ABSTRAK
bertambah baik. Namun kemampuan lain setiap individu dapat mengacu pada
masih terbatas (Sutomo, 2010). Usia pesan gizi seimbang dalam pedoman
tersebut merupakan landasan yang umum gizi seimbang (PUGS) yang terdiri
membentuk masa depan kesehatan, dari 13 pesan (Depkes RI, 2007). Salah
kebahagiaan, pertumbuhan, satu sasaran prioritas rencana strategi
perkembangan dan hasil pembelajaran departemen kesehatan dalam rangka
anak disekolah, keluarga, masyarakat dan mencapai sasaran menurunkan prevalensi
kehidupan secara umum (Kemenkes, gizi kurang adalah keluarga sadar gizi
2014). Pertumbuhan seorang anak bukan (KADARZI) (Depkes RI, 2007) .
hanya sekedar gambaran perubahan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah
ukuran tubuh, tetapi lebih dari itu suatu keluarga yang mampu mengenal,
memberikan gambaran tentang mencegah dan mengatasi masalah gizi
keseimbangan antara asupan dan setiap anggotanya. (Depkes RI, 2007).
kebutuhan gizi (Depkes RI, 2007). Gizi Masalah gizi pada balita yang
merupakan suatu hal yang esensial dalam terjadi di Indonesia antara lain kurang
menjaga keseimbangan metabolisme energi protein (KEP), berat bayi lahir
tubuh manusia terutama bagi tumbuh rendah (BBLR), balita pendek (stunted),
kembang anak baik sejak dalam dan Berat Badan Kurus sedangkan
kehamilan hingga usia dibawah lima masalah gizi pada dewasa adalah kurang
tahun dan salah satu manifestasi dari gizi energi kronik (KEK), Berat Lebih dan
buruk adalah perawakan pendek pada Kegemukan, Kurang Vitamin A (KVA),
anak (stunting) (Gibney, 2009). Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan
Stunting adalah status gizi yang Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
didasarkan pada indeks panjang badan Kekurangan Zat Gizi Mikro. Berdasarkan
menurut umur (PB/U) atau tinggi badan profil kesehatan Indonesia tahun 2012,
menurut umur (TB/U) (Kemenkes, 2012). Tiga angka prevalensi stunting tertinggi
Dalam hal ini, berat kurang dan kurus di ASEAN adalah Laos (48%), Kamboja
merupakan dampak masalah kekurangan (40%) dan Indonesia (36%) (Kemenkes,
gizi yang bersifat akut sedangkan pendek 2012). Di Indonesia sebanyak 13 provinsi
merupakan manifestasi kekurangan gizi termasuk kategori berat, dan sebanyak 15
yang bersifat kronis (Kemenkes, 2010). provinsi termasuk kategori serius. Ke 15
Penyebab gizi kurang pada anak tidak provinsi tersebut adalah: Papua (40,1%),
hanya dari makanan yang kurang tetapi Maluku (40,6%), Sulawesi Selatan
juga karena penyakit, anak yang (40,9%), Sulawesi Tengah (41,0%),
mendapat makanan yang baik tetapi Maluku Utara (41,1%), Kalimantan
sering menderita penyakit infeksi dapat Tengah (41,3%), Aceh (41,5%),
menderita kurang gizi. Demikian pula Sumatera Utara (42,5%), Sulawesi
pada anak yang makannya tidak cukup Tenggara (42,6%), Lampung (42,6%),
baik, maka daya tahan tubuh akan Kalimantan Selatan (44,2%), Papua Barat
melemah dan mudah terserang penyakit, (44,7%), Nusa Tenggara Barat (45,2%),
Sehingga makanan dan penyakit Sulawesi Barat (48,0%) dan Nusa
merupakan penyebab kurang gizi. Tenggara Timur (51,7%). Sedangkan di
Perilaku gizi yang baik dan benar pada Jawa Timur meskipun tidak memiliki
HEALTHY 58
Volume 5 No. 2 Mei 2017
kejadian stunting sebesar provinsi lain, berat badan secara teratur (89,5%),
tetapi angka kejadian stunting di Jawa menggunakan garam beryodium (94,4%)
Timur cukup banyak yaitu sebesar 35,8 dan yang terakhir dan memberi suplemen
%. Dari data diatas Indonesia masih harus gizi (91,3%). Salah satu indikator untuk
bekerja keras mengatasi stunting ini, menentukan anak yang harus dirawat
karena batas non public health yang dalam manajemen gizi buruk adalah
ditetapkan WHO tahun 2005 adalah keadaan sangat pendek yaitu anak dengan
prevalensi stunting rendah < 20%, sedang nilai Zscore <-3,0 SD. Masalah kesehatan
20-29% dan tinggi 30-39% . Sedangkan masyarakat dianggap berat bila prevalensi
saat ini prevalensi balita pendek di pendek sebesar 30–39% dan serius bila
seluruh provinsi di Indonesia masih prevalensi pendek ≥ 40% (WHO,2010).
diatas 20% atau tepatnya 35,6%. Dengan Dan berdasarkan hasil rekapitulasi dari
demikian dapat dikatakan prevalensi Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten
stunting di Indonesia masih tinggi. Dan Banyuwangi pada tahun 2012 jumlah
Jawa Timur, jika dilihat dari indikator bayi yang ada di Banyuwangi hingga Mei
gizi menurut TB/U, berdasarkan 2012 terhitung 106.338 bayi. Dari hasil
Riskesdas 2013 prevalensi pendek secara pendataan KADARZI di Kabupaten
nasional adalah 37,2%, yang berarti Banyuwangi tahun 2013 di ketahui
terjadi peningkatan dibandingkan tahun jumlah yang melaksanakan KADARZI
2007 (36,8%) dan tahun 2010 (35,6%). sebesar 80,5%. Dan pada tahun 2015,
Prevalensi pendek sebesar 37,2 % terdiri terjadi penurunan sebesar 48,2% keluarga
dari 18,0% sangat pendek dan 19,2% yang melaksanakan KADARZI sehingga
pendek. Pada tahun 2013 prevalensi ditahun tersebut, keluarga yang
sangat pendek menunjukkan penurunan, melakukan KADARZI sebesar 32,3%
dari 18,8% tahun 2007 dan 18,5% tahun (Renja Dinkes Banyuwangi, 2015).
2010. Prevalensi pendek meningkat dari Sedangkan berdasarkan data dari
18,0% ditahun 2007 dan pada tahun Puskesmas Singotrunan tahun 2014
2010 sebesar 17,1% menjadi 19,2% pada diketahui dari 590 kk yang melaksanakan
tahun 2013. Di tahun 2013 data di Jawa KADARZI sebanyak 456 kk dan yang
Timur khususnya Kabupaten tidak melaksanakan KADARZI
Banyuwangi tentang status gizi dari 67,0 berjumlah 134 kk. Di tahun 2015 data
% terdapat status gizi buruk sebanyak 7% tentang status gizi balita yang datang ke
dan balita yang mengalami gizi kurang posyandu dengan jumlah 102 balita yang
37%, balita yang mengalami KEP termasuk status gizi kurang 47 balita dan
sejumlah 44% dan 12% lainnya adalah normal 55 balita sedangkan untuk data
balita dengan status gizi normal. stunting dari 102 balita yang berkunjung
Sedangkan berdasarkan Riskesdas tahun keposyandu ada 25 normal, 25 stunting,
2013 pencapaian KADARZI di Jawa 52 tidak ada keterangan. Dari studi
Timur sebesar 34,8%. Dua indi kator pendahuluan yang dilakukan di
ASI ekslusif (54,6%) dan makan Puskesmas Singotrunan bulan November
beraneka ragam (45,1%) masih belum tahun 2015 menunjukkan dari 22 balita
mencapai target. Ketiga indikator lainnya yang berumur ( 0-24 bulan) didapatkan
sudah mencapai target yaitu menimbang
HEALTHY 59
Volume 5 No. 2 Mei 2017
dikatakan kurang jika tidak yang berusia 0-24 bulan di wilayah kerja
mengkonsumsi lauk hewani dan sayuran Puskesmas Singotrunan Banyuwangi.
dalam sehari. Penggunaan garam dapur Sampel yang digunakan dalam penelitian
dikatakan baik jika menggunakan garam ini adalah ibu dan balita stunting yang
kotak atau halus, dan dikatakan kurang berusia 0-24 bulan di wilayah kerja
baik jika menggunakan garam gresek. Puskesmas Singotrunan Banyuwangi
Konsumsi suplemen gizi dikatakan baik yang ditentukan dengan menggunakan
jika balita mendapat dan mengonsumsi teknik Purposive Sampling berjumlah 57.
kapsul vitamin A 2 kali dalam satu tahun, Teknik sampling yang digunakan
dan kurang jika hanya 1 kali atau tidak dalam penelitian ini adalah purposive
mendapat dan mengonsumsi kapsul sampling. Variabel independen dalam
vitamin A (Depkes RI, 2007). Untuk penelitian ini adalah “KADARZI”
mewujudkan sumber daya manusia yang sedangkan variabel dependen dalam
baik salah satu hal yang penting penelitian ini adalah “Stunting”.
diupayakan pemerintah adalah dengan Instrumen penelitian untuk
memperbaiki status gizi anak balita, mengukur KADARZI adalah lembar
karena usia balita merupakan periode observasi. Skala pengukuran dengan tipe
penting dalam perkembangan yang akan ini, akan didapat jawaban yang tegas,
menentukan pembentukkan fisik, psikis yaitu “ya-tidak”. Skala ini dapat dibuat
maupun intelegensinya. Mengidentifikasi dalam bentuk pilihan ganda dengan lima
perilaku KADARZI pada keluarga di buah soal, dan jawaban skor tertinggi satu
wilayah kerja Puskesmas Singotrunan. dan terendah nol. Untuk mengetahui
Tujuan dari penelitian ini adalah stunting pada balita dalam penenlitian ini
mengidentifikasi mengidentifikasi digunakan instrument penelitian berupa
perilaku KADARZI pada keluarga, lembar observasi. Dimana dalam lembar
mengidentifikasi Stunting pada balita observasi ini berisi data tentang usia dan
(Usia 0-24 Bulan) dan menganalisa tinggi badan atau panjang badan balita
hubungan KADARZI dengan Stunting yang nantinya akan dibandingkan dengan
pada balita (Usia 0-24 Bulan) di wilayah tabel Z-Score.
kerja Puskesmas Singotrunan. Sebelum melakukan analisa data,
secara berurutan data yang berhasil
dikumpulkan akan mengalami proses
METODE PENELITIAN editing, yaitu: Coding, Scoring dan
Jenis penelitian yang digunakan Tabulating. Analisa statistik digunakan
pada penelitian ini adalah “korelasional”. pada data kuantitatif atau data yang
Korelasional adalah penelitian yang dikontingensi. Dalam penelitian ini data
mengkaji hubungan antara variabel. yang terkumpul diolah menggunakan uji
Penelitian korelasional bertujuan statistik Chi Square dibantu dengan
mengungkapkan hubungan korelasi antar perangkat lunak SPSS (statistic
variabel. Penelitian ini menggunakan programme for social scient) versi 22 for
pendekatan cross sectional. windows 7 . Dengan kaidah pengujian:
Pada penelitian ini populasinya Jika Chi Square hitung < α (0,05) maka
adalah seluruh ibu dan balita stunting Ho ditolak. Yang artinya ada hubungan
HEALTHY 61
Volume 5 No. 2 Mei 2017
HASIL
1. Data Umum
a. Karakteristik responden berdasarkan usia
usia
14 balita = 25%
Jenis Kelamin
24 balita = 42%
laki-laki
2. Data Khusus
a. Distribusi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
KADARZI
20 balita = 35%
kadarzi
37 balita = 65%
tidak kadarzi
Stunting
19 balita = 34%
pendek
38 balita = 66% sangat pendek
Tabel 1. Hubungan Keluarga Sadar Gizi Dengan Stunting Pada Usia 0 – 24 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Singotrunan Kabupaten Banyuwangi
Stunting
Kadarzi Total
Sangat Pendek Pendek
Ya 9 (15,8%) 11(19,3%) 20 (35,1 %)
Tidak 10 (17,5%) 27 (47,4%) 37 (64,9%)
Total 19 (33,3 %) 38 (66,7%) 57 (100 %)
Dari tabel 1 diatas dapat diketahui menggunakan uji Chi- square dibantu
bahwa kurang dari 50% responden fasilitas SPSS diperoleh nilai Asym.Sig.
mengalami tidak KADARZI dengan 0,05 < 0.170 maka signifikan Ho
katagori stunting yang pendek sebanyak diterima Ha di tolak yang berarti tidak
27 (47 %) responden. ada Hubungan Keluarga Sadar Gizi
Dari data tersebut dilakukan (Kadarzi) dengan Stunting pada Usia 0–
perhitungan berdasarkan data hubungan 24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
keluarga sadar gizi ( KADARZI) dengan Singotrunan Kabupaten Banyuwangi.
stunting kemudian data di uji
HEALTHY 64
Volume 5 No. 2 Mei 2017
(65%) responden, dan kurang dari 50% responden yang diteliti; Setelah dilakukan
mengalami katagori pendek sebanyak 27 perhitungan berdasarkan data hubungan
(47%) responden. Data diatas keluarga sadar gizi ( KADARZI) dengan
menyatakan bahwa tidak KADARZInya stunting kemudian data di uji
suatu keluarga akan mengakibatkan menggunakan uji Chi- square diabntu
stunting katagori pendek. Hal itu semua fasilitas SPSS 22, diperoleh nilai
dikarnakan pengetahuan seorang ibu Asym.Sig.0,05 < 0,170 maka signifikan
terhadap asupan gizi balitanya kurang, Ho diterima Ha ditolak yang berarti tidak
kemudian umur dan jenis kelamin juga ada Hubungan Keluarga Sadar Gizi
mempengaruhi berlangsungnya tumbuh (Kadarzi) dengan Stunting pada Usia 0–
kembang, karena menurut (Sadgh et 24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
al.,2009) anak-anak yang berusia 1-2 Singotrunan Kabupaten Banyuwangi .
tahun lebih mungkin untuk bisa pulih dari
stunting dibandingkan dengan anak yang
berusialebih dari 2 tahun lebih kecil DAFTAR PUSTAKA
kemungkinan untuk pulih dari stunting. ACC/SCN. (2000). Fourth Report On
Sedangkan untuk jenis kelamin sesuai The World Nutrition Situation:
yang di kemukakan oleh (Medhin, 2010) Nutrition Throughout The Life Cycle.
Geneva, ACC/SCN In Collaboration
dalam studi kohort di Ethopia
With IFPRI.
menunjukkan bayi dengan jenis kelamin
laki-laki memiliki resiko dua kali lipat Adisasmito,Wiku.(2007). Sistem
menjadi stunting dibandingkan anak Kesehatan. Jakarta: PT Raja
perempuan pada usia 6-12 bulan. Grafindo Persada
Allen And Gillespie.(2009). High
Socioeconomic Class Preschool
KESIMPULAN Children From Jakarta, Indonesia
Dari hasil penelitian Hubungan Are Taller And Heavier Than NCHS
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Reference Population. Eur J Clin
Nutr 1995; 49: 740-4.
Dengan Stunting Pada Balita Usia 0 – 24
Bulan Di wilayah Kerja Puskesmas Almatsier, S.(2006). Prinsip Dasar Ilmu
Singotrunan Kabupaten Banyuwangi Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
dapat disimpulkan sebagai berikut: Lebih Utama
dari 50% balita yang berusia 0 – 24 bulan Arisman.(2010).Gizi Dalam Daur
di Wilayah Kerja Puskesmas Kehidupan Buku Ajar Ilmu
Singotrunan Kabupaten Banyuwangi Gizi.2and.Ed.Jakarta: EGC
berada pada kelompok keluarga tidak
Arora, S.P. (2009). Asupan Energi.
sadar gizi yaitu sebanyak 37 responden
Yogyakarta. Gadjah Mada
(65%) dari 57 responden yang diteliti;
Sebagian besar balita yang di Wilayah Arsita, Eka Prasetyawati. (2011).
Kerja Puskesmas Singotrunan Kesehatan Ibu Dan Anak. In: Ilmu
Kabupaten Banyuwangi mengalami Kesehatan Masyarakat Untuk
Kebidanan Holistik. Edisi I.
stunting dalam katagori pendek yaitu
Yogyakarta: Nuha Medika P1408.
sebanyak 37 responden (66 %) dari 57
HEALTHY 68
Volume 5 No. 2 Mei 2017