Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

 1.1.  Latar Belakang

Ekonomi kerakyatan sebetulnya bukanlah gagasan baru di Indonesia. Gagasan ekonomi


kerakyatan sejatinya lebih tua dibandingkan dengan umur bangsa Indonesia sendiri. Namun
belakangan ini, gagasan ekonomi kerakyatan menjadi sangat populer dan terus menjadi
perbincangan di berbagai kalangan masyarakat. Bagaimana tidak, gagasan ekonomi kerakyatan
seolah baru bangkit dari kubur ketika reformasi dilakukan. Sebab, pada saat Orde Baru, Soeharto
lebih suka menggunakan sistem yang lebih menjanjikan pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, yaitu ekonomi kapitalis. Kondisi itu juga menyebabkan koperasi sebagai manifestasi
ekonomi kerakyatanpun sangat lambat perkembangannya. Sayangnya lagi, era Reformasi
tidaklah menjamin ekonomi kerakyatan dapat dijalankan dengan mulus. Karena demokrasi
politik pada era Reformasi justru lebih banyak melibatkan perusahaan kapitalis dalam kegiatan
perekonomian. Berbagai fenomena dan gambaran diatas, tentunya tidaklah dapat dibiarkan
begitu saja. Sebab itu, kiranya kita perlu kembali melihat sistem ekonomi kerakyatan dan
koperasi secara lebih mendalam, mulai dari substansi, sejarah, ide dan gagasan serta
manifestasinya.

Globalisasi dan perubahan tatanan perekonomian dunia yang sedemikian cepat harus dengan
cermat diamati untuk diantisipasi setepat dan sedini mungkin. Oleh karena itu, dunia usaha harus
disiapkan dan mempersiapkan diri menghadapi kecenderungan global ke arah perekonomian
pasar bebas yang masih akan terus bergulir. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia,
kemampuan manajerial, dan kemampuan kewirausahaan perlu ditingkatkan. Dalam kehidupan
sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan adalah
identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan
tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan,
namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif.

1.2.  Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan?

b. Bagaimana cara untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan?

c. Apa saja keuntungan dan kerugian berwirausaha?

d. Apa yang dimaksud dengan ekonomi kerakyatan?

e. Apa saja ciri-ciri sistem ekonomi kerakyatan?

f. Apa saja permasalahan Dalam Ekonomi Kerakyatan

Page 1
1.3.   Tujuan Makalah

a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kewirausahaan

b. Mengetahui cara untuk menumbuhkan kewirausahaan

c.  Mengetahui keuntungan dan kerugian berwirausaha

d.  Mengetahui apa yang dimaksud dengan ekonomi kerakyatan

e. Mengetahui apa saja ciri-ciri sistem ekonomi kerakyatan

f. Mengetahui Permasalahan Dalam Ekonomi Kerakyatan

Page 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan teoritis

A.  Definisi Kewirausahaan

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan


dasar dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan menurut
drucker (1959) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui
pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Banyak orang, baik pengusaha
maupun yang bukan pengusaha meraih sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif.
Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran-
pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi
perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitan dan pengembangan
untuk meraih pangsa pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain adalah untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan
peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambahan
dipasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, seperti:
1.      Pengembangan teknologi.
2.      Penemuan pengetahuan ilmiah.
3.      Perbaikan produk barang dan jasa yang ada.
4.      Menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumber daya
yang lebih efisien.

B.    Menumbuhkan Semangat Kewirausahaan

Pada dasarnya setiap orang memiliki peluang yang sama besar untuk bisa menjadi
seorang pelaku usaha. Namun sayangnya tidak semua orang berani mengasah bakat dan minat
mereka, sehingga wajar bila ada sebagian orang yang telah berhasil menjadi pengusaha sukses
dan sebagian lainnya masih ada juga yang belum berani untuk menjalankan usaha. Ketakutan
untuk memulai dan ketakutan untuk mencoba menjadi kendala utama bagi sebagian orang
sehingga mereka memilih mengurungkan niatnya untuk menjadi pengusaha sukses. Jadi jika
ingin menjadi seorang wirausahawan yang sukses dibutuhkan mental pemberani untuk
mengalahkan ketakutan-ketakutan tersebut serta tekad yang kuat untuk menumbuhkan jiwa
kewirausahaan di dalam diri masing-masing. Berikut ini ada beberapa cara untuk menumbuhkan
jiwa kewirausahaan di dalam diri seseorang, yaitu:
1.      Tekad yang kuat untuk memulai
Ibarat sebuah bangunan gedung yang menjulang tinggi, tekad kuat untuk memulai usaha menjadi
pondasi dasar yang perlu ditanamkan agar bangunan tersebut bisa berdiri dengan kokoh. Salah
besar jika seseorang menganggap modal utama memulai usaha adalah kucuran dana yang
Page 3
berlimpah. Sebab, dengan tekad dan keyakinan yang kuat dalam diri seseorang, permasalahan
modal dana yang terbatas pun akan terpecahkan dengan berbagai solusi yang bisa didapatkan.
Jadi, singkirkan pikiran-pikiran negatif yang melintas di benak seseorang yang ingin membangun
usaha dan manfaatkan sumber daya yang ada di sekitar kita untuk merintis sebuah usaha.
Mulailah dari bakat dan minat yang dimiliki. Ketika berpikir menjadi seorang entrepreneur,
seseorang tidak perlu takut dan bingung untuk memilih ide bisnis yang paling sesuai dengan diri
masing-masing. Mulailah dari hal-hal yang dicintai, misalnya saja memanfaatkan hobi atau bakat
didalam bidang tertentu sebagai peluang usaha. Meskipun mengawali bisnis dari sesuatu yang
kecil, namun jika ditekuni dengan sepenuh hati maka tidak menutup kemungkinan bila hobi atau
bakat tersebut bisa menghasilkan untung jutaan setiap bulannya.
2.      Fokus dan konsisten
Untuk bisa menjadi entrepreneur sukses memang tidak mudah. Terkadang memakan waktu yang
cukup lama, serta tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga wajar adanya bila banyak pelaku
usaha yang akhirnya menyerah di tengah jalan sebelum akhirnya mereka meraih kesuksesannya.
Karenanya, tentukan fokus utama dalam menjalankan usaha dan teruslah tingkatkan pengetahuan
serta skill yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan fokus yang telah ditentukan. Jangan pernah
berhenti berkarya sebelum akhirnya berhasil meraih impian.
3.      Belajarlah dari kisah para pengusaha sukses
Terkadang para pemula butuh motivasi dari seseorang yang sudah berpengalaman di bidang
dunia usaha. Dengan belajar dari kisah perjalanan para pengusaha sukses yang dulunya pernah
jatuh bangun dalam menjalankan usahanya, para pemula bisa termotivasi untuk berani
mengalahkan ketakutannya dan semakin terdorong untuk segera memulai sebuah usaha. Selain
itu, bisa juga memperbanyak pengetahuan di bidang bisnis dan mempelajari strategi-strategi
bisnis yang pernah digunakan para pengusaha besar dalam meraih kesuksesannya.
4.      Paksa diri sendiri dan lakukan sekarang juga
Langkah terakhir inilah yang perlu dipraktekan sekarang juga. Tak jarang bila seseorang perlu
dipaksa agar Ia berani untuk mencoba. Karena itulah, paksa diri sendiri untuk berani melawan
ketakutan dalam memulai usaha dan bergeraklah sekarang juga. Lebih baik berani belajar dari
kegagalan yang dialaminya daripada tidak belajar sama sekali. Jadi, mulailah sekarang ju

C.   Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha

Keuntungan dan kerugian berwirausaha identik dengan keuntungan dan kerugian pada
usaha kecil milik. Berikut beberapa keuntungan dan kerugian berwirausaha:
1.      Keuntungan Berwirausaha
a)         Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang “bos”
yang penuh kepuasan.
b)        Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang
tinggi merupakan hal yang menggembirakan, peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang
dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha.
c)         Kontrol finansial. Wirausaha memiliki kebebasan untuk mengelola keuangan dan merasa
kekayaan sebagai milik sendiri.

Page 4
2.      Kerugian Berwirausaha
Disamping beberapa keuntungan seperti di atas, dalam berwirausaha juga terdapat beberapa
kerugian, yaitu:
a)      Pengorbanan personal. Pada awalnya, wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan
sibuk. Sedikit sekali waktu yang tersedia untuk kepentingan keluarga ataupun berekreasi karena
hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
b)      Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran,
keuangan, personal, maupun pengadaan dan pelatihan.
c)      Kecilnya margin keuntungan dan besarnya kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan
sumber dana miliknya sendiri, maka margin laba atau keuntungan yang diperoleh akan relatif
kecil.

D.  Definisi Ekonomi Kerakyatan

Pengertian ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi
rakyat. Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang
dilakukan oleh rakyat dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang
dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah
(UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dan lain sebagainya
yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sistem ekonomi kerakyatan atau sistem ekonomi pancasila ini secara umum dapat
diartikan sebagai sistem ekonomi yang memadukan ideologi konstitusional (Pancasila dan UUD
1945) bangsa Indonesia dengan sistem ekonomi campuran (Sistem Ekonomi Pasar Terkelola)
yang diwujudkan melalui kerangka demokrasi ekonomi serta dijabarkan dalam langkah-langkah
ekonomi yang berpihak pada masyarakat dan pemberdayaan seluruh masyarakat, yang ditujukan
untuk mewujudkan tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
Berdasarkan hal itu, makna ekonomi kerakyatan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a.       Dasar demokrasi ekonomi, dimana produksi dikerjakan oleh semua dan untuk semua, di bawah
pemilikan anggota masyarakat.
b.      Kemakmuran masyarakat menjadi utama, bukan kemakmuran sekelompok orang.
c.       Perekonomian harus disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
d.      Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak
harus dikuasai oleh negara.
e.       Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalam bumi Indonesia harus dikuasai oleh
negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Page 5
E. Ciri-ciri system ekonomi kerakyatan

Ciri-ciri sistem ekonomi kerakyatan secara normatif berupa kebijakan Nasional adalah:
1.      Penegakan prinsip keadilan dan demokrasi ekonomi, disertai kepedulian terhadap yang lemah.
Sistem ekonomi tersebut harus memungkinkan seluruh potensi bangsa, baik sebagai konsumen,
sebagai pengusaha maupun sebagai tenaga kerja tanpa membedakan suku, agama dan gender dan
mendapatkan kesempatan, perlindungan dan hak untuk memajukan kemampuannya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup dan partisipasinya secara aktif dalam berbagai kegiatan
ekonomi termasuk dalam memanfaatkan serta memelihara kekayaan alam dan lingkungan hidup;
2.      Pemihakan, pemberdayaan dan perlindungan terhadap yang lemah oleh semua potensi bangsa,
terutama pemerintah sesuai dengan kemampuannya. Pemerintah melaksnakannya melalui
langkah langkah yang ramah pasar, penaggulangan kemiskinan dan pemberdayaan Koperasi,
Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (KUMKM) termasuk petani dan nelayan kecil, harus menjadi
prioritas, khususnya pemeritah daerah;
3.      Pemberdayaan kegiatan ekonomi kerakyatan sangat terkait dengan upaya menggerakkan
ekonomi pedesaan, melalui pembangunan prasarana dalam mendukung
4.      pengembangan keterkaitan desa-kota sebagai bentuk jaringan produksi dan distribusi yang saling
menguntungkan;
5.      Pemanfaatan dan penggunaan lahan dan sumber daya alam lainnya seperti hutan, laut, air
mineral dilaksanakan secara adil, transparan dan produktif dengan mengutamakan hak-hak
rakyat setempat.
6.      Penciptaan iklim usaha yang sehat dan intervensi yang ramah pasar dengan menciptakan pasar
yang kompetitif untuk mencapai efisiensi yang optimal. Hubungan kemitraan antara usaha besar
dan KUMKM harus berlandaskan kompetensi bukan belas kasihan.
Secara konkret upaya peningkatan ekonomi masyarakat harus dilakukan dalam berbagai
program pembangunan lintas bidang dan sektor. Pembangunan ekonomi kerakyatan di perkotaan
dan perdesaan antara lain usaha industri rumah tangga dan kerajinan, perdagangan barang dan
jasa yang berskala mikro dan kecil, merupakan bagian inti dari pembangunan sistem ekonomi
kerakyatan.
Tujuan yang diharapkan dari ekonomi kerakyatan, yaitu:
1.      Mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi.
2.      Meningkatkan efisien perekonomian secara nasional.
3.      Mendorong pertumbuhan secara merata dalam hal pendapatan rakyat.

F. Permasalahan Dalam Ekonomi Kerakyatan

Persoalan pokok yang dihadapi dalam perekonomian Indonesia saat ini adalah
kepemilikan aset ekonomi oleh sebagian besar rakyat yang sangat  sangat kecil, sedang sebagian
kecil rakyat menguasai aset ekonomi yang sangat besar. Inilah yang menyebabkan pasar tidak
berjalan sebagaimana mestinya, yang menyebabkan perekonomian nasional tidak efisien, yang
menyebabkan trickle down effect tidak berjalan, dan yang menyebabkan kemiskinan secara
masip.

Page 6
Problem kedua adalah problem di ekonomi barang publik atau ekonomi publik yang
dijalankan pemerintah. Keputusan jenis barang publik dan jasa publik adalah keputusan politik.
Karena lemahnya sebagian besar rakyat di bidang ekonomi, maka posis tawar dalam kebijakan
politik juga lemah (ini fakta empirik). Akibatnya, barang publik dan jasa publik yang diproduksi
pemerintah tidak sesuai dengan aspirasi sebagian besar rakyat. Barang publik dan jasa publik
yang diproduksi pemerintah adalah barang publik dan jasa publik yang tidak menguntungkan
bagi sebagian besar rakyat, tetapi menguntungkan sebagian kecil rakyat.
Problem yang ketiga adalah problem di kebijakan publik. Seperti disebut dimuka, bahwa
pemerintah memiliki tiga kewenangan dalam perekonomian, yaitu kewenangan atau fungsi
alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. Karena sebagian besar rakyat tidak memiliki
kekuatan untuk mengontrol dan tidak memiliki akses dalam proses pengambilan keputusan
publik, maka fungsi alokasi dan fungsi distribusi ini tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Bertolak dari tiga persoalan besar tersebut, maka ruh dari ekonomi kerakyatan
adalah : bagaimana pemerintah dapat menjalankan fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi
stabilisasi (atau bagaimana kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan kebijakan di sektor riil
dijalankan), sehingga distribusi aset ekonomi kepada sebagian besar rakyat dapat terjadi tanpa
mendistorsi pasar

2.2 Tinjauan Praktis

Menurut sebuah teori, untuk bisa makmur, sebuah negara harus memiliki minimal 2%
penduduknya merupakan entrepreneur/wirausaha. Saat ini di Singgapura sudah ada kurang lebih
7% penduduknya merupakan wirausaha, sedangkan Amerika ada sekitar 2%. Indonesia? Cuma
sekitar 0,18%. Kenapa entrepreneur dibutuhkan? Jawaban yang pertama sekali adalah untuk
mengurangi pengangguran. Apabila jumlah tenaga kerja semakin meningkat, pengangguran akan
semakin bertambah, kecuali apabila jika ada lapangan kerja yang semakin bertambah juga. Di
sinilah peran entrepreneur: membuka lapangan kerja bagi para tenaga kerja. Seandainya di
Indonesia ini ada 2% penduduk menjadi entrepreneur, membuka lapangan kerja, dan anggaplah
setiap entrepreneur tersebut mempekerjakan sedikitnya 20 tenaga kerja, maka setidaknya 40%
bangsa Indonesia ini akan memiliki pekerjaan. Sisa 60% lainnya bisa bekerja di lapangan kerja
yang disediakan pemerintah. Selain dari itu, entrepreneurship juga sangat dibutuhkan untuk
memajukan pembangunan bangsa ini, baik di bidang pendidikan, sains, olahraga, infrastruktur,
perekonomian, pariwisata, dan sebagainya. Saya akan menjelaskan pemikiran saya di bidang
tersebut 1 per 1. Pertama, bidang pendidikan. Para pengamat pendidikan pasti sudah tahu bahwa
pada dasarnya pemerintah kesulitan untuk memberi pendidikan yang memadai untuk bangsa
Indonesia yang wilayahnya sedemikian luas dan penduduknya sedemikian banyak. Terlalu

Page 7
banyak daerah yang harus diperhatikan. Jumlah sekolah yang harus dibangun terlalu banyak
(kuantitas), belum lagi dengan usaha peningkatan kualitasnya. Di sinilah para entrepreneur harus
berperan. Para entrepreneur harus membuat bisnis sekolah, terutama di daerah-daerah yang
memerlukan tambahan sekolah. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, para entrepreneur juga
harus membuat inovasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang dibuatnya.
Misalnya, mempekerjakan para pakar pendidikan untuk peningkatan kualitas, memperkuat
sarana dan fasilitas pembelajaran, mengundang pakar atau pengajar atau ilmuwan dari luar
negeri, dan sebagainya. Selain dengan membuat sekolah, para entrepreneur juga bisa memberi
sumbangsih dengan membuat lembaga bimbingan belajar atau institusi pendidikan yang
berkualitas. Prof Yohanes Surya merupakan contoh entrepreneur pendidikan yang baik;
bagaimana beliau mendirikan Surya Institute, memberikan beasiswa untuk anak-anak Papua dan
daerah-daerah lain, membimbing tim olimpiade fisika indonesia hingga meraih juara dunia
olimpiade fisika 2006, dan memfasilitasi para ilmuwan fisika indonesia supaya bisa meraih
hadiah nobel fisika. Kedua, bidang  sains. Indonesia memerlukan adanya entrepreneur yang
menaruh perhatian pada bidang sains seperti Thomas Alva Edison dan Alexander Graham Bell.
Dua orang tersebut dulu membuat bisnis laboratorium khusus untuk menampung para ilmuwan
dan peneliti, membiayai program-program riset dan penelitian mereka. Jika peneliti tersebut
berhasil menciptakan temuan baru; misalnya saja, menciptakan baterei jenis baru; itu akan
memberikan keuntungan finansial bagi bisnis laboratorium tersebut, sekaligus memberi
kemajuan dalam dunia sains bangsa. Pebisnis juga bisa bekerja sama dengan para ilmuwan
dengan cara berikut: pebisnis membiayai dan mensponsori riset/penelitian ilmuwan, kemudian
hasil penelitian tersebut akan dikomersialkan oleh pebisnis untuk meraih keuntungan. Misalnya
saja ilmuwan Indonesia tersebut berhasil menciptakan mobil jenis baru, maka pebisnis yang
mensponsorinya akan memproduksi, memasarkan, dan menjual mobil tersebut, sehingga kedua
belah pihak sama-sama untung. Sudah banyak ilmuwan yang mengeluh bahwa pemerintah
kurang memfasilitasi para ilmuwan sehingga para ilmuwan Indonesia lebih suka bekerja di luar
negeri. Sebenarnya di sini problemnya bukan hanya pada pemerintah, melainkan juga kurangnya
entrepreneur di Indonesia. Ketiga, bidang olahraga. Indonesia ini sebenarnya disebut-sebut
memiliki banyak calon atlet berbakat. Namun sayangnya pembinaan yang dilakukan masih
kurang. Contoh paling jelas, di Papua yang banyak memiliki atlet sepakbola berbakat, jumlah
sekolah sepakbola yang ada justru masih sangat minim. Di sinilah seharusnya peran

Page 8
entrepreneur: menciptakan sekolah sepakbola, klub bulutangkis, dan sebagainya. Keempat,
bidang infrastruktur. Kalau saja di Indonesia ada banyak entrepreneurship infrastruktur, pasti
bisa terjadi banyak kemajuan di infrastruktur Indonesia. Para entrepreneur bisa membuat MRT
atau monorel untuk mengatasi kemacetan, membangun jembatan antarpulau, dan sebagainya.
Selama ini, pembangunan infrastruktur tersebut masih terlalu banyak dibebankan pada
pemerintah, padahal dana APBN-APBD tersebut juga ada batasnya. Kelima, bidang
perekonomian. Apabila ada banyak entrepreneur, Indonesia tidak usah lagi selalu mengimpor ini
dan itu dari luar negeri. Sampai saat ini, Indonesia masih tidak bisa memproduksi mobil sendiri,
tidak bisa memproduksi komputer, tidak bisa memproduksi gadget-gadget elektronik, dsb.
Akibatnya semua serba impor. Seandainya di bangsa ini ada entrepreneur-entrepreneur handal
yang mendirikan perusahaan-perusahaan komputer, perusahaan mobil, perusahaan handphone
dsb, kita tidak perlu lagi terus-terusan impor; mungkin kita bahkan bisa mengekspornya. Jika ini
terjadi, devisa negara akan naik, rupiah akan menguat, dan tingkat kemakmuran masyarakat akan
meningkat. Terakhir, sektor pariwisata. Kita bisa mencontoh dari pak Ciputra yang berhasil
membangun Ancol menjadi tempat wisata yang sangat bagus. Contoh lainnya adalah kota Batu
(jawa Timur) yang sudah berhasil memiliki banyak tempat pariwisata bagus seperti Jatim Park
dan Batu Night Spectacular, berkat para pebisnis pariwisata. Indonesia ini masih memiliki
banyak sekali tempat yang berpotensi menjadi tempat pariwisata mancanegara, dan semuanya
butuh campur tangan dari para pebisnis. Indonesia juga memiliki banyak budaya daerah yang
sebenarnya merupakan magnet bagus bagi para wisatawan luar, sayangnya budaya daerah
tersebut belum digarap dengan baik. Kesimpulan saya, Indonesia membutuhkan banyak
entrepreneur untuk menjadi mitra pemerintah dalam memajukan bangsa ini. Memajukan
pembangunan bukanlah tanggung jawab pemerintah semata; rakyat juga harus memegang
peranan penting, dan jalan terbaik adalah melalui entrepreneurship. Pemerintah sendirian tidak
mungkin sanggup untuk mengurus begitu banyak sektor di bangsa Indonesia yang sedemikian
luas dan penduduknya sangat banyak. Saya mendorong pada para pembaca untuk lebih suka
menjadi entrepreneur/pebisnis daripada menjadi karyawan perusahaan, lalu memberi kontribusi
bagi bangsa melalui cara-cara yang saya paparkan di atas.  Saya juga berpikir bahwa pendidikan
entrepreneurship harus diajarkan pada para siswa sejak bangku SD atau SMP, supaya para siswa
memiliki mindset entrepreneur, dan lebih suka menjadi pebisnis daripada karyawan. Bangsa
Indonesia ini adalah bangsa yang diperbudak bangsa asing selama lebih dari 350 tahun, karena

Page 9
itu wajar jika mental bangsa ini masih merupakan mental karyawan, bukan mental pebisnis;
inilah yang harus secepatnya diubah secara bertahap melalui pendidikan entrepreneurship. Saya
sendiri juga sedang merintis usaha di bidang bisnis pendidikan sebagai langkah awal untuk
mewujudkan ini.

Page 10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Untuk memajukan ekonomi kerakyatan di Indonesia dapat diwujudkan dengan salah satu
kegiatan usaha. Kewirausahaan (entrepreneurship) sendiri adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Jadi,
kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambahan dipasar melalui
proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, seperti: Pengembangan
teknologi, penemuan pengetahuan ilmiah, perbaikan produk barang dan jasa yang ada.
Dalam kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal yang berwujud (tangible)
seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible) seperti modal
intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi agama. Secara garis
besar, modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu: modal Intelektual, modal
sosial dan moral, modal mental, modal mateial.
Untuk memajukan ekonomi kerakyatan perlu diadakannya pemberdayaan, pemberdayaan
adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, dan upaya untuk mengembangkannya.
Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan
hidup, dan dalam pengertian yang dinamis: mengembangkan diri dan mencapai kemajuan.
Memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang
tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Page 11

Anda mungkin juga menyukai