Studi Kasus
1
di bawah garis kemiskinan dan membutuhkan intervensi pemerintah untuk
memutus siklus kemiskinan tersebut.
"Kita enggak bisa nunggu orang nunggu tua dulu, baru punya duit terus
disekolahkan tapi orangnya sudah usia 25 tahun baru belajar baca atau
melakukan proses belajar mengajar. Jadi dari mulai bayi di perut, investasi
harus sudah dilakukan," katanya dalam cara Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di
Jakarta, Kamis (27/7/2017).
Selain itu, Indonesia saat ini masih tertinggal di bidang infrastruktur. Bahkan,
jika dibanding negara-negara yang infratrukturnya minim, Indonesia masih
berada di bawahnya. Infrastruktur Indonesia dibanding negara-negara anggota
G20 pun masih di level bawah.
Hal ini terlihat dari kapitalisasi market terhadap GDP, rasio utang pemerintah
(government bond), rasio utang swasta (corporate bond), dan interbank
landing to GDP masih di bawah rata-rata. "Maknanya, sektor keuangan di
Indonesia belum cukup dalam dan berkembang. Sehingga perlu untuk
memperdalam," tuturnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia
ini, maka pemerintah harus mencari sumber pembiayaan dimana salah satunya
adalah utang.
"Jadi bukan kita melakukan utang karena senang, tapi tactical investment untuk
apa yang dibutuhkan republik. Investasi manusia, investasi infrastruktur untuk
mobilitas masyarakat, efisiensi dan menghilangkan biaya ekonomi yang besar, dan
memperdalam sektor keuangan," tandas Sri Mulyani.Sebagaimana dijelaskan di
atas, total utang pemerintah pusat hingga Juni 2017 tercatat Rp3.706,52 triliun.
Jumlah itu naik Rp34,19 triliun dari posisi akhir bulan Mei 2017 yang sebesar
Rp3.672,33 triliun.