Anda di halaman 1dari 28

TIM DOSEN

MANAJEMEN PRODUKSI
DAN OPERASI
MANAJEMEN
PERSEDIAAN
Bagian 1

Manajemen Strategi Pertemuan Ke-12


1. PENDAHULUAN

“Persediaan adalah bahan atau barang yang


disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu.”

➢ Persediaan merupakan salah satu asset penting karena memiliki nilai


yang cukup besar.
➢ Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam
proses, barang jadi, ataupun suku cadang.
➢ Perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan
penting dalam manajemen perusahaan.
➢ Persediaan membentuk
CREDITS: hubungan
This presentation template antara
was created by Slidesgo, produksi dan penjualan produk.
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.
Menurut jenisnya, persediaan dibedakan atas :
1. Persediaan bahan mentah (raw materials)
yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies)
yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
3. Persediaan barang dalam proses (work in process)
yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
4. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts)
yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh
dari perusahaan lain yang dapat dirakit menjadi suatu produk
5. Persediaan barang jadi (finished goods)
yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik
dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan
Fungsi Persediaan
1. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
3. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan
kuantitas.
6. Memberikan pelayanan kepada pelangga dengan tersedianya barang
yang diperlukan.
PERSEDIAAN DAPAT
DIKELOMPOKKAN
DALAM 4 JENIS, 01
YAITU :
FLUCTUATION STOCK
02
ANTICIPATION STOCK
03
LOT-SIZE INVENTORY
04
PIPELINE INVENTORY
2. MENETAPKAN
PERSEDIAAN

Kesalahan dalam menetapkan persediaan dapat berakibat fatal,


suatu contoh :

Persediaan terlalu kecil


Hilangnya kesempatan ; untuk menjual – memperoleh laba

Persediaan terlalu besar


Adanya biaya besar ; memperkecil laba – memperbesar resiko
KEUNTUNGAN KERUGIAN
MENINGKATKAN ADANYA
PERSEDIAAN PERSEDIAAN

• Perusahaan dapat • Biaya penyimpanan


mempengaruhi ekonomi • Biaya pemindahan
produksi • Pengembalian
• Perusahaan dapat modal yang
mempengaruhi tertanam dalam
pembelian bentuk persediaan
• Dapat memenuhi
pesanan lebih cepat
3. FOKUS PENGELOLAAN PERSEDIAAN

❑ Berapa banyak yang harus dipesan pada


waktu tertentu?
❑ Berapa banyak jenis persediaan yang harus
disimpan?
❑ Kapan sebaiknya persediaan dipesan?

TUJUANNYA adalah menyediakan


persediaan yang dibutuhkan untuk
menyokong operasi dengan biaya minimum.
4. PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Pengendalian persediaan antara lain dapat


digunakan dengan cara melakukan analisis nilai
persediaan.

Dalam analisis ini, persediaan dibedakan


berdasarkan nilai investasi yang terpakai dalam
satu periode.

Biasanya, persediaan dibedakan dalam tiga kelas,


yaitu A, B, C, sehingga analisis ini dikenal sebagai
Analisis ABC.
5. ANALISIS ABC

● Prinsip PARETO
“The critical few and the trivial many.”
(Beberapa yang penting dan banyak yang sepele”

Jadi memfokuskan pengendalian persediaan kepada item/jenis


yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai rendah.

● Yang dimaksud nilai dalam klasifikasi ABC bukan harga persediaan


per unit, melainkan volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu
periode (biasanya satu tahun) dikalikan dengan harga per unit. Atau
biasa dikenal dengan istilah volume tahunan rupiah.
5. ANALISIS ABC)

● Golongan bahan yang mengakibatkan biaya pemakaian bahan terbesar (golongan A) akan
dikendalikan dengan teknik-teknik yang memadai (misalnya : automatic order quantity).
Nilainya mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya sedikit, bisa
hanya 20% dari seluruh item.

● Karakteristik pengendalian bahan golongan B (menengah) tingkat keketatannya diantara


golongan A dan golongan C. Mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan tahunan, dan
sekitar 30% dari jumlah item.

● Golongan bahan yang mengakibatkan biaya pemakaian bahan terkecil (golongan C) akan
dikendalikan dengan teknik-teknik yang sederhana (misalnya : min-max method). Hanya
mewakili 20% dari total nilai persediaan, tetapi terdiri dari sekitar 50% dari jumlah item
persediaan.
C Suatu perusahaan dalam Item Kebutuhan Harga
O proses produksinya (unit/tahun) (rupiah/unit)
N menggunakan 10 item H-101 800 600
T bahan baku. Kebutuhan
H-102 3.000 100
persediaan selama satu
O
tahun dan harga bahan H-103 600 2.200
H baku per unit seperti yang H-104 800 550
tertera pada tabel H-105 1.000 1.500
H-106 2.400 250
H-107 1.800 2.500
H-108 780 1.500
H-109 780 12.200
H-110 1.000 200
C
O Untuk membagi kesepuluh jenis persediaan itu dalam tiga kelas A, B, C
N dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
T
O ➢ Hitung volume tahunan rupiah dengan cara mengalikan volume
H tahunan pada kolom 2 dengnan harga per unit pada kolom 3.
➢ Susun urutan item persediaan berdasarkan volume tahunan rupiah dari
yang terbesar nilainya ke yang terkecil.
➢ Jumlahkan volume tahunan rupiah secara kumulatif.
➢ Hitung nilai persentase kumulatifnya.
➢ Klasifikasikan ke dalam kelas A, B dan C secara berturut-turut masing-
masing sebesar lebih kurang 70%, 20% dan 10% dari atas.
C Item Volume Harga per Volume Nilai Nilai Kelas
O tahunan unit tahunan Kumulatif Kumulatif
(unit) (rupiah) (rupiah) (persen)
N
1 2 3 4 5 6 7
T
O H-109 780 12.200 9.516.000 9.516.000 47,5 A
H H-107 1.800 2.500 4.500.000 14.016.000 70,0 A
H-105 1.000 1.500 1.500.000 15.516.000 77,5 B
H-103 600 2.200 1.320.000 16.836.000 84,1 B
H-108 780 1.500 1.170.000 18.006.000 89,9 B
H-106 2.400 250 600.000 18.606.000 92,9 C
H-101 800 600 480.000 19.086.000 95,3 C
H-104 800 550 440.000 19.526.000 97,5 C
H-102 3.000 100 300.000 19.826.000 99,0 C
H-110 1.000 200 200.000 20.026.000 100,0 C
C
O
N • Golongan A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 70,0%
T
O dari total persediaan, yang terdiri dari 2 item (20%) persediaan.
H
• Golongan B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 19,9%
dari total persediaan, yang terdiri dari 2 item (30%) persediaan.

• Golongan C memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 10,1%


dari total persediaan, yang terdiri dari 2 item (50%) persediaan.
C Untuk melihat lebih jelas lagi bagaimana besarnya proporsi masing-masing
O golonga A, B dan C maka digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini.
N
T
O
H

*Dalam pengendalian persediaan menggunakan analisis ABC, perlu untuk melihat karakteristik
fisik dari persediaan (cepat rusak, bau, mudah terbakar, dsb.) untuk diberikan perhatian khusus.
BIAYA DALAM
PERSEDIAAN
01 BIAYA PEMESANAN

→ Biaya yang dikeluarkan sehubungan


dengan kegiatan pemesanan bahan/barang,
sejak dari penempatan pemesanan sampai
BIAYA PENYIMPANAN 02 tersedianya di gudang.

→ Biaya yang dikeluarkan


berkenaan dengan
diadakannya persediaan
03 BIAYA KEKURANGAN PERSEDIAAN
barang.
→ Biaya yang timbul sebagai akibat
tidak tersedianya barang pada waktu
yang diperlukan sehingga perusahaan
tidak dapat berproduksi.
BIAYA PEMESANAN BIAYA PENYIMPANAN
(ORDERING COSTS) (CARRYING COSTS)

• Bersifat variabel terhadap • Bersifat variabel terhadap


frekuensi pesanan. jumlah inventori yang dibeli.
• Total biaya pemesanan • Persediaan rata-rata
TOC = D. ( S / Q ) A =Q/2
• Total biaya penyimpanan :
Keterangan : TCC = H.( Q / 2)
Q = Kuantitas pesanan
S = Biaya pemesanan
D = Permintaan tahunan Keterangan :
Q = Kuantitas pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit
per tahun
TOTAL BIAYA PERSEDIAAN

TIC = TCC + TOC


atau
TIC = H. ( Q / 2 ) + D. ( S / Q)
6. MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

■ Economic Ordering Quantity Model


(EOQ) digunakan untuk menentukan
persediaan yang optimal
■ EOQ adalah kuantitas persediaan
yang optimal atau yang menyebabkan
biaya persediaan mencapai titik
terendah
■ Model EOQ adalah suatu rumusan
untuk menentukan kuantitas pesanan
yang akan meminimumkan biaya
persediaan.
RUMUSAN MODEL EOQ

EOQ = 2.S.D
H
Keterangan :
P = Harga beli per unit
S = Penjualan tahunan
F = Biaya tetap
C = Biaya penyimpanan
Model EOQ dapat diterapkan bila anggapan-anggapan berikut ini dipenuhi :

➢ Permintaan akan produk adalah konstan, seragam, dan diketahui.


➢ Harga per unit produk adalah konstan.
➢ Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan.
➢ Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah adalah konstan.
➢ Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time, L)
adalah konstan.
➢ Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”.
➢ Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau
diatas safety stock
Contoh Kasus : Model EOQ
PT Sang Makmur memiliki data sebagai berikut :

D (Jumlah kebutuhan barang : unit/tahun) = 12.000 Unit


80% = Rp50.000
S (Biaya pemesanan : rupiah/pesanan)
h (Biaya penyimpanan : % terhadap nilai barang) = 10%
C (Harga barang : Rupiah/unit) = Rp3.000
H (Biaya penyimpanan : rupiah/unit/tahun) = h x C = Rp300

EOQ = 50%] / 300


[ (2) (12.000) (50.000)

= 2.000 unit

Frekuensi pesanan adalah permintaan per tahun dibagi dengan jumlah pesanan dalam
satu tahun, sehingga frekuensi pesanan ekonomis sebagai berikut :

F’ = D / EOQ = 6 kali/tahun

Jangka waktu tiap pesan (T’) = jumlah hari kerja pertahun/ frekuensi = 365/6 = 61 hari
EOQ dengan “Backorders”
▪ Perusahaan sering mengalami kekurangan persediaan tanpa kehilangan
penjualan selama periode kehabisan persediaan (out of stock).
▪ Model sederhana yang digunakan yaitu EOQ dengan backorder

Rumus EOQ backorder :

2.S.D H+B
EOQ =
H B Keterangan :
B = Biaya backordering
Rumus EOQ backorder :

Rumus surplus persediaan =

I= 2.S.D B
H H+B
Rumus biaya persediaan tahunan total =
TIC = [H . (I2 / 2Q)] + [S . (D/Q)] + [B . (Q-1)2/2Q]
Contoh Kasus EOQ dengan “Backorders”
Seorang tenaga penjual telah menginformasikan kepada departemen pengawasan
persediaan suatu perusahaan bahwa para langganan produk tertentu tidak keberatan
menunggu pengiriman barang bila diberikan potonngan Ketika harus menunggu. Tenaga
penjualan tersebut memperkirakan bahwa biaya backordering Rp150 per unit per tahun.
Dengan data-data lainnya yaitu :
D = 250.000 unit/tahun
H = Rp50 unit/tahun
S = Rp35.000/order
Tentukan
a. EOQ
b. Jumlah order (siklus) per tahun
c. Jumlah yang dipesan Kembali (Q-I)
d. Biaya tahunan total
THANKS!
Does anyone have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution. Program Studi Agribisnis
Jurusan Agribisnis FP Unila

Anda mungkin juga menyukai