Anda di halaman 1dari 15

61

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lukmawati Tahun 2008 tentang hubungan tingkat pendidikan dan lama

praktik swasta dengan metode hypnobirthing, yang mana hasil penelitian di

dapatkan bahwa Hasil pengujian hipotesis hubungan tingkat pendidikan

dengan penerimaan metode hypnobirthing diperoleh nilai X2 hitung sebesar

7,267 dengan P Value 0,026. Nilai X2 hitung > X2 tabel dan P value < α

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan tingkat

pendidikan dengan penerimaan metode hypnobirthing.

Menurut asumsi peneliti tingkat pendidikan sangat berpengaruh

terhadap wawasan sesorang, hal ini juga terlihat dari hasil penelitian bahwa

masih banyak bidan yang berpendidikan rendah. Maka dari itu masih terdapat

bidan yang kurang patuh dalam melaksanakan prosedur pesalinan aman masa

new normal, seperti masih ada bidan yang penggunaan APD nya masih

kurang, sikap masih ada yang negative, dan pengetahuannya yang rendah,

rendah disini bukan bidan belum paham dengan konsep bidan, tapi wawasan

bidan masih kurang dibandingkan dengan bidan yang telah menambah jenjang

pendidikannya ke yang lebih teinggi. Sehingga terjadi ketidak patuhan bidan

dalam proses menolong persalinan.

2. Pengetahuan

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui lebih dari separuh responden yaitu

sebanyak 33 orang (66,0%) berpengetahuan rendah.


62

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran. Proses belajar ini di pengaruhi beberapa faktor yaitu faktor dari

dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana komunikasi yang tersedia

yang berisikan informasi, serta keadaan sosial budaya (Budiman & Riyanto,

2014).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruhayati

Tahun 2016 tentang hubungan pengetahuan dan riwayat pelatihan APN

dengan kepatuhan bidan dalam menggunakan partograf, yang mana

didapatkan hasil penelitian, bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

statistik pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan

bidan dalam menggunakan partograf (U = 0,001). Riwayat pelatihan APN

tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan bidan dalam

menggunakan partograf (U= 0,369 ).

Menurut asumsi peneliti pengetahuan sangat penting sekali dalam

melakukan praktek kebidanan. Hali ini dapat dilihat dari hasil penelitian

bahwa masih banyak bidan yang pengetahuan renda (pengetahuan rendah

disini, seperti bidan memakai APD, tapi tidak lengkap, contohnya sepatu

botnya kurang, atau bidan memakai sepatu bot tapi tidak memakai penutup

kepala. Kebanyakan APD yang digunakan hanya yang penting – penting saja).
63

3. Sikap

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui lebih dari separuh responden yaitu

sebanyak 35 orang (70,0%) memiliki sikap negative.

Sikap merupakan hasil perubahan perubahan terus-menerus

menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan tingkat budaya tersebut.

Sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi, dan bertindak. Dalam

hal ini, sikap adalah perputaran dan pengembangan pemikiran manusia

terhadap suatu masalah yang menjadi dasar orang tersebut untuk bertindak

(Soekidjo Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yurez

Tahun 2018 tentang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan

APD pada bidan pada saat melakukan pertolongan persalinan, yang mana

didapatkan hasil penelitian 67,5% tidak menggunakan APD, pengetahuan

rendah 47,5%, sikap negatif 52,5%, dan tidak ada pengawasan 82,5%.

Terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan (p=0,027) dengan

penggunaan APD dan tidak ada hubungan pengetahuan (p=1,000) dan sikap

(0,37) dengan penggunaan APD.

Menurut asumsi peneliti, dilihat dari hasil penelitian bahwasanya sikap

bidan terhadap kepatuhan bidan dalam melaksanakan proses persalinan

normal belum 100% positif, hal ini bisa terjadi oleh berbagai macam faktor,

yang mana kita tahu bahwa sikap secara nyata menunjukkan adanya konotasi

atau kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.


64

Emosional seseorang juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman

sesorang, sehingga apa yang diberikan terhadap orang lain tergantung dengan

pemahaman yang dia punya. Maka semakin tingginya tingkat pendidikan

seseorang maka akan semakin baiknya tingkat pemahamannya, serta sikap

yang diberikan juga akan lebih baik.

4. Penggunaan APD

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui lebih dari separuh responden yaitu

sebanyak 31 orang (62,0%) menggunakan APD lengkap.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang

digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari

kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap

kecelakaan dan penyakit akibat kerja ( Tarwaka, (2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novalia

Tahun 2018 tentang hubungan pengetahuan, sikap dan personal hygiene bidan

dengan penggunaan alat pelindung diri pada pertolongan persalinan normal,

yang mana didapatkan hasil penlitian bahwa sebagian besar respondenyang

menggunakan Alat Pelindung Diri lengkap yaitu sebesar 48 responden atau

(72,7%), yaitu lebih dari seporoh responden patuh terhadap pertolongan

persalinan.
65

Menurut asumsi peneliti penggunaan APD ini sangat penting dalam

pelaksanaan prosen persalinan, baik normal maupun tidak normal, karena

dengan menggunakan APD bisa melindungi diri sang bidan dan juga pasien

dari infeksi serta dari penyakit menular, baik dari pasien ke bidan dan begitu

juga sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian ini masih ada penggunaan APD

yang belum lengkap, menurut saya hal ini bisa terjadi karena bidan terburu –

buru dalam melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan, karena tidak semua

pasien yang datang selalu bisa bersiap – siap, ada yang harus langsung

ditangani.

5. Kepatuhan

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui lebih dari separuh responden yaitu

sebanyak 27 orang (54,0%) yang patuh terhadap prosedur pesalinan aman

masa new normal.

Kepatuhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perubahan perilaku seseorang dan mendasari aktifitasnya. Kepatuhan adalah

suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan

disiplin. Kepatuhan bidan dalam dalam melaksanakan persalinan aman

diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan deteksi preeklampsia sesuai

prosedur tetap (protap) yang telah ditetapkan (Fatkhiyah, Natiqotul. 2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuningsih pada Tahun 2018, tentang faktor – faktor yang mempengaruhi

kepatuhan bidan terhadap standar pe;ayanan ANC, yang mana didapatkan


66

hasil penelitian bahwa paling banyak adalah responden yang patuh terhadap

standar pelayanan Antenatal yaitu sebanyak 76 responden (60.3%).

Menurut asumsi peneliti, dilihat dari hasil penelitian yang telah

dilakukan masih ada beberapa faktor yang membuat bidan tidak patuh dalam

menolong proses persalinan, hal ini di karenakan masih adanya pemahaman

bidan yang masih menganggap kurang diperlukan, namun kenyataannya itu

sangat diperlukan untuk bidan, seperti memakai perlengkapan APD yang

belum lengkap, seperti memakai mitela, sepatu bot, bahkan kaca mata.

Padahal APD itu harus digunakan lengkap di saat menolong persalinan,

mengingat resiko – resiko yang akan terjadi.

A. Analisi Bivariat

1. Hubungan pendidikan bidan terhadap kepatuhan dalam melaksanakan

prosedur pesalinan aman masa new normal

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

pendidikan bidan terhadap kepatuhan dalam melaksanakan prosedur

persalinan aman masa new normal, didapatkan bahwa dari 38 responden

yang berpendidikan rendah terdapat 20 (52,6%) responden yang tidak patuh

dalam melaksanakan prosedur persalinan new normal, dan dari 12 responden

yang tinggi Kebidanan terdapat 9 (75,0) yang patuh dalam melaksanakan

prosedur persalinan new normal. Hasil uji statistik menunjukan nilai p =

0,180 > 0,05 (α) artinya Ho diterima dan Ha ditolak, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan


67

bidan terhadap kepatuhan dalam melaksanakan prosedur pesalinan aman

masa new normal di wilayah kerja Puskesmas S 2020.

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang sangat berperan dalam

penerimaan terhadap inovasi baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan

semakin bijak terhadap pembaharuan dan peningkatan pengetahuan.

Demikian pula dengan pengalaman praktik, dikatakan terampil jika

mempunyai pengalaman kerja klinik lebih dari 3 tahun dan mempunyai

kesempatan atau sedang mengikuti pendidikan. Pengalaman praktik bidan

lebih dari 3, 5, bahkan lebih dari 10 tahun, bidan tersebut dapat dikatakan

mahir. Seperti yang diungkapkan Bidan “Sebuah Pengalaman” dalam 50

tahun IBI, berpengalaman 37 tahun bidan tersebut sudah mahir melakukan

tindakan obstetric fisiology maupun pathology karena keterbatasan tenaga

yang ada. Akan tetapi mahir disini apakah mau menerima metode/inovasi

baru tersebut (Lukmawati, 2008)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rahmawati pada Tahun 2014, tentang kepatuhan bidan pada asuhan

persalinan normal, yang mana didapatkan hasil penelitian bahwa bidan yang

patuh adalah bidan yang mempunyai jenjang pendidikan lebih yinggi yaitu

berpendidikan Diploma 3. Pendidikan yang dimaksud adalah tingkat

pengetahuan formal tertinggi yang diperoleh sesuai dengan ijazah terakhir

yang diperoleh dari bangku sekolah. Pendidikan seseorang sangat berperan

dalam proses terbentuknya perilaku kepatuhan dalam mematuhi peraturan.

Makin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh, akan makin mudah
68

menerima pengetahuan baru dan semakin mudah pula untuk merubah

perilakunya dalam mematuhi peraaturan yang telah ditetapkan. Namun pada

penelitian ini presentasi kepatuhan tinggi didominasi oleh bidan

berpendidikan D3 karena sebagian besar bidan berpendidikan D3.

Menurut asumsi peneliti kepatuhan seseorang tersebut dapat terjadi

karena pengaruh pendidikan dan lingkungan sosial, pendidikan adalah proses

belajar untuk meningkatkan kepribadian dan perubahan perilaku. Sehingga

semakin tinggi tingkat pengetahuan seeseorang maka semakin kompeten dan

mahir seseorang tersebut dalam melaksanakan tugasnya, begitu juga dengan

bidan dalam melaksanakan prakteknya, seperti dalam melakukan

pertolongan persalinan normal. Karena dilihat dari hasil penelitian masih

banyak bidan yang masih berpendidikan D III saja, padahal kita tahu, sudah

banyak instansi pendidikan yang menyediakan program pendidikan Sarjana

ataupun D4. Karena masih banyak yang berpendidikan rendah tersebut, hal

ini juga berpengaruh terhadap praktek bidan, contohnya pada pertolongan

persalinan normal ini. Padahal kita tahu bahwa dengan pendidikan yang

berkelanjutan dan tinggi dapat bertujuan untuk meningkatkan

profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan

nonformal. Karena menurut saya semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin

mudah mereka menerima metode baru, serta mudah mengembangkan

pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang

pada akkhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan menambah

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, khususnya dengan pendidikan


69

bidan, maka bidan tersebut akan lebih memahami, dan juga akan

mendapatkan ilmu - ilmu terbaru tentang kebidanan itu sendiri. Sehingga

bidan akan lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan.

2. Hubungan Pengetahuan Bidan terhadap kepatuhan dalam

melaksanakan prosedur pesalinan aman masa new normal

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara

pengetahuan bidan terhadap kepatuhan dalam melaksanakan prosedur

persalinan aman masa new normal, didapatkan bahwa dari 33 responden

yang berpengetahuan rendah terdapat 20 (60,6%) responden yang tidak

patuh dalam melaksanakan prosedur persalinan new normal, dan dari 17

responden yang berpengetahuan tinggi terdapat 14 (82,4) yang patuh dalam

melaksanakan prosedur persalinan new normal. Hasil uji statistik

menunjukan nilai p = 0,01 < 0,05 (α) artinya Ho ditolak, maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan bidan

terhadap kepatuhan dalam melaksanakan prosedur pesalinan aman masa new

normal di wilayah kerja Puskesmas S 2020. Dari hasil analisis diperoleh

nilai OR = 7,179 artinya responden yang memiliki pengetahuan rendah

berpeluang 7,179 kali tidak patuh dibanding dengan responden yang

memiliki pengetahuan tinggi.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang, Terbentuknya suatu perilaku, salah satunya

kepatuhan, terutama pada orang dewasa, dimulai dari domain kognitif


70

(pengetahuan), artinya seseorang tahu terlebih dahulu terdapat stimulus yang

berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru, rangsangan yang

telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respons

lebih jauh lagi yaitu berupa perilaku sehubungan dengan stimulus tadi

(Ruhayati, 2016).

Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah

Tahun 2014 tentang pengetahuan bidan merupakan faktor dominan terhadap

kepatuhan bidan menerapkan asuhan persalinan normal, yang mana hasil

penelitian didapatkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap

kepatuhan adalah pengetahuan dengan nilai OR paling besar yaitu 24,978

artinya bidan yang berpengetahuan kurang memiliki peluang 24,978 kali

tidak patuh dibandingkan dengan bidan yang berpengetahuan baik.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting bagi bidan untuk terbentuknya suatu tindakan terhadap prilaku yang

akan diberikan bidan tersebut, dengan pengetahuan yang baik atau tinggi

akan terbentuk tindakan atau perilaku yang menguntungkan bagi suatu

tindakan , begitu juga sebaliknya apabila pengetahuan bidan rendah maka

akan merugikan suatu tindakan. Berdasarkan hasil penelitian yang saya

peroleh bahwa masih banyak bidan yang berpengetahuan rendah, menurut

saya hal ini terjadi sesuai dengan tingkat pendidikan mereka, karena

pengetahuan akan di dapatkan apabila kita mengikuti pelatihan - pelatihan

serta dengan menambah pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi. Pengetahuan

bidan tentang persalinan normal merupakan penunjang kepatuhan bidan


71

dalam menerapkan pertolongan persalinan normal yang baik dan aman yang

dilaksanakan dengan optimal, karena dampak dari ketidak patuhan bidan

dalam menerapkan pertolongan persalinan normal ini akan muncul rasa

ketidak nyamanan bagi ibu bersalin, bahkan dapat membahayakan nyawa

ibu dan bayi. Hal ini tidak sesuai dengan asuhan sayang ibu yang harus

didapatkan ibu bersalin.

3. Hubunga Sikap Bidan terhadap kepatuhan dalam melaksanakan

prosedur pesalinan aman masa new normal

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara sikap bidan

terhadap kepatuhan dalam melaksanakan prosedur persalinan aman masa new

normal, didapatkan bahwa dari 35 responden yang sikap negatif terdapat 20

(57,1%) responden yang tidak patuh dalam melaksanakan prosedur persalinan

new normal, dan dari 15 responden yang sikap positif terdapat 12 (80,0) yang

patuh dalam melaksanakan prosedur persalinan new normal. Hasil uji statistik

menunjukan nilai p = 0,035 < 0,05 (α) artinya Ho ditolak, maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap bidan terhadap

kepatuhan dalam melaksanakan prosedur pesalinan aman masa new normal di

wilayah kerja Puskesmas S 2020. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR =

5,333 artinya responden yang bersifat negatif berpeluang 5,333 kali tidak

patuh dibanding dengan responden yang bersifat positif.


72

Sikap adalah kecendrungan bertindak dan mencegah, berupa respon

tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Jadi, sikap merupakan

reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek dan pencegahan nya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek ( Sunaryo, 2012).

Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya

Tahun 2018 tentang hubungan sikap dan ketersediaan APD dengan kepatuhan

bidan menggunakan APD dalam pertolongan persalinan normal, yang mana

hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan

kepatuhan yang mana didapatkan hasil penelitinnya pvalue 0,017, karena

p<0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan sikap

dengan kepatuhan bidan menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan

pertolongan persalinan.

Menurut asumsi peneliti apabila seseorang mempunyai sikap positif

maka seseorang tersebut sudah melalui tingkat sikap yang mulai bisa

menerima, maka seseorang yang mempunyai sikap positif ini akan

menghargai dan bertanggungjawab terhadap tugasnya maupun terhadap orang

lain. Akan tetapi seseorang yang mempunyai sikap negative akan

mempengaruhi suatu tindakannya, salah satu contohnya terhadap pertolongan

persalinan normal. Seperti yang terjadi di lapangan sesuai dg hasil penelitian

bahwa penggunaan APD seharusnya bidan menggunakan sepatu bot, sepatu


73

yang tertutup bukan memakai sandal atau sepatu yang terbuka, karena tujuan

sepatu bot adalah untuk mencegah kaki terluka dari benda tajam, mencegah

kontaminasi darah dan cairan tubuh pasien, namun masih banyak yang

menggunakan sendal biasa saja. Maka dari itu sikap sangat erat hunbungannya

dengan kepatuhan bidan dalam proses persalinan normal, karena dengan

bersikap dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan bidan.

4. Hubungan Penggunaan APD pendidikan bidan terhadap kepatuhan

dalam melaksanakan prosedur pesalinan aman masa new normal

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara

penggunaan APD terhadap kepatuhan dalam melaksanakan prosedur

persalinan aman masa new normal, didapatkan bahwa dari 19 responden yang

penggunaan APD tidak lengkap terdapat 15 (78,9%) responden yang tidak

patuh dalam melaksanakan prosedur persalinan new normal, dan dari 31

responden yang penggunaan APD lengkap terdapat 23 (74,2) yang patuh

dalam melaksanakan prosedur persalinan new normal. Hasil uji statistik

menunjukan nilai p = 0,001 < 0,05 (α) artinya Ho ditolak, maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD

terhadap kepatuhan dalam melaksanakan prosedur persalinan aman masa new

normal di wilayah kerja Puskesmas S 2020. Dari hasil analisis diperoleh nilai

OR = 10,781 artinya responden yang menggunaan APD tidak lengkap


74

berpeluang 10,81 kali tidak patuh dibanding dengan responden yang

menggunaan APD lengkap.

Alat Pelindung Diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang di sekelilingnya. Peraturan APD dibuat oleh pemerintah

sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan tentang keselamatan

kerja. Alat pelindung diri secara lengkap pada setiap kala yaitu kala I terdiri

dari penutup kepala, masker dan sarung tangan, kala II dan kala III dan kala

IV terdiri dari penutup kepala, kacamata goggles, masker, sarung tangan,

apron, sepatu boots (Yuliana, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari

Tahun 2016 tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

bidan dalam penggunaan alat pelindung diri dalam melakukan asuhan

persalinan normal, yang mana hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa sikap

(Exp.B: 6,274 ; 95% CI=1,219- 32,291) dan kebijakan (Exp.B : 7,137;95%

CI=1,364-37,352) berhubungan dengan kepatuhan bidan menggunakan APD

dalam melaksanakan APN sedangkan umur, pendidikan, masa kerja,

pengetahuan, ketersediaan sarana dan pengawasan tidak berhubungan dengan

kepatuhan bidan menggunakan APD dalam melaksanakan APN.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

masih ada bidan yang belum menggunakan APD secara lengkap, mereka

memakai APD yang dianggap perlu saja, namun semua APD harus digunakan

disaaat pertolongan persalinan, padahal bidan tersebut tahu bahwa seorang


75

bidan saat melakukan pertolongan persalinan normal harus menggunakan alat

pelindung diri dengan lengkap, karena ada beberapa penyakit menular yang

bisa menular melalui darah dan juga cairan, karena tenaga kesehatan yang

menolong persalinan normal ini sangat beresiko tertular jika pasien tersebut

mengalami penyakit menular, seperi HIV/AIDS dan penyakit lainnya. Dengan

menggunakan alat pelindung diri yang lengkap merupakan suatu perilaku

yang positif yang diberikan bidan sehingga bidan bisa terhindar dari penyakit

menular, apabila suatu saat yang di tangani pasien yang bermasalah. Dengan

menggunakan alat pelindung diri lengkap akan mengurangi terjadinya resiko

infeksi pada ibu dan janin, mengapa penting sekali menggunakan APD

lengkap saat menolong proses persalinan ini, karena menyangkut dua nyawa

sekligus.

Anda mungkin juga menyukai