Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
PENDAHULUAN
Matan ini selayaknya ada di setiap tempat tersebut, karena setiap butirnya mesti ditanamkan di
setiap hati para partisipan Muhammadiyah pada khusunya bahkan setiap muslim pada umumnya.
Namun lebih dari kata-kata diatas setiap butir matan keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah memang berisi segala pedoman-pedoman yang telah disadur dari ajaran Islam
itu sendiri, sehingga dari isinya diharapkan sejalan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam
yang dibawa oleh Rasulullah pada masanya.
Rumusan masalah
- Apa saja arah usaha Muhammadiyah dalam bidang aqidah,ibadah,akhlak, dan muamalah
dunyawiyah
PEMBAHASAN
Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, beraqidah
Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk
tewujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT,untuk melaksanakan
fungsi dan misi sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada
Rasul-Nya, sejak nabi Adam, Nuh, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada Nabi penututp
Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.
Rumusan PP Muhammadiyah, dalam hal ini biro ideologi yang melaksanakan amanat dan
tugas dari Mu’tamar, seterusnya menyerahkan kepada sidang Tanwir yang berlangsung di
Ponorogo (1969) untuk disahkannya MKCH ini.
Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah seperti yang telah dijelaskan diatas
merupakan suatu rumusan yang telah disetujui oleh orang-orang yang juga telah diakui
kredibilitasnya dalam Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo.
Maka dari itu isinyapun tidak perlu diragukan lagi, namun seperti apa kata pepatah pasti
tidak ada gading yang tak retak apalagi mengenai sesuatu yang diciptakan manusia pastilah
tidak ada yang sempurna.
Persoalan mengenai faham agama sesuai yang termaktub dalam poin 3 dan 4.
Deskripsi tentang arah usaha Muhammadiyah dalam bidang aqidah,ibadah,dan
muamalah dunyawiyah
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan misi dakwah dan tajdid untuk
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Bagi Muhammadiyah Islam merupakan
nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam seluruh denyut-nadi
gerakan. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam sebagai risalah yang dibawa para Nabi
hingga Nabi akhir zaman Muhammad s.a.w. adalah agama Allah yang lengkap dan sempurna.
Islam selain mengandung ajaran berupa perintah-perintah dan larangan-larangan tetapi juga
petunjuk-petunjuk untuk keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat.
Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang
berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang
berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi
kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang
muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam
yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan
kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan
hidup umat manusia.
Karakter Islam yang berkemajuan untuk pencerahan peradaban telah memberikan kekuatan yang
dinamis dalam menghadapkan Islam dengan perkembangan zaman. Dalam penghadapan Islam
atas realitas zaman itu dikembangkan ijtihad dengan penggunaan akal pikiran dan ilmu
pengetahuan sebagai instrumen kemajuan, sehingga Islam benar-benar menjadi agama bagi
kehidupan yang bersifat kontekstual tanpa kehilangan pijakannya yang autentik pada sumber
ajaran. Ijtihad dan tajdid dalam gerakan Muhammadiyah sejak awal menemukan ruang artikulasi
dalam kontekstualisasi ajaran Islam sebagaimana dikembangkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Adapun rasionalisasi memperoleh bingkai yang kokoh sebagaimana disebut pendiri
Muhammadiyah sebagai “akal pikiran yang yang suci”, sedangkan dalam Matan Keyakinan dan
Cita-Cita Hidup Muhammadiyah disebut “akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam”.
Muhammadiyah memahami bahwa Islam memiliki pandangan tentang masyarakat yang dicita-
citakan, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam pesan Al- Quran (QS. Ali Imran
ayat 110; Al Baqarah ayat 143), masyarakat Islam yang diidealisasikan merupakan
perwujudan khaira ummah (umat terbaik) yang memiliki posisi dan peran ummatan
wasatha (umat tengahan), dan syuhada ‘ala al-nas (pelaku sejarah) dalam kehidupan manusia.
Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang di dalamnya ajaran Islam berlaku dan menjiwai
seluruh bidang kehidupan yang dicirikan oleh ber-Tuhan dan beragama, berpersaudaraan,
berakhlak dan beradab, berhukum syar’i, berkesejahteraan, bermusyawarah, berihsan,
berkemajuan, berkepemimpinan, dan berketertiban. Dengan demikian masyarakat Islam
menampilkan corak yang bersifat tengahan, yang melahirkan format kebudayaan dan peradaban
yang berkeseimbangan.
1. Bidang Aqidah
Aqidah Islam menurut Muhamadiyah dirumuskan sebagai konsekuensi logis dari gerakannya.
Formulasi aqidah yang dirumuskan dengan merujuk langsung kepada suber utama ajaran Islam
itu disebut ‘aqidah shahihah, yang menolak segala bentuk campur tangan pemikiran teologis.
Karakteristik aqidah Muhammadiyah itu secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, nash sebagai dasar rujukan. Semangat kembali kepada Alquran dan Sunnah
sebenarnya sudah menjadi tema umm pada setiap gerakan pembaharuan. Karena diyakini
sepenuhnya bahwa hanya dengan berpedoman pada kedua sumber utama itulah ajaran Islam
dapat hidup dan berkembang secara dinamis. Muhammadiyah juga menjadikan hal ini sebagai
tema sentral gerakannya, lebih-lebih dalam masalah ‘aqidah, seperti dinyatakan: “Inilah pokok-
pokok ‘aqidah yang benar itu, yang terdapat dalam Alquran dan dikuatkan dengan
pemberitaan-pemberitaan yang mutawatir.”
Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa sumber aqidah Muhammadiyah adalah alquran
dan Sunnah yang dikuatkan dengan berita-berita yang mutawatir. Ketentuan ini juga dijelaskan
lagi dalam pokok-pokok Manhaj Tarjih sebagai berikut: “(5) Di dalam masalah aqidah hanya
dipergunakan dalil-dalil yang mutawatir, (6) Dalil-dalil umum Alquran dapat ditakhsis dengan
hadits ahad, kecuali dalam bidang aqidah, (16) dalam memahami nash, makna zhahir
didahulukan daripada ta’wil dalam bidang aqidah dan takwil sahabat dalam hal itu tidak harus
diterima.”
Kedua, keterbatasan peranan akal dalam soal aqida Muhammadiyah termasuk kelompok yang
memandang kenisbian akal dalam masalah aqidah. Sehingga formulasi posisi akal sebagai
berikut “Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak tercapai pengertian oleh
akal dalam hal kepercayaan, sebab akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang
Dzat Allah dan hubungan-Nya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya.”
2. Bidang Akhlak
Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Imam
Ghazali). Nilai dan perilaku baik dan burruk seperti sabar, syukur, tawakal, birrul walidaini,
syaja’ah dan sebagainya (Al-Akhlaqul Mahmudah) dan sombong, takabur, dengki, riya’, ‘uququl
walidain dan sebagainya (Al-Akhlaqul Madzmuham).
Mengenai Muhammadiyah menjadikan akhlaq sebagai salah satu garis perjuangannya, hal ini
selain secara tegas dinyatakan dalam nash, juga tidak dapat dipisahkan dari akar historis yang
melatarbelakangi kelahirannya. Kebodohan, perpecahan di antara sesama orang Islam,
melemahnya jiwa santun terhadap dhu’afa’, pernghormatan yang berlebi-lebihan terhadap orang
yang dianggap suci dan lain-lain, adalah bentuk realisasi tidak tegaknya ajaran akhlaqul
karimah.
Untuk menghidupkan akhlaq yang islami, maka Muhammadiyah berusaha memperbaiki dasar-
dasar ajaran yang sudah lama menjadi keyakinan umat Islam, yaitu dengan menyampaikan
ajaran yang benar-benar berdasar pada ajaran Alquran dan Sunnah Maqbulah, membersihkan
jiwa dari kesyirikan, sehingga kepatuhan dan ketundukan hanya semata-mata kepada Allah.
Usaha tersebut ditempuh melalui pendidikan, sehingga sifat bodoh dan inferoritas berangsur-
angsur habis kemudian membina ukhuwah antar sesame muslim yang disemangati oleh Surat Ali
Imron ayat 103.
1. Akhlaq Rabbani : Sumber akhlaq Islam itu wahyu Allah yang termaktub dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah, bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlaq
Islamlah moral yang tidak bersifat kondisional dan situasional, tetapi akhlaq yang memiliki
nilai-nilai yang mutlak. Akhlaq rabbanilah yang mampu menghindari nilai moralitas dalam
hidup manusia (Q.S.) Al-An’am / 6 : 153).
2. Akhlak Manusiawi. Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi fitrah manusia. Jiwa
manusia yang merindukan kebaikan, dan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam
Islam. Akhlaq Islam benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat
sesuai dengan fitrahnya.
3. Akhlak Universal. Sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan menyangkut segala
aspek kehidupan manusia baik yang berdimensi vertikal, maupun horizontal. (Q.S. Al-
An’nam : 151-152).
4. Akhlak Keseimbangan. Akhlaq Islam dapat memenuhi kebutuhan sewaktu hidup di dunia
maupun di akhirat, memenuhi tuntutan kebutuhan manusia duniawi maupun ukhrawi secara
seimbang, begitu juga memenuhi kebutuhan pribadi dan kewajiban terhadap masyarakat,
seimbang pula. (H.R. Buhkori).
5. Akhlaq Realistik. Akhlaq Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia walaupun
manusia dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk lain,
namun manusia memiliki kelemahan-kelemahan itu yaitu sangat mungkin melakukan
kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu Allah memberikan kesempatan untuk bertaubat. Bahkan
dalam keadaan terpaksa. Islam membolehkan manusia melakukan yang dalam keadaan biasa
tidak dibenarkan. (Q.S. Al- Baqarah / 27 : 173)
3. Bidang Mu’amalah Dunyawiyah
Mua’malah : Aspek kemasyarakatan yang mengatur pegaulan hidup manusia diatas bumi ini,
baik tentang harta benda, perjanjian-perjanjian, ketatanegaraan, hubungan antar negara dan lain
sebagainya.
1. Menganut prinsip mubah.
2. Harus dilakukan dengan saling rela artinya tidak ada yang dipaksa.
3. Harus saling menguntungkan. Artinya mu’amalah dilakukan untuk menarik mamfaat dan
menolak kemudharatan.
4. Harus sesuai dengan prinsip keadilan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah adalah suatu sistem paham Organisasi
Muhammadiyah dalam memperjuangkan gerakan untuk mencapai tujuan atau dengan kata lain
substansi ideologis yang mengandung paham agama yang fundamental.
Matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah merupakan keputusan tanwir pada tahun
1969 di Ponorogo dan Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah: