Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA An.R DENGAN KEJANG DEMAM (FEBRIS KONVULSI) DI


RUANGAN IGD RS STRADA

DISUSUN OLEH :
DWIYANTHI KARTIKA DAMALANTE
1912B2008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah tidak dapat menahan serangan
demam pada suhu tertentu (Widjaja, 200 1). Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu
badan yang tinggi. Suhu badan ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995).
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kejang demam adalah kondisi tubuh
anak yang tidak dapat menahan demam pada peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh karena
proses ekstrakranial.

B. Etiologi

Menurut Randle-Short (1994) kejang demam dapat disebabkan oleh:

1. Demam tinggi. Demam dapat disebabkan oleh karena tonsilitis, faringitis, otitis media,
gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varisela, demam berdarah, dan lain-lain.
2. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak.
3. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
4. Perubahan cairan dan elektrolit.
5. Faktor predispisisi kejang deman, antara lain:
a. Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60% kasus.
b. Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak lengkap.
c. Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan perinatal tinggi
d. Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga tinggi, tapi kelainan
neurologis berat biasanya jarang terjadi.

C. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan
luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (N+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida
(Cl). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di
luar sel neuron terdapat keadaan yang sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim
Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
berubah oleh:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler


2. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran itu sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10 - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
mencapai 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ionkalium i ion natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadi pelepasan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “Neurotransmitter” dan terjadilah
kejang.

D. Manifestasi Klinis

Menurut Arif Mansjoer (2000), kejang demam umumnya berlangsung singkat, yaitu berupa
serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi
seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului dengan kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsung
lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti dengan sendirinya. Setelah kejang berhenti, anak
tidak memberikan reaksi apapun untuk sementara waktu, tetapi setelah beberapa detik atau menit,
anak terbangun dan sadar kembali tanpa ada defisit neurologis. Kejang dapat diikuti dengan
hemiparesis sementara. (Todd’s hemiparesis) yang berlangsung selama beberapa jam hingga
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan
kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kelang demam yang pertama.

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan
kejang demam adalah meliputi:

1. Elektro encephalograft (EEG)


Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG
abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya
epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang
2. sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
3. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

4. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,


terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali
gejala meningitis fidak jelas sehingga. harus dilakukan
lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

G. Konsep Tumbuh Kembang dan Hospitalisasi pada Anak

Istilah tumbuh kembang lebih dikaitkan dengan pertumbuhan organ, serta merupakan aspek
fisik interaksi tersebut. Sedangkan istilah kembang lebih dikaitkan dengan aspek psikososial.

Menurut Sigmun Freud pada tumbuh kembang awal masa sekolah (512 tahun) merupakan
masa pertumbuhan relatif mantap, yang kemudian akan berakhir dengan suatu percepatan tumbuh
sekitar umur 10 tahun pada anak perempuan dan 12 tahun pada anak lak-laki. Penambahan berat
badan usia ini lebih kurang 205 kg dan tinggi badan kira-kira 5 cm per tahun. Pertumbuhan lingkar
kepala berjalan lambat, yaitu dari 50 cm menjadi 52-53 cm. Pada akhir masa pertumbuhan ini
sebenarnya lingkar kepala telah mencapai ukuran kepala orang dewasa (Markum, 199 1).

Menurut Eric Erickson, masa ini disebut dengan masa berkarya vs rasa rendah diri. Masa
antara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia sekolah yang lebih formal. Ia
sekarang berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas hasil karyanya. Ia belajar untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai tumbuh dan ia mulai
senang untuk belajar bersama. Rasa rendah diri akan timbul bila anak merasa dirinya kurang
kemampuan dibandingkan dengan teman-temannya (Markum, 199 1).

Pertumbuhan berat anak (11-14 tahun) adalah 46 kg dan tinggi badan 157 cm. Karakteristik
primer wanita adalah pembesaran organ genital eksterna dan interna, perubahan endometrium dan
cairan vagina, ovulasi dan menarche (sekitar usia 12-13 tahun), karakteristik sekunder yang nampak
adalah pembesaran buah dada, pertumbuhan tulang, dasar metabolik basal, perubahan bentuk
pinggul, pubis, dan tumbuhnya rambut pada ketiak, meningkatnya lemak dalam dada, pantat dan
paha serta kulit menjadi halus dan lembut (Cindy Smith, 1988).
H. Pengkajian

Pengkajian menurut Judha & Nazwar (2011) adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan
data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. Langkah-langkah
dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa
keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan
yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien,
keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode
pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara
(yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik,
dokumen yang baru maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat
kabar). Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :

1. Data subyektif:
a. Biodata/ Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk
mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
1. Gerakan kejang anak
2. Terdapat demam sebelum kejang
3. Lama bangkitan kejang
4. Pola serangan
5. Frekuensi serangan
6. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
7. Riwayat penyakit sekarang
8. Riwayat Penyakit Dahulu
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit
panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-
obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau
dengan tindakan (forcep atau vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan
selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.

d. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan
imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.

e. Riwayat Perkembangan
1. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial), kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
3. Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
4. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
f. Riwayat kesehatan keluarga.
1. Anggota keluarga menderita kejang
2. Anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf
3. Anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang
dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
g. Riwayat sosial

1. Perilaku anak dan keadaan emosional


2. Hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebaya
h. Pola kebiasaan dan fungsi kesehata
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan serta
kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis.
2. Pola nutrisi
Asupan kebutuhan gizi anak, kualitas dan kuantitas makanan, makanan yang disukai, selera makan,
dan pemasukan cairan.
3. Pola Eliminasi
BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau, dan nyeri
BAB : frekuensi, konsistensi, dan keteraturan
4. Pola aktivitas dan latihan
Kesenangan anak dalam bermain, aktivitas yang disukai, dan lama berkumpul dengan keluarga.
5. Pola tidur atau istirahat
Lama jam tidur, kebiasaan tidur, dan kebiasaan tidur siang.
Pengkajian menurut Riyadi & Sukarmin (2013) terdapat 3 pengkajian yang harus di lakukan, antara lain:
1. Riwayat Pengkajian
Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya demam yang di alami oleh anak (suhu
rektal di atas 38ºC). Demam ini dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial
seperti tonsilitis, faringitis. Sebelum serangan kejang pada pengkajian status kesehatan biasanya anak tidak
mengalami kelainan apa-apa. Anak masih menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya.
2. Pengkajian Fungsional
Pengkajian fungsional yang sering mengalami gangguan adalah terjadi penurunan kesadaran anak dengan
tiba-tiba sehingga kalau di buktikan dengan tes GCS skor yang di hasilkan berkisar antara 5 sampai 10
dengan tingkat kesadaran dari apatis sampai somnolen atau mungkin dapat koma. Kemungkinan ada
gangguan jalan nafas yang di buktikan dengan peningkatan frekwensi pernapasan >30 x/menit dengan
irama cepat dan dangkal, lidah terlihat menekuk menutup faring. Pada kebutuhan rasa aman dan nyaman
anak mengalami gangguan kenyamanan akibat hipertermi, sedangkan keamanan terjadi ancaman karena
anak mengalami kehilangan kesadaran yang tiba-tiba beresiko terjadinya cidera secara fisik maupun
fisiologis. Untuk pengkajian pola kebutuhan atau fungsi yang lain kemungkinan belum terjadi gangguan
kalau ada mungkin sebatas ancaman seperti penurunan personal hygiene, aktivitas, intake nutrisi.
3. Pengkajian Tumbuh Kembang Anak
Secara umum kejang demam tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini di pahami
dengan catatan kejang yang di alami anak tidak terlalu sering terjadi atau masih dalam batasan yang
dikemukakan oleh Livingstone (1 tahun tidak lebih dari 4 kali) atau penyakit yang melatarbelakangi
timbulnya kejang seperti tonsilitis, faringitis, segera dapat di atasi. Kalau kondisi tersebut tidak terjadi anak
dapat mudah mengalami keterlambatan pertumbuhan misalnya berat badan yang kurang karena ketidak
cukupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi badan yang kurang dari umur semestinya sebagai akibat
penurunan asupan mineral. Selain gangguan pertumbuhan sebagai dampak kondisi atas anak juga dapat
mengalami gangguan perkembangan seperti penurunan kepercayaan diri akibat sering kambuhnya
penyakit sehingga anak lebih banyak berdiam diri bersama ibunya kalau di sekolah, tidak mau berinteraksi
dengan teman sebaya. Saat dirawat di rumah sakit anak terlihat pendiam, sulit berinteraksi dengan orang
yang ada di sekitar, jarang menyentuh mainan. Kemungkinan juga dapat terjadi gangguan perkembangan
yang lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar (meloncat, berlari).

I. Analisa data

Data:

DS : Orang tua px mengatakan An. M badannya panas semakin tinggi

DO : Akral teraba hangat. TTV; Suhu 39,4oC, Nadi 135x/menit x / menit

ETIOLOGI :Suhu tubuh naik ->perubahan keseimbangan membran sel neuron -->difusi K⁺ maupun Na⁺
melalui membran -->lepas muatan listrik yang meluas ke seluruh sel -->Kejang

MASALAH : Kejang

J. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan relaksasi


lidah dan refleks sekunder terhadap gangguan inervasi otot.
Tujuan : Pasien dapat mcmpertahankan ventilasi dan oksigenasi yang kontinyu.
Intervensi:
a. Baringkan pasien ditempat yang datar dan berikan sudip lidah
b. Kendurkan pakaian terutama pada daerah yang mengganggu pernafasan
c. Setelah kejang usai, baringkan dengan posisi kepala miring ke salah satu sisi atau angka
dagu anak ke atas dan ke depan dengan kepala mendongak ke belakang dan jangan
memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut pasien selama pasien belum sadar
d. Obeservasi kejang dan karakteristiknya, yang meliputi: durasi, area, kondisi pre dan post
kejang, aktifitas motorik involunter dan inkontinensia
e. Ajarkan keluarga untuk berespon saat anak kejang
f. Lakukan penghisapan yang sesuai dengan indikasi
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi ekstrakranial
(Ngastiyah, 1997).
Tujuan: Suhu tubuh normal dan dapat dipertahankan sesuai dengan
derajat panas yang sesuai dengan usianya
Intervensi:
a. Lakukan kompres hangat / dingin dan hindari kompres dingin bila
anak menggigil
b. Berikan antibiotik sesuai program
c. Berikan antipiretik dan antikonvulsan sesuai program
d. Bed minum banyak yaitu 200 cc per hari sesuai kebutuhan
e. Pantau intake dan output
f. Kaji keadaaan bedcover apakah terialu hangat untuk aktivitas yang direncakan
g. Beritahukan tentang tanda-tanda peningkatan suhu pada keluarga
h. Pasang / gunakan kipas angin, AC, mandi dingin atau lakukan kompres
3. Resiko tinggi cedera: trauma berhubungan dengan perubahan status
kesadaran dan aktivitas kejang (Tucker, 1999).
Tujuan: Cedera tidak terjadi
Intervensi:
Untuk perawatan pre-konvulsi:
a. Berikan bantalan pada tempat tidur
b. Pertahankan tempat tidur pada posisi yang rendah
c. Bila pasien tirah baring, tingkatkan pagar tempat tidur dan berikan bantalan
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi adanya luka
Untuk perawatan saat kejang:

a. Tempatkan pasien pada tempat yang datar, longgarkan pakaian dan jauhkan benda-benda
yang rnembahayakan paien seperti mainan keras
b. Miringkan kepala anak pada salah satu sisi
c. Catat frekuensi, waktu, tingkat kesadaran, lama kejang dan bagian tubuh yang terlibat
bangkitan kejang.
d. Bila mungkin berikan privasi pada pasien
e. Berikan obat sesuai program

Untuk perawatan post-kejang:

a. Kaji atau pantau kondisi pasien setelah kejang


b. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
c. Kaji kondisi pasien terhadap adanya cedera dan lakukan pemeriksaan pada daerah mulut
d. Periksa tanda-tanda vital dan status neurologis segera setelah kejang
e. Kaji terhadap perubahan kesadaran, malaise, mual muntah, nyeri dan aspirasi
f. Beri dukungan emosional bila memungkinkan
g. Informasikan pada keluarga tentang status kesadaran dan lakukan
reorientasi bila perlu
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan kejang demam
berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan di rumah
(Tucker, 1999).
Tujuan: pengetahuan keluarga tentang kejang demam dan perawatannya
bertambah.
Intervensi:
a. Bantu pasien dan keluarga untuk mengenali aura, tipe kejang dan
urutan tindakan yang harus dilakukan
b. Observasi dan catat perilaku yang diperlihatkan pada fase praiktal dan
fase iktal
c. Instruksikan pada keluarga tentang sifat dan kelainan dari kejang, serta
perlunya bersikap positif terhadap usaha terapi
d. Jelaskan pentingnya bisa mengenali aura, tipe kejang dan urutan
tindakan yang harus dilakukan
e. Jelaskan perlunya mengidenfifikasi dan menghindari rangsangan kejang yang dapat
menstimuli aktivitas kejang
f. Tekankan pentingnya minum obat yang sesuai dengan anjuran
g. Jelaskan tentang patofisiologi dan pengobatan yang perlu dilakukan
h. Tinjau pentingnya kebersihan dan perawatan mulut.
Daftar Pustaka

Dewanto, Gerge, dkk. 2007. Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC

Harjaningrum, Agnes Tri. Smart Patient : Mengupas Rahasia Menjadi Pasien Cerdas. Jakarta :

Mizan Digital Publishing

Judha, Mohammad, 2011, Sistem Persyarafan (Dalam Asuhan Keperawatan), Gosyen

Publishing, Yogyakarta

Lumbantobing SM. 1989. Penatalaksanaan mutakhir kejang pada anak. Jakarta : FKUI

Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi 2. PT. Sagung Seto : Jakarta

Marilyn E.Doengos.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.PenerjemahKariasa Made.EGC.Jakarta

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Ed 2, EGC, Jakarta.


Riwayat Pengkajian Anak Sakit

1. Riwayat Kesehatan
a. Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R masuk melalui IGD RS STRADA. Ibu pasien mengeluhkan
An.R demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, An.R mengalami kejang 1 kali
yang berlangsung sekitar 10 menit. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 24 Mei 2020
pukul 16.00 WIB ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak mau
makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya
saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu
mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali
(±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti
anak sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah, ibu mengatakan tidak
memahami tentang penyakit anaknya secara medis, ibu mengatakan saat dirawat anak
tidak ada kejang lagi.
b. Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat dirumah sakit dan mengalami kejang demam
sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit
yang sama dengan pasien. Ibu mengatakan satu minggu yang lalu ada saudara dari An.R
yang menderita penyakit ISPA.
2. Pengkajian Lingkungan (wawancara) didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga yang
tinggal bersama pasien, terdiri dari ayah, ibu, pasien dan 2 orang saudaranya. Dirumah Ny.Z
memelihara beberapa ekor kucing. Ayah dan saudara An.R memiliki kebiasaan merokok
didalam maupun luar rumah. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Sumber air minum
keluarga adalah air galon.
3. ADL Selama dirawat An.R mendapatkan makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan
hanya menghabiskan 1/5 dari porsinya. An.R lebih sering menyusu. Ny.Z mengatakan selama
sakit anaknya jarang tidur siang dan susah tidur saat malam hari. Ny. Z mengatakan An.R BAK
lebih dari 5 kali dengan warna pekat dan BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning. Biasanya anak bermain dengan saudaranya dan selama sakit anak hanya
mandi lap.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 24 Mei 2020 didapatkan hasil , Nadi 112 x/i,
pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan kesadaran compos mentis. Saat ini BB klien 10 kg, TB 75
cm. Bentuk kepala normal, lingkar kepala 45cm. sudah pernah dirawat setahun yang lalu
dengan penyakit yang sama, yaitu kejang demam.
5. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl),
leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-10.000/mm3 ), Trombosit 180.000 /mm3 (normal
150.000-400.000/mm3, Ht 36 % (normal 40-48 %). Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan,
IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
Jl. Manila No. 37 Sumberece Kediri
No. Telp/Fax (0354) 695130

PROGRAM STUDI NERS


DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK
FORMAT PENGKAJIAN PADA ANAK SAKIT

I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. S
2. Tempat tanggal lahir / Usia : 3 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat :-
7. Tanggal masuk : 24 Mei 2020
8. Tanggal pengkajian : 15 Desember 2020
9. Diagnosa Medik : Kejang Demam
10. Rencana therapy :-
B. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Nama : Ny. M
Usia : Usia :-
Pendidikan : Pendidikan :-
Pekerjaan/Penghasilan : Pekerjaan/Penghasilan : -
Agama : Agama :-
Alamat : Alamat :
C. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Ket

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan utama : Ibu mengatakan anak demam, tidak mau makan dan batuk sejak dua hari yang
lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu pasien mengeluhkan an.S demam tinggi sejak satu hari
sebelum masuk rumah sakit, an. S mengalami kejang satu kali yang berlangsung sekitar 10
menit, pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar
kembali. Ibu mengatak anak rewel dan gelisah.
3. Riwayat Penyakit pada keluarga yang diturunkan: Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami penyakit yang sama dengan an. S
4. Riwayat keluarga diberikan oleh : Ayah/Ibu/Kakek/Nenek/Saudara/Tetangga *)
Ikhtisar Keturunan : (Gambar skema Keluarga dan beri tanda keluarga yang menderita penyakit
sejenis. Untuk kelainan congenital usahakan skema yang lebih lengkap termasuk saudara
sepupu dan sebagainya jika memungkinkan)

III. RIWAYAT PRIBADI


1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan : (terangkan dengan jelas faktor risiko yang berhubungan
dengan penyakit/kelainan yang didapat)
Prenatal
Intra natal
Post natal
2. Riwayat makanan/minum (sejak lahir sampai sekarang, kualitas dan kuantitas) :
An. S hanya menghabiskan 1/5 dari porsinya
An. S lebih sering menyusui

3. Perkembangan dan Kepandaian (uraikan kronologis sejak lahir sampai sekarang) :


(Lampirkan Denver/DDST)
Motorik Kasar Motorik Halus Bicara Sosial

4. Riwayat Vaksinasi :
Dasar : B. Ulangan :
BCG : +/- Pada umur : Scar : X mm Pada Umur :
DPT : x Pada umur : Di : Pada Umur :
Polio : x Pada umur : Di : Pada Umur :
Campak : Pada Umur : Di :
5. Riwayat Penyakit Dahulu : An. S mengalami kejang pertama kali saat usia 12 bulan
6. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :
Yang Mengasuh : orang tua
Pola Hubungan : -

7. Pemeriksaan Fisik Khusus : -

a. Kesan Umum : -

b. Tanda Vital Utama :


Nadi : 112 x/menit, isi dan tegangan : ............... Teratur /tidak *)
Suhu : 39 0C
Tekanan Darah : ........ mmHg
Pernafasan : 35 x/menit Tipe : ........................
c. Status Gizi :
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 75 cm
Lingkar Kepala : 45 cm
Lingkar Dada : ........ cm
Lingkar Lengan Atas : ........ cm
Kesimpulan Status Gizi : Gizi lebih, Gizi baik, Gizi kurang, Gizi buruk *)

d. Kulit/integumen : -
e. Kelenjar limpe :-
f. Otot : -
g. Tulang : -
h. Sendi : -
i. Jantung :
1. Batas Jantung (Jelaskan) : inspeksi, palpasi, perkusi
2. Suara Jantung : -

j. Paru – paru/pernafasan (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi):


Bagian Kanan Kiri
Depan

Belakang

k. Perut (Inspeksi, Auskultasi, palpasi, pekusi): -

l. Anogenital : -

m. Ekstremitas :
Item Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan
Tonus
Trofi
Refleks Fisiologis

Refleks Pathologis

n. Sensibilitas & Persyarafan : -

o. Kepala :
1. Bentuk, rambut, kulit : -
2. Mata : -
3. Hidung : -
4. Telinga : -
5. Mulut (dan Gigi): -
6. Pharynx, leher : -

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN SAAT INI


1. Aktivitas dan istirahat
2. Eliminasi
An. S BAK 5 kali dalam sehari dengan warna pekat, dan BAB satu kali sehari dengan
konsistensi lembek dan berwarna kuning.
Koping dan Dampak Hospitalisasi pada Anak dan Orang Tua
Ibu cemas akan kondisi anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak tahu suhu tubuh anaknya saat
kejang, ibu tidak memahami tentang penyakit anaknya secara medis

V. DATA DASAR LABORATORIUM (Darah/Kemih/Tinja) :


Tanggal : 24 Mei 2020
1. HB 11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl)
2. Leukosit 12,780 /mm3 (normal 5.000-10.000 /mm3)
3. Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000 /mm3)
4. HT 36% (normal 40-48 %)

VI. RIWAYAT PENGOBATAN :


Tanggal: 24 Mei 2020
1. IVFD KaEN 1 B 20 tetes /m
2. PCT syr 3 x 250 mg
3. OBH syr 3 x ½ sdk
4. DIAZEPAM 3 X 1,5 mg (P.O).
………………….,………………………….
Mahasiswa

(……………………………………..)

ANALISA DATA

Nama Pasien : An. S Ruang :


Umur : 3 Tahun Hari/tgl : 24 Mei 2020
No Data Fokus Etiologi Problem/Masalah
1 Ds : Infeksi bakteri virus dan pathogen Hipertermia

Ibu pasien mengeluh An. S demam


tinggi satu hari
Ibu pasien mengatakan anak kejang Reaksi inflamasi
satu kali (kurang lebih 10 menit)
anak tidak mau makan
anak rewel dan gelisah
Leukosit meningkat
Do :

TTV : N : 112 x/m, RR : 35 x/m, S : Peningkatan suhu tubuh


39 C
Leukosit : 12,780
Ht : 36 %
BB: 10 kg TB: 75 cm Kejang
Lingkar kepala 45 cm
HB: 11,9 gr/dl
Kesadaran compasmentis (GCS: 15)
Metabolisme meningkat

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi

2 Kurangnya informasi mengenai


Ds :
penyakit Deficit
ibu mengatakan tidak tahu suhu tubuh
pengetahuan
anaknya saat kejang
ibu tidak memahami tentang penyakit
anaknya secara medis Aktivitas otot meningkat
Ibu cemas akan kondisi anaknya saat
in

Do :
kecemasan pada orang tua
- TTV : N : 112 x/m, RR : 35 x/m, S :
39° C
- Leukosit : 12,780 Deficit pengetahuan
- Ht : 36 %
- BB: 10 kg TB: 75 cm
- Lingkar kepala 45 cm
- HB: 11,9 gr/dl
- Kesadaran compasmentis (GCS: 15)

PRIORITAS MASALAH

1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi bakteri virus dan parasit


2. Deficit pengetahuan berhubungan dengan resiko kejang berulang
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.S Ruang :-


Umur : 3 Tahun Hari/tgl : 24 Mei 2020
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Hipertermia b/d infeksi bakteri Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tiap 2 jam
virus dan parasite keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Monitor warna dan suhu
di harapkan suhu tubuh dalam
kulit
batas normal dengan
Kriteria Hasil: 3. Monitor intake dan
1. TTV dalam batas normal outpute
2. Tidak ada perubahan
4. Tingkatkan intake cairan
warna kulit dan tidak
ada pusing dan nutrisi
5. Berikan kompres pada
lipatan paha dan aksila
6. Kolaborasi pemberian
cairan dan intravena

Setelah dilakukan tindakan


Deficit pengetahuan b/d dengan 1. Jlaskan patofisiologi dari
keperawatan selama 3 x 24 jam
penyakit dan bagaimana
resiko kejang berulang di harapkan keluarga pasien
hal ini berhubungan
dapat mengetahui penyakit yang
dengan anatomi dan
diderita anaknya dengan
fisiologi, dengan cara
Kriteria Hasil: yang tepat
2. Jelaskan tanda dan gejala
1. Keluarga menyatakan yang bisa muncul pada
pemahaman tentang penyakit, dengan cara
penyakit, kondisi, yang tepat
prognosis dan program 3. Jelaskan proses penyakit
pengobatan dengan cara yang tepat
2. Keluarga mampu 4. Diskusikan perubahan
melaksanakan prosedur gaya hidup yang
yang dijelaskan secara mungkin diperlukan
benar
3. Keluarga mampu untuk mencegah
menjelaskan kembali komplikasi dimasa yang
apa yang dijelaskan oleh akan dating dan atau
perawat proses pengontrolan
/tim kesehatan lain penyakit
5. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
6. Edukasi tindakan untuk
mencegah atau
meminimalkan gejala
sesuai kebutuhan
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa Keperawatan:
Hari/Tgl/Jam Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP)

Rabu 1. Memonitor suhu tiap 2 S:


 Ibu pasien mengatakan
16 /12/2020 jam
An. S demam tinggi satu
Jam: 09.15 WIB 2. Memonitor warna dan hari
suhu kulit  Ibu pasien mengatakan
anak kejang satu kali
3. Memonitor intake dan (kurang lebih 10 menit)
outpute  Anak tidak mau makan
 Anak rewel dan gelisah.
4. Metingkatkan intake
cairan dan nutrisi O:
 TTV : N : 112 x/m, RR :
5. Memberikan kompres 35 x/m, S : 39 C
pada lipatan paha dan  Hanya menghabiskan 1/5
dari porsi
aksila  BAK 5 ×/ hari
6. Kolaborasi pemberian  Leukosit : 12,780
 Ht : 36 %
cairan dan intravena  BB: 10 kg TB: 75 cm
 Lingkar kepala 45 cm
 HB: 11,9 gr/dl
 Kesadaran compasmentis
(GCS: 15)

A : Masalah keperawatan belum


teratasi

P : lanjutkan intervensi 1-6

Rabu
16/12/2020 1. Jelaskan patofisiologi S:
dari penyakit dan  Ibu mengatakan tidak
Jam: 09.30 WIB
bagaimana hal ini tahu suhu tubuh anaknya
berhubungan dengan saat kejang,
anatomi dan fisiologi,  Ibu tidak memahami
tentang penyakit anaknya
dengan cara yang tepat
secara medis,
2. Jelaskan tanda dan  Ibu cemas akan kondisi
gejala yang bisa anaknya saat in
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
3. Jelaskan proses O:
penyakit dengan cara
 TTV : N : 112 x/m, RR :
yang tepat
35 x/m, S : 39° C
4. Diskusikan perubahan
 Leukosit : 12,780
gaya hidup yang
 Ht : 36 %
mungkin diperlukan
untuk mencegah  BB: 10 kg TB: 75
komplikasi dimasa cm
yang akan dating dan  Lingkar kepala 45 cm
atau proses  HB: 11,9 gr/dl
pengontrolan penyakit  Kesadaran compasmentis
5. Diskusikan pilihan (GCS: 15)
terapi atau penanganan
6. Edukasi tindakan untuk A : Masalah keperawatan belum
teratasi
mencegah atau
meminimalkan gejala P : lanjutkan intervensi 1-6
sesuai kebutuhan

Kamis 1. Memonitor suhu tiap 2 S:


17/12/2020 jam  Ibu mengatakan An. S
Jam: 10.20 WIB masi demam, anak tidak
2. Memonitor warna dan
mau makan, anak rewel
suhu kulit dan gelisah.
3. Memonitor intake dan O:
outpute  TTV : N : 100 x/m, RR :
32 x/m, S : 38° C
4. Metingkatkan intake
 Hanya menghabiskan 1/5
cairan dan nutrisi dari porsi
 BAK 5×/hari
5. Memberikan kompres  Leukosit : 12,780
pada lipatan paha dan  Ht : 36 %
 BB: 10 kg TB: 75
aksila
cm
6. Kolaborasi pemberian  Lingkar kepala 45 cm
cairan dan intravena  HB: 11,9 gr/dl
 Kesadaran compasmentis
(GCS: 15)
A : Masalah keperawatan belum
teratasi

Kamis P : lanjutkan intervensi 1-6


1. Jelaskan patofisiologi
17/12/2020
dari penyakit dan S:
Jam: 10.30 WIB bagaimana hal ini  Ibu mengatakan sudah
berhubungan dengan mengetahui penyakit
anatomi dan fisiologi, yang di derita anaknya
dengan cara yang tepat secara media
2. Jelaskan tanda dan  Ibu mengatakn belum
gejala yang bisa mengetahui tindakan
untuk mencega gejala
muncul pada penyakit,
sesuai kebutuhan
dengan cara yang tepat
3. Jelaskan proses O:
penyakit dengan cara
yang tepat  Ibu dapat menjelaskan terkait
4. Diskusikan perubahan apa yang di jelaskan perawat
gaya hidup yang tebtan penayakit yang di
mungkin diperlukan derita anaknya
untuk mencegah  TTV : N : 100 x/m, RR : 32
komplikasi dimasa x/m, S : 38° C
yang akan datang dan  Leukosit : 12,780
atau proses  Ht : 36 %
pengontrolan penyakit  BB: 10 kg TB: 75 cm
5. Diskusikan pilihan  Lingkar kepala 45 cm
terapi atau penanganan  HB: 11,9 gr/dl
6. Edukasi tindakan untuk  Kesadaran compasmentis
mencegah atau (GCS: 15)
meminimalkan gejala
sesuai kebutuhan A : Masalah Teratasi Sebagaian

P : lanjutkan intervensi 4-6

Jumat
1. Memonitor suhu tiap 2
18/12/2020
jam
S:
Jam: 09.30 WIB
2. Memonitor warna dan  Ibu mengatakan anaknya
sudah tidak demam dan
suhu kulit sudah mau makan
3. Memonitor intake dan
O:
outpute  TTV: N: 100×/menit R:
28×/menit S: 37.5°C
4. Metingkatkan intake  Anak dapat menghabiskn
cairan dan nutrisi makanan yang diberika
 Leukosit : 12,780
5. Memberikan kompres  Ht : 36 %
pada lipatan paha dan  BB: 10 kg TB: 75
cm
aksila
 Lingkar kepala 45 cm
6. Kolaborasi pemberian HB: 11,9 gr/dl
cairan dan intravena  Kesadaran compasmentis
(GCS: 15)

A: Masalah keperawatan sudah


teratasi

P: Hentikan intervensi

Jumat
18/12/2020
S:
Jam: 09.40 WIB
 Ibu mengatakan sudah
mengetahui penyakit
yang di derita anaknya
secara media
 Ibu mengatakan sudah
mengetahui tindakan apa
yang di lakukan untuk
mencega gejala sesuai
kebutuhan
O:

 TTV: N: 100×/menit R:
28×/menit S: 37.5°C
 Leukosit : 12,780
 Ht : 36 %
 BB: 10 kg TB: 75 cm
 Lingkar kepala 45 cm
 HB: 11,9 gr/dl
 Kesadaran compasmentis
(GCS: 15)
A: Masalah Keperawatan sudah
teratasi
P: Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai