Anda di halaman 1dari 15

Pendahuluan 

Dalam penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan


sumberdaya yang handal dan berkompetensi. Seorang individu memerlukan
pendidikan mumpuni yang selayaknya telah mulai dipupuk sejak anak berusia dini
bahkan sejak anak masih berada dalam kandungan.
Pentingnya stimulasi pendidikan anak sejak usia dini didukung oleh hasil penelitian
yang menyatakan bahwa pada umur 4 tahun, anak telah mencapai separuh dari
kemampuan kecerdasannya, dan pada umur 8 tahun mencapai 80%. Setelah umur 8
tahun, tanpa melihat bentuk pendidikannya dan lingkungan yang diperoleh,
kemampuan kecerdasan anak hanya dapat diubah sebanyak 20%. Dari hasil penelitian
tersebut berarti bahwa selama usia 4 tahun pertama dari kehidupan anak dan dari usia
4-8 tahun kecerdasan anak sudah berkembang sebanyak 80%. Hal ini menunjukkan
betapa pesatnya pertumbuhan otak anak pada tahun-tahun tersebut.
Demikian pesatnya dan pentingnya perkembangan yang terjadi pada masa-masa awal
kehidupan anak sehingga masa awal ini dikatakan sebagai masa emas (golden
age). Masa ini hanya terjadi satu kali dalam kehidupan dan tidak dapat ditangguhkan
pada periode berikutnya. Inilah yang menyebabkan masa anak sangat penting dalam
kehidupan manusia. Karena itu, anak harus dipersiapkan dengan cara dibina dan
dikembangkan agar berkembang optimal. Dalam konteks mempersiapkan generasi
penerus berkualitas itulah pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peranan amat
penting.
Berkenaan dengan hal tersebut, dibutuhkan peranan yang besar dari pendidik yakni
orangtua dan guru. Peran orangtua sudah tentu sangat penting, begitu juga guru di
sekolah. Guru merupakan orangtua kedua anak dalam pendidikan.Untuk itu seorang
guru haruslah orang-orang yang memiliki integritas yang tinggi dalam mendidik
anak. Mereka harus memiliki visi dan misi yang jelas tentang pendidikan, yang
disertai oleh kecakapan dan bekal ilmu yang cukup untuk mendidik anak sebagai
generasi penerus bangsa.
Guru atau pun pamong bagi anak usia dini, haruslah memiliki latar belakang
pendidikan yang sesuai, agar penanganan anak tidak menjadi salah arah. Karena
pendidikan yang diterima anak sejak usia dini merupakan pondasi awal dalam pem-
bentukan dan pengembangan anak selanjutnya.
Fenomena yang terjadi selama ini seringkali terlihat di lembaga-lembaga anak usia
dini baik di taman kanak-kanak, Kelompok bermain (play group), tempat penitipan
anak (TPA) serta satuan PAUD sejenis lainnya seperti lembaga PAUD yang akhir-
akhir ini mulai menjamur, terlihat sebagian besar para guru atau pamong memiliki
latar belakang pendidikan yang kurang memadai. Ada kesan siapa saja boleh menjadi
guru atau pamong dilembaga PAUD. Hal itu memungkinkan terjadinya kesalahan-
kesalahan dalam menangani anak karena latar belakang pendidikan yang tidak sesuai
atau kurang memadainya pendidikan dan keterampilan para guru atau para pamong
tersebut. Misalnya dalam berkomunikasi dengan anak pamong atau guru seringkali
kurang mampu menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak. Hal itu tidak bisa
dibiarkan berlarut-larut, karena akan berimplikasi pada perkembangan anak ke tahap
selanjutnya.
Untuk itu dalam membimbing anak usia dini, diperlukan kemampuan komunikasi
untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada anak agar dapat berkembang
secara optimal. Maka tiap anak perlu mendapatkan stimulasi yang cukup sejak
dini. Dellales menyatakan bahwa yang menarik tentang berkomunikasi adalah bahwa
di dalam berkomunikasi terkandung cara-cara yang sistematik dan
terstruktur. Kesistematikan ini yang menjadikan suatu bahasa yang digunakan ketika
seseorang berbicara atau berkomunikasi mudah dipahami baik oleh pendengar
terhadap pembicara ataupun sebaliknya sekalipun itu diungkapkan secara spontan.
Peran guru sangat diperlukan dalam hal ini. Upaya pengembangan tersebut dapat
dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara
menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang
lain dan lingkungan. Atas dasar hal tersebut diatas, maka kurikulum dikembangkan
dan disusun berdasarkan tahap perkembangan anak untuk mengembangkan seluruh
potensi anak melalui kemampuan berkomunikasi yang proporsional.
Pembahasan a. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
NAEYC (National Association for the Education of Young Children) dalam
NAEYCPosition Statement mengatakan bahwa program pendidikan anak usia dini
adalah program pada sekolah, pusat atau lembaga lain yang memberikan layanan bagi
anak sejak lahir hingga usia 8 tahun. Program tersebut termasuk penitipan anak,
penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik
swasta maupun negeri, taman kanak-kanak dan sekolah dasar.Dalam pelayanannya
mereka mengelompokkan usia anak dalam 0-3 tahun, 3-5 tahun dan 6-8 tahun.
Di Indonesia berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas anak usia dini
adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun. Adapun berdasarkan para pakar
pendidikan misalnya menurut Ebbeck (Hibana, 2005) menyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur 8 tahun. Essa
menyatakan hal yang sama bahwa pendidikan anak usia dini adalah kelompok
manusia yang berusia 0-8 tahun (Dedi supriyadi 2003).
Kelompok anak yang berusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
bersifat unik. Artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya fikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecer-
dasan spritual ), sosio-emosional (sikap dan prilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan tingkat
perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Selanjunya pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk men-
stimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang meng-
hasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Sesuai dengan keunikan dan per-
tumbuhan anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini.
Berdasarkan paparan diatas, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu proses
pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir hingga 8 tahun secara menyeluruh, yang
mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkem-
bangan jasmani, rohani (moral dan spritual), motorik dan akal pikir, emosional dan
sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan
kesehatan, pemberian nutrisi dan penyediaan kesempatan-kesempatan yang luas untuk
mengeksplorasi dan belajar secara aktif.
b. Selayang Pandang Pendidikan Anak Usia Dini saat ini di Indonesia 
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: Tujuan utama,
untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan
yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di
masa dewasa. Tujuan penyerta, untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar (akademik) di sekolah.
Laporan UNESCO mengatakan bahwa, akses bagi anak kurang mampu terhadap
pendidikan dan layanan usia dini masih sangat terbatas. Laporan UNESCO itu juga
menegaskan perlunya investasi yang lebih besar untuk menempatkan program anak
usia dini di dalam strategi nasional bidang sosial, ekonomi, maupun, pembangunan
nasional.
Beberapa studi menunjukkan bahwa pendidikan usia dini sangat penting dan studi
selama 40 tahun menyebutkan investasi pendidikan yang dilakukan sejak usia dini,
ternyata bisa menghasilkan pendapatan 13 kali lebih besar dibanding anak-anak yang
tidak mendapatkan pendidikan usia dini. Laporan tersebut perlu mendapat perhatian
Pemerintah Indonesia untuk perencanaan pembangunan pendidikan jangka panjang.
Dalam konteks mempersiapkan generasi penerus berkualitas pendidikan anak usia
dini (PAUD) memegang peranan amat penting. Di negara lain pendidikan anak usia
dini telah mendapat perhatian sejak lama. Di Singapura dan Korea Selatan, misalnya,
hampir semua anak berusia dini atau 0-6 tahun telah memperoleh pendidikan.
Di Indonesia pendidikan anak usia dini baru beberapa tahun terakhir ini menjadi isu
nasional dan mulai mendapatkan perhatian pemerintah. Tak mengherankan jika dari
sekitar 28 juta anak usia 0-6 tahun baru 73% atau sekitar 20,4 juta belum mengenyam
pendidikan usia dini. Sisanya atau sekitar 7,5 juta anak sudah memperoleh pendidikan
usia dini, antara lain berupa membaca dan berhitung.
Hakikat Komunikasi Efektif 
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
latincommunicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama disini
maksudnya adalah sama makna. Komunikasi sebagai kata benda
(noun),communication, berarti : (1) pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan
informasi; (2) proses pertukaran antara individu melalui sistem simbol-simbol yang
sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan ; dan (4) ilmu pengetahuan tentang
informasi (Stuart, 1983).
Beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa pakar:

1. William Albig, menyatakan “komunikasi adalah proses pengoperan lambang-


lambang yang berarti antara individu”. (communication is the prosses of trans-
mittingmeoninfull symbols between individuals-buku publik opinion).
2. Onong Uchyana Effendy, dalam bukunya Komunikasi: teori dan praktek,
mengatakan “komunikasi hakekatnya adalah proses penyimpanan pikiran atau
perasaan oleh komunikator kepada komunikan”.
3. Bennard Berelson dan Gary A. Steinner mendefinisikan komunikasi
“Communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by
the uses of symbol…” (komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya
disebut komunikasi).
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa: informasi, berupa
lambang, gambaran jadi stimulans; persuasi, proses pemindahan, hendak mencapai
satu sasaran sedangkan pesan atau message adalah wujud dan proses pengoperannya.
Jadi kalau dua orang terlibat dalam komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama
ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan
makna. Percakapan dikatakan komunikatif apabila orang yang terlibat dalam
komunikasi mengerti bahasa yang digunakan juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan. Komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti
dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham
atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.
Pengertian berbicara atau berkomunikasi menurut Vygotsky adalah cara-cara
penyampaian informasi secara lisan dengan menggunakan bahasa sebagai sarana
komunikasi yang pengembangannya berdasarkan daya imajinasi manusia. Pendapat
tersebut menjelaskan bahwa berbicara merupakan komunikasi lisan untuk
menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan. Sependapat dengan
pemikiran tersebut Desalles memaparkan bahwa berbicara atau berkomunikasi adalah
proses pengekspresian pikiran atau perasaan dengan bahasa lisan. Quirk
mengemukakan bahwa berbicara atau berkomunikasi adalah mengemukakan pikiran
bahwa berbicara pada dasarnya adalah mengekspresikan pikiran atau gagasan dengan
menggunakan suara.Hampir senada dengan pendapat tersebut, Lado menyatakan
bahwa berbicara merupakan kesanggupan seseorang untuk mengekspresikan situasi
tertentu, menceritakan, melaporkan sesuatu secara tepat dan lancar.
Menurut Fries, berbicara atau berkomunikasi merupakan tahap awal atau permulaan
seseorang untuk menguasai suatu bahasa. Dengan demikian, dapat dipahami betapa
pentingnya keterampilan berkomunikasi bagi seseorang.Selanjutnya, Dunbar,
sebagaimana dikutip oleh Dessales menguraikan bahwa pada umumnya 20% kegiatan
sehari-hari manusia dihabiskan untuk berbicara.Dengan demikian manusia
menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, dalam hal ini berbicara yang
mengandung tata cara yang sistematik atau terstruktur. Cara-cara yang sistematik atau
terstruktur ini akan memudahkan pendengar untuk memahami apa yang hendak
pembicara sampaikan sekalipun hal tersebut disampaikan secara spontan.
Komunikasi mensyaratkan bahwa pendidik (sebagai sumber) harus berupaya agar
pesan yang diutarakannya benar–benar mengena dan membuat anak
tertarik. Ketertarikan ini akan menumbuhkan minat anak untuk belajar dan
mengembangkan potensi pribadinya. Kekuatan dari komunikasi sangatlah penting
dalam belajar. Pandangan lain mengatakan komunikasi adalah penyampaian informasi
dari komunikator sebagai penerima informasi. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran
Saleh yang mengatakan bahwa seseorang yang berhasil dalam belajar adalah orang
yang tidak hanya mampu menggunakan bahasa secara tertulis melainkan juga secara
lisan. Keterampilan berkomunikasi atau berbicara merupakan hal yang sangat penting,
karena untuk menguasai sesuatu keterampilan berkomunikasi merupakan dasar dari
penguasaan berbagai potensi tersebut.
Adapun tujuan berkomunikasi adalah, munculnya: (1) Perubahan sikap (attitude
change), (2) Perubahan pendapat (opinion change), (3) Perubahan prilaku (behavior
change), (4) Perubahan sosial (social change).
Ungkapan-ungkapan di dalam komunikasi seharusnya tidak membawa pesan-pesan
penting yang tersamar dalam gaya bahasanya, apakah memuji, mengejek, merendah-
kan atau mengancam. Alangkah sayangnya apabila pesan penting yang tersamar
dalam ungkapan-ungkapan tertentu itu tidak diterima dengan tepat sehingga meng-
hasilkan respon yang keliru. Jika tidak, pembelajaran yang efektif tidak akan terjadi.
Komponen-komponen komunikasi hampir sama dengan unsur-unsur komunikasi,
yaitu:

1. Komponen komunikan; seseorang dapat dan akan menerima pesan apabila


dalam kondisi sebagai berikut:

o Pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima pesan.


o Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan.
o Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk kepentingan
pribadinya.
o Mampu menempatkan baik secara mental atau fisik.
 Komponen komunikator; Komunikasi dapat berjalan efektif bila : adanya
kepercayaan dalam diri komunikator (self credibility) dan kepercayaan kepada
komunikator mencerminkan pesan yang diterima komunikan dianggap benar serta
sesuai kenyataan dan daya tarik komunikator (source attractiviness).
 Komponen pesan; Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi,
dll. Pesan dapat disampaikan lisan maupun non verbal.
 Komponen umpan balik; Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan
terhadap pesan yang diterimanya. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur
besarnya informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diterima.
Seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan baik jika berpikir bahwa dia mampu
untuk melakukannya. Sebaliknya, akan gagal jika berpikir bahwa dia akan gagal
melakukannya. Apa yang dipikirkan anak ini sangat bergantung pada kekuatan komu-
nikasi yang disampaikan oleh pendidik.
Komunikasi sering mengalami gangguan sehingga proses komunikasi tidak seperti
yang diharapkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya:

 Latar belakang budaya, interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir
seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya
antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
 Ikatan dengan kelompok atau grup, nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok
sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.
 Harapan, sangat disadari bahwa harapan mempengaruhi penerimaan pesan
sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.
 Pendidikan, semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang
dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
 Situasi, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor situasi ini
adalah: (1) faktor ekologis (iklim atau kondisi alam); (2) faktor rancangan dan
arsitektural (penataan ruang); (3) faktor temporal, misal keadaan emosi; (4)
suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara; (5) teknologi; (6)
faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial, dan karakteristik sosial
individu; (7) lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap
lingkungannya; (8) stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

Kekuatan komunikasi pendidik bisa muncul karena kekuatan kemampuan pendidik


dalam memahami anak, cara pendidik menjalin kedekatan dengan anak, dan
sebagainya. Kekuatan pesan yang disampaikan mengandung pengertian bagaimana
pesan yang disampaikan pendidik membangkitkan ketertarikan dan minat anak.
Faktor utama pesan yang menarik adalah penggunaan ungkapan-ungkapan yang
sangat dikenal dan sesuai dengan karakter anak. Pendidik dapat merangkai cerita-
cerita dengan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi anak, memberikan
pertanyaan, atau suasana cerita yang dibangun. Berbagai alat peraga, buku-buku yang
menarik, dapat menambah ketertarikan anak terhadap materi yang diajarkan
Pendidikan yang humanis menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang
utama adalah bagaimana terjalinnya relasi dan komunikasi individual dan personal di
dalam komunitas sekolah. Relasi dan komunikasi ini akan menghasilkan buah-buah
pendidikan jika dilandasi kasih di antara mereka.Pribadi-pribadi akan berkembang
secara sehat dan optimal jika berada dalam suasana unconditional love, understanding
heart, dan personal relationship yang memadai. Mendidik sesungguhnya adalah
menjadi "modelling" bagi anak-anak.Mendidik tidak hanya sekedar mentransfer ilmu
pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai dan sikap.
Keterpesonaan dapat diciptakan melalui keterampilan pendidik dalam membuat dan
menggunakan sarana prasaranan pembelajaran, menentukan pendekatan yang tepat
dan variatif, pilihan metode, penampilan diri, dan dalam berkomunikasi dan berelasi
dengan siswa. Penampilan pendidik dapat dilihat dari penampilan dalam berpakaian
atau berdandan; ekspresi wajah dan tubuh yang menampakkkan kebahagiaan,
kegesitan dan kelincahan; ungkapan kata-kata yang menunjukkan kesantunan dan
penghargaan yang positif; ekspresi emosi yang positif serta kemampuan untuk
"mensejajarkan diri" dengan siswa.Pendidik yang atraktif adalah pendidik yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta sikap profesional dalam mengusahakan
proses pembelajaran yang menarik dan mengagumkan, yang dimulai dari penciptaan
profil diri yang menarik dan berpengaruh.
c. Kemampuan Berkomunikasi Pendidik Anak Usia Dini 
Pendidik anak usia dini adalah sosok individu yang memegang peranan penting dalam
berbagai usaha yang terkait dengan pengembangan program pendidikan anak usia
dini. Anak usia dini adalah anak usia emas yang memiliki kepribadian yang
unik. Kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri dan sifat bawaan serta latar belakang
kehidupan yang berbeda-beda. Oleh karena itu guru atau pendidik anak usia dini perlu
dipersiapkan untuk mampu menghadapi berbagai problema anak yang terkait dengan
masalah psikologis, fisiologis, psikososial, bahasa dan komunikasi, kognitif, dan
kreativitas.
Dalam kaitan peran sebagai pembimbing, guru hendaknya mampu membantu anak
dalam mengatasi berbagai problema yang dihadapinya. Bantuan yang diberikan pada
anak dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak.
Peran guru sebagai model; Tindakan dan ucapannya dijadikan panutan dan contoh
teladan bagi anak-anak peserta didiknya. Oleh karenanya, sikap perilaku guru
hendaknya selalu dituntun oleh nilai-nilai nurani yang positif seperti kejujuran, ke-
sabaran, kasih sayang, empati, berani, disiplin, dan sebagainya.
Sebagai anggota masyarakat guru berperan dalam membangun kehidupan sosial yang
positif dan konstruktif. Peran ini dapat dilakukan guru melalui berbagai kegiatan dan
tindakan yang dilakukan baik didalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik,
maupun ketika berkomunikasi dengan orang tua dan anggota masyarakat
lainnya. Sebagai sosok yang berperan dalam kehidupan bermasyarakat, guru
hendaknya peka terhadap berbagai masalah sosial dan memberikan kontribusi yang
berarti dalam berbagai usaha pemecahan masalah sosial tersebut.
Berbagai peran yang multi fungsi dengan etika yang memadai dari seorang pendidik
merupakan modal dasar yang sangat bermakna untuk membangun keterampilan
berkomunikasi yang sangat efektif dalam pengendalian diri dan keberhasilan
hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi yang efektif
disampaikan dengan keterampilan berbahasa yang efektif pula. Ada 4 komponen
penting dalam bahasa menurut Bromley:

 Keterampilan Mendengar: bahasa yang mudah dimengerti (receptive langu-


age), dan bahasa yang menunjukkan perasaan (expressive language).
 Keterampilan Berbicara
 Keterampilan Menulis
 Keterampilan Membaca.

Peribahasa mengatakan: ”Bahasa menunjukkan bangsa.” Bagaimana seorang guru


bertutur kata, menyampaikan dan menerima pesan, sangat dapat dirasakan dan diukur
oleh anak, orang tua, maupun orang lain yang mendengar dan melihatnya. Oleh sebab
itu, marilah kita menjadi ”pendidik yang baik” bagi anak, orang tua, maupun anggota
masyarakat lainnya, dengan bertutur kata yang santun, baik, dan benar.
Adapun ciri-ciri guru yang baik adalah:
1. Selalu bertanya apakah yang dilakukannya akan membantu pembentukan
pribadi anak sesuai kebutuhan dan kondisinya. Guru dapat berdiskusi dengan
teman sejawat, dan dapat juga dilakukan dengan membuat instrumen ”self
assesment”, yang selanjutnya dapat dipakai sebagai acuan untuk perbaikan
kedepan.
2. Mengimplementasikan program sesuai dengan tujuan bagi anak. Sangat
diperlukan kemampuan guru untuk merancang program yang baik, terintegrasi,
dan dapat mewarnai keragaman latar belakang anak didik, dengan memperhatikan
keseimbangan kegiatan kognitif, psikomotor dan afektif, dengan prinsip ”belajar
melalui bermain”.
3. Mengatur dan mengorganisasikan ruang kelas sesuai dengan kebutuhan
anak. Pengaturan ruang kelas adalah menempatkan perangkat di tempat yang tepat
dalam hubungannya dengan rencana pembelajaran, dengan anak didik, dan dengan
perangkat lainnya. Yang perlu diperhatikan, ditinjau dari segi keamanan untuk
anak dan bagaimana posisi yang baik serta nyaman dipandang, sehingga
menunjang seluruh proses pembelajaran. Dengan penataan ruang kelas yang baik,
dapat mendorong:

o Gerak dan interaksi anak


o Keasyikan anak dalam melakukan satu kegiatan
o Kemandirian dan kemampuan anak untuk memotivasi diri sendiri
o Rasa ingin tahu yang besar
o Peningkatan konsentrasi dan penguasaan keterampilan tertentu
o Kerjasama dengan teman sebaya
o Keterampilan memecahkan permasalahan.
 Menentukan apakah pembelajaran dari hari ke hari berhasil atau tidak.Setiap hari
guru dapat mengevaluasi baik mengenai proses kegiatan belajar-mengajarnya,
maupun terhadap anak didiknya.
 Memiliki sikap perilaku yang mencerminkan rasa ingin tahu, semangat, kreatif,
inovatif, empati, toleransi, pengertian, dan kasih sayang. Karena guru adalah
contoh panutan, maka guru harus memiliki kepribadian yang mantap, berwibawa,
arif dan bijaksana.
 Bersifat fleksibel. Luwes dalam mengambil berbagai keputusan yang akan dipakai
sebagai acuan dalam bertindak, dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang
ada pada saat yang tepat.
 Mampu membina hubungan baik dengan semua pihak. Terutama dengan siswa,
guru bersikap:

o akrab, santun dalam berkomunikasi, sopan.


o selalu menunjukkan perhatian
o sensitif terhadap segala perilaku anak dalam berinteraksi
o menghargai & menanggapi semua komentar yang diungkapkan oleh
anak.
o mampu berkomunikasi dengan bahasa anak tanpa menggunakan bahasa
bayi.
o menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi juga penting
o mengkomunikasikan dengan jelas kepada anak mengenai ekspektasi
guru dan dijalankan secara konsisten.
o memberikan petunjuk dengan kalimat sederhana dan tidak bertumpuk.
 Memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

o Yakin akan apa yang dilakukan adalah demi kebaikan anak .


o Dengan percaya diri guru akan mampu menghargai diri sendiri dan
mencerminkan penghargaan kepada orang lain.
o Diperlukan juga dalam menghadapi orang tua dan anggota masyarakat
lainnya.
 Mempunyai kemampuan untuk melibatkan setiap anak dalam setiap kegiatan yang
terjadi.

o Merancang aktivitas yang beragam akan membuat anak tertarik


mengikuti segala kegiatan.
o Terintegrasi antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain
o Mewahanai perbedaan setiap individu anak.
o Menunjukkan antusiasme yang tinggi
o Mampu memotivasi anak untuk mengikuti segala kegiatan.
 Bersifat Pembelajar.

o Guru terus belajar mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang


terkini, memacu kreativitas dan inovasi. Kegiatan dengan topik tertentu
sebaiknya tidak diulang-ulang terus, karena anak akan merasakan
kejenuhan. Caranya dengan membaca lebih banyak buku, mengadakan
observasi ke lembaga lainnya, dan belajar dari teman sejawat, atau bahkan dari
anak sekalipun.
o Berani mencoba hal-hal yang baru bila hal tersebut dianggap baik.

Terus berpikir bagaimana cara mengembangkannya, pertanyaan- pertanyaan yang


diajukan, respon yang diberikan, dan bahkan masalah yang timbul berikut
penanganannya.
 Mampu berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan. Memberikan
kesempatan kepada setiap anak dengan hak yang sama, hindari untuk memiliki
”anak emas”, memberikan pujian yang terarah, tidak otoriter, sehingga dapat
membangun rasa percaya diri pada anak untuk mau mencoba.
 Hangat namun menyejukkan. Guru adalah orangtua kedua bagi anak di sekolah.
Melayani anak sesuai dengan kebutuhannya, dengan memperhatikan tumbuh kem-
bang jasmani maupun rohaninya, adalah salah satu fungsi ibu yang harus dijalan-
kannya.
 Tidak takut mengatakan bahwa ia tidak tahu. Kejujuran merupakan faktor utama
dalam menunjang keberhasilan pendidikan. Dan guru adalah manusia biasa yang
bisa lupa, atau bahkan tidak tahu. Anak akan mengerti bahwa tidak semua hal
dapat diketahui oleh guru.
 Sabar terutama kepada anak ketika membuat kesalahan. Pembelajaran adalah
proses bertumpuknya konsep, dan adakalanya seorang anak merasa tidak mampu
mengikuti kegiatan tertentu karena belum paham akan konsep sebelumnya. Guru
yang baik akan dapat mengidentifikasi dan menelusur ulang konsep yang belum
dikuasai anak, memantapkannya, untuk kemudian bergerak maju. Menyadari
bahwa kesalahan adalah wajar, dapat membuat segala sesuatu menjadi baik-baik
saja dan tidak berdampak negatif terhadap anak. Jika anak dalam proses sudah
nampak pemahamannya namun hasil akhir belum tepat, hal demikian hanya
menyangkut ketelitian. Maka fokuskanlah penanganannya pada masalah ketelitian.
Pada dasarnya fokus pembelajaran harus berpusat kepada anak secara individu, bukan
apa yang menurut orang dewasa harus dipahami oleh anak. Penilaian atas
keberhasilan anak lebih dititik beratkan pada observasi yang mendalam, baik penge-
tahuan, keterampilan, maupun perilakunya.
Mendidik anak usia dini membutuhkan perencanaan dan persiapan yang baik dari
seorang guru, baik persiapan program secara tertulis, persiapan alat yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran, maupun persiapan diri dari guru yang ber-
sangkutan. Persiapan diri meliputi penampilan, cara guru berpakaian, berjalan, dan
bagaimana guru berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi terutama dengan anak didik, bertujuan agar ”pesan” yang
disampaikan dapat memotivasi anak untuk dapat mengikuti semua aktivitas yang
sudah dirancang oleh guru, diantaranya:
1. Berbicara di depan anak dengan intonasi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan,
karena intonasi yang monoton membuat anak bosan, dan ”menolak”. Guru
menggunakan suara bervolume sedang dan berbisik pada saat biasa, sedangkan
pada saat dibutuhkan penekanan, gunakan suara yang lebih besar.
2. Posisikan badan pada posisi yang tepat, baik pada saat duduk maupun berdiri,
sehingga pandangan guru dapat menjangkau seluruh anak di dalam kelas.
3. Guru harus dinamis, bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
4. Guru belum mulai bicara saat kelas masih gaduh. Timbulkan situasi yang
mengajak anak memfokuskan diri pada guru.
5. Memonitor anak disetiap saat. Guru yang baik tidak akan membiarkan anak
tanpa pengawasan.
6. Bersama anak guru menjalankan disiplin sesuai peraturan yang sudah
disepakati bersama.
7. Tidak pernah menyalahkan anak di depan teman-temannyadan anak yang lain.
8. Cepat tanggap bila ada anak yang sedang bermasalah. Tundukkan badan,
sejajarkan mata dengan mata anak, untuk memotivasi agar anak mau
mengungkapkan masalahnya.
Penutup 
Rentang sepanjang kehidupan manusia di mulai dan didasari oleh pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak usia dini yang berlangsung sejak umur 0 tahun sampai 8
tahun.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis
dalam pembangunan sumberdaya manusia. Berdasarkan penelitian para ahli pada
masa ini terjadi perkembangan otak yang sangat pesat dari seluruh rentang kehidupan
seorang individu, yakni 80%. Masa ini dikenal dengan masa keemasan (golden
age). Agar potensi kecerdasan yang dimiliki seorang anak tidak menjadi mati (hidden
potency) maka perlu dilakukan stimulasi-stimulasi yang sesuai dengan taraf
perkembangan anak dari berbagai aspek kecerdasan, misalnya seperti yang di
kemukan oleh Howard gardner tentang adanya teori multiple inteligen (kecerdasan
jamak).
Dengan adanya stimulasi yang baik dan sesuai yang menjadi landasan atau pondasi
dasar dari perkembangan anak selanjutnya, maka diharapkan anak dapat tumbuh dan
berkembang lebih optimal menjadi anak yang cerdas dari berbagai aspek
kecerdasannya.
Komunikasi yang efektif dan interakti diperlukan dalam pendidikan usia dini guna
mempersiapkan kepemimpinan masa depan yang bermartabat. Hal ini sejalan dengan
tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.Pendidikan mesti meng-
hasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, beriman, berguna dan berpengaruh di
masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup dirinya dan orang lain, yang
berwatak luhur dan berkeahlian.
Betapapun pendidikan anak usia dini sudah menjadi komitmen nasional, namun
terwujud tidaknya komitmen tersebut sangat tergantung dari niat para pendidik di
lapangan. Sekiranya semua pendidik menyadari bahwa ”dosa hukumnya” meninggal-
kan generasi yang lemah, tentu semua pendidik tidak akan keberatan untuk mau
berkorban demi generasi penerus yang akan datang.Menjadi guru dan pendidik yang
baik bagi anak usia dini adalah andil yang tak ternilai pada pembangunan generasi
penerus bangsa Indonesia. 

Anda mungkin juga menyukai