DISUSUN OLEH :
DWIYANTHI KARTIKA DAMALANTE
1912B2008
A. Pengertian
Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah tidak dapat menahan serangan
demam pada suhu tertentu (Widjaja, 200 1). Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu
badan yang tinggi. Suhu badan ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995).
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kejang demam adalah kondisi tubuh
anak yang tidak dapat menahan demam pada peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh karena
proses ekstrakranial.
B. Etiologi
1. Demam tinggi. Demam dapat disebabkan oleh karena tonsilitis, faringitis, otitis media,
gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varisela, demam berdarah, dan lain-lain.
2. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak.
3. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
4. Perubahan cairan dan elektrolit.
5. Faktor predispisisi kejang deman, antara lain:
a. Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60% kasus.
b. Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak lengkap.
c. Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan perinatal tinggi
d. Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga tinggi, tapi kelainan
neurologis berat biasanya jarang terjadi.
C. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan
luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (N+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida
(Cl). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di
luar sel neuron terdapat keadaan yang sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim
Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
berubah oleh:
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10 - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
mencapai 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ionkalium i ion natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadi pelepasan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “Neurotransmitter” dan terjadilah
kejang.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Arif Mansjoer (2000), kejang demam umumnya berlangsung singkat, yaitu berupa
serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi
seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului dengan kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsung
lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti dengan sendirinya. Setelah kejang berhenti, anak
tidak memberikan reaksi apapun untuk sementara waktu, tetapi setelah beberapa detik atau menit,
anak terbangun dan sadar kembali tanpa ada defisit neurologis. Kejang dapat diikuti dengan
hemiparesis sementara. (Todd’s hemiparesis) yang berlangsung selama beberapa jam hingga
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan
kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kelang demam yang pertama.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan
kejang demam adalah meliputi:
Istilah tumbuh kembang lebih dikaitkan dengan pertumbuhan organ, serta merupakan aspek
fisik interaksi tersebut. Sedangkan istilah kembang lebih dikaitkan dengan aspek psikososial.
Menurut Sigmun Freud pada tumbuh kembang awal masa sekolah (512 tahun) merupakan
masa pertumbuhan relatif mantap, yang kemudian akan berakhir dengan suatu percepatan tumbuh
sekitar umur 10 tahun pada anak perempuan dan 12 tahun pada anak lak-laki. Penambahan berat
badan usia ini lebih kurang 205 kg dan tinggi badan kira-kira 5 cm per tahun. Pertumbuhan lingkar
kepala berjalan lambat, yaitu dari 50 cm menjadi 52-53 cm. Pada akhir masa pertumbuhan ini
sebenarnya lingkar kepala telah mencapai ukuran kepala orang dewasa (Markum, 199 1).
Menurut Eric Erickson, masa ini disebut dengan masa berkarya vs rasa rendah diri. Masa
antara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia sekolah yang lebih formal. Ia
sekarang berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas hasil karyanya. Ia belajar untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai tumbuh dan ia mulai
senang untuk belajar bersama. Rasa rendah diri akan timbul bila anak merasa dirinya kurang
kemampuan dibandingkan dengan teman-temannya (Markum, 199 1).
Pertumbuhan berat anak (11-14 tahun) adalah 46 kg dan tinggi badan 157 cm. Karakteristik
primer wanita adalah pembesaran organ genital eksterna dan interna, perubahan endometrium dan
cairan vagina, ovulasi dan menarche (sekitar usia 12-13 tahun), karakteristik sekunder yang nampak
adalah pembesaran buah dada, pertumbuhan tulang, dasar metabolik basal, perubahan bentuk
pinggul, pubis, dan tumbuhnya rambut pada ketiak, meningkatnya lemak dalam dada, pantat dan
paha serta kulit menjadi halus dan lembut (Cindy Smith, 1988).
H. Pengkajian
Pengkajian menurut Judha & Nazwar (2011) adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan
data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. Langkah-langkah
dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa
keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan
yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien,
keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode
pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara
(yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik,
dokumen yang baru maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat
kabar). Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
1. Data subyektif:
a. Biodata/ Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk
mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
1. Gerakan kejang anak
2. Terdapat demam sebelum kejang
3. Lama bangkitan kejang
4. Pola serangan
5. Frekuensi serangan
6. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
7. Riwayat penyakit sekarang
8. Riwayat Penyakit Dahulu
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit
panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-
obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau
dengan tindakan (forcep atau vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan
selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
d. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan
imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
e. Riwayat Perkembangan
1. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial), kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
3. Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
4. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
f. Riwayat kesehatan keluarga.
1. Anggota keluarga menderita kejang
2. Anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf
3. Anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang
dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
g. Riwayat sosial
I. Analisa data
Data:
ETIOLOGI :Suhu tubuh naik ->perubahan keseimbangan membran sel neuron -->difusi K⁺ maupun Na⁺
melalui membran -->lepas muatan listrik yang meluas ke seluruh sel -->Kejang
MASALAH : Kejang
J. Diagnosa Keperawatan
a. Tempatkan pasien pada tempat yang datar, longgarkan pakaian dan jauhkan benda-benda
yang rnembahayakan paien seperti mainan keras
b. Miringkan kepala anak pada salah satu sisi
c. Catat frekuensi, waktu, tingkat kesadaran, lama kejang dan bagian tubuh yang terlibat
bangkitan kejang.
d. Bila mungkin berikan privasi pada pasien
e. Berikan obat sesuai program
Dewanto, Gerge, dkk. 2007. Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Harjaningrum, Agnes Tri. Smart Patient : Mengupas Rahasia Menjadi Pasien Cerdas. Jakarta :
Publishing, Yogyakarta
Lumbantobing SM. 1989. Penatalaksanaan mutakhir kejang pada anak. Jakarta : FKUI
Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi 2. PT. Sagung Seto : Jakarta
1. Riwayat Kesehatan
a. Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R masuk melalui IGD RS STRADA. Ibu pasien mengeluhkan
An.R demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, An.R mengalami kejang 1 kali
yang berlangsung sekitar 10 menit. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 24 Mei 2020
pukul 16.00 WIB ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak mau
makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya
saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu
mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali
(±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti
anak sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah, ibu mengatakan tidak
memahami tentang penyakit anaknya secara medis, ibu mengatakan saat dirawat anak
tidak ada kejang lagi.
b. Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat dirumah sakit dan mengalami kejang demam
sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit
yang sama dengan pasien. Ibu mengatakan satu minggu yang lalu ada saudara dari An.R
yang menderita penyakit ISPA.
2. Pengkajian Lingkungan (wawancara) didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga yang
tinggal bersama pasien, terdiri dari ayah, ibu, pasien dan 2 orang saudaranya. Dirumah Ny.Z
memelihara beberapa ekor kucing. Ayah dan saudara An.R memiliki kebiasaan merokok
didalam maupun luar rumah. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Sumber air minum
keluarga adalah air galon.
3. ADL Selama dirawat An.R mendapatkan makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan
hanya menghabiskan 1/5 dari porsinya. An.R lebih sering menyusu. Ny.Z mengatakan selama
sakit anaknya jarang tidur siang dan susah tidur saat malam hari. Ny. Z mengatakan An.R BAK
lebih dari 5 kali dengan warna pekat dan BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning. Biasanya anak bermain dengan saudaranya dan selama sakit anak hanya
mandi lap.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 24 Mei 2020 didapatkan hasil , Nadi 112 x/i,
pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan kesadaran compos mentis. Saat ini BB klien 10 kg, TB 75
cm. Bentuk kepala normal, lingkar kepala 45cm. sudah pernah dirawat setahun yang lalu
dengan penyakit yang sama, yaitu kejang demam.
5. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl),
leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-10.000/mm3 ), Trombosit 180.000 /mm3 (normal
150.000-400.000/mm3, Ht 36 % (normal 40-48 %). Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan,
IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
Jl. Manila No. 37 Sumberece Kediri
No. Telp/Fax (0354) 695130
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. S
2. Tempat tanggal lahir / Usia : 3 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat :-
7. Tanggal masuk : 24 Mei 2020
8. Tanggal pengkajian : 15 Desember 2020
9. Diagnosa Medik : Kejang Demam
10. Rencana therapy :-
B. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Nama : Ny. M
Usia : Usia :-
Pendidikan : Pendidikan :-
Pekerjaan/Penghasilan : Pekerjaan/Penghasilan : -
Agama : Agama :-
Alamat : Alamat :
C. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Ket
4. Riwayat Vaksinasi :
Dasar : B. Ulangan :
BCG : +/- Pada umur : Scar : X mm Pada Umur :
DPT : x Pada umur : Di : Pada Umur :
Polio : x Pada umur : Di : Pada Umur :
Campak : Pada Umur : Di :
5. Riwayat Penyakit Dahulu : An. S mengalami kejang pertama kali saat usia 12 bulan
6. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :
Yang Mengasuh : orang tua
Pola Hubungan : -
a. Kesan Umum : -
d. Kulit/integumen : -
e. Kelenjar limpe :-
f. Otot : -
g. Tulang : -
h. Sendi : -
i. Jantung :
1. Batas Jantung (Jelaskan) : inspeksi, palpasi, perkusi
2. Suara Jantung : -
Belakang
l. Anogenital : -
m. Ekstremitas :
Item Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan
Tonus
Trofi
Refleks Fisiologis
Refleks Pathologis
o. Kepala :
1. Bentuk, rambut, kulit : -
2. Mata : -
3. Hidung : -
4. Telinga : -
5. Mulut (dan Gigi): -
6. Pharynx, leher : -
(……………………………………..)
ANALISA DATA
Hipertermi
Do :
kecemasan pada orang tua
- TTV : N : 112 x/m, RR : 35 x/m, S :
39° C
- Leukosit : 12,780 Deficit pengetahuan
- Ht : 36 %
- BB: 10 kg TB: 75 cm
- Lingkar kepala 45 cm
- HB: 11,9 gr/dl
- Kesadaran compasmentis (GCS: 15)
PRIORITAS MASALAH
Rabu
16/12/2020 1. Jelaskan patofisiologi S:
dari penyakit dan Ibu mengatakan tidak
Jam: 09.30 WIB
bagaimana hal ini tahu suhu tubuh anaknya
berhubungan dengan saat kejang,
anatomi dan fisiologi, Ibu tidak memahami
tentang penyakit anaknya
dengan cara yang tepat
secara medis,
2. Jelaskan tanda dan Ibu cemas akan kondisi
gejala yang bisa anaknya saat in
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
3. Jelaskan proses O:
penyakit dengan cara
TTV : N : 112 x/m, RR :
yang tepat
35 x/m, S : 39° C
4. Diskusikan perubahan
Leukosit : 12,780
gaya hidup yang
Ht : 36 %
mungkin diperlukan
untuk mencegah BB: 10 kg TB: 75
komplikasi dimasa cm
yang akan dating dan Lingkar kepala 45 cm
atau proses HB: 11,9 gr/dl
pengontrolan penyakit Kesadaran compasmentis
5. Diskusikan pilihan (GCS: 15)
terapi atau penanganan
6. Edukasi tindakan untuk A : Masalah keperawatan belum
teratasi
mencegah atau
meminimalkan gejala P : lanjutkan intervensi 1-6
sesuai kebutuhan
Jumat
1. Memonitor suhu tiap 2
18/12/2020
jam
S:
Jam: 09.30 WIB
2. Memonitor warna dan Ibu mengatakan anaknya
sudah tidak demam dan
suhu kulit sudah mau makan
3. Memonitor intake dan
O:
outpute TTV: N: 100×/menit R:
28×/menit S: 37.5°C
4. Metingkatkan intake Anak dapat menghabiskn
cairan dan nutrisi makanan yang diberika
Leukosit : 12,780
5. Memberikan kompres Ht : 36 %
pada lipatan paha dan BB: 10 kg TB: 75
cm
aksila
Lingkar kepala 45 cm
6. Kolaborasi pemberian HB: 11,9 gr/dl
cairan dan intravena Kesadaran compasmentis
(GCS: 15)
P: Hentikan intervensi
Jumat
18/12/2020
S:
Jam: 09.40 WIB
Ibu mengatakan sudah
mengetahui penyakit
yang di derita anaknya
secara media
Ibu mengatakan sudah
mengetahui tindakan apa
yang di lakukan untuk
mencega gejala sesuai
kebutuhan
O:
TTV: N: 100×/menit R:
28×/menit S: 37.5°C
Leukosit : 12,780
Ht : 36 %
BB: 10 kg TB: 75 cm
Lingkar kepala 45 cm
HB: 11,9 gr/dl
Kesadaran compasmentis
(GCS: 15)
A: Masalah Keperawatan sudah
teratasi
P: Hentikan intervensi