Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah perkembangan terapi organik dalam psikiatri dimulai sejak
pertengahan tahun 1800-an sampai sekarang, walaupun pada tahun 1960
kumpulan obat psikiatri pada dasarnya adalah yang diketahui saat ini.
Dalam separuh kedua abad ke-20, kemoterapi sebagai terapi untuk
gangguan mental menjadi bidang utama penelitian dan praktek. Hampir
segera setelah diperkenalkannya chlorpromazine pada tahun 1950-an, obat
psikoterapeutik menjadi inti terapi psikiatrik, khususnya untuk pasien
dengan penyakit mental yang serius.
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada system saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental prilaku (mind and behavior alterig drugs), digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication). Sedangkan
psikofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme kerja,
serta farmakologi klinik dari psikotropik.1
Psikofarmakologi berkembang pesat sejak ditemukannya reserpin dan
klorpromazin yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik.
Obat psikotropik dibagi menjagi beberapa golongan, diantaranya :
antipsikosis, anti-depresan, anti-mania, anti-ansietes, anti-insomnia, anti-
panik, dan anti obsesif-kompulsif. Pembagian lainnya dari obat psikotropik
antara lain transquilizer, neuroleptic, anti depresan dan psikomimetika.

1
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada system saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental prilaku (mind and behavior alterig drugs), digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication).1
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.1

2.2. Penggolongan Obat Psikotropik


Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-
panik, dan anti obsesif-kompulsif.1
Penggolongan ini menganut asas :
a. Kesamaan efek terhadap supresi gejala sasaran
b. Kesamaan dalam susunan kimiawi obat
c. Kesamaan dalam mekanisme kerja obat
Obat yang sudah masuk dalam satu golongan tertentu, dapat masuk ke
golongan lain sesuai dengan efek klinisnya yang berbeda.1

2.2.1. Obat Anti-Psikosis


Obat anti psikosis mempunyai beberapa sinonim antara lain:
neuroleptik, tranquilizer mayor, ataractics, antipsychotics,
neuroleptica. Dan sebagai obat acuan adalah Chlorpromazine
(CPZ).1
3

No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran


1. Chlorpromazine Largatil (Rin-Poulene) Tab. 25 mg 150-600 mg/h
Promactil (Combiphar) 100 mg
Meprosetil
(Meprofamr)
Ethibernal (Ethica) Amp. 25 mg/ml
2. Haloperidol Serenace (Searle) Tab. 0,5 mg 5-15 mg/h
1,5 & 5 mg
Amp. 5 mg/ml
Haldol (Janssen) Tab. 0,5 mg
2 mg
Govotil (Guardian Tab. 2 & 5 mg
Pharmatama)
Lodomer (Mersifarma) Tab. 2 & 5 mg
Haldol Decanoas Amp. 50 mg/ml 50 mg/ 2-4
(Janssen) minggu
3. Perphenazine Trilafon (schering) Tab. 2 mg 12-24 mg/h
4 & 8 mg
4. Fluphenazine Anatensol Tab. 2,5 mg 10-15 mg/h
(B-M-Squibb) 5 mg
Fluphenazine- Modecate Vial 25 mg/ml 25 mg/ 2-4
deconoate (B-M-Squibb) minggu
5. Triflouperazine Stelazine (Smith- Tab. 1-5 mg 10-15 mg/h
Kline)
6. Thioridazine Melleril (Novaris) Tab. 50–100 mg 150-399 mg/h
7. Sulpiride Dogmatil Forte Amp 100mg/2cc 3-6 amp/h (im)
(Delagrage) Tab. 200 mg 300-600 mg/h
8. Pimozide Orap Forte (Janssen) Tab. 4 mg 2-4 mg/h
9. Risperidone Risperidone (Dexa Tab. 1–2–3 mg 2-6 mg/h
Medica)
Risperdal (Janssen) Tab. 1–2–3 mg
Risperdal Consta Vial 25 mg/cc 25-50 mg (im)
4

50 mg/cc Setiap 2 minggu


Neripros (Pharos) Tab. 1–2–3 mg
Persidal (Mersifarma) Tab. 1–2–3 mg
Rizodal (Guardian Tab. 1–2–3 mg
Pharmatama)
Zofredal(Kalbe Farma) Tab. 1–2–3 mg
10 Clopazine Clozaril (Novartis) Tab. 25-100 mg 25 – 100 mg/h
Sizoril (Meprofarm) Tab. 25-100 mg
11. Quetiapine Seroquel (Astra Tab. 25-100 mg 50 – 400 mg/h
Zeneca) 200 mg
12. Olanzapine Zyprexa (Eli Lilly) Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/h
13. Zotepine Lodopin (Kalbe Tab. 25-50 mg 75 – 100 mg/h
Farma)
14. Aripirazole Abilify (Otsuka) Tab. 10 – 15 mg 10 – 15 mg/h
Sumber : Maslim, 2003

1) Penggolongan1
a. Obat anti psikosis tipikal
1) Rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)
 Rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)
Trifluoperazine (Stelazine)
Fluphenazine (Anatensol)
 Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
2) Butyrophenone : Haloperidol (Haldol)
3) Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide (Orap)
b. Obat anti psikosis atipikal
1) Benzamide : Supiride (Dogmatil)
2) Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)
Olanzapine (Zyprexa)
Quetiapine (Seroquel)
Zotepine (Ludopin)
3) Benzisoxazole : Risperidon (Risperdal)
5

Aripirazole (Abilify)

2) Mekanisme Kerja1
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah
memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di
otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
(dopamine D2 reseptor antagonists. Sedangkan obat anti-
psikosis yang baru (atipikal) disamping berafinitas terhadap “D2
receptors”, juga terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors”
(Serotonin-dopamine antagonists)

3) Pengaturan dosis1
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
a. Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
b. Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1 – 2x perhari)
c. Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi
dampak dari efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam
lebih besar) sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup
pasien
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran,
dinaikkan setiap 2-3 hari  sampai mencapai dosis efektif
(mulai timbul perederan sindrom psikosis)  dievaluasi setiap 2
minggu dan bila perlu dianaikkan  dosis optimal 
dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)  diturunkan
setiap 2 minggu  dosis maintenance  dipertahankan 6
bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/ minggu)
 tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)  stop
4) Lama Pemberian1
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis tang
episode terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan paling
6

selama 5 tahun. Pemberian yang cukup lama ini dapat


menunjukkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali.
Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis sebaiknya
dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua
gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif
singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya dalam
kurun waktu 2 minggu – 2 bulan.

2.2.2. Obat Anti-Depresi


Depresi adalah gangguan yang heterogen. Ada beberapa
klasifikasi depresi menrut DSM-III yang dikeluarkan oleh beberapa
ahli psikiatri di Amerika. Secara sederhana pembagian depresi
adalah sebagai berikut :2
1. Depresi reaktif skunder
Paling umum dijumpai sebagai respon terhadap penyebab
nyata, misalkan: penyakit dan kesedihan. Dulu dikenal sebagai
depresi eksogen.
2. Depresi endogen
Merupakan gangguan biokimia yang ditentukan secara
genetik, bermanifestasi sebagai ketidakmampuan untuk
mengatasi sters yang biasa.
3. Depresi yang berhubungan dengan gangguan afektif bipolar,
yaitu depresi dan mania yang terjadi bergantian.
Obat antidepresan mempunyai bebrap sinonim antaralain
timoleptik, psychic energizer, anti depresan. Dan sebagai obat
acuan yaitu amitriptyline.

No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran


1. Amitrptyline Amitripyline (Indofarma) Drag. 25 mg 75 – 150 mg/h
2. Amoxapine Asendidn (Lederle) Tab. 100 mg 200 – 300 mg/h
7

3. Tianeptine Stablon (Servier) Tab. 12,5 mg 25 – 50 mg/h


4. Clomipramine Anafranil (Novartis) Tab. 25 mg 75 – 150 mg/h
5. Imipramine Tofranil (Novratis) Tab. 25 mg 75 – 150 mg/h
6. Moclobemide Aurorix (Roche) Tab. 150 mg 300 -600 mg/h
7. Maprotiline Ludiomil (Novartis) Tab. 10 mg 75 – 150 mg/h
25 mg
50 mg
75 mg
8. Mianserin Tolvon (Organon) Tab. 10 mg 30 – 60 mg/h
30 mg
9. Opipramol Insidon (Novartis) Tab. 50 mg 50 – 150 mg/h
10 Sertaline Zoloft (Prifizer) Tab. 50 mg 50 – 100 mg/h
11. Trazodone Trazone (Kalbe) Tab. 50 mg 100 – 200 mg/h
100 mg
12. Paroxetine Seroxat (Smith-Kline) Tab. 20 mg 20 – 40 mg/h
13. Fluvoxamine Luvox (Solvay Pharma) Tab. 50 mg 50 – 100 mg/h
14 Fluxetine Prozac (Aly Lilly) Cap. 20 mg 20 – 40 mg/h
Nopres (Dexa Medica) Caplet 20 mg
Andep (Medikon) Cap. 20 mg
Antipresin (Pharos) Cap. 10 – 20 mg
Caurage (Soho) Tab. 20 mg
Caplet 10 mg
Kalxetin (Kalbe) Cap. 20 mg
15. Citalopram Cilpram (Lundbeck) Tab. 20 mg 20 – 60 mg/h
16. Mitrazapine Remeron (Organon) Tab. 30 mg 15 – 45 mg/h
Sumber : Maslim, 2003
1) Penggolongan1
a. Obat anti depresi trisiklik : Tricyclic antidepressants
e.g Amitripyline, Imipramine, Clornipramine, Tianeptine,
Opipramol
b. Obat anti depresi tetrasiklik
8

e.g Magrotiline, Miaserin, Amoxapine


c. Obat anti MAIO-Reversible : Reversible Inhibitor Of
Monoamine Oxydase – A (RIMA)
e.g Moclobemide
d. Obat anti depresi atipikal
e.g Trazodone, Traneptine, Mirtazapine
e. Obat anti depresi SSRI (Selective Seretonin Reuptake
Inhibitor)
e.g Sertaline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine,
Citalopram

2) Mekanisme Kerja1
Mekanisme kerja obat anti-depresi adalah :
a. Menghambat “re-uptake aminergic neurotransmitter”
b. Menghambat penghancuran olehenzim “Monoamine
Oxidase”
Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic
neurotransmitter” pada sinaps neuron di SSP.

3) Pengarutan Dosis1
a. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
Onset efek primer : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder : sekitar 12-24 jam
Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2x/hari)
b. Ada 5 proses pengaturan dosis
 Initialing dosage (test dose) : untuk mencapai dosis anjuran
selama minggu I.
 Titrating dose (optimal dose) : mulai dosis anjuran sampai
mencapai dosis efektif  dosis optimal
 Stabilizing dosage (stabilizing dose) : dosis optimal
dipertahankan selama 2-3 bulan
9

 Maintaning dosage (maintanance dose) : selama 3-6 bulan.


Biasanya dosis pemeliharaan = ½ dosis optimal
 Tapering dosage (tapering dose) : selama 1 bulan, kebalikan
dari initiaing dosage
Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan
total. Kalau kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses
dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
c. Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada
malam hari (single dose before sleep) untuk golongan
Tiriklik dan Tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan
dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan pagi.

4) Lama Pemberian1
Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka
panjang karena “addiction potential”nya sangat minimal.

2.2.3. Obat Anti-Mania


Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain
mood modulators, mood stabilizers dan antimanik. Dalam
membicarakan obat antimania yang menjadi acuan adalah litium
karbonat. 1
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Lithium Carbonate 250 – 500 mg/h
2. Haloperidol Haldol (Janssen) Tab. 0,5–2,5 mg 4,5 – 1,5 mg/h
Serenace ( Searle) Tab 0,5-1,5-5mg
Liq. 2 mg/ml
Amp. 5 mg/ml 5 mg (im) tiap
30 menit,
maksimum 45
mg/h
Govotil (Guardian Ph) Tab. 2-5 mg 4,5-1,5 mg/h
10

3. Carbamazepine Tegretol (Novartis) Tab. 200 mg 400-600 mg/h


Bamgetol (Mersifarmaka) Caplet 200 mg 2 – 3 x perhari
4. Valproic Acid Depakene (Abbott) Syr.250 mg/5 ml 3 x 250 mg/h
5. Divalproex Na. Depakote (Abbott) Tab. 250 mg 3 x 250 mg/h
Sumber : Maslim, 2003

1) Penggolongan1
a. Mania akut : Haloperidol (Haldol, Searle, Govotil)
Carbamazepine (tegretol, Bamgetol)
Valproic Acid (Depaken)
Divalproex Na (Depakote)
b. Profilaksis mania : Lithium Carbonate

2) Mekanisme Kerja1
Efek anti-mania dari Lithium disebabkan
kemampuannya mengurangi “dopamine receptor
supersensitivity”, meningkatkan “cholinrgic-muscarinic
activity” dan menghambat “cyclic AMP (adenosine
monophosphate) dan phosphoinositides

3) Pengaturan Dosis1
Biasanya preparat Lithium yang digunakan adalah Lithium
Carbonate mulai dengan 250-500 mg/h diberikan 1-2 kali sehari
dinaikkan 250 mg/h setiap minggu, diukur serum lithium setiap
minggu sampai diketahui kadar serum lithium berefek klinik
terapeutik (0,8-1,2 Meq/L). Biasanya dosis efektif dan optimal
berkisar 1000-1500 mg/h. Dipertahankan sekitar 2-3 bulan
kemudian diturunkan menjadi dosis maintenance, konsentrasi
serum lithium yang dianjurkan untuk mencegah kekambuhan
(profilaksis) berkisar antara 0,5-0,8 mEq/L.
11

Untuk mengurangi efek samping pada saluran makanan


(mual, muntah, diare) lithium carbonate diberikan setelah
makan.

4) Lama Pemberian1
a. Pada penggunaan untuk sindrom mania akut setalah gejala-
gejala mereda, lithium carbonate harus diteruskan sampai
lebih dari 6 bulan, dihentikan secara gradual (tapering off)
bila memang tidak ada indikasi lagi.
b. Pada gangguan afektif bipolar dan unipolar penggunaan harus
diteruskan sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi
profilaksis serangan sindrom mania/depresi. Penggunaan
jangka panjang ini sebaiknya dalam dosis minimum dengan
akdar serum lithium terendah yang masi efektif untuk terapi
profilaksis.

2.2.4. Obat Anti-Anxietas


Obat anti ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain
psikoleptik, transquilizer minor dan anksioliktik. Dalam
membicarakan obat antiansietas yang menjadi obat acuan adalah
diazepam atau klordiazepoksid. 1
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Diazepam Diazepin (Kimia Farma) Tab. 2-5 mg Oral 10-30 mg/h
2. Klordiazepoksoid Cetabrium (Soho) Drg. 5-10 mg 15-30 mg/h
Tensinyl (Medicham) Cap. 5 mg 2-3 x sehari
3. Lorazepam Ativan (Wyeth) Tab. 0,5-1,2 mg 2-3 x 1 mg/h
Renaquil (Fahrenheit) Tab. 1 mg
4. Clobazam Frisium (Aventis Ph) Tab. 10 mg 2-3 x 10 mg/h
Clobazam-DM (Dexa Tab. 10 mg
Medica)
5. Brumazepin Lexotan (Roche) Tab. 1,5-3-6 mg 3 x 1,5 mg/h
12

6. Oksazolom Serenal-10 (Sankyo) Drg. 10 mg 2-3 x 10 mg/h


7. Klorazepat Tranxene 5-10 (Kenrose) Cap. 5-10 mg 2-3 x 5 mg/h
8. Alprazolam Xanax (Upjohn) Tab. 0,25-0,5-1 mg 3 x 0,25 – 0,5
Tab. 0,25-0,5-1 mg
Alganax (Guardian Ph) mg/h
9. Prazepam Equipax (Parke Davis) Tab. 5 mg 2-3 x 5 mg/h
10 Sulpirid Dogmatil (Soho) Cap. 50 mg 100-200 mg/h
11. Buspiron Buspar (Bistol Myers) Tab. 10 mg 15-30 mg/h
Tran-Q (guardian Ph) Tab. 10 mg
Sumber : Maslim, 2003

1) Penggolongan1
a. Benzodiazepine
Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam,
Bromazam, Oazolam, Clorazapate, Alprazolam, Prazepam
b. Non-benzodiazepine
Sulpiride, Buspirone, Hydroxyzine

2) Mekanisme Kerja1
Obat anti-anxietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan
reseptornya (benzodiazepin receptors) akan meng-reinforce “the
inhibitory action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas
dari sistem limbik SSP yang tediri atas” dopaminergic,
noradrenergic, serotoninergic neurons” yang di kendalikan oleh
GABA-ergic neurons mereda.

3) Pengaturan Dosis1
a. Steady state (keadaan dengan jumlah obat yang masuk
kedalam badans ama dengan jumlah obat yang keluar dari
badan) dicapai setelah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari.
Onset of action cepat dan langsung memberikan efek.
13

b. Efek klinis terlihat apabila kadar obat di dalam darah telah


mencapai stedy state
c. Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran)  naikan dosis
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal ->
dipertahankan 2-3 minggu  diturunkan 1/8 x setiap 2-4
minggu dosis minimal yang masih efektif (maintenance
dose)  bila kambuh dinaikkan lagi dan bila tetap efektif 
pertahankan 4-8 minggu  tapering off

4) Lama Pemberian1
a. Pada sindrom anxietas yang dsebabkan oleh faktor eksternal
pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan
b. Pemberian yang sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila
sindrom anxietas dapat diramalkan waktu datangnys dan
hanya pada situasi tertentu, serta terjadinya tidak sering
c. Penghentian selalalu secara bertahap agar tidak
menimbulakan gejala lepas obat.

2.2.5. Obat Anti-Insomnia


Obat anti insomnia mempunyai beberapa sinonim antaralain
hipnotik, somnifacient, atau hipnotika hipnotik, somnifacient, atau
hipnotika dan somnifasien. Obat yang menjadi acuan adalah
fenobarbital. 1
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Nitrazepam Dumolid (alpharma) Tab. 5 mg Dewasa 2 tab
Usia lanjut 1 tab
2. Triazolam Halcion (plizerpharmacia) Tab. 0,125 mg Dewasa 2 tab
Tab. 0,250 mg Usia lanjut 1 t
3. Estazolam Esilgan (takeda) Tab. 1 mg 1-2 mg/malam
Tab. 2 mg
4. Chloral Hydrate Chloralydrat Soft cap.500 mg 1–2 cap 15’–20’
(Darya-Varia) sebelum tidur
14

Sumber : Maslim, 2003

1) Penggolongan1
a. Benzodiazepine : Nitrazepam, Triazolam, Estazolam
b. Non-benzodiazepine : Chloral Hydrate, Phenobarbital

2) Mekanisme Kerja1
Proses tidur : siklus tidur yang terdiri dari
a. Stadium jaga : wake
b. Stadium 1 : gelombang alfa, beta, delta
c. Stadium 2 : gelombang delta 20%
d. Stadium 3 : gelombang delta 20-50%
e. Stadium 4 : gelombang delta >50% = delta sleep
f. Stadium REM : Rapid Eye Movement (REM sleep)
Obat anti-depresi trisiklik dan tetrasiklik menekan dan
menghilangkan REM sleep dan meningkatkan delta sleep
sehingga pasien tidur nyaman dan tidak terganggu mimpi buruk.
Bila obat mendadak dihentikan terjadi REM rebound dimana
pasien akan mengalami mimpi-mimpi buruk lagi.

3) Pengaturan Dosis1
a. Pemberian tungal dosis anjuran 15’ – 30’ sebelum pergi tidur
b. Dosis awal dapat dinaikkan smapai mencapai dosis efektif
dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya
tapering off (untuk mencegah timbulnya rebound dan
toleransi obat)

4) Lama Pemberian1
Pemakaian obat anti insomnia sebaiknya sekitar 1-2
minggu saja. Tidak lebih dari 2 minggu agar resiko
ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
15

menimbulkan perubahan sleep EEG yang menetap sekitar 6


bulan lamanya.

2.2.6. Obat Anti-Obsesif Kompulsif


Obat yang menjadi acuan adalah klompramine. Obat ini dapat
digolongkan atas : obat anti osesi kompulsi trisiklik (klompramine)
dan obat anti obsesi kompulsi SSRI (sentrali paroksin, flovokamin
dan fluoksetin). 1
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Clomipramine Anafranil (Novartis) Tab. 25 mg 75-200 mg/h
2. Fluvoxamine Luvox (Solvay Pharma) Tab. 50 mg 100-250 mg/h
3. Sertraline Zoloft (Pfizer) Tab. 50 mg 50–150 mg/h
4. Fluoxetine Prozac (Eli Lilly) Cap. 20 mg 20-80 mg/h
Nopres (Dexa Medica) Caplet 20 mg
Andep (Medikon) Cap. 20 mg
Antiprestin (Pharos) Cap. 10- 20 mg
Courage (soho) Tab. 20 mg
Cap. 10 mg
Sumber : Maslim, 2003

1) Penggolongan1
a. Obat anti obsesif kompulsif Trisiklik
e.g c=Clomipramine
b. Obat anti obsesif kompulsif SSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors)
e.g Sertaline, Paroxetine, Flavoxamine, Fluoxetine,
Citalopram

2) Mekanisme Kerja1
16

Mekanisme kerja obat anti obsesif kompulsif adalah sebagai


serotonin reuptake blockers (menghambat re-uptake
neurotransmitter serotonin) sehingga hipersensitivitas tersebut
berkurang.

3) Pengaturan Dosis1
a. Mulai dari dosis rendah untuk penyesuaian efek samping,
namun dosis ini umumnya lebih tinggi dari dosis sebagai anti-
depresi, clomipramine mulai dengan 25-50 mg/hari (dosis
tunggal pada malam hari, waktu paruhnya 10 sampai 20 jam),
dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/h sampai
tercapai dosis efektif yang mempu mengendalikan sindrom
obsesif kompulsif (biasanya sampai 200-300 mg/h) dan ini
sangat tergantung pada toleransi penderita terhadap efek
samping obat.
b. Dosis pemberian (maintenance) umumnya agak tinggi,
meskipun sifatnya individual. Clomipramine sekitar 100-200
mg/h dan Sertaline sekitar 100 mg/hari, serta bertahan untuk
jangka waktu yang lama (1-2 tahun), sambil terapi perilaku dan
psikoterapi lain.
c. Sebelum dihentikan pengurangan dosis secara tapering off.

4) Lama Pemberian1
a. Meskipun respon obat sudah terlihat dalam 1 sampai 2 minggu
untuk mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan
waktu 2 sampai 3 bulan dengan dosis antara 75-225 mg/hr
b. Batas lamanya pemberian obat berisfat individual, umumnya
diatas 6 bulan sampai tahunan, kemudian dihentikan secara
bertahap bila kondisi penderita sudah memungkinkan
c. Obat golongan trisiklik dan SSRI termasuk tidak berpotensi
menimbulkan ketergantungan obat
17

2.2.7. Obat Anti-Panik


Dalam membicarakan antipanik yang menjadi obat acuan
adalah imipramin.1
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Imipramine Tofranil (Novartis) Tab. 25 mg 75-150 mg/hari

2. Clomipramine Anafranil (Novartis) Tab. 25 mg 75-150 mg/hari

3. Alprazol Xanax (Upjohn) Tab. 0,25 mg, 2-4 mg/hari


Tab. 0,5 mg
Tab. 1 mg
4. Moclobemid Aurorix (Floche) Tab. 150 mg 300-600 mg/hari

Sertralin Zoloft (Pfizer) Tab. 50 mg 50-100 mg/hari

Fluoxetin Prozac (Eli Lilly) Cap. 20 mg 20-40 mg/hari


Nopres (Dexa Medica) Caplet 20 mg
Andep (Medikon) Cap. 20 mg
Antiprestin (Pharos) Cap. 10-20 mg
Courage (Soho) Tab. 20 mg
Kalxetin (Kalbe) Cap. 20 mg
Parocetin Seroxat (Smith-Kline) Tab. 20 mg 20-40 mg/hari

Fluvoxamin Luvox (solvay Pharma) Tab. 50 mg 50-100 mg/hari

Citalopram Cipram (Lundbeck) Tab. 20 mg 20-40 mg/hari

Sumber : Maslim, 2003


1) Penggolongan1
a. Obat anti panik trisiklik (contoh : imipramin, klomipramin)
b. Obat anti panik benzodiazepin ( contoh : alprazolam)
c. Obat anti panik RIMA (Reversible Inhibitors of Monoamine
Oxydase-A (contoh : mokoblemid)
d. Obat antipanik SSRI (contoh : sertalin, fluoksetin, paroksetin
dan fluoksamin)

2) Mekanisme Kerja1
18

Mekanisme kerja obat anti panik adalah menghambat


reuptake serotonin pada celah sinaptik antar neuron, sehingga
pada awalnya terjadi peningkatan serotonin dan sensitivitas
reseptor (timbul gejala efek samping anxietas, agitas, insomnia),
sekitar 2 sampai 4 minggu kemudian seiring dengan
peningkatan serotonin terjadi penurunan sensitivitas reseptor.
Penurunan sensitivitas reseptor tersebut berkaitan deangan
penurunan serangan panik dan juga gejala depresi yang
menyertai akan berkurang pula. Penuruna hipersensitivitas
melalui dua fase tersebut disebut juga efek blasik.

3) Pengaturan Dosis1
a. Mulai dengan dosis rendah, secara perlahan-lahan dosis
dinaikkan dalam bebrapa minggu untuk menimalkan efek
samping dan mencegah terjadinya toleransi obat. Dosis
efektif biasanya dicapai dalam waktu 2-3 bulam.
b. Dosis pemeliharaan (maintenance) umumnya agak tinggi,
meskupun sifatnya individual, Imipramine / Clomipramine
sekitar 100-200 mg/h dan Sertaline sekitar 100 mg/hr serta
bertahan untuk jangka waktu yang lama 1-2 tahun.

4) Lama Pemberian
a. Batas lamaanya pemberian obat bersifat individual, umumnya
selama 6 bulan sampai 12 bulan, kemudia dihentikan secara
bertahap selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah
memungkinkan (bebas gejala dalam kurun waktu tertentu).
b. Dalam waktu 3 bulan setelah bebas obat, sekitar 75%
penderita menunjukkan gejala kambuh. Dalam hal ini maka
pemberian obat dengan dosis semual diulangi untuks elama 2
19

tahun. Setelah itu dicoba lagi dihentikan dengan perlahan-


lahan dalam kurun waktu 3 bulan, dst.

2.3. Psikoterapi
2.3.1. Definisi3
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan
cara-cara psikologik, dilakukan oleh seorang yang terlatih khusus,
yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan
seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah
atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit.

2.3.2. Jenis –jenis Psikoterapi3


a. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
 Psikoterapi Suportif
 Mendukung fungsi-fungsi ego, atau memperkuat
mekanisme defense yang ada
 Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki
dengan yang baru dan lebih baik
 Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih
adaptif
 Psikoterapi Reduktif
Mengubah pola prilakuu dengan meniadakan kebiasaan
(habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih
menguntungkan.
 Psikoterapi Rekonstruktif
Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik
nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas
struktur kepribadian seseorang.
b. Menurut “dalamnya” psikoterapi
20

 Superficial yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses


pada permukaan, tidak menyentuh hal-hal nirsadar atau
materi yang direpresi.
 Mendalam (deep) yaitu yang menangani hal atau proses yang
tersimpan falam alam nirsadar atau materi yang direpresi.
c. Menurut konsep teoritis tentang motivasi prilaku
 Psikoterapi prilaku atau behavioral (kelainan mental-
emosional dianggap teratasi bila deviasi prilaku telah
dikoreksi).
 Psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi
sambungan kognitif automatis yang “keliru”.
 Psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan,
keinginan, dorongan, ketakutan,dll. yang nirsadar kedalam
kesadaran)
d. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi
individual dan kelompok (terapi material, terapi keluarga, terapi
kelompok)
 Terapi material atau pasangan diindikasikan bila ada problem
di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi, dll.
 Terapi keluarga dilakukan bila struktur dan fungsi dalam
suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila
salah satu anggita keluarga mengalami gangguan jiwa, akan
mempenaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan
sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan
serta prognosis pasien.

2.4. Efek Samping Obat-obat Psikotropik


Tergantung pada sensitivitas dan keadaan badan pasien, terdapat
banyak efek samping yang mungkin timbul, karena obat psikotropik,
terutama neuroleptika seperti:4
1. Neurologik :
21

a. Tremor
b. Parkinsonisma
c. Diskinesia : mata terputar ke atas (occulogyric crisis ), tortiocollis,
lidah terkeluar (protusio), sukar menelan, semua karena spasme otot-
otot ini.
d. Akatisia : tidak dapat duduk lama di satu tempat, berjalan – jalan
seperti gelisah.
2. Otonomik ( vegetatif ) atau hormonal :
a. Rasa mengantuk
b. Rasa lelah
c. Hipotensi ortostatik
d. Rasa mulut kering
e. Takikardia
f. Kesukaran kencing kadang – kadang sampai retensi, terutama dengan
antidepresan trisiklik
g. Konstipasi
h. Gangguan menstruasi
i. Galaktorea
j. Penurunan potensi dan/atau libido sexual atau jangka waktu mencapai
orgasme diperpanjang hingga anorgasme kadang – kadang.
k. Gangguan akomodasi
l. Rasa mabuk atau ringan dalam kepala
m. Hipersalivasi
3. Psikiatrik :
a. Berbalik menjadi hipomanik
b. Gejala – gejala sindroma otak organik yang akut (exsitasi, stupor,
delirium)
4. Lain – lain :
a. Alergi
b. Ikterus
c. Fotosensitivitas
22

d. Kenaikan berat badan


e. Leukopenia/agranulositosa
23

BAB III
KESIMPULAN

Terapi untuk pasien gangguan jiwa tidak cukup hanya menggunakan


psikofarmaka tetapi juga perlu diberikan psikoterapi agar tujuan terapeutik dapat
tercapai dan dapat menciptakan dan memelihara hubungan optimal antara dokter
dan pasien.
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif
pada system saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas
mental prilaku (mind and behavior alterig drugs), digunakan untuk terapi
gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication). Sedangkan psikofarmakologi
adalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme kerja, serta farmakologi klinik
dari psikotropik.
Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan
anti obsesif-kompulsif.
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik


(Psychotropic Medication). Edisi Ketiga. Jakarta. 2003.
2. Andri. Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis
Penderita Usia Lanjut Volume 59. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta. 2009. Hal 444-49.
3. Elvira SD. Psikoterapi dalam Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta . 2010. Hal 361-368.
4. Maramis WF. Pengobatan dalam Ilmu Kedokteran Jiwa. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 2005. p. 457 - 79.

Anda mungkin juga menyukai