapasan
2) Risiko syok d/d hipoksia, sepsis, sindrom respons inflamasi
sistemik
3) Gangguan sirkulasi spontan b/d penurunan fungsi ventrikel
a. Data subjektif
1) Dispnea
2) Pusing
3) Penglihatan kabur
b. Data Objektif
1) PCO2 meningkat/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) pH arteri meningkat/menurun
5) Bunyi napas tambahan
6) Sianosis
7) Diaforesis
8) Gelisah
9) Napas cuping hidung
10) Pola napas abnormal (cepat/lambat, reguler/ireguler,
dalam/dangkal)
11) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
12) Kesadaran menurun
3. Perencanaan
Rencana Keperawatan dengan gangguan pertukaran gas (SIKI, 2018):
a. Monitor bunyi napas
Rasional : untuk menilai adanya wheezing akibat inflamasi dan
penyempitan jalan napas, dan/atau ronki basah akibat adanya
penumpukan cairan di interstisial atau alveolus paru
b. Monitor kecepatan aliran oksigen
Rasional : untuk memastikan ketetapan dosis pemberian oksigen
c. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Rasional: untuk mengidentifikasi terjadinya iritasi mukosa akibat
aliran oksigen
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, AGD)
Rasional : karena SpO2ꜜ, PO2ꜜ, & PCO2ꜛ, dapat terjadi akibat
peningkatan sekresi paru dan keletihan respirasi
e. Monitor rontgen dada
Rasional : untuk melihat adanya peningkatan densitas pada area paru
yang menunjukkan terjadinya pneumonia
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Rasional : mengetahui adekuat oksigen yang ada dalam tubuh pasien
g. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
h. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
Rasional : untuk menghilangkan obstruksi pada jalan napas dan
meningkatkan ventilasi
i. Berikan oksigen
Rasional : untuk mempertahankan oksigenasi adekuat. Dimulai 5
L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil, dan ≥92-
95% pada pasien hamil
j. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
Rasional : seperti high flow casal canulla (HFNC) atau noninvasive
mechanical ventilation (NIV) pada pasien ARDS atau efusi paru luas
k. Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian oksigen
Rasional : kekooperation pasien terhadap terapi
oksigen
l. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Rasional : untuk memperjelas pemberian terapi oksigen sesuai kondisi
dan kebutuhan pasien
4. Evaluasi
Luaran keperawatan COVID-19, (SLKI, 2019) :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Dalam 24 jam, bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria : batuk
efektif meningkat, sputum menurun, wheezing menurun.
b. Gangguan pertukaran gas
Dalam 2-4 jam, pertukaran gas meningkat dengan kriteria : RR 12-20
kali/menit, SpO2 ≥90%, PaO2 >80mmHg, PaCO2 35-45 mmHg, pH
7.35-7.45, ronki menurun
c. Ansietas
Dalam 24 jam, tingkat ansietas menurun dengan kriteria : perasaan
bingung menurun, perasaan kuatir menurun, gelisah menurun, tegang
menurun
BAB III
METODOLOGI
A. METODE PENULISAN
Pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif, dengan pendekatan laporan kasus. Metode ini bersifat analisa
deskriptif terhadap subjek penulisan, yang menggambarkan keadaan subjek
saat menjadi pasien dalam pengawasan COVID-19 di RSDC Wisma Atlet
Jakarta secara objektif berdasarkan fakta-fakta dari data yang muncul saat
observasi dan tinjauan langsung.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan laporan kasus yang berisi
laporan terperinci mengenai asuhan keperawatan pada pasien dalam
pengawasan COVID-19, dengan masalah gangguan pertukaran gas. Pada
laporan kasus berisi tentang profil demografis, tanda dan gejala penyakit,
diagnosis, intervensi keperawatan hingga evaluasi dari asuhan keperawatan
yang dilaksanakan pada pasien yang menjadi subjek penulisan. Dimana pada
laporan kasus akan melaporkan mengenai hal-hal baru pada asuhan
keperawatan COVID-19.
B. FOKUS PENULISAN
Fokus penulisan laporan ini adalah pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien COVID-19 dengan masalah utama pada gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler. Ditandai
dengan adanya tanda-tanda sebagai berikut : RR 24x/menit, N 110x/menit,
terdapat pola napas cuping hidung, pola napas cepat dan dangkal, pasien
mengalami dispnea, dan mengeluh pusing, SpO2 94%, dan terdapat suara
napas tambahan berupa ronkhi.
C. INSTRUMEN
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data pada laporan asuhan
keperawatan ini menggunakan tiga jenis instrumen diantaranya format
pengkajian pasien, lembar wawancara terstruktur untuk subjek dengan
beberapa pertanyaan terkait dengan tanda gejala COVID 19 dan riwayat
perjalanan ke wilayah zona merah. Lembar observasi terapi oksigen selama
24
25
26
27
PENUTUP
A. KESIMPULAN
COVID 19 adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan yang
disebabkan oleh SARS-CoV-2, yang muncul pertama kali di Wuhan, China.
Penyakit COVID 19 bertransmisi melalui droplet dan dapat bertahan
dipermukaan benda kurang lebih selama 72 jam. Gejala utama COVID 19
diantaranya demam ≥38oC, batuk, dan sesak napas. Lansia sangat rentan
terhadap penyakit COVID 19. Sehingga pencegahan terbaik adalah tetap
menjaga kebersihan, rajin cuci tangan, dan berolahraga. Jika terjangkit
penyakit ini maka wajib melakukan isolasi diri di rumah, jika kondisi
perburukan segera di rujuk ke rumah sakit. Sampai saat ini vaksin dan
pengobatan belum ada sehingga penanganan yang diberikan hanya bersifat
simtomatik atau pengobatan untuk menyembuhkan gejala yang timbul pada
pasien.
Masih minimnya jurnal dan sumber literatur untuk penanganan
COVID 19, membuat semua pihak saling bahu membahu membuat seminar
untuk memenuhi pengetahuan penanganan pasien COVID 19. Pada pasien
dengan diagnosa gangguan pertukaran gas intervensi utama yang dapat
diberikan adalah prosedur pemberian terapi oksigen sesuai program. Setelah
dilakukan intervensi dan observasi kondisi pasien membaik, sesak berkurang,
batuk hanya sesekali, respirasi 20 x/menit, nadi 100 x/menit, tekanan darah
123/80 mmHg, suhu 36,6oC, saturasi oksigen 98%. Pasien meneruskan
pengobatan hingga jadwal rapid tes ke dua.
B. SARAN
Berdasarkan analisa dan hasil laporan kasus, penulis akan memberikan
beberapa saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Studi Kasus Selanjutnya
Diharapkan penelitian berikutnya, peneliti dapat menemukan sumber
referensi yang lebih luas, sehingga pembahasan akan semakin kaya
dengan literatur yang ada. Selain itu masyarakat dapat dilibatkan
khususnya pasien
33
34
Adam, Muhammad. 2020. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan COVID 19. Di
akses 6 April 2020, pukul 15.00.
Center for Tropical Medicine. 2020. Buku Saku Desa Tangguh COVID 19.
Universitas Gajah Mada.
Findyartini, Ardi dkk. 2020. BRP Tanggap Pandemi COVID 19. Medical Education
Unit FKUI.
KKN RRC. 2020. Panduan Menghadapi Penyakit Virus Corona 2019 Model RRC.
https://www.persi.or.id/images/2020/data/panduan_covid19_modelrrc.pdf.
Diakses 9 April 2020, pukul 13.00.
Puspitasari, Dewi dkk. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Pilar Utama
Mandiri: Jakarta.
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan, dkk.
Coronavirus disease 2019: Review of current literatures. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia. 2020;7(1):45–67.
35
36
Wang. 2020 dalam Yuliana. 2020. Corona Virus Diasese (COVID 19); Sebuah
Tinjauan Literatur. https://wellness.journalpress.id. diakses pada 6 April
2020 pukul 15.30.
WHO. 2020. Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut (SARI) Suspek
Penyakit COVID 19. https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19 /tatalaksana-klinis-suspek-penyakit-covid-
1935867f18 642845f1a1b8fa0a0081e fcb.pdf?sfv rsn=abae3a22_2. Di akses 7
April 2020, pukul 15.45.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnosis. DPP PPNI : Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. DPP PPNI : Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. DPP PPNI : Jakarta.
Lampiran 1
INFORM CONSENT
Inisial nama :
Usia :
( ) ( )
LEMBAR WAWANCARA TERSTRUKTUR
Identitas Diri
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
No. WA :
Alamat :
Deteksi Gejala
BIOGRAFI PENULIS
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Riwayat Organisasi
Tugas