Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AIK

“MEMAHAMI MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP MUHAMMADIYAH”

Disusun oleh:

Nama : Rahmat hidayah Haeruddin


Nim : 201610130311017
Nama : Rakha Chandra dipa atmadjaya
Nim : 201610130311046
Nama : Moh. Fikri harsono
Nim : 201610130311053

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
PENDAHULUAN

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah diformulasikan sebagai butir-butir


yang dipelajari  di segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan kemuhammadiyahan, baik di
sekolah-sekolah, di kantor-kantor, serta dilapangan.

Matan ini selayaknya ada di setiap tempat tersebut, karena setiap butirnya mesti ditanamkan di
setiap hati para partisipan Muhammadiyah pada khusunya bahkan setiap muslim pada umumnya.

Namun lebih dari kata-kata diatas setiap butir matan keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah memang berisi segala pedoman-pedoman yang telah disadur dari ajaran Islam
itu sendiri, sehingga dari isinya diharapkan sejalan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam
yang dibawa oleh Rasulullah pada masanya.
Rumusan masalah

- Apa itu matan keyakinan Muhammadiyah

- Apa cita-cita dari muhammdiyah

- Bagaimana islam dalam keyakinan Muhammadiyah

- Apa saja arah usaha Muhammadiyah dalam bidang aqidah,ibadah,akhlak, dan muamalah
dunyawiyah
PEMBAHASAN

“MATAN KEYAKINAN DAN CITA – CITA HIDUP MUHAMMADIYAH”

Apa itu Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah?

Adalah sistem paham (ideologi) Muhammadiyah dalam memperjuangkan gerakan untuk


mencapai tujuan atau dengan kata lain substansi ideologis yang mengandung paham agama
yang fundamental.
Pernyataan misi Muhammadiyah dalam kehidupan, khususnya misi dan peran di tengah
kehidupan bangsa dan negara Indonesia.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, beraqidah
Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk
tewujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT,untuk melaksanakan
fungsi dan misi sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada
Rasul-Nya, sejak nabi Adam, Nuh, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada Nabi penututp
Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.

Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan :

1. Al-Qur’an                    : Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi


Muhammad SAW;
2. Sunnah Rasul             : Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an
yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai
dengan jiwa ajaran Islam.
3. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang :
Sejarah Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah

Rumusan Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah diangkat wacananya di


Mu’tamarMu hammadiyah ke-37 yang diselenggarakan pada tahun 1968 di kota
Yogyakarta.

Rumusan PP Muhammadiyah, dalam hal ini biro ideologi yang melaksanakan amanat dan
tugas dari Mu’tamar, seterusnya menyerahkan kepada sidang Tanwir yang berlangsung di
Ponorogo (1969) untuk disahkannya MKCH ini.

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah seperti yang telah dijelaskan diatas
merupakan suatu rumusan yang telah disetujui oleh orang-orang yang juga telah diakui
kredibilitasnya dalam Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo.

Maka dari itu isinyapun tidak perlu diragukan lagi, namun seperti apa kata pepatah pasti
tidak ada gading yang tak retak apalagi mengenai sesuatu yang diciptakan manusia pastilah
tidak ada yang sempurna.

Sistematika Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah

MKCH terbagi menjadi 3 bagian:

™ Pokok persoalan ideologis sesuai yang termaktub pada poin 1 dan 2 MKCH.

™ Persoalan mengenai faham agama sesuai yang termaktub dalam poin 3 dan 4.

™ Persoalan mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam masyarakat NKRI


termaktub pada poin 5.

    

 
Deskripsi tentang arah usaha Muhammadiyah dalam bidang aqidah,ibadah,dan
muamalah dunyawiyah

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan misi dakwah dan tajdid untuk
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Bagi Muhammadiyah Islam merupakan
nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam seluruh denyut-nadi
gerakan. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam sebagai risalah yang dibawa para Nabi
hingga Nabi akhir zaman Muhammad s.a.w. adalah agama Allah yang lengkap dan sempurna.
Islam selain mengandung ajaran berupa perintah-perintah dan larangan-larangan tetapi juga
petunjuk-petunjuk untuk keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat.

Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-


nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam
pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah
dan ruhaniah. Adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk
mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam
perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al-hadlarah), yang
kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan.Islam yang berkemajuan memancarkan
pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis
merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi
sebagaimana terkandung dalam pesan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 104 dan 110 yang menjadi
inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis Islam yang berkemajuan untuk pencerahan
merupakan bentuk transformasi Al-Ma’un untuk menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual
dalam pergulatan hidup keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Transformasi Islam
bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar meneguhkan dan
memperluas pandangan keagamaan yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah dengan
mengembangkan ijtihad di tengah tantangan kehidupan modern abad ke-21 yang sangat
kompleks.

Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian,


keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat
manusia. Islam yang menjunjungtinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan
tanpa diksriminasi. Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan,
antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi
seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta
berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan
keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat
manusia di muka bumi.

Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang
berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang
berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi
kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang
muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam
yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan
kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan
hidup umat manusia.

Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka


Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang
ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam
mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam.
Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang
mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan
Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-
Sunnah (al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman.

Karakter Islam yang berkemajuan untuk pencerahan peradaban telah memberikan kekuatan yang
dinamis dalam menghadapkan Islam dengan perkembangan zaman. Dalam penghadapan Islam
atas realitas zaman itu dikembangkan ijtihad dengan penggunaan akal pikiran dan ilmu
pengetahuan sebagai instrumen kemajuan, sehingga Islam benar-benar menjadi agama bagi
kehidupan yang bersifat kontekstual tanpa kehilangan pijakannya yang autentik pada sumber
ajaran. Ijtihad dan tajdid dalam gerakan Muhammadiyah sejak awal menemukan ruang artikulasi
dalam kontekstualisasi ajaran Islam sebagaimana dikembangkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Adapun rasionalisasi memperoleh bingkai yang kokoh sebagaimana disebut pendiri
Muhammadiyah sebagai “akal pikiran yang yang suci”, sedangkan dalam Matan Keyakinan dan
Cita-Cita Hidup Muhammadiyah disebut “akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam”.

Muhammadiyah memandang bahwa Islam dalam pergumulan dengan kehidupan sepanjang


zaman harus diwujudkan dalam amal. Islam sangat menjunjung tinggi amal sejajar dengan iman
dan ilmu, sehingga Islam hadir dalam paham keseimbangan sekaligus membumi dalam
kehidupan. Dalam kehidupan yang konkret tidak ada manifestasi lain dari Islam kecuali dalam
amal. Kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang dididirikannya memelopori penafsirkan
ulang doktrin Islam secara nyata untuk perubahan sebagaimana tercermin dalam teologi Al-
Ma’un. Dari teologi Al-Ma’un lahir transformasi Islam untuk mengubah kehidupan yang
bercorak membebaskan, memberdayakan, dan memajukan. Model pemahaman doktrin Islam dan
penafsirannya yang implementatif itu menunjukkan daya hidup dan kemampuan Muhammadiyah
dalam merumuskan ulang pesan-pesan dan nilai-nilai Islam yang responsif dengan problematika
kemanusiaan, serta berdialog dengan realitas zaman secara cerdas dan mencerahkan.

Muhammadiyah memahami bahwa Islam memiliki pandangan tentang masyarakat yang dicita-
citakan, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam pesan Al- Quran (QS. Ali Imran
ayat 110; Al Baqarah ayat 143), masyarakat Islam yang diidealisasikan merupakan
perwujudan khaira ummah (umat terbaik) yang memiliki posisi dan peran ummatan
wasatha  (umat tengahan), dan syuhada ‘ala al-nas (pelaku sejarah) dalam kehidupan manusia.
Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang di dalamnya ajaran Islam berlaku dan menjiwai
seluruh bidang kehidupan yang dicirikan oleh ber-Tuhan dan beragama, berpersaudaraan,
berakhlak dan beradab, berhukum syar’i, berkesejahteraan, bermusyawarah, berihsan,
berkemajuan, berkepemimpinan, dan berketertiban. Dengan demikian masyarakat Islam
menampilkan corak yang bersifat tengahan, yang melahirkan format kebudayaan dan peradaban
yang berkeseimbangan.

Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan


masyarakat madani (civil-society) yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, bermartabat,
berdaulat, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah) yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah.
Masyarakat Islam sebagai kekuatan madaniyah (masyarakat madani) menjunjungtinggi
kemajemukan agama dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh elemen masyarakat,
perdamaian dan nir-kekerasan, serta menjadi tenda besar bagi golongan dan kelompok
masyarakat tanpa diskriminasi. Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah
merupakan masyarakat yang terbaik yang mampu melahirkan peradaban yang utama sebagai
alternatif yang membawa pencerahan hidup umat manusia di tengah pergulatan zaman.***

1. Bidang Aqidah

Aqidah Islam menurut Muhamadiyah dirumuskan sebagai konsekuensi logis dari gerakannya.
Formulasi aqidah yang dirumuskan dengan merujuk langsung kepada suber utama ajaran Islam
itu disebut ‘aqidah shahihah,  yang menolak segala bentuk campur tangan pemikiran teologis.
Karakteristik aqidah Muhammadiyah itu secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, nash sebagai dasar rujukan. Semangat kembali kepada Alquran dan Sunnah
sebenarnya sudah menjadi tema umm pada setiap gerakan pembaharuan. Karena diyakini
sepenuhnya bahwa hanya dengan berpedoman pada kedua sumber utama itulah ajaran Islam
dapat hidup dan berkembang secara dinamis. Muhammadiyah juga menjadikan hal ini sebagai
tema sentral gerakannya, lebih-lebih dalam masalah ‘aqidah, seperti dinyatakan: “Inilah pokok-
pokok ‘aqidah yang benar itu, yang terdapat dalam Alquran dan dikuatkan dengan
pemberitaan-pemberitaan yang mutawatir.”

Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa sumber aqidah Muhammadiyah adalah alquran
dan Sunnah yang dikuatkan dengan berita-berita yang mutawatir. Ketentuan ini juga dijelaskan
lagi dalam pokok-pokok Manhaj Tarjih sebagai berikut: “(5) Di dalam masalah aqidah hanya
dipergunakan dalil-dalil yang mutawatir, (6) Dalil-dalil umum Alquran dapat ditakhsis dengan
hadits ahad, kecuali dalam bidang aqidah, (16) dalam memahami nash, makna zhahir
didahulukan daripada ta’wil dalam bidang aqidah dan takwil sahabat dalam hal itu tidak harus
diterima.”

Ketentuan-ketentuan di atas jelas menggambarkan bahwa secara tegas aqidah Muhammadiyah


bersumber dari Alquran dan Sunnah tanpa interpretasi filosofis seperti yang terdapat dalam
aliran-aliran teologi pada umumna. Sebagai konsekuensi dari penolakannya terhadap pemikiran
filosofis ini, maka dalam menghadapi ayat-ayat yang berkonotasi mengundang perdebatan
teologis dalam pemaknaannya, Muhammadiyah bersikap tawaqquf seperti halnya kaum salaf.

Kedua, keterbatasan peranan akal dalam soal aqida Muhammadiyah termasuk kelompok yang
memandang kenisbian akal dalam masalah aqidah. Sehingga formulasi posisi akal sebagai
berikut “Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak tercapai pengertian oleh
akal dalam hal kepercayaan, sebab akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang
Dzat Allah dan hubungan-Nya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya.”

Ketiga,  kecondongan berpandangan ganda terhadap perbuatan manusia. Pertama, segala


perbuatan telah ditentukan oleh Allah dan manusia hanya dapat berikhtiar. Kedua, jika ditinjau
dari sisi manusia perbuatan manusia merupakan hasil usaha sendiri. Sedangkan bila ditinjau dari
sis Tuhan, perbuatan manusia merupakan ciptaan Tuhan.

Keempat, percaya kepada qadha’  dan qadar. Dalam Muhammdiyah qadha’ dan qadar diyakini


sebagai salah satu pokok aqidah yang terakhir dari formulasi rukun imannya, dengan mengikuti
formulasi yang diberikan oleh hadis mengenai pengertian Islam, Iman dan Ihsan.

Kelima, menetapkan sifat-sifat Allah. Seperti halnya pada aspek-aspek aqidah lainnya,


pandangan Muhammadiyah mengenai sifat-sifat Allah tidak dijelaskan secara mendetail.
Keterampilan yang mendekati kebenaran Muhammadiyah tetap cenderung kepada aqidah salaf.

2. Bidang Akhlak

Mengingat pentingnya akhlaq dalam kaitannya dengan keimanan seseorang, maka


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga dengan tegas menempatkan akhlaq sebagai salah
satu sendi dasar sikap keberagamaannya. Dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah  dijelaskan “Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia
dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi pada
nilai-nilai ciptaan manusia.”

Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Imam
Ghazali). Nilai dan perilaku baik dan burruk seperti sabar, syukur, tawakal, birrul walidaini,
syaja’ah dan sebagainya (Al-Akhlaqul Mahmudah) dan sombong, takabur, dengki, riya’, ‘uququl
walidain dan sebagainya (Al-Akhlaqul Madzmuham).

Mengenai Muhammadiyah menjadikan akhlaq sebagai salah satu garis perjuangannya, hal ini
selain secara tegas dinyatakan dalam nash, juga tidak dapat dipisahkan dari akar historis yang
melatarbelakangi kelahirannya. Kebodohan, perpecahan di antara sesama orang Islam,
melemahnya jiwa santun terhadap dhu’afa’, pernghormatan yang berlebi-lebihan terhadap orang
yang dianggap suci dan lain-lain, adalah bentuk realisasi tidak tegaknya ajaran akhlaqul
karimah.
Untuk menghidupkan akhlaq yang islami, maka Muhammadiyah berusaha memperbaiki dasar-
dasar ajaran yang sudah lama menjadi keyakinan umat Islam, yaitu dengan menyampaikan
ajaran yang benar-benar berdasar pada ajaran Alquran dan Sunnah Maqbulah, membersihkan
jiwa dari kesyirikan, sehingga kepatuhan dan ketundukan hanya semata-mata kepada Allah.
Usaha tersebut ditempuh melalui pendidikan, sehingga sifat bodoh dan inferoritas berangsur-
angsur habis kemudian membina ukhuwah antar sesame muslim yang disemangati oleh Surat Ali
Imron ayat 103.

Adapun sifat-sifat akhlak Islam dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Akhlaq Rabbani : Sumber akhlaq Islam itu wahyu Allah yang termaktub dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah, bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlaq
Islamlah moral yang tidak bersifat kondisional dan situasional, tetapi akhlaq yang memiliki
nilai-nilai yang mutlak. Akhlaq rabbanilah yang mampu menghindari nilai moralitas dalam
hidup manusia (Q.S.) Al-An’am / 6 : 153).
2. Akhlak Manusiawi. Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi fitrah manusia. Jiwa
manusia yang merindukan kebaikan, dan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam
Islam. Akhlaq Islam benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat
sesuai dengan fitrahnya.
3. Akhlak Universal. Sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan menyangkut segala
aspek kehidupan manusia baik yang berdimensi vertikal, maupun horizontal. (Q.S. Al-
An’nam : 151-152).
4. Akhlak Keseimbangan. Akhlaq Islam dapat memenuhi kebutuhan sewaktu hidup di dunia
maupun di akhirat, memenuhi tuntutan kebutuhan manusia duniawi maupun ukhrawi secara
seimbang, begitu juga memenuhi kebutuhan pribadi dan kewajiban terhadap masyarakat,
seimbang pula. (H.R. Buhkori).
5. Akhlaq Realistik. Akhlaq Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia walaupun
manusia dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk lain,
namun manusia memiliki kelemahan-kelemahan itu yaitu sangat mungkin melakukan
kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu Allah memberikan kesempatan untuk bertaubat. Bahkan
dalam keadaan terpaksa. Islam membolehkan manusia melakukan yang dalam keadaan biasa
tidak dibenarkan. (Q.S. Al- Baqarah / 27 : 173)
3. Bidang Mu’amalah Dunyawiyah

Mua’malah : Aspek kemasyarakatan yang mengatur pegaulan hidup manusia diatas bumi ini,
baik tentang harta benda, perjanjian-perjanjian, ketatanegaraan, hubungan antar negara dan lain
sebagainya.

Di dalam prinsip-prinsip Majlis Tarjih poin 14 disebutkan “Dalam hal-hal termasuk Al-Umurud


Dunyawiyah yang tidak termasuk tugas para nabi, menggunakan akal sangat diperlukan, demi
untuk tercapainya kemaslahatan umat.”

Adapun prinsip-prinsip mu’amalah dunyawiyah  yang terpenting antara lain:

1. Menganut prinsip mubah.
2. Harus dilakukan dengan saling rela artinya tidak ada yang dipaksa.
3. Harus saling menguntungkan. Artinya mu’amalah dilakukan untuk menarik mamfaat dan
menolak kemudharatan.
4. Harus sesuai dengan prinsip keadilan.
PENUTUP 

KESIMPULAN

Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah adalah suatu sistem paham Organisasi
Muhammadiyah dalam memperjuangkan  gerakan untuk mencapai tujuan atau dengan kata lain
substansi ideologis yang mengandung paham agama yang fundamental.

Matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah merupakan keputusan tanwir pada tahun
1969 di Ponorogo dan Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah:

1. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta;


2. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta.

MKCH terbagi menjadi 3 bagian:

 Pokok persoalan ideologis sesuai yang termaktub pada poin 1 dan 2 MKCH


 Persoalan mengenai faham agama sesuai yang termaktub dalam poin 3 dan 4
 Persoalan mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam masyarakat NKRI termaktub
pada poin 5

Dan arah usaha Muhammadiyah terbagi dalam bidang


- Aqidah
- Ibadah
- Muamalah dunyawiyah
Daftar pustaka
Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua/Zhawahir Al-Afkar Al-Muhammadiyah

Noeng Muhadjir,”Dinamika Pendidikan Muhammadiyah”, dalam Imron Nazri (Ed), Di Seputar


Pendidikan Dalam Muhammadiyah, (Yogyakarta: Pustaka SM, 1994)

H.S. Prodjokusuma, Pendidikan Muhammadiyah Pendidikan Nasional Berciri Islam dan


Generasi Siap Maju, (Jakarta: ABM, 1989)

Anda mungkin juga menyukai