Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep stunting


1. pengertian Stunting

Stunting merupakan penanda dari malnutrisi kronis atau rendahnya


kesehatan ibu yang memberikan dampak jangka pendek maupun jangka
panjang. ( World Health Organization, 2013; Lewit and Kerrebrock,
2019). Stunting (kerdil) adalah kondisi balita dengan panjang atau tinggi
badan kurang jika dibandingkan dengan umur yang diukur dengan panjang
atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak menurut WHO.

Stunting pada balita merupakan masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor diantaranya kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Pada masa akan
datangbalita stunting akan mengalami kesulitan mencapai perkembangan
fisik dan kognitif yang optimal.

2. Tanda stanting

Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<- 2SD),ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan
dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak.
Stunting merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi
kurang pada anak.Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik
tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang
dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan.
Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan
penyakit.Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan
motik yang rendah serta fungi tubuh yang tidak seimbang.

3. Penyebab Stunting

Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan
peluang peningkatan Stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kahamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan
janin mengalami intrauterine growth retardation (TUGR), sehingga bayi
akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan
di sebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit
infeksi yang berulang, dan meningkatkan kebutuhan metabolik serta
mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatkan kekurangan gizi pada
anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunting (Depkes, 2011;
E-book 2019). Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh
satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan di atas, tetapi disebabkan oleh
banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama
lainnya.

Terdapat tiga faktor penyebab stunting yaitu asupan makanan tidak


seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air), riwayat berat badan
lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit , praktek pengasuhan yang kurang
baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi
sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, tidak menerima Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
4. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga


prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Anak
yang menderita Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya
kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari
aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih
menarik dari yang tubuhnya. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi
pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya
dan sulit diperbaiki. Masalah Stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi
dalam jangka waktu panjang yaitu kurang energi dan protein, juga
beberapa zat gizi mikro.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting


1. Berat Badan Lahir

Berat bayi lahir rendah mempunyai risiko untuk menjadi gizi kurang 8-
10 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang mempunyai berat
lahir normal. Risiko meninggal pada tahun pertama kehidupannya 17
kali lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mempunyai berat lahir
normal (Depkes RI, 2002; Nugroho Muhammad Rido 2021).

Klasifikasi berat lahir terbagi menjadi dua yaitu berat lahir <2500 gram
yang disebut berat badan lahur rendah (BBLR), berat lahir ≥ 2500 gram
yang disebut berat badan lahir normal. Pada penelitian Setiawan dkk
(2018) diketahui berat badan lahir berhubungan dengan kejadian
stunting pada anak usia 24-59 bulan.

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Pada penelitian Setiawan dkk., (2018) diketahui bahwa variabel tingkat


pendidikan ibu berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia
24-59 bulan. Pendidikan wanita sebagai pengasuh utama dari anak,
mempunyai pengaruh yang sangat potensial terhadap kualitas
pengasuhan dan perawatan anak. Wanita yang lebih berpendidikan akan
lebih baik dalam wawasan yang lebih luas dan keputusan yang tepat
dengan demikian ibu dapat menerpakan pola asuh terkait gizi dengan
tepat dan mampu menyediakan zat gizi yang dibutuhkan anak.

3. Tingkat Pendapatan
Keluarga Status ekonomi rendah dianggap memiliki pengaruh yang
dominan terhadap kejadian kurus dan pendek pada anak. Anak pada
keluarga dengan status ekonomi rendah cenderung mengkonsumsi
makanan dalam segi kuantitas, kualitas, serta variasi yang kurang.
Status ekonomi yang tinggi membuat seseorang memilih dan membeli
makanan yang bergizi dan bervariasi.
Pada penelitian Setiawan dkk., (2018) diketahui tingkat pendapatan
keluarga berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59
bulan. Pada penelitian Aini et al., (2018) juga diketahui bahwa variabel
tingkat pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian stunting
pada anak usia 24-59 bulan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Nugraheningtyasari dkk., (2018)terdapat hubungan yang signifikan
antara status gizi anak dengan tingkat pendapatan keluarga, tingkat
pendidikan ibu, tingkat konsumsi energi & protein, dan riwayat
pemberian ASI eksklusif.
4. Pola asuh
Pada penelitian Widyaningsih dkk., (2018) Pola asuh yang kurang
dalam penelitian ini adalah pada indikator praktek pemberian makan.
Ibu yang memiliki anak stunting memiliki kebiasaan menunda ketika
memberikan makan kepada balita. Selain itu, ibu memberikan makan
kepada balita tanpa memperhatikan kebutuhan zat gizinya. Kondisi ini
menyebabkan asupan makan balita menjadi kurang baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya sehingga balita rawan mengalami
stunting.
5. Keragaman Pangan
Keragaman pangan merupakan salah satu masalah gizi utama di negara-
negara berkembang seperti Indonesia. Pada Negara berkembang
mayoritas asupan makanannya didominasi oleh makanan sumber kalori
dan kurangnya asupan makanan hewani, buahbuahan, sayur-sayuran
(Ochola S, 2016). Keragaman pangan merupakan gambaran dari
kualitas makanan yang dikonsumsi oleh balita (Widyaningsih dkk,
2018). Asupan zat besi yang diperoleh dari makanan apabila jumlahnya
berlebihan maka akan disimpan dalam otot dan sumsum tulang
belakang. Jika kecukupan zat besi tidak memadai maka zat besi yang
disimpan dalam tulang belakang digunakan untuk memproduksi
hemoglobin menurun. Jika kondisi ini berlangsung secara terus menerus
maka akan mengakibatkan anemia besi dan menurunkan kekebalan
tubuh, sehingga mudah terserang penyakit infeksi yang dalam jangka
panjang akan berdampak pada pertumbuhan liner balita (Dewi E, 2017).
Pada penelitian Widyaningsih dkk., (2018) diketahui bahwa keragaman
pangan berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59
bulan.

2.2 Perilaku
1. Pengertian perilaku
Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi
yang bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapet diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skiner menyatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku kesehatan
adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati
maupun yang tidak dapat diamati, yang bekaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.
Perilaku dipengaruhi oleh pembelajaran, yang merupakan perubahan dari
pengetahuan, keahlian, kepercayaan, dan sikap. Faktor lain yang juga
mempengaruhi perilaku antaralain mediator. Mediator ialah faktor yang
memfasilitasi atau membantu peruahan perilaku seseorang. Mediator dapat
berupa motivasi, kecenderungan untuk berubah, perilaku orang lain
(dukungan sosial dan norma sosial) yang dipengaruhi oleh pengalaman
terdahulu (kejadian traumatik, keluarga, sekolah, dan pengalaman di
lingkungan sosial) serta keadaan sekitar berupa usia, jenis kelamin,
kepribadian, pendapatan, ras, tempat tinggal, dan komposisi keluarga/
jumlah anak.
a. Jenis-jenis perilaku
Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bila sakit. Oleh karena itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini
terdiri dari 3 aspek, yaitu:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila
sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari
penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam
keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu
sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun
perlu diupayakan supaya mencapai ingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman
dapat mmelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang,
tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapa menjadi
penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada
perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
d. Perilaku pencairan dan penggunan sistem atas fasilitas
pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan
pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau
perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment)
sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
e. Perilaku kesehatan lingkungan. Bagaimana seseorang
merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain,
bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak
mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau
masyaraktnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan
tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan
limbah, dan sebagainya.

2. Faktor yang mempengaruhi perilaku


Icek Ajzen dan Martin Fishbein mengemukakan teori tindakan beralasan
(theory of reasoned action) untuk memprediksi perilaku. Teori tindakan
beralasan menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat proses
pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas
hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap
yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi
oleh sikap tetapi juga oleh norma- norma subjektif (subjectve norms) yaitu
keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat.
Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif
membentuk suatu instensi atau niat untuk berperilaku.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar individu (non
behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor, yakni:
a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud
dalam psikologi dalam diri individu itu sendiri. Variabelnya antara
lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang merupakan
pengaruh dari lingkungan luar. Variabel ini terwujud dalam
lingkungan fisik, jam operasional dan jarak fasilitas kesehatan,
tersedia atau tidak tersedia fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,
jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong/ penguat (Reinforcing factors) merupakan
pengaruh dari orang/ kelompok/ organisasi yang memiliki pengaruh
atau kekuasaan, seperti peraturan pemerintahan, sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.

3. Pengukuran perilaku
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,
hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara
langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.3 Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
dan sebagainya). Pengetahuan didefinisikan sebagai kecerdasan
intelektual dengan fakta, kebenaran-kebenaran,dan dasar/ prinsip melalui
pengalaman, laporan/ kabar, dan penglihatan.

2. Tingkat Pengetahuan
Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan,
yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut,
tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar
tentang objek diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adlah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun
non formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan
juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun media massa.
2. Informasi/ media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu,
informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu.
3. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu.
6. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
7. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan adalah dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-
pertanyaan tertulis atau angket.

2.4 Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap
belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Sikap
merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,
dan sebagainya). Sikap merupakan sindroma atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaaan yang lain.
Sikap didefinisikan sebagai suatu pola perilaku, terdensi atau kesiapan
antsipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Sikap adalah cara/ gaya, kecendereungan, perasaan dalam
merespon sesuatu hal.
2. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yakni:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberi jawaban ketika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan merupakan indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu salah atau benar, adalah
berarti bahwa orang menerima ide (pikiran) tersebut.
c. Menghargai (valueing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang
paling baik. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat
ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap
suatu objek.
e. Praktek atau tindakan (proactive)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata dipelukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan
faktor dukungan dari pihak lain.
3. Komponen sikap
Sikap terbentuk dari bermacam-macam komponen yang membentuk
struktur sikap. Pada umumnya, sikap mengandung 3 komponen dasar,
antara lain :
1. Komponen kognitif atau komponen perceptual
Komponen tersebut berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,
keyakinan (terkait dengan perhal bagaimana orang mempersepsi objek
sikap).
2. Komponen afektif atau komponen emosional
Kompoen tersebut berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen
ini menunjukkan arah sikap, yang positif atau negatif.
3. Komponen konatif atau komponen perilaku (action component)
Komponen tersebut berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas skap,
yaiu menunjukan besar-kecilnya kecenderungan bertindak atau
berpeilaku seseorang terhadap objek sikap.

4. Faktor yang mempengaruhi sikap


Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami sesorang akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman
yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan itu
kemudian akan membentuk sikap positif atau sikap negatif, akan
tergantung pada berbagai faktor lain. Untuk dapat menjadi dasar dari
bentuk sikap maka melalui kesan yang kuat.
b. Orang lain yang dianggap penting dan lebih senior orang lain di sekitar
kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang
yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat
seseorang yang berarti khusus (significant others) akan banyak
mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuau. Pada umumnya,
individu cenderung untuk memiiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan
untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
c. Kebudayaan
Kebudayaan menanamkan garis pengarah sikap seseorang terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak
pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian dan individu yang telah
mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan
dalam pembentukan sikap individual.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain, mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut, apabila cukup kuat, akan memberikan dasar yang
efektif dalam menilai suatu hal sehinga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu.
Pemahaman akan baik buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan
ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tdaklah
mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut
berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal.
5. Cara mengubah sikap
Metode yang dipergunakan untuk mengubah sikap, antara lain:

1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan.


Caranya dengan memberi informasi-informasi baru mengenai objek
sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas. Hal ini akhirnya
diharapkan akan merangsang komponen afektif dan komponen tingkah
lakunya.
2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap.
Dalam cara ini paling sedikit akan merangsang orang-orang yang
bersikap anti untuk berpikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak
mereka senangi itu.
Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku – tingkah laku
baru yang tidak konsisten dengan sikap sikap yang sudah ada.
Kadang-kadang ini dapat dilakukan dengan kekuatan hukum. Dalam
hal ini kita berusaha langsung mengubah komponen tingkah lakunya.

6. Sikap terhadap kesehatan


Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup
sekurang-kurangnya 4 komponen, yaitu:
1. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit
dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya,
cara pencegahannya, cara mengatasi atau menanganinya sementara).
2. Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi
kesehatan, antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan
air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,
perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.
3. Sikap tentang fasilitas tentang pelayanan kesehatan yang profesional
maupun tradisional.
4. Sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan rumah tangga,
maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan ditempat-tempat
umum.
7. Pengukuran sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap manusia
adalah masalah pengungkapan (assesment) atau pengukuran
(measurement) sikap. Berbagai teknik dan metode telah dikembangkan
oleh para ahli guna mengungkap sikap manusia dan memberikan
interetasi yang valid. Beberapa metode pengungkapan sikap yag secara
historik telah dilakukan adalah :
1. Observasi perilaku
Sikap dapat ditafsirkan dari betuk perilaku yang tampak. Sikap
seseorang terhadap sesuatu dapat dilihat berdasarkan perilakunya,
sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.
Perilaku yang diamati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap
dalam konteks situasional tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus
sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap
perilaku yang ditampakkan oleh seseorang.
2. Bertanya langsung
Asumsi yang mendasari metode bertanya langsung guna mengungkap
sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang
paling tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi
keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka
apa yang dirasakannya.
Cara pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung mempunyai
keterbatasan dan kelemahan yang mendasar. Metode ini akan
menghasilkan ukuran yang valid hanya apabila situasi dan kondisinya
memungkinkan kebebasan berpendapat tanpa tekanan psikologis
maupun fisik.
3. Pengungkapan langsung
Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan
langsung (dirrect assesment) secara tertulis yang dapat dilakukan
dengan menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item
ganda. Salah satu bentuk pengungkapan langsung menggunakan item
ganda adalah teknik diferensiasi semantik. Teknik diferensiasi
semantik dirancang untuk mengungkapkan efek atau perasaan yang
berkaitan dengan suatu objek sikap.
4. Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga
kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan
menggunakan daftar daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Skala sikap (attitude
scales) berupa kumpulan pertanyaan- pertanyaan mengenai suatu
objek sikap. Dari respon subjek pada setiap pertanyaan itu kemudian
dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.
5. Pengukuran terselubung

Metode pengukuran terselubung (covert measures) sebenarnya


berorientasi kembali ke metode observasi perilaku, akan tetapi objek
pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau disengaja
dilakukan seseorang melainkan reaksi reaksi fisiologis yang terjadi
lebih di luar kendali orang yang bersangkutan.
Gerungan menyatakan bahwa cara-cara yang dapat dipakai
untuk mengukur sikap antara lain20:
a. Metode langsung adalah metode dimana orang secara langsung
diminta pendapat atau tanggapannya mengenai objek tertentu,
biasanya disampaikan secara lisan pada waktu wawancara.
b. Metode tak langsung, orang dimintai supaya menyatakan dirinya
mengenai objek sikap yang diselidiki, tetapi secar tidak langsung,
misalnya menggunakan tes psikologi.
c. Metode tes tersusun, yaitu metode pengukuran yang menggunakan
skala sikap yan dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-
prinsip tertentu, seperti metode Likert, Thurtone, atau Guttman.
Metode tes tak tersusun, yaitu dengan wawancara, daftar pertanyaan
biasanya untuk penelitian bibilografi atau karangan.
2.5 Pendidikan Kesehatan
1. Defenisi
Pendidikan kesehtan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari
tenaga keperawatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus
dilaksanakan dalam setiap memberikan asuhan keperawatan di mana saja
ia bertugas, apakah itu terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dengan demikian seorang perawat harus mampu menjalankan
perannya dalam memberikan pendidikan kesehatan baik di institusi seperti
puskesmas, klinik rumah sakit maupun terhadap keluarga, kelompok
khusus, dan masyarakat dalam mengubah perilaku mereka kea rah perilaku
sehat.

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan


cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

2. Tujuan
Tujuan pemberian pendidikan kesehatan adalah tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif
dalam upaya mewujudkan dearajat kesehatan yang optimal (Notoatmodjo,
2007, disitasi oleh Akhzul Razak Apilaya, 2016). Selain itu pendidikan
kesehatan juga bertujuan untuk agar orang melakukan langkah-langkah
positif dalam mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit
menjadi parah dan mencegah penyakit menular serta membudayakan
perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga dan masyarakat
umum sehingga dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap
derajat kesehatan masyarakat salah satunya akan berdampak pada
penurunan tingkat kecemasan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian dari
Pina Dewi Wulansari (2018) bahwa terdapat pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat kecemasan.
3. Sasaran pendidikan kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003) sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam
3 (tiga) kelompok, yaitu :
a. Sasaran primer (Primary Target) Masyarakat pada umumnya menjadi
sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan.
Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan
umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan juga sebagainya.
b. Sasaran sekunder (Secondary Target) Yang termasuk dalam sasaran ini
adalah para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat di sekitarnya.
c. Sasaran tersier (Tertiary Target) Para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan-
kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan
mempunyai dampak langsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan
kepada masyarakat umum.

4. Strategi dan metode pendidikan kesehatan


a. Strategi pendidikan kesehatan Strategi pendidikan kesehatan adalah
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi dalam lingkungan
pendidikan kesehatan yang meliputi sifat, ruang lingkup dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada klien.
Strategi pendidikan kesehatan tidak hanya terbatas pada prosedur
kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket
pendidikan kesehatannya (Ririn,2013).
b. Metode pendidikan kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003) metode
pendidikan kesehatan dibagi menjadi :
1. Metode pendidikan individu.

Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina perilaku


atau membina seseorang yang mulai tertarik untuk melakukan
sesuatu perubahan perilaku. Bentuk pendekatan ini antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan councellin) Dengan


cara ini kontak antara keluarga dengan petugas lebih intensif.
Klien dengan kesadaran dan penuh pengertian menerima perilaku
tersebut.
b. Wawancara (interview) Wawancara petugas dengan klien untuk
menggali informasi, berminat atau tidak terhadap perubahan
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi
itu mempunyai dasar pengertian atau dasar yang kuat.
2. Metode pendidikan kelompok Metode tergantung dari besar sasaran
kelompok serta pendidikan formal dari sasaran.

Kelompok besar Kelompok besar di sini adalah apabila peserta


penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok
besar adalah

a. Ceramah, yaitu metode yang baik untuk sasaran yang


berpendidikan tinggi atau rendah.
b. Seminar yaitu metode yang baik untuk sasaran dengan pendidikan
menengah keatas berupa presentasi dari satu atau beberapa ahli
tentang topik yang menarik dan aktual.
3. Kelompok kecil Jumlah sasaran kurang dari 15 orang, metode yang
cocok untuk kelompok ini adalah:
a. Diskusi kelompok, kelompok bisa bebas berpartisipasi dalam
diskusi sehingga formasi duduk peserta diatur saling berhadapan.
b. Curah pendapat (brain storming) merupakan modifikasi metode
diskusi kelompok. Usulan atau komentar yang diberikan peserta
terhadap tanggapan-tanggapannya, tidak dapat diberikan sebelum
pendapat semuanya terkumpul.
c. Bola salju, kelompok dibagi dalam pasangan kemudian
dilontarkan masalah atau pertanyaan untuk diskusi mencari
kesimpulan.
d. Memainkan peran yaitu metode dengan anggota kelompok
ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan
peranan.
e. Simulasi merupakan gabungan antara role play dan diskusi
kelompok.
4. Metode pendidikan massa Metode ini menyampaikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat umum (tidak
membedakan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi
dan sebagainya). Pada umumnya pendekatan ini tidak langsung,
biasanya menggunakan media massa, beberapa contoh metode ini
antara lain:
a. Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.
b. Pidato atau diskusi melalui media elektronik.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter/petugas kesehatan
tentang suatu penyakit.
d. Artikel/tulisan yang terdapat dalam majalah atau Koran tentang
kesehatan.
e. Bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
sebagainya.

5. Media Pendidikan Kesehatan


1. Media cetak
a. Booklet : digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku,
baik tulisan maupun gambar.
b. Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan
atau pun keduanya.
c. Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
d. Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk
lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar
(halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat
sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
e. Rubrik/tulisan-tulisan : pada surat kabar atau majalah, mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan.
f. Poster : merupakan suatu bentuk media cetak berisi
pesanpesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-
tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
g. Foto : digunakan untuk mengungkapkan informasi - informasi
kesehatan.
2. Media elektronik
a. Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum
diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, quiz, atau cerdas cermat.
b. Radio : bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, ceramah.
c. Video Compact Disc (VCD)
d. Slide : digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.
e. Film strip : digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.
3. Media papan (Bill Board)

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai


diisi dengan pesan-pesan atau informasi–informasi kesehatan. Media
papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran
seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).
2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan Kesehatan Pengetahuan


Gerakan Masyarakat Masyarakat
Sadar Cegah Stunting
(GEMAR CETING)

2.7 Hipotesis Penelitian

Ho : tidak ada hubungan pengaruh pendidikan kesehatan gerakan masyarakat


sadar cegah stunting (gemar ceting) terhadap sikap dan perilaku ibu di
puskesmas sei bamban kecamatan batang serangan kabupaten langkat

Anda mungkin juga menyukai