Anda di halaman 1dari 10

28.

Hidrosephalus

Definisi : penumpukan cairan cerebrospinalis secara active yang menyebabkan dilatasi


sistem ventrikel kiri otak.

Gambaran Klinik :

a. Pembesaran tengkorak yang disusul, oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuar
yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak.
b. Pada bayi yang suturanya masih terbuka akan terlihat lingkar kepala fronto occipital yang
makin membesar, sutura yang menegang dengan fontarel cembung dan tegang.
c. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol.
d. Kelainan neurologic berupa :
1. Mata yang selalu mengarah ke bawah (fenomena matahari terbenam)
2. Gangguan perkembangan motoric
3. Gangguan penglihatan akibat atrofi atau hipotrofi saraf penglihatan
Perkusi kepala cracked pot sign atau seperti semangka masak.

Diagnosis : Pengukuran lingkar kepala Fronto oksipital yang teratur pada bayi merupakan
tindakan terpenting untuk menentukan diagnosis dini.

Ukuran rata-rata lingkar kepala


Usia Ukuran
Lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Umur 18 bulan 48,5 cm

Pada anak yang suturanya sudah menutup :


1. Sakit kepala.
2. Mual dan muntah.
3. Hiperefleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak.
4. Gangguan perkembangan fisik dan mental.

Penatalaksanaan :

Pintasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitoneal.


29. disrafia kranial
Disrafia kranial dapat berupa meningokel bila benjolan itu berisi selaput meningen dan
cairan serebrospinal dan berupa ensefalokel  bila juga berisi jaringan otak.

Gambaran Klinik :
1. Benjolan yang ada sejak lahir dan cenderung membesar dan umumnya terletak digaris
tengah terutama di daerah nasofronto orbital.
2. Kulit penutup biasanya tipis, licin dan tegang, tetapi dapat juga normal atau tebal dan
tidak rata.
3. Konsistensi kistik, lunak.
a. Berhubungan dengan ruang intracranial
b. Ditekan mengempis dan dilepas menonjol lagi
c. Bila mengejan atau menangis benjolan menjadi lebih tegang
d. Pada defek yang besar sering terlihat pulsasi
4. Benjolan kistik yang berdinding tipis memberi tanda transiluminasi test yang positive.

Penatalaksanaan :

Pada umumnya dilakukan pembedahan dengan alasan kosmetik dan untuk mencegah infeksi
pada meningokel. Ensefalokel yang pecah atau yang mudah pecah dan untuk mencegah herniasi
bagian otak lebih lanjut.
30. Batu saluran air kemih
Definisi : penyakit dimana didapatkan batu di dalam saluran air kemih (mulai dari kaliks
sampai dengan uretra anterior).
Gambaran Klinis :
a. Gejala Subjective :
1. Nyeri pinggang pada sudut costorestebral
2. Nyeri kolik dari pinggang menjalar ke depan dan kearah kemaluan disertai nausea
dan muntah
3. Hematuria baik makroskopik maupun mikroskopik
4. Dysuria oleh karena infeksi
5. Demam disertai menggigil
6. Retensi urin pada batu uretra atau leher buli-buli
7. Dapat tanpa keluhan
b. Gejala Objective :
1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis.
2. Nyeri tekan / ketok pada daerah costovertebral
3. Batu uretra anterior bisa di raba

Penatalaksanaan :

a. Simtomatis
Bila kalik dapat diberikan analgetik spasmolitik intravena yang dapat di ulang setelah 4
-6 jam atau diberikan maintanance dengan spasmolitik peroral. Pilihan lain dapat
diberikan obat anti inflamasi non steroid dapat secara oral atau perrektal.
b. Kausal
1. Ekspektative
Indikasi :
a. Asimtomatis (tanpa gejala)
b. Tanpa obstruksi/dilatasi
c. Tanpa infeksi
d. Diameter kurang dari 5mm
e. Terletak di kaliks renalis atau ureter ⅓ distal
Cara :
1. Minum yang banyak, 3 liter atau lebih dalam 24 jam.
2. Banyak bergerak, missal : loncat-loncat
3. Dapat diberikan diuretika sehingga dicapai diaresis 1,5 liter  pasien harus
di follow.
2. Manipulatif
Indikasi pengeluaran batu :
a. Terdapat obstruksi jalan kemih.
b. Terdapat infeksi
c. Batu diperkirakan tidak dapat keluar spontan (
d. Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
e. Batu metabolik yang tumbuh cepat.
c. Pelaratan
Hanya di pakai pada jenis batu asam urat. Batu ini hanya terjadi pada keadaan PH air
kemih yang asam ( PH 6,2)
Cara :
1. Pemberian Na bicarbonate dan disertai makanan yang alkalis
2. Menurunkan kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan Alloparinal

d. Antibiotika
Infeksi pada urolithiasis sukar di basmi karena kuman berada di dalam batu yang tidak
pernah dapat dicapai oleh antibiotika
1. Cotrimoxazole 2 x 2 tablet
2. Ampisilin
3. Kuinolon misalnya: Ciprofloxacin
31.Head Injury

Pada keadaan Head Injury dapat terjadi :

1. Edema otak yang pada gilirannya menyebabkan pergeseran otak dan herniasi dimana
herniasi akan menimbulkan kerusakan akibat mekanis dan atau akibat kompresi vascular
yang berakibat cedera iskemi yang lebih luas.
2. Tekanan intracranial yang sangat tinggi hingga mengakibatkan pengurangan aliran darah
otak dengan gejala kejang, sakit kepala yang tidak dapat diatasi dengan analgesic biasa
serta muntah yang proyektil.
3. Hematoma subdural dan hematoma dalam parenkim otak (intraserebral) yang berikutnya
juga berakibat pergeseran otak dan herniasi.

Glasgow Coma Scale

1. Membuka mata
a. Spontan :4
b. Dengan perintah :3
c. Ramgsang nyeri :2
d. Respon (-) ve :1
2. Respon verbal
a. Bisa bercerita :5
b. Kalimat baik :4
c. Kata tidak dimengerti :3
d. Merintih/mengerang :2
e. Suara (-) ve :1
3. Respon motoric (gerakan)
a. Sesuai perintah :6
b. Tahu lokasi nyeri :5
c. Fleksi abduksi :4
d. Fleksi adduksi :3
e. Ekstensi :2
f. Respon (-) ve :1

Indikasi head CT scan

1. Kejang (+) ve
2. Penurunan kesadaran
3. Anak-anak

Prinsip penanganan head injury


a. Penderita yang sadar , tanpa gejala neurologis serta tanpa faktor risiko lain  observasi
di igd. Dapat dipulangkan dengan nasehat. Bila ada penurunan kesadaran atau gejala lain
akibat trauma kepala harap segera kembali ke RS.
b. Penderita yang sadar tetapi dengan faktor risiko seperti patah tulang kepala, cedera di
bagian lain tubuh, gangguan faal vital, muntah yang sering atau tidak ada orang lain yang
dapat mengawasi dirumah  di rawat terutama untuk observasi
c. Penderita yang tidak sadar mutlak harus di rawat inap.

Indikasi craniotomy

1. Fraktur kepala terbuka


2. Hematom > 50 cc atau perdarahan < 50 cc dengan impression fx serta midline shift.

Gradasi head injury

Grade Derajat GCS Kriteria


I Ringan 14-15 Hilang kesadaran sekejap (transient) sadar dan tanpa
gejala penurunan neurologi
II Sedang 9-13 Hilang kesadaran, pada pemeriksaan dapat mengikuti
perintah sederhana.
III Berat  4-8 Tidak sadar, tidak dapat mengikuti perintah, respon
Indikasi ICU verbal tidak tepat, pupil dapat isokor, anisokor, atau
reflek cahaya (-) ve
Respon motoric melokalisasi nyeri atau lebih rendah
IV Mati Otak <3 Tidak ada tandanya fungsi otak

Penatalaksanaan :

a. Pasien di observasi dalam waktu minimal 2 jam dan bila terdapat tanda-tanda
peningkatan TIK  pasien di rawat inap
b. Prosedur pengobatan :
1. Pasien dipuasakan (nuchter)  H2 reseptor antagonis secara IV misalnya cimetidine
(ulsikur)1 amp / 8 jam ά ranitidin 1 ampul / 12 jam
2. Infus ringer solution dengan catatan cairan sesuai kebutuhan direstriksi 25-30%
(retriksi cairan)
3. Decompresi dengan pemasangan NGT dan kateter
4. Antibiotika yang dapat menembus blood brain barrier contoh : kloramfenikol
5. Hemostatic misalnya tranexamic acid 500 mg / 8 jam
6. Analgetik contoh : novalgin
7. Neuroprotector misalnya piracetam (neurotam) 3 gram / 8 jam
44. Trauma Kapitas

Patofisiologi :

1. Akselerasi  kepala yang tadinya diam tiba-tiba mendapatkan gaya


2. Deselerasi  kepala yang sedang bergerak tiba-tiba mendapat gaya yang berlawanan
arah
3. Rotasi  gerakan memutar

Pola-pola trauma kapitas

1. Kulit kepala  memar, avulsi kulit kepala, hematom subgaleal.


Lapisan kulit kepala terdiri dari :
a. Skin
b. Connective tissue
c. Aponeorosis galeal SCALP
d. Loss connective tissue
e. pericranium
2. Tulang Tengkorak
1. Fraktur tulang-tulang calvaria
a. Fraktur linear
b. Fratur stellatum (menyebar diri satu titik)
c. Fraktur impresi

Tulang-tulang kalvaria yang merupakan daerah berbahaya

a. Fraktur os temporalis
Terdapat arteri meningea media yang bila terputus akan mengakibatkan hematoma
epidural akut
b. Fraktur yang menyilang garis tengah dimana terdapat sinus sagitalis superior yang
dapat menyebabkan perdarahan epidural hebat
c. Fraktur os occipitalis dimana terdapat sinus venosus yang bila terjadi perdarahan
maka dapat menyebabkan kematian segera.
2. Fraktur Basis Cranii
a. Fraktur Fossa anterior
Gambaran klinis
1. Keluar darah beserta LCS dari hidung (Rhinorrhoe)
2. Kedua mata dikelilingi lingkaran biru (brill hematoma) atau hematoma kaca
mata disebut juga raccoons eye
3. Bila mengenai N.olfactorius hiposmia atau anosmia
b. Fraktur Fossa media
Gambaran Klinis
1. Keluar darah dan LCS melalui telinga (otorrhea)
 Tidak boleh ditampon karena dapat menyebabkan infeksi penatalaksanaan
cukup dengan
A. Antibotika
B. Hemostatika
2. Bila getaran cukup kuat dapat memutuskan arteri carotis interna dengan
gambaran klinis.
a. Mata ipsilateral tampak menonjol
b. Conjunctival injection
c. Bruit pada palpebral superior
 Dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit
3. Bila mengenai sella turcica  Diabetes insipidus
c. Fraktur Fossa posterior
Gambaran klinis :
1. Warna kebiru-biruan di atas os mastoid disebut battle’s sign
2. Bila fraktur melintasi foramen magnum dan merusak medulla oblongata 
kerusakan pusat pernafasan dan sirkulasi darah.
3. Jaringan otak dan pembuluh darah otak
a. Comosio serebri (geser otak)
Definisi : Trauma kapitis dengan kehilangan kesadaran untuk sementara waktu,
biasanya os pinsan dalam beberapa menit (bisa sampai 10 menit) kemudia dapat
sadar kembali.
Gambaran klinis :
1. Sefalgia
2. Nausea
3. Vomitus
4. Amnesia retrograde

Penatalaksanaan  observasi selama 2-3 jam

Pengobatan simtomatis

1. Analgetik
2. Antiemetic

b. Contusio cerebri
Definisi : trauma capitas yang menyebabkan gangguan kesadaran yang lama
yang disertai dengan gangguan neurologis lain yang dalam perjalanan
penyakitnya dapat sembuh sempurna atau gejala menetap sebagai
sekuele.
Sulit untuk membedakan antara contusion serebri yang disertai dengan
intracerebral hematom secara fisik diagnostic oleh karena itu pemeriksaan
arteriography arteri carotis interna sangat diperlukan untuk menentukan apakah
terjadi perdarahan intracranial atau tidak untuk indikasi operasi cito kraniotomi.
Penatalaksaan :
1. Bebaskan jalan nafas
a. Posisi semi prone
b. Jalan nafas dibersihkan bila perlu dikorek ( suction)
c. ETT atau tracheostomy bila perlu.
2. Menghentikan semua perdarahan yang Nampak
3. Mengatasi syok
4. Mengatasi kejang
Dapat diberikan diazepam 10 mg secara IV yang bisa diulang setiap 15
menit. Bila os gelisah  largactil ( chlorpromazine) IM
4. Perdarahan intracranial
a. Epidural Hematom
 Biasanya terjadi oleh karena pecahnya arteri meningea media umumnya oleh
karena fraktur os temporalis

Gambaran Klinik :

1. Saat terjadinya trauma kapitis biasanya os pinsan sebentar


2. Terkadang tidak pinsan tetapi dala, beberapa jam kemudia biasanya ±6-8 jam
kesadaran mulai menurun.
 Lucid interval
3. Pupil midriasis pada ipsilateral lesi dan pada pupil kontralateral reflex cahaya
(-) ve
4. Mungkin terjadi hemiparese kontralateral
5. Funduscopy  papil udem
6. Lumbal punksi  tekanan LCS meningkat
b. Subdural hematom
 Biasanya terjadi oleh karena pecahnya bridging vein yang menghubungkan
otak bagian permukaan dengan durameter yang terutama paling banyak di
region parietalis, oleh karena perdarahan sistem vena maka gejala biasanya
baru muncul ±3 minggu setelah kecelakaan

Gambaran Klinis :

1. Nyeri kepala yang makin lama makin hebat yang tidak sembuh dengan
pengobatan simtomatis. Biasa di daerah dahi disertai mual muntah
2. Funduscopy  papil edem
3. Gangguan fungsi luhur
4. Derajat kesadaran bergantung kepada kerusakan otak
5. Pada sisi kontralateral dari hematom kemungkinan dapat ditemukan tanda-
tanda gangguan traktus piramidalis

Penatalaksaan : Dalam bentuk akut maupun kronis dari subdural hematom maka
harus dilakukan operasi

c. Perdarahan Intrakranial
 Terutama terjadi pada pasien dengan contusio cerebri dimana kesadaran tidak
segera pulih.

Penatalaksanaan :

1. Atasi oedema serebri dengan dexametason


2. Antibiotic golongan kloramfenicol
3. Hemostatic misalnya adona AC meskipun pada tahap akut tidak bermanfaat.
 Setelah keadaan emergenci teratasi maka dilakukan schedel foto dan
arteriografi.

Indikasi Craniotomi :

1. Hematoma epidural, subdural atau perdarahan intracerebral dengan volume >


50 cc
2. Perdarahan < 50 cc tetapi dengan impression fraktur
3. Mid line shift ½- 1cm pada head CT scan
4. Perdarahan melebihi 1 tabula
5. Dengan penurunan kesadaran pada impression fraktur
6. Bone clip yang mencucuk kedalam

Anda mungkin juga menyukai