DEFENISI
Kanker kolon adalah kanker yang terjadi di kolon yang berasal dari lapisan mukosa.
Kebanyakan kanker kolon berkembang dari polip, sebagian besar kanker kolon secara
2012).
secara struktural serta fungsional, dengan sel-sel epitel kelenjar normal pasangannya
apokrin, ekrin, endokrin dan kelenjar parenkim. Tumor ini dapat menyebar melalui
melalui pembuluh limfe perikolon dan mesokolon, dan melalui aliran darah, biasanya ke
hati karena kolon mengalirkan darah ke sistim portal (Schwartz SI., 2003; Andreas M.K.,
a. Umur Lebih sering terjadi pada usia tua, lebih dari 90% penyakit ini diderita
pasien diatas usia 40 tahun dengan insidensi puncak pada usia 60-70 tahun
(lansia). Kanker kolon ditemukan dibawah usia 40 tahun yaitu pada orang yang
memiliki colitis ulserativa atau familial poliposis. (Schwartz S.I., 2003; Cheng J.M.,
b. Faktor genetik Kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kanker kolon
Polyposis Kolorektal Cancer (HNPCC) atau Syndroma Lynch terhitung 2-3% dari
antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Risiko mendapat kanker kolorektal
meningkat pada masyarakat yang bermigrasi dari wilayah dengan insiden kanker
kolorektal yang rendah ke wilayah dengan risiko tinggi. Hal ini menambah bukti
Familial ini dilaporkan pertama kali oleh Lockhart Mummeny pada tahun 1925.
Insiden pada populasi umum adalah satu per 10.000. Jumlah total polip
bervariasi 100-10.000 dalam setiap usus yang terserang. Penyakit ini penting
degenerasi maligna. Menurut catatan dari Morgan (1955) kurang lebih 70% dari
maligna maka tumor menjadi lebih besar dan mungkin mengalami ulserasi
(Duffy M.J., 2001). Bentuk polip ini biasanya mirip dengan polip adenomatosum
bertangkai atau berupa polip sesil, akan tetapi multipel dan tersebar pada
mukosa kolon. Dalam jangka waktu 10-20 tahun dapat mengalami degenerasi
menjadi kanker kolon. Adanya kanker kolon pada umur muda kemungkinan
berasal dari pertumbuhan poliposis. Polip cenderung muncul pada masa remaja
dan awal dewasa dan risiko karsinoma berkembang di pasien yang tidak diobati
adalah sekitar 90% pada usia 40 tahun. Sebagian dari poliposis ini asimtomatik
dan sebagian disertai keluhan sakit di abdomen, diare, sekresi lendir yang
meningkat dan perdarahan yang menganggu penderita (Gordon P.H., et al 2006;
e. Polip Adenomatosum Polip Adenoma sering dijumpai pada usus besar. Biasanya
berukuran kecil, kurang dari 1 cm terdiri dari 3 bagian yaitu puncak, badan dan
tangkai. Insiden terbanyak pada umur sesudah dekade ketiga, namun dapat juga
dijumpai pada semua umur dan laki-laki lebih banyak dibanding dengan
masing bagian dibentuk dari sedikit kelenjar sel goblet dilapisi epitel silinder dan
jaringan ikat stroma. Pada kondisi polip demikian jarang ditemukan kanker. Akan
tetapi semakin bertambah ukuran polip, risiko perubahan sel epitel mulai dari
derajat atipik sampai anaplasia semakin tinggi. Pada polip dengan ukuran 1,2 cm
atau lebih dapat dicurigai adanya kanker. Semakin besar diameter polip semakin
pada epitel pelapis mukosa maupun pada epitel kelenjar, meluas ke bagian badan
f. Adenoma vilosum Adenoma vilosum jarang terjadi, berjumlah kurang dari 10%
berupa massa papiler, soliter, tidak bertangkai dan diameter puncak tidak jauh
berbeda dengan ukuran basis polip. Pada kelainan ini risiko terhadap terjadinya
diameter lebih dari 2 cm, risiko menjadi kanker adalah 45%. Semakin besar
diameter semakin tinggi pula insiden kanker, seperti juga pada polip
berhubungan dengan kolitis ulserativa adalah 2,5% pada 10 tahun, 7,6% pada 30
tahun, dan 10,8% pada 50 tahun. Kolitis ulserativa sering juga menyebabkan
terjadinya kanker kolon dan paling banyak terdapat di bagian proksimal dari
kolon. Dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa kolon dan beberapa
abses bersatu membentuk ulkus (Haggar FA., et al, 2009). Pada stadium lanjut
timbul pseudopolip yaitu penonjolan mukosa kolon yang ada diantara ulkus.
Perjalanan penyakit yang sudah lama, berulang-ulang dan lesi luas disertai
ulang. Karsinoma yang timbul sebagai komplikasi kolitis ulserativa sifatnya lebih
ganas, cepat tumbuh dan metastasis (Hyman N., et al, 2000; Haggar F.A., et al,
h. Kebiasaan makan tinggi lemak dan rendah serat Makanan mempunyai peranan
yang banyak mengkonsumsi daging merah (misal daging sapi, kambing) atau
daging olahan lebih dari 160 gr/hari (2 porsi atau lebih) akan mengalami
peningkatan risiko kanker kolorektal sebesar 35% dibandingkan orang yang
mengkonsumsi kurang dari 1 porsi per minggu (Hyman N., et al, 2000; Haggar
FA., et al, 2009; Lou Z., et al., 2013). Ada variasi yang bermakna di dunia dalam
insiden kanker kolorektal, dimana pada negara yang sudah berkembang, sejauh
ini terdapat angka yang tinggi di Inggris, Amerika Serikat dan Eropa Barat, tetapi
di Afrika dan Asia insidennya rendah (Tan E., 2009; Manuaba, T.W., 2010; Lou Z.,
Awalnya diet serat rendah diduga sebagai faktor penyebab dan kemudian
mana yang dianggap sebagai penyebab (Yeatman T.J., 2001; Schwartz SI., 2003).
Serat makanan terutama yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin
sebagian besar tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim dan bakteri di dalam
saluran cerna. Serat makanan ini akan menyerap air di dalam kolon, sehingga
volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang saraf pada rektum,
sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi (Wang, WS. et al, 2000; William
TC., 2011). Dengan demikian tinja yang mengandung serat akan lebih mudah
dieliminir atau dengan kata lain transit time (lamanya makanan di usus sampai
sebagai sisa makanan yang tidak dibutuhkan tubuh menjadi lebih singkat. Waktu
transit yang pendek, menyebabkan kontak antara zat-zat iritatif dengan mukosa
kolon dan rektum. Di samping menyerap air, serat makanan (Schwartz SI., 2003;
dengan tinggi lemak menyebabkan sintesis kolesterol dan asam bilirubin oleh
hati dan kemudian menjadi karsinogen oleh bakteri usus (Wang JY., 2006;
Gambaran Klinis
Tidak ada gambaran yang khas dari kanker kolorektal. Karsinoma kolon dan rektum
atau menembus (invasi) keseluruh dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-
kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses di peritonium. Keluhan dan gejala
tergantung juga dari lokasi dan besarnya tumor (Gordon P.H., et al, 2006; Strambu V. et
a. Kanker di sekum Biasanya tanpa keluhan untuk waktu yang lama, mungkin ada
keluhan rasa tak enak di perut kanan bawah untuk waktu yang lama. Tiba-tiba
penderita jatuh dalam keadaan anemia, berat badan menurun. Pada 50-60%
pasien terdapat massa yang teraba di sisi kanan perut (Gordon PH., Nivatvongs S.,
rasa tak enak pada perut kanan atas timbul, yang kemudian disertai rasa penuh
nyata. Berat badan mulai menurun dan makin anemis yang mungkin karena
adanya perdarahan. Darah biasanya bercampur dengan isi kolon (Schwartz SI.,
kolon tak terganggu, walaupun adanya melena yang periodik. Kalau ada keluhan
d. Kanker di kolon desendens Keluhan nyeri di perut sering mendahului dan sering
diajukan, Selain dari itu ada perubahan kebiasaan defekasi, dengan konstipasi
atau diare atau keduanya. Biasanya feses disertai darah. Obstruksi komplet agak
sering terjadi atau adanya penyempitan (O’Connell JB., 2004; Nozoe T., Rikimaru
kebiasaan defekasi, dengan konstipasi atau diare atau keduanya, dimana bentuk
feses berlendir dan berdarah. Rasa nyeri timbul, sering dengan kolik (mulas
SI., 2003; Nozoe T., Rikimaru T., 2006; Strambu V. et al, 2011). f. Kanker di rektum
Sering terjadi ganggguan defekasi, misalnya konstipasi atau diare. Sering terjadi
perdarahan yang segar dan sering bercampur dengan lendir. Berat badan
menurun. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa pada kanker rektum.
bahkan sering merupakan gejala utama (Schwartz, S.I., 2003; Nozoe T., Rikimaru
a) Kenyamanan
frekuensi, durasi)
kanker kolon
h) Hasil laboratorium
Adanya anemia
i) Pengkajian fisik
padat)
PERUMUSAN DIAGNOSA
Pre operatif
muntah
kanker
Post oppertif
Pre Op
Ditandai dengan :
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
Kriteria hasil :
Intervensi :
nyeri.
muntah
Ditandai dengan :
Mual muntah
Criteria hasil :
Intervensi :
Hindari minuman dingin karena dapat merangsang mual.
mual.
Post op
Ditandai dengan :
Kriteria hasil :
Intervensi:
pembedahan (kolostomi).
Ditandai dengan :
Lemah.
Takikadi
Kriteria hasil :
Intervensi :
menerus
Maligna edema
kolostomi Kelelahan
HDR Kerusakan
integritas kulit