Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


MASALAH SISTEM PERKEMIHAN ( SISTITIS )
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAMBAS

DISUSUN OLEH

RIZKI AROFI
NIM. 201133058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PONTIANAK TAHUN AKADEMIK 2020/2021
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
MASALAH SISTEM PERKEMIHAN ( SISTITIS )
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAMBAS

Mata Kuliah : Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Semester : II (Genap)
Institusi : Poltekkes Kemenkes Pontianak
Prodi : Profesi Ners

Sambas, 22 Maret 2021


Mahasiswa

Rizki Arofi
NIM. 201133058

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructure

Ns. Mita Agustina, S. Kep, M. Tr. Kep Ns. Sabila, S.Kep


NIP. 198408172009122001 NIP. 198704192011012013

ii
DAFTAR ISI

VISI DAN MISI.......................................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I KONSEP DASAR.......................................................................................1


A. Definisi..........................................................................................................1
B. Etiologi..........................................................................................................1
C. Klasifikasi.....................................................................................................2
D. Tanda dan Gejala..........................................................................................3
E. Komplikasi....................................................................................................3
F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang............................................................4
G. Penatalaksanaan............................................................................................5

BAB II WEB OF CAUSATION...........................................................................7


A. Patofisiologi..................................................................................................8

BAB III PROSES KEPERAWATAN................................................................10


A. Pengkajian...................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................12
C. Perencanaan / Intervensi.............................................................................15
D. Implementasi...............................................................................................20
E. Evaluasi.......................................................................................................20
F. Aplikasi Pemikiran Kritis............................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
urin dari uretra ke dalam kandung kemih. Sistitits ( Sistitis) adalah inflamasi
akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri. Sistitis
merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2009). Sistitis dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu ; Sistitis primer Merupakan radang yang mengenai
kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain seperti batu pada
kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra. Sistitis
sekunder merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis (Prabowo & Pranata, 2014)
Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh
aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop. Sistitis (inflamasi
kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari
uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam
kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter
atau sistoskop (Cempaka, 2018).

B. Etiologi
Penyebab dari sistitis antara lain : Pada wanita, kebanyakan infeksi
kandung kemih diakibatkan oleh infeksi ascenden yang berasal dari uretra
dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual, Pada pria, dapat
diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat tetapi agaknya lebih
sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus urinarius,
Mungkin berkaitan dengan kelainan kongenital traktus genitourinarius,
seperti “bladder neck obstruction:, stasis urine, refluks ureter dan

iv
“neurogenic bladder”, Lebih sering terjadi pada penderita diabetes, Dapat
meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau diafragma yang
tidak terpasang dengan tepat dan Kateterisasi urine mungkin menyebabkan
infeksi ( Lyndon Saputra, 2013).
Etiologi dari Sistitis berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu
Infeksi dan Non-infeksi :
a. Infeksi
1. Bakteri, Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang
secara normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus
infeksi yang berasal dari retra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang
bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.
2. Jamur, Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
3. Virus dan parasit, Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit
jarang terjadi. Contohnya adalah trichomonas, parasit ini terdapat
dalam vagina, juga dapat berada dalam urin.
b. Non-Infeksi
Pada kasus Sistitis non-infeksi ini dimaksudkan terjadi karena adanya
Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya
cyclophosphamide/cytotaxan, Procycox), Radio terapi serta Reaksi
imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous)

C. Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya, sistitis dibagi menjadi 2 jenis yaitu sistitis akut
dan sistitis kronis. Sistitis akut adalah radang selaput mukosa kandung kemih
(Vesica urinaria) yang timbulnya mendadak, bisa ringan dan sembuh spontan
(self-limited disease) atau berat di sertai penyulit infeksi saluran kemih atas
(pielonefritis akut), sedangkan Sistitis kronis adalah radang kandung kemih
yang menyerang berulang-ulang (recurrent attact of cystitis) dan dapat
menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit-penyulit dari saluran kemih
bagian atas dan ginjal (Prabowo & Pranata, 2014).

v
D. Tanda dan Gejala
Pasien sistitis mengalami urgency, sering berkemih,rasa panas dan nyeri
pada saat berkemih, nokturia dan nyeri atau spasme pada area kandung kemih
serta suprapubis. Piuria (adanya sel darah putih dalam urine), bakteri dan sel
darah merah (hematuria) ditemukan pada pemeriksaan urine. Kit kultur
memberikan informasi kualitatif yang umum mengenai jumlah koloni bakteri
dan mengidentifikasi apakah organisme gram negarif atau positif (Brunner &
Suddarth, 2013).
Tanda dan gejala ( Lyndon Saputra, 2013) :
1. Disuria (nyeri saat berkemih), polakisuria (kencing sedikit-sedikit dan
sering), nokturia (kencing pada malam hari), rasa tidak enak di daerah
suprapubis, nyeri tekan pada palpasi di daerah suprapubis.
2. Gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang menggigil, sering lebih
nyata pada anak-anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda
infeksi lokal dari traktus urinarius.
3. Urine keruh dan mungkin berbau tidak enak dengan leukosit, eritrosit dan
organisme.
Menurut Taber tanda dan gejala dari sistitis yang sering kali muncul yaitu
Disuria, Rasa panas seperti terbakar saat kencing, Ada nyeri pada tulang
punggung bagian bawah, Urgensi (rasa terdesak saat kencing), Nokturia
(cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas
kandung kemih), Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna,
Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan), Retensi,
yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya serta adanya nyeri daerah
suprapubik.

E. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan akibat
dari terjadinya Infeksi Kandung Kemih (Sistitis) yaitu sebagai berikut :
1. Pyelonefritis

vi
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik
secara akut dan kronik.
3. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)
Urosepsis adalah suatu kondisi di mana infeksi saluran kemih menyebar
dari saluran kemih ke aliran darah yang menyebabkan infeksi sistemik
yang bersirkulasi melalui tubuh. Jenis infeksi darah ini disebut sebagai
sepsis. Sebanyak 25 persen orang yang mengembangkan sepsis
ditemukan memiliki infeksi saluran kemih awal sebagai sumber kondisi
tersebut
4. Pembentukan abses ginjal atau perirenal.
Abses flank atau biasa di kenal sebagai abses perirenal adalah salah satu
yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri dari infeksi
bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih
berpegian ke ginjal dan menyebar ke jaringan ginjal.

F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung tegaknya
diagnosa pada pasien dengan chystitis menurut Grace dan Borley (2007) yaitu
sebagai berikut :
1. Urinalisis dengan makroskopik yaitu urin berwarna keruh dan berbau,
dan dengan mikroskopik yaitu piuria, hematuria, dan bakteriuria.
Leukosuria atau piuria terdapat >5/lapang pandang besar sedimen air
kemih dan hematuria 5-10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
2. Kultur Urin, dilakukan untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.
3. Sistograf, dilakukan bila pada anamnesa ditemukan hematuria atau peda
pemeriksaan urin ditemukan mikrohematuria, yaitu untuk mengetahui
asal dari perdarahan yang ada dan Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
(DPL).

vii
4. Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan batu yang menjadi
penyebab dasar. Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi ginjal dan
kandung kemih, IVU (kelainan struktural), dan sistoskopi.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Sistitis dapat
dibagi menjadi 2, yaitu penatalaksanaan secara farmakoligis dan
penatalaksanaan secara non-farmakologis, menurut Cempaka, (2018)
Penatalaksaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Farmakologi
a. Uncomplicated sistitis
1) Wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek
(1-3 hari sesuai hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif terhadap
E. Coli : nitrofurantoin, trimetropim - sulfametoksaksol atau
ampisilin.
2) Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan antibiotik. Lakukan
kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek
samping mual, diare, kemerahan dan kandidiasis.
b. Antikolinergik (propanthelin bromide)
Untuk mencegah hiperiritabilitas kandung kemih dan fenazopiridin
hidroklorid sebagai antisepik pada saluran kemih.
2. Non Farmakologi
a. Jus Ketimun
Jus mentimun merupakan salah satu pengobatan rumah paling
berguna dalam pengobatan sistitis. Ini adalah diuretik yang sangat
efektif. Secangkir jus ini, dicampur dengan satu sendok teh madu
dan satu sendok makan air jeruk nipis segar, harus diberikan tiga kali
sehari.
b. Daun Lobak
Jus dari daun lobak berharga dalam sistitis. Secangkir jus ini harus
diberikan sekali dalam sehari, di pagi hari, selama dua minggu.
c. Bayam

viii
Sejumlah 100 ml jus bayam segar, diambil dengan kuantitas yang
sama tender air kelapa dua kali sehari, dianggap bermanfaat dalam
pengobatan sistitis. Bertindak sebagai diuretik yang sangat efektif
dan aman karena tindakan gabungan dari kedua nitrat dan kalium.
d. Lemon
Lemon telah terbukti berharga dalam sistitis. Sebuah sendok teh jus
lemon harus diletakkan dalam 180 ml air mendidih. Kemudian harus
dibiarkan dingin dan 60 ml air ini harus dilakukan setiap dua jam
dari 8 pagi sampai 12 siang untuk perawatan kondisi ini. Hal ini
memudahkan sensasi terbakar dan juga menghentikan pendarahan di
Sistitis
e. Barley
Masing-masing setengah gelas bubur gandum, dicampur dengan
mentega dan jus jeruk nipis setengah, adalah diuretik yang sangat
baik. Hal ini bermanfaat dalam pengobatan sistitis, dan dapat diambil
dua kali sehari.
f. Minyak Cendana
Minyak cendana juga dianggap berharga dalam penyakit ini. Minyak
ini harus diberikan dalam dosis lima tetes pada awal dan berangsur-
angsur meningkat sampai sepuluh untuk 30 tetes. Kemanjuran
minyak ini dapat ditingkatkan dengan penambahan satu sendok teh
biji karambol dicampur dalam segelas air, atau sepuluh gram jahe
dicampur dalam secangkir air.

ix
x
BAB II
WEB OF CAUSATION

11
A. Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara
umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli
peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat
obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat
bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada
suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan
organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk
ke kandung kemih. Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh
organisme gram negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang
berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke
kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir kembali ke
ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke
atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti maka
bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan
menjadikan media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan
pertumbuhannya. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat
melalui Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat
saluran kemih yang terinfeksi, Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme
patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi
saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplai jantung ke ginjal,
Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan
melalui helium ginjal dan Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa
kateter atau sistoskopi.
Agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini
berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui
penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang
mempengaruhi terjadnya infeksi adalah virulensi (kemampuan untuk
menimbukan penyakit) dari organisme, ukuran dari jumlah mikroorganisme
yang masuk dalam tubuh, dan keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh.
Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi
pertahanan tubuh alami pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan

12
penentu terjadinya infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus
dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel
urotenial yang memproduksi mucin yaitu unsur yang membantu
mempertahankan integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta
inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial.
Selain itu pH urine yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari
konstribusi urin dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan
integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem urin akan
mengeluarkannya.

13
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses
keperawatan dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien.
Supaya dapat mengidentifikasi masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian
menurut Amalia Nurin, dkk, 2014 adalah sebagai berikut :
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
2. Keluhan utama
Pada pasien dengan Sistitis biasanya akan merasakan Rasa sakit atau
panas di uretra sewaktu kencing, Urine sedikit serta Rasa tidak enak di
daerah supra pubik.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala Sistitis seperti mengalami obstruksi kandung kemih
atau riwayat ISK. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu
pasien.
4. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya memiliki Riwayat ISK sebelumnya, pernah
mengalami obstruksi pada saluran kemih serta masalah kesehatan lain,
misalnya DM, Riwayat seksual. Tanyakan juga obat-obatan yang

14
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih
relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi atau menderita penyakit
yang sama dengan yang dialami pasien saat ini
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan
tingkah laku pasien.
b. Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan Darah
Keadaan Tekanan Darah biasanya akan mengalami peningkatan
dari nilai Normalnya, Nilai normal tekanan darah :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
2) Nadi
Keadaan Nadi akan mengalami peningkatan dari nilai
normalnya , Nilai normal Nadi :
Frekuensi : 60-100x/menit ( bradikardi atau takikkardi )
3) Pernapasan
Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit, Pada pasien :
respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
4) Suhu Badan
Metabolisme meningkat sebagai respon inflamasi, suhu secara
otomatis akan meningkat
c. Head to toe examination :
1) Kepala : bentuk , kesimetrisan
2) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
3) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
4) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
5) Muka; ekspresi, pucat

15
6) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
7) Dada: gerakan dada, deformitas
8) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta
kanan Periksa bagian Suprapubik apakah terdapat nyeri tekan
atau tidak, pada pasien Sistitis biasanya akan ada disertai nyeri
pada area suprapubik
9) Ekstremitas: lengan-tangan: reflex, warna dan tekstur kulit,
edema, clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Urinalis : urin tengah, Ketika infeksi terjadi, memperlihatkan
bakteriuria, WBC (White Blood Cell), RBC (Red Blood Cell)
dan endapan sel darah putih dengan keteribatan ginjal
2) Tes sensitifitas : banyak mikroorganisme sensitive terhadap
antibiotic dan antiseptic berhubungan dengan infeksi berulang
3) Pengkajian radiographic, Cystitis ditegakkan berdasarkan
history, pemeriksaan medis dan laborat, jika terdapat retensi
urine dan obstruksi aliran urine dilakukan IPV (Identivikasi
perubahan dan abnormalitas structural)
4) Culture : Mengidentifikasi bakteri penyebab permasalahan
5) Sinar X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi
anomaly struktur nyata

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan dan
merupakan penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga,
atau masyarakat terhadap masalah kesehatan aktual / potensial / proses
kehidupan. Diagnosa keperawatan mendorong praktik independen perawat
(misalnya, kenyamanan atau kelegaan pasien) dibandingkan dengan
intervensi dependen yang didorong oleh perintah dokter (misalnya, pemberian
obat) (Nursing Student, 2015).

16
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :
1. Nyeri akut (D.0077)
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
Agen pencedera fisiologis (mis: Inflamasi, iskemia, neoplasma),
Agen pencidera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan), Agen
pencidera fisik (mis abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Batasan karakteristik
Kriteria mayor :
1) Sujektif : Mengeluh nyeri
2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
d. Kondisi klinis terkait
Cedera Traumatis, kondisi pembedahan, infeksi, sindroma koroner
akut, Glaukoma

17
2. Gangguan Eliminasi Urin (D.0040)
a. Definisi
Disfungsi eliminasi urin
b. Penyebab
Penurunan kapasitas kandung kemih, Iritasi kandung kemih,
Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih, Efek tindakan medis dan diagnostik (mis operasi ginjal,
operasi saluran kemih, anestesi, dan obat – obatan), Kelemahan otot
pelvis, Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Imobilisasi),
Hambatan lingkungan, Ketidakmampuan mmengkomunikasikan
kebutuhan eliminasi, Outlet kadnung kemih tidak lengkap (mis.
Anomali saluran kemih kongenital), Imaturitas (pada anak usia < 3
tahun)
c. Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Desakan berkemih (Urgensi), urin menetes
(dribbling), sering buang air kecil, nokturia, mengompol,
enuresis.
2) Objektif : Distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas
(hesitancy) volume residu urin meningkat
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : -
d. Kondisi klinis terkait
Infeksi Ginjal dan saluran kemih, Hiperglikemi, Trauma, kanker,
cedera/tumor/infeksi medula spinalis, neuropati diabetikum,
neuropati alkoholik, stroke, parkinson.

18
3. Resiko Infeksi (D.00142)
a. Definisi
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b. Faktor Risiko
Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus), Efek prosedur invasif,
Malnutrisi, Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (gangguan peristaltik,
kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH, penurunan kerja
siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
merokok, statis cairan), Ketidak adekuatan pertahanan tubuh
sekunder (Penurunan hemoglobin, imunosupresi, leukopenia, supresi
respon inflamasi, vaskinasi tidak adekuat.
c. Kondisi klinis terkait
AIDS, Luka bakar, penyakit paru obtruktif kronis, diabetes mellitus,
tindakan invasif, kondisi penggunaan terapi steroid, penyalahgunaan
obat, ketuban pecah sebelum waktunya, kanker, gagal ginjal,
imunosupresi, lyphedema, leukositopenia, gangguan fungsi hati.

I. Perencanaan / Intervensi
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan , dengan merumuskan
tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta
menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi
dirancang bagi pasien tertentu dengan siapa perawat sedang bekerja
(Friedman, 2010). Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment
yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).

19
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut berhubungan (L.08066) Manajemen Nyeri (I.01014)
dengan Agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Observasi
fisiologis keperawatan diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
(D.0077) Tingkat Nyeri Menurun intensitas nyeri
dengan Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non-verbal
(skor 5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis menurun (skor 5. Identifikaffsi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri,
5) identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
3. Sikap protektif menurun 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
(skor 5) 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
4. Gelisah menurun (skor 5) diberikan
5. Kesulitan tidur menurun 8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
(skor 5) Terapeutik
1. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (misal. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

20
4. Pertimbangkat jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Eliminasi Urin (L.04034) Manajemen Eliminasi Urin (I.04152)
berhubungan dengan iritasi Setelah dilakukan tindakan Observasi
kandung kemih keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
(D.0040) Eliminasi Urin membaik 2. Indetifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
dengan Kriteria hasil : inkontinensia urin
1. Sensasi berkemih 3. Monitor eliminasi urine (mis ,frekuensi, konsistensi, aroma,
meningkat (skor 5) volume dan warna
2. Desakan berkemih Teraputik
(urgensi) menurun (skor 1. Cata waktu-waktu dan haluaran berkemih
5) 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Distensi kandung kemih 3. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur

21
menurun (skor 5)
4. Berkemih tidak tuntas Edukasi
(hesistancy) menurun 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi sfaluran kemih
(skor 5) 2. Ajarkan mengfukur asupan cairan dan haluaran urine
5. Volume residu urin 3. Ajarkan ambil spesimen urine
menurun (skor 5) 4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penggunaan otot-otot
panggul/berkemih
6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi meminum menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria utetra, jika perlu
3. Resiko Infeksi berhubungan (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
dengan Ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan Observasi
pertahanan tubuh sekunder keperawatan diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi flokal dan sistemik
(D.00142) Tingkat Infeksi menurun Teraputik
dengan Kriteria hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Demam menurun (skor 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
2. Kemerahan menurun lingkungan keluarga
(skor 5) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
3. Nyeri menurun (skor 5) Edukasi

22
4. Bengkak menurun (skor 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5. Kadar sel darah putih 3. Ajarkan etika batuk
membaik (skor 5) 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan peningkatan asupan nutrisi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

J.

23
K. Implementasi
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan
dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah
dibuat di atas. Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi
keperawatan yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui
pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki pasien. Implementasi di
prioritaskan sesuai dengan kemampuan pasien dan sumber yang dimiliki
pasien (Kucoro Fadli, 2013).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)

L. Evaluasi
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria
hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Menurut (Asmadi, 2008)
Terdapat 2 jenis evaluasi :
1. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai

24
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini
meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif
(data keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
2. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon pasien
dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada
akhir layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan
keperawatan, yaitu :
1. Tujuan tercapai/masalah teratasi
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
3. Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi

M. Aplikasi Pemikiran Kritis


Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan
karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik pria
maupun wanita dari semua umur baik anak, remaja, dewasa maupun umur
lanjut. Wanita lebih sering terinfeksi dari pria dengan angka populasi umum
kurang lebih 5-15% Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan
keterlibatan bakteri tersering dikomunitas dan hampir 10% orang pernah
terkena ISK selama hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap
tahunnya terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih (Parwati et al., 2020)
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri, virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK
terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya

25
menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah
Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Penderita infeksi saluran kemih dapat tidak mengalami gejala, namun
umumnya mempunyai gejala yang terkait dengan tempat dan keparahan
infeksi. Gejala- gejalanya meliputi berikut ini, sendirian atau bersama-sama:
(1) menggigil, demam, nyeri pinggang, sering mual dan muntah (biasanya
terkait dengan pielonefritis akut) dan (2) disuria, sering atau terburu-buru
buang air kecil, nyeri suprapubik, dan hematuria yang biasanya terkait dengan
sistitis (Rampengan, Rondonuwu & Onibala, 2014).
Teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi merupakan teknik
nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri (Wahyudi & Abdul, 2016). Sesuai
dengan penelitian yang menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dan
teknik distraksi yang dapat menurunkan intensitas nyeri pada klien. Teknik
relaksasi nafas dalam apabila dikombinasikan dengan pemberian aromaterapi
lavender dapat lebih meningkatkan percepatan penurunan intensitas nyeri
pada pasien dengan nyeri abdomen yang biasanya dikeluhan oleh pasien
dengan Infeksi Saluran Kemih. Menggunakan aroma terapi lavender
(Susilarini et al., 2017; Azizah & Yuwono, 2017) adalah metode yang
menggunakan esential oil lavender untuk meningkatkan kesehatan fisik dan
emosi (Koensoemardiyah, 2009). Lavender memiliki berbagai kelebihan yang
tidak dimiliki oleh minyak essensial lain (Frayusi, 2012; Susilarini et al.,
2017; Azizah & Yuwono, 2017).
Pada penelitian oleh Elmaghfuroh & Wahyudi, (2019) tentang Terapi
Kombinasi Terhadap Nyeri Akut Abdomen di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan Jawa Timur didapatkan bahwa terjadi penurunan tingkatan nyeri
pada kelompok pemberian terapi analgesik dan teknik relaksasi dengan (p=
0,001) rata rata nilai pre post 0,43, sedangkan kelompok pemberian terapi
analgesik dan aromaterapi lavender dengan (p=0,000) nilai rata-rata pre post
1,14. Kedua terapi yang diberikan sama- sama memberikan efektifitas yang
signifikan, akan tetapi dilihat dari dilai mean lebih besar kelompok pemberian
terapi analgesik dan aromaterapi lavender.

26
Proses penurunan nyeri dengan aromaterapi lavender mengacu pada
konsep gate control yang terletak pada fisiologi mekanisme penghantaran
impuls nyeri yang terjadi saat sistem pertahanan dibuka, dan sebaliknya
penghantaran impuls nyeri dapat dihambat saat sistem pertahanan ditutup
(Frayusi, 2012; Jain, 2010; Turlina; 2017; Brown, 2014). Aromaterapi
lavender merupakan salah satu upaya untuk menutup sistem pertahanan
tersebut (Frayusi, 2012; Jain, 2010). Selain itu, aromaterapi lavender
memengaruhi kelancaran sirkulasi darah, sehingga suplai nutrisi ke jaringan
luka tercukupi dan proses penyembuhan akan lebih cepat. Perawat diharapkan
dapat memberikan asuhan keperawatan terbaik terutama untuk memberikan
rasa aman dan nyaman dalam menjalani proses perawatan kesehatan. Dalam
hal ini untuk mendapatkan pertolongan menghadapi rasa nyeri akut abdomen
akut salah satunya dengan mempertimbangkan menggunakan aromaterapi
lavender.

27
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam Baticaca, Fransisca B.2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gangguan Sistem Perkemihan/Nursalam, Fransisca B.Baticaca-
Jakarta : Salemba Medika
Andi Eka Pranata, Eko Prabowo, S.Kep, M.Kes. (2014).Asuhan
KeperawatanSistem Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar, Nuha Medika :
Yogyakarta.
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa
Aksara
Basuki B. Purnomo. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto
Grace, Pierce A, neil R. Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. edisi ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Amalia Nurin,dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA.
Poltekes Kemenkes Riau : DIII Keperawatan
Kuncoro, Fadli (2013) Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. K Dengan Fokus
Utama An. S Dengan Ispa Di Desa Lemberang Rt 02 Rw 01 Kecamatan
Sokaraja Kabupaten Banyumas. Diploma Thesis, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Dinarti dan Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan (1st ed.).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Setiadi. (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan
keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Rampengan, S.F., Rondonuwu, R., & Onibala, F. (2014). Pengaruh teknik
relaksasi dan teknik distraksi terhadap perubahan intensitas nyeri pada klien
post operasi di ruang Irina A atas RSUP Prof. Dr. Rd Kandou Manado.
Jurnal Keperawatan, 2(2).
Wahyudi, A.S., & Abdul, W. (2016). Buku ajar ilmu keperawatan dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
Nurarif,a.h. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
Dan Nanda Nic Noc.yogyakarta : medication publishing yogyakarta.
Cempaka. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. S Dengan Infeksi Saluran
Kemih Di Ruangan Anak RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2018. In STIKes Perintis Padang.
Elmaghfuroh, D. R., & Wahyudi, Y. (2019). Terapi Kombinasi Terhadap Nyeri
Akut Abdomen di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Borneo
Journal of Medical Laboratory Technology, 2(1), 120–124.

28
Parwati, G. A. P., Sucitawati, G. A. K. P., Purwanti, R. B., Munawarah, Aryawan,
K. Y., & Purnamayanti, N. K. D. (2020). Studi Kasus : Manajemen Nyeri
Pada Klien Infeksi Saluran Kemih Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum.
Jurnal Kesehatan Midwinerslion, 5(1), 21–26.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai