Anda di halaman 1dari 4

TEORI EKONOMI MAKRO

Supporting Article & Critical Review


BAB 2 : Mengukur Biaya Hidup

EM – A
Rizal Antony 141170045

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

2020
Pola Konsumsi Berubah, BPS Sesuaikan Penghitungan IHK
Selasa, 28 Januari 2020 | 17:28 WIB
Oleh : Herman / FER

Badan Pusat Statistik (BPS) menggelar sosialisasi pemutakhiran diagram timbang Indeks Harga konsumen (IHK) dan Nilai Tukar
Petani (NTP) Tahun Dasar 2018, di Jakarta, 28 Januari 2020 (Foto: Beritasatu Photo)

Jakarta, Beritasatu.com - Mulai 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan
pemutakhiran tahun dasar dalam penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang semula
menggunakan tahun dasar 2012 menjadi 2018. IHK sendiri merupakan indikator yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi.
Kepala BPS, Suhariyanto memaparkan, untuk menjaga relevansi dari IHK, pola pembobotan dan
paket komoditas barang dan jasa perlu diperbarui setiap lima tahun sekali.

"Selama proses pemutakhiran tahun dasar ini, metodologi dan cakupan IHK ditinjau ulang
apakah masih relevan dan sesuai dengan keadaan masyarakat saat ini," kata Suhariyanto, di
gedung BPS, Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Adanya berbagai perubahan yang terjadi pada masyarakat seperti perkembangan teknologi
informasi, perubahan pendapatan masyarakat, perubahan pola penawaran dan permintaan
barang/jasa, perubahan kualitas dan kuantitas barang/jasa, serta perubahan sikap dan perilaku
masyarakat dapat mengubah pola konsumsi.

Perubahan tersebut mengakibatkan paket komoditas (fixed basket) dan diagram timbang hasil
Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang sebelumnya digunakan sebagai tahun dasar sudah tidak
sesuai lagi untuk menggambarkan keadaan sekarang secara tepat. Karenanya untuk mendapatkan
angka inflasi yang lebih tepat dilakukan pemutakhiran tahun dasar.

"Untuk menjaga kualitas data, mulai 2020 ini BPS akan melakukan perubahan tahun dasar yang
secara berkala harus dilakukan oleh seluruh kantor statistik, dengan harapan hasilnya bisa
menangkap berbagai fenomena terkini," jelas Suhariyanto.

Dalam metodologi perhitungan IHK dengan tahun dasar baru 2018, Suhariyanto mengatakan,
cakupan kota IHK akan bertambah dari sebelumnya 82 kota menjadi 90 kota. Sehingga, cakupan
sampel-nya meningkat dari 136.080 rumah tangga menjadi 141.600 rumah tangga. Untuk
proporsi nilai konsumsi juga berubah, di mana sebelumnya makanan 35,04 persen dan non
makanan 64,96 persen menjadi makanan 33,68 persen dan non makanan 66,32 persen.

"Paket komoditasnya juga berubah dari 859 komoditas menjadi 835 komoditas. Sebab, ada 98
komoditas baru yang dimasukan, dan ada 101 komoditas lama yang dibuang,” terang
Suhariyanto.

Komoditas baru yang terpilih antara lain jasa penitipan anak, koper, kereta bayi, sewa tempat
karaoke, obat-obatan herbal, charger, power bank, aksesori handphone, hingga jasa foto studio.
Sementara, komoditas yang hilang antara lain tarif puskesmas, kalkulator, handy-
cam, VCD/DDVD, majalah remaja, hingga biaya kirim surat.

Sementara itu, untuk perhitungan Nilai Tukar Petani (NTP), yang berubah adalah cakupan
wilayah dari sebelumnya 33 provinsi menjadi 34 provinsi, jumlah rumah tangga sampel menjadi
198.574, lalu komponen konsumsi rumah tangga memasukkan jasa keuangan. Metode sampling-
nya juga berubah menjadi Probability Sampling dari sebelumnya Purposive Sampling.

Anda mungkin juga menyukai