Anda di halaman 1dari 185

EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN

TAMBAHAN (PMT) PADA IBU HAMIL KEKURANGAN


ENERGI KRONIS (KEK) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KARANGANYAR KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh :
Laelatul Rohmah
NIM 6411415082

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fkultas Ilmu Keolahragaan
Uniersitas Negeri Semarang
Juni 2020

ABSTRAK
Laelatul Rohmah
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar
Kota Semarang
XIII+169 halaman+ 3 tabel+ 2 gambar+ 9 lampiran
Puskesmas dengan cakupan BBLR tinggi adalah Puskesmas Krobokan dan
Karanganyar. Hal ini berbanding lurus dengan ibu hamil Kekurangan Energi Kronis
(Bumil KEK), Bumil KEK dipuskesmas Karanganyar melampaui target (5%)
hingga mencapai 20,3% (Bumil). Upaya yang dilakukan dalam perbaikan gizi ibu
hamil KEK adalah dengan pemberian makanan tambahan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana evaluasi program PMT di wilayah Kerja
Puskesmas Kranganyar.
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling dan snowball sampling. Teknik pengambilan data primer pada penelitian
ini adalah wawancara mendalam (indepht interview) sedangankan untuk data
sekunder penelitian ini ialah dengan studi literature. Analisis data dilakukan sejak
awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan.
Hasil penelitian menunjukkan dalam segi input adalah sumber dana, sarana
prasarana, bentuk pelayanan, dan bahan PMT sudah sesuai dengan petunjuk
sedangkan sasaran dan SDM belum sesuai dengan Juknis PMT. Dari segi proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pencatatan sudah sesuai tetapi terdapat kendala
akibat droping dari pusat yang tidak menentu, untuk pemantauan belum sesuai
dengan Juknis. Dari segi output bayi yang lahir dari ibu KEK yang menkonsumsi
PMT, lahir dengan normal, tidak mengalami BBLR.
Kata kunci : Program Pemberian Makanan Tambahan, Ibu hamil, KEK.

ii
Public Health Science Departement
Faculty of Sports Science
Universitas Negeri Semarang
June 2020

ABSTRACT
Laelatul Rohmah
Evaluation of Supplementary Feeding Program for Pregnant Women with
Chronic Energy Deficiency (CED) in the Area of Karanganyar Primary
Healthcare Center Semarang City
XIII+ 169 pages +3 tables + 3 images + 9 appendices

Primary Healthcare Center with high low birth weight coverage is the
Krobokan and Karanganyar Primary Healthcare Center. This is directly
proportional to the expectant mother of chronic energy deficiency, pregnant women
with Chronic Energy Deficiency (CED) in Karanganyar Primary Healthcare Center
beyond the target (5%) Reaches 20.3% (pregnant women). The efforts made in the
nutrient improvement of the pregnant women CED is with the provision of
additional food. The purpose of this research is to know how to evaluate of
Supplementary Feeding Program in in the Area of Karanganyar Primary Healthcare
Center.
This type of research is descriptive using qualitative methods. The main
informant in this study is the head of health care, the PMT Program, nutritionist,
Gasurkes in Puskesmas, and the head of the community empowerment and nutrition
of Dinkes Semarang City, while the triangularity is pregnant women KEK PMT.
Instrument Weaver uses semi-structured interview guidelines. The primary data
retrieval technique in this study is an in-depth interview (indepht interview) to keep
the secondary data of the study in literature. Data analysis was conducted since the
beginning of research and during the research process was implemented.
The results showed in terms of inputs are human resources, funding sources,
infrastructure facilities, objectives, service forms, and materials are already in
accordance with the instructions. In terms of planning process, implementation,
monitoring, and recording are appropriate but can be constrained by the the of the
erratic center. In terms of output babies born from the mother of Chronic Energy
Deficiency (CED) who consume Supplementary Feeding Program, born normally,
not experiencing BBLR.
Keywords: Supplementary Feeding Program, Pregnant woman, Chronic Energy
Deficiency (CED)

iii
PERNYATAAN

iv
PENGESAHAN

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu


telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap. (QS. Al-Insyirah,6-8).
2. Kebahagiaan itu bergantung pada dirimu sendiri. (Aristoteles)
3. Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak
(Albert Einstein)
4. Dengan kerja keras dan kreatifitas tanpa batas, kita bisa membuat hal biasa
menjadi istimewa.

PERSEMBAHAN :

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah

SWT, saya persembahkan skripsi ini untuk :

1. Kedua Orang Tua Saya (Bapak Zuhdi dan


Ibu Sri Rahayu) yang dengan setulus hati
telah membesarkan, mendidik dan
memotivasi saya.
2. Adik dan keluarga saya.
3. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan
Mayarakat, serta almamater Universitas
Negeri Semarang.

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-

Nya, yang telah melimpahkan rahmat kepada setiap hambanya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Wilayah

Kerja Puskesmas Karanganyar Kota Semarang”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (UNNES). Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak sekali memperoleh bantuan

baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr.

Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas izin penelitiannya.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang Irwan Budiono, SKM., M.Kes (Epid), atas

izin penelitiannya.

3. Dosen Pembimbing, Bapak Prof. Dr. Bambang Budi Raharjo, M. Si., yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing

dan memberikan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

5. Kepala Puskesmas Karanganyar, Penanggung jawab program PMT, serta

semua staf dan karyawan di Puskesmas.

6. Kedua orang tua, adik, dan teman-teman saya.

vii
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………..………………………………………………………i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
PERNYATAAN..................................................................................................... iv
PENGESAHAN ...................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
LAMPIRAN ......................................................................................................... xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 9
1.2.1 Rumusan Masalah Umum....................................................................... 9
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus ...................................................................... 9
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 9
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 9
1.4 MANFAAT ................................................................................................. 10
1.4.1 Bagi Peneliti .......................................................................................... 10
1.4.2 Bagi Puskesmas .................................................................................... 10
1.4.3 Bagi Masyarakat ................................................................................... 10
1.5 KEASLIAN PENELITIAN ......................................................................... 11
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN ............................................................ 14
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ........................................................................ 14
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu .......................................................................... 14
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan ..................................................................... 14
BAB II ................................................................................................................... 15

viii
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 15
2.1 LANDASAN TEORI .................................................................................. 15
2.1.1 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ................................................ 15
2.1.2 Kekurangan Energi Kronis (KEK) ....................................................... 25
2.1.3 Puskesmas ............................................................................................. 30
2.1.4 Evaluasi ................................................................................................. 36
2.2 KERANGKA TEORI .................................................................................. 45
BAB III ................................................................................................................. 46
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 46
3.1 ALUR PIKIR ............................................................................................... 46
3.2 FOKUS PENELITIAN................................................................................ 47
3.3 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN .............................................. 49
3.4 SUMBER INFORMASI.............................................................................. 49
3.4.1 Data Primer ........................................................................................... 49
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................................... 50
3.5 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA .. 51
3.5.1 Instrumen Penelitian ............................................................................. 51
3.5.2 Teknik Pengambilan Data ..................................................................... 51
3.6 PROSEDUR PENELITIAN ........................................................................ 52
3.6.1 Tahap Pra-Penelitian ............................................................................. 52
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 53
3.6.3 Tahap Pasca Penelitian ......................................................................... 53
3.7 PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ................................................... 53
3.8.1 Data Reduction (Reduksi Data) ............................................................ 55
3.8.2 Data Display (Penyajian Data) ............................................................. 56
3.8.3 Conclusion Drawing/ Verification ........................................................ 56
BAB IV ................................................................................................................. 58
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 58
4.1 GAMBARAN UMUM ................................................................................ 58
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 58
4.1.2 Identifikasi Informan ............................................................................ 59
4.2 HASIL PENELITIAN ................................................................................. 61

ix
4.2.1 Deskripsi Aspek Input .......................................................................... 61
4.2.2 Deskripsi Aspek Proses ........................................................................ 70
4.2.3 Deskripsi Aspek Output ........................................................................ 77
BAB V................................................................................................................... 78
PEMBAHASAN ................................................................................................... 78
5.1.1 Aspek Input ........................................................................................... 78
5.1.2 Aspek Proses ......................................................................................... 84
5.1.3 Aspek Output ........................................................................................ 89
5.2 HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN.................................. 93
5.2.1 Hambatan Penelitian ............................................................................. 93
5.2.2 Kelemahan Penelitian ........................................................................... 93
BAB IV ................................................................................................................. 94
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 94
6.1 SIMPULAN ................................................................................................. 94
6.2 SARAN ....................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97

x
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Keaslian Penelitian ……………………………………………………..9

Tabel 4.1 Gambaran Umum Informan Utama……………………………………63

Tabel 4.2 Gambaran Umum Informan Triangulasi ………………………………64

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori …………………………………………………….40


Gambar 3.1 Alur Pikir …………………………………………………………..41

xii
LAMPIRAN

Lampiran 1 .......................................................................................................... 101


Surat Keputusan Pembimbing ............................................................................. 101
Lampiran 2 .......................................................................................................... 102
Surat izin penelitian dari Fakultas Ilmmu Keolahragaan, UNNES..................... 102
Lampiran 3 .......................................................................................................... 103
Surat izin penelitian dari Kesbangpol ................................................................. 103
Lampiran 4 .......................................................................................................... 105
Ethical Clearance ................................................................................................ 105
Lampiran 5 .......................................................................................................... 114
Surat telah melaksanakan penelitian ................................................................... 114
Lampiran 6 .......................................................................................................... 115
Instrumen Penelitian............................................................................................ 115
Lampiran 7 .......................................................................................................... 126
Hasil Wawancara ................................................................................................ 126
Lampiran 8 .......................................................................................................... 161
Lembar Observasi ............................................................................................... 161
Lampiran 9 .......................................................................................................... 165
Dokmentasi Penelitian ........................................................................................ 165

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebagai negara berkembang masalah kekurangan gizi masih menjadi

masalah utama di masyarakat Indonesia. Salah satu masalah kekurangan gizi pada

ibu hamil di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (Pastuty et al., 2018).

Masalah gizi merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan anak secara tidak

langsung yang sebenarnya masih dapat dicegah (Indrawati, 2015). Penyebab

terbesar kematian ibu selama tahun 2010 sampai 2013 adalah pendarahan,

hipertensi, infeksi, partus lama, dan abortus. Pendarahan menempati persentase

tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan Kekurangan Energi Kronis

(KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi

yang merupakan faktor kematian utama ibu (Apriyanti, 2017).

Abraham et al. (2015) menyebutkan, kekurangan gizi pada ibu dan bayi

telah menyumbang setidaknya 3,5 juta kematian setiap tahunnya dan menyumbang

11% dari penyakit global di dunia. Menurut survei dari Ethiopian Demographic and

Health Survey (EDHS) di negara berkembang tahun 2014 untuk masalah

kekurangan gizi di Kerala (India) berkisar 19%, Bangladesh (Asia) sekitar 34%,

dan di daerah kumuh Dhaka sekitar 34%. Kekurangan energi kronis adalah

manifestasi penting dari kekurangan gizi buruk dan juga kedua masalah utama di

negara berkembang (Prawita et al., 2017).

1
2

Kurang Energi Kronis merupakan keadaaan dimana ibu penderita

kekuarangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan

timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Indikator untuk menggambarkan ibu

hamil Kurang Energi Kronis dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas

(LiLA) pada lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm yang diukur dengan

menggunakan pita ukur (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019).

Masa kehamilan merupakan periode penting pada 1000 hari pertama

kehidupan sehingga memerlukan perhatian khusus. Ibu hamil merupakan salah satu

kelompok rawan gizi (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan PSG tahun 2016, 53,9%

ibu hamil mengalami defisit energi (<70% AKE) dan 13,1% mengalami defisit

ringan (70-90% AKE). Untuk kecukupan protein, 51,9% ibu hamil mengalami

defisit protein (<80% AKP) dan 18,8% mengalami defisit ringan (80-99% AKP).

Salah satu identifikasi ibu hamil KEK adalah memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas

(LILA) <23,5cm (Kemenkes RI, 2018). Asupan energi dan protein yang tidak

mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu

hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) juga dapat

menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu (Kemenkes RI, 2017) serta

berdampak pada meningkatnya prevalensi stunting di Indonesia (Kemenkes RI,

2018).

Kekurangan gizi pada masa kehamilan juga dikaitkan dengan risiko

terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung

dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan diabetes. Pada masa kehamilan gizi ibu

hamil harus memenuhi kebutuhan gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta
3

perkembangan janin karena gizi janin tergantung pada gizi ibu dan kebutuhan gizi

ibu juga harus tetap terpenuhi.

Persentase ibu hamil KEK diharapkan turun sebesar 1,5% setiap tahunnya.

Dimulai pada tahun 2015 dengan batasan maksimal 24,2% ibu hamil KEK, hingga

pada akhir tahun 2019 diharapkan persentase ibu hamil KEK dibawah 18,2%. Data

dasar sebagai bahan penetapan persentase bumil KEK ini didapat dari hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Dengan ditetapkannya target tersebut,

maka diharapkan persentase ibu hamil KEK setiap tahunnya tidak melebihi target.

(Kemenkes RI, 2016)

Dari data Dinas Kesehatan Kota Semarang, prevalensi ibu hamil KEK di

Kota Semarang pada tahun 2018 (5,66%) mengalami penurunan dari tahun 2016

(6,89%). Target Renstra Kota Semarang (<5,3%). Dengan adanya tenaga petugas

surveilans KIA (Gassurkes) di kelurahan yang melakukan pendataan secara terus

menerus sehingga ibu hamil KEK terdeteksi dengan baik, dengan demikian dapat

segera dilakukan tindakan-tindakan pemulihan pada ibu hamil KEK tersebut.

Berdasarkan lapoaran prevalensi ibu hamil KEK di Puskesmas pada tahun 2018

dari 37 Puskesmas di Kota Semarang, menunjukkan di 23 Puskesmas (62,16%)

belum memenuhi target Renstra Kota Semarang (<5,3%) sedangkan hanya 14

Puskesmas (37,84%) sudah memenuhi target. Tingginya prevalensi bumil KEK di

puskesmas yang belum memenuhi target, dapat disebabkan kurangnya pengetahuan

ibu tentang gizi sehingga mempengaruhi pola makan. Demikian pula dengan faktor

sosial ekonomi yang mempengaruhi kemampuan ibu untuk mengkonsumsi


4

makanan yang bergizi, status gizi ibu pada saat remaja menjadi faktor resiko

trjadinya KEK (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019).

Ibu yang Kekurangan Energi Kronis seringkali memiliki anak yang

kekurangan gizi. KEK pada ibu hamil di negara-negara berkembang bertanggung

jawab untuk 1 dari 6 kasus dengan berat badan lahir rendah. Puskesmas dengan

cakupan BBLR tinggi adalah Puskesmas Krobokan dan Karanganyar. Hal ini

berbanding lurus dengan ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (Bumil KEK), Bumil

KEK dipuskesmas Karanganyar melampaui target (5%) hingga mencapai 20,3%

(Bumil) (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019). Persentase ibu hamil Kurang

Energi Kronik (KEK) menggambarkan risiko yang akan dialami ibu hamil dan

bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Target presentase

ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Indonesia pada tahun 2018 adalah 19,7%

dan tahun 2019 adalah 18,2% (Ditjen Kesmas Kemenkes RI, 2017). Dengan

demikian, Puskesmas Karanganyar belum memenuhi target presentase ibu hamil

KEK baik dari target nasional maupun target Renstra Kota Semarang.

Upaya yang dilakukan dalam perbaikan gizi ibu hamil KEK adalah dengan

pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan khususnya bagi

kelompok rawan merupakan salah satu strategi suplementasi dalam mengatasi

masalah gizi. Dalam rangka penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi

pada lingkup pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) pemberian

makana tambahan merupakan upaya yang dapat dilakukan sejalan dengan kegiatan

germas lainnya (Kemenkes RI, 2017). Persentase ibu hamil KEK yang mendapat

makanan tambahan merupakan salah satu dari 6 (enam) indikator kinerja kegiatan
5

(IKK) pembinaan gizi masyarakat yang harus dicapai dalam Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019 (Direktorat Bina Gizi, 2015).

Bentuk makanan tambahan untuk ibu hamil KEK menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi

Gizi adalah biskuit yang mengandung protein, asam linoleat, karbohidrat, dan

diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral (Kemenkes RI, 2018). Prinsip dasar

pemberian makanan tambahan dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi ibu

hamil, ketentuan PMT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang

memiliki ukuran LiLA dibawah 23,5 cm, PMT pada ibu hamil terintegrasi dengan

pelayanan Antenatal Care (ANC). Tiap bungkus Makanan Tambahan (MT) ibu

hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram). Pada kehamilan trimester I diberikan

2 keping per hari hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori KEK sesuai

dengan pemeriksaan LiLA. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping

per hari hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori KEK sesuai dengan

pemeriksaan LiLA. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan

berat badan ibu hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat

badan selanjutnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang (Direktorat Bina Gizi

Masyarakat, 2017). Upaya pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK

merupakan realisasi dari upaya kesehatan dalam bentuk kuratif sekaligus preventif

guna meningkatkan status gizi ibu hamil, agar melahirkan anak yang tidak

mempunyai masalah gizi (Direktorat Bina Gizi, 2015).

Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas

menjelaskan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang


6

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya yang melayani pasien dengan berbagai masalah kesehatan termasuk

masalah gizi. Tingginya masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi di

masyarakat memerlukan penanganan paripurna, namun dengan keterbatasan

berbagai faktor pendukung, maka penanganan masalah tersebut belum optimal.

Salah satu faktor tersebut adalah petugas kesehatan termasuk tenaga gizi bekerja

belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Fenomena ini, akan memberikan

implikasi yang besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan dan gizi di

Indonesia (Kemenkes RI dan WHO, 2012).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu di Puskesmas

merupakan salah satu indikator penting dalam kinerja Puskesmas (Permenkes RI,

2014). Pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik bergantung dari

pendayagunaan petugas dan kemampuan petugas (tenaga medis dan para medis)

yang pada akhirnya akan berkaitan dengan kualitas dan efisiensi serta efektivitas

dari program penanggulangan gizi kurang pada balita. Tindakan evaluasi dari setiap

program yang dilakukan oleh Puskesmas penting dilakukan, mengingat peranan

Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan

dasar kepada masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam memberikan dan

mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan rakyat (Permenkes RI, 2014).


7

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Karanganyar,

diperoleh informasi bahwa program PMT untuk hamil KEK telah dilaksanakan.

Makanan tambahan diberikan pada ibu hamil yang memiliki ukuran Lingkar

Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm. Pemberian makanan tambahan pada ibu

hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care (ANC). Pada tahun 2018 ada

20% ibu hamil yang mempunyai LiLA kurang dari 23,5 cm. Dari penuturan

pemegang program PMT di di Puskesmas Karanganyar yaitu bidan di bidang KIA,

dalam pelaksanaan program pemberian makanan tambahan di Puskesmas

Karanganyar masih ditemukan permasalahan seperti program tersebut belum

terlaksana sesuai prosedur dikarenakan droping PMT dari pusat tidak dapat

dipastian kapan datangnya dan mengakibatkan stok di puskesmas menjadi tidak

menentu juga. Petugas tidak dapat memastikan apakah PMT tersebut dikonsumsi

oleh ibu hamil yang mengalami KEK atau tidak. Biskuit yang diberikan tidak

dikonsumsi seluruhnya karena ibu hamil KEK tidak menyukai rasa biskuit. Hal

tersebut sejalan dengan penelitian dari Mangalik et al. (2019) yang menyebutkan,

Makanan Tambahan yang diberikan tidak dihabiskan oleh ibu hamil karena rasanya

terlalu manis sehingga mereka tidak suka konsumsi PMT dalam jangka waktu

panjang seperti instruksi dari ahli gizi/bidan/gasurkes.

Permasalahan tersebut dapat menghambat pelaksanaan program pemberian

makanan tambahan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk

mengetahui pelaksanaan program pemberian makanan tambahan di Puskesmas

Karanganyar apakah sudah berjalan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan maka

perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian kegagalan


8

suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan

dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan. Dalam hal ini evaluasi

program PMT diukur berdasarkan pendekatan sistem berupa input (SDM, sumber

dana, sarana dan prasarana, sasaran, bentuk pelayanan, dan material/PMT), proses

(perencanaan/persiapan, pelaksanaan, pemantauan, penctatan/pelaporan) dan

output (Capaian Program PMT dan Peningkatan status gizi ibu hamil KEK) dan

dampak dari keberhasilan program ini adalah penurunan stunting dan BBLR pada

bayi.

Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta tentang pengaruh PMT pada ibu

hamil terhadap berat lahir bayi dengan jumlah sampel 128 ibu hamil didapatkan

hasil rerata berat lahir bayi pada kelompok perlakuan adalah 3.248 g dan kelompok

pembanding 2.974 g dengan perbedaan rerata berat lahir bayi sebesar 274 g

(p=0,0002; 95%CI:131-416) sehingga PMT-P terbukti secara signifikan

berpengaruh terhadap berat lahir bayi (Zulaidah et al., 2014). Supadmi (2018)

menyatakan, stunting juga berkaitan dengan kurang optimalnya pemberian gizi

spesifik dan sensitive. Salah satu unsur dari gizi spesifik adalah PMT untuk

mengatasi KEK pada ibu hamil (Izwardi, 2019).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada

ibu hamil KEK di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Semarang.


9

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah Umum


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimanakah evaluasi program pemberian makanan tambahan (PMT) pada

ibu hamil KEK di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Semarang?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus


1. Bagaimana gambaran input program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah

Kerja Puskesmas Karanganyar Semarang?

2. Bagaimana gambaran proses program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah

Kerja Karanganyar Semarang?

3. Bagaimana gambaran proses program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah

Kerja Karanganyar Semarang?

4. Apakah program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah Kerja Karanganyar

Semarang sudah sesuai dengan juknis dari pemerintah?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi program pemberian

makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK di Wilayah Kerja Puskesmas

Karanganyar Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran input program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah

Kerja Puskesmas Karanganyar Semarang.


10

2. Mengetahui gambaran proses program PMT pada ibu hamil KEK di

Wilayah Kerja Karanganyar Semarang.

3. Mengetahui gambaran proses program PMT pada ibu hamil KEK di

Wilayah Kerja Karanganyar Semarang.

4. Mengetahui apakah program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah Kerja

Karanganyar Semarang sudah sesuai dengan juknis dari pemerintah atau

belum.

1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam mengkaji suatu permasalahan secara ilmiah

dengan teori yang pernah diperoleh.

1.4.2 Bagi Puskesmas


Sebagai bahan evaluasi program PMT pada ibu hamil KEK yang merupakan

salah satu upaya dari pemerintah untuk menanggulangi KEK pada ibu hamil serta

bahan masukan untuk Puskesmas Karanganyar.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Penelitian yang dilakukan ini memiliki manfaat yaitu menambah

pengetahuan masyarakat tentang program PMT untuk ibu hamil yang KEK,

sehingga masyarakat dapat berpartisipasi untuk keberhasilan program PMT

khususnya di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Semarang.


11

1.5 KEASLIAN PENELITIAN


Table 1.1 Keaslian Penelitian

Rancangan Hasil
No Peneliti Judul Variabel
Penelitian Penelitian
1. Rahmi Efektifitas Metode Efektifitas Dari segi
Nurmadi Program Kualitatif dari input dan
nisia Pemberian yang Program proses,
Makanan diprekaya Peerian semua
Tambahan dengan Makanan komponen
pada Ibu Hamil penelitian Tambahan suadah
Kekurangan kuantitatif pada Ibu sesuai
Energi Kronik Hamil dengan
di Koa Depok Kekuranga perencanaan
n Energi yang telah
Kronik di di tetapkan.
Kota Namun,
Depok konsep
perencanaan
masih
belum
memasukka
n
komponen-
komponen
penting
untuk dapat
melihat
keeftifan
program
secara
spesifik.
2. Fulinda Kajian Metode Kajian dari Input,
Elvandar Pelaksanaan kualitatif Pelaksana ketersediaan
i Program dengan jenis an SDM masih
Pemberian studi kasus. Program kurang
Makanan Pemberian karena tidak
Tambahan Makanan adanya
(PMT) pada Tambahan tenaga gizi
Ibu Hamil (PMT) di
Kekurangan pada Ibu Puskesmas.
12

Enenrgi Hamil Proses,


Kronis(KEK) Kekuranga metode
n Enenrgi pelaksanaan
Kronis(KE dan
K) koordinasi
lintas sector
belum
sesuai
dengan
panduan
PMT
Kemenkes
RI. Output,
capaian
peningkatan
LILA pada
ibu hamil
KEK yang
telah
mendapat
PMT dari 17
orang yang
mendapat
PMT, 14
orang
mengalami
peningatan
LILA dan 3
orang
lainnya
tetap.
3. Rosyati Efektifitas Mixed Efektifitas Semua
Pastuty, Program Methods dari komponen
Rochmah Pemberian dengan Program implemente
KM, Teti Makanan metodologi Pemberian asi program
Herawati Tambahan- penelitian Makanan Pemberan
Pemulihan Concurrent Tambahan Makanan
Pada Ibu Hamil Mixed - Tambahan-
Kurang Energi Methods. Pemulihan Pemulihan
Kronik Analisis data Pada Ibu dari input,
kualitatif Hamil proes dan
menggunaka Kurang outpu telah
13

di Kota n content Energi dilaksanaka


Palembang analysis dan Kronik n sesuai
kuantitatif dengan
di Kota
dengan Uji rencana.
Palemban
Wilcoxon. Berdasarkan
g
analisis
Wlcoxon
Test
menunjukka
n ada
perbedaan
ukuran
LILA
sebelum dan
sesuadah
Pemberian
Makanann
Tambahan-
Pemulihan
pada ibu
hmail
dengan
p=0,001
(p<0,05).
4. Sari Efektivitas Kualitaatif Efektivitas Dari segi
Insana Program dan dari input dan
Pemberian Kuantitatif Program proses,
Makanan Pemberian semua
Tambahan Makanan komponen
(Pmt) Tambahan telah ssuai
(Pmt) degan apa
Pada Ibu Hamil
yang
Kekurangan Pada Ibu
direncanaka
Energi Kronik Hamil
n dan dari
(KEK) Kekuranga
output,
n Energi
di Wilayah 100% ibu
Kronik
Kerja hamil KEK
(KEK)
Puskesmas yang
Alosika di Wilayah mendapat
Kerja PMT
mengalami
14

Kabupaten Puskesmas kenaikan


Konawe Tahun Alosika bert badan.
2018
Kabupaten
Konawe
Tahun
2018

Beberapa hal yang menbedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian tentang evaluasi PMT belum pernah di lakukan di Puskesmas

Karanganyar.

2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2019.

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN


1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Tempat dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota

Semarang.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu


Waktu yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dari penyusunan proposal

sampai dengan penyusunan laporan penelitian yaitu dari bulan Mei sampai dengan

bulan Januari 2020.

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan


Penelitian ini dilakukan pada lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat

khususnya bidang Administrasi Kebijakan Kesehatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI


2.1.1 Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
2.1.1.1 Pengertian
Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit
lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis
(KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2019)
2.1.1.2 Tujuan PMT
Tujuan PMT ibu hamil adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama

kehamilan, sehingga dapat mencegah kekurangan gizi dan akibat yang ditimbulkan

(Panduan PMT, 2012).

2.1.1.3 Sasaran PMT

Sasaran utama PMT Ibu Hamil adalah Ibu Hamil risiko Kurang Energi

Kronis (KEK) yang mempunyai Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm

(Kementrian Kesehatan RI, 2017).

2.1.1.4 Standar Makanan tambahan Untuk Ibu Hamil KEK

1. Kandungan

a. Komposisi

Produk berbentuk biskuit yang terbuat dari terigu, lemak nabati

tanpa hidrogenasi, gula, susu, telur, kacang-kacangan, buah kering,

diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral, dengan atau tanpa penambahan

Bahan Tambahan Pangan (BTP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

15
16

Bahan pewarna sintetik, pengawet, dan pemanis buatan tidak boleh

dipergunakan. Semua bahan yang digunakan harus bermutu, bersih, aman,

dan sesuai untuk dikonsumsi ibu hamil.

b. Syarat Mutu

Zat Gizi yang dikandung makanan tambahan dihitung dalam 100

gram produk.

2. Bahan Tambahan Pangan (BTP)

a. Penggunaan BTP harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

perundangan.

b. BTP pewarna sintetik, pengawet dan pemanis buatan tidak boleh

dipergunakan.

3. Cemaran

Harus memenuhi batas cemaran mikroba, logam berat, dan cemaran lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Pengolahan

a. Pengolahan produk dilakukan dengan menerapkan cara produksi pangan

olahan yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Proses pengolahan menggunakan teknologi industri guna memperoleh

produk yang berkualitas.

5. Pengemasan dan Pelabelan

a. Produk dikemas sedemikian rupa untuk mempertahankan kualitas,

keamanan, dan kemanfaatan produk.


17

b. Pelabelan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

c. Ketentuan lain yang harus dicantumkan pada label sebagai berikut:

1) Peruntukan produk: “makanan tambahan untuk ibu hamil kurang

energi kronik”

2) Takaran saji dan anjuran konsumsi sehari, sesuai dengan pedoman

yang ditetapkan oleh Menteri. (Kemenkes RI, 2016)

2.1.1.5 Mekanisme Pemberian PMT


Pemberian makanan tambahan dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi

ibu hamil. Ketentuan pemberian, yaitu

a. PMT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran

Lingkar Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm

b. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal

Care (ANC)

c. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram)

d. Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga ibu hamil

tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai

dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA)

e. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari hingga ibu

hamil tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai

dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiILA)


18

f. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan

ibu hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat badan

selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang.

Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit

lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan

mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis

(KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (3 keping/60 gram)

Makanan Tambahan Ibu Hamil mengandung minimum 270 Kalori, minimum 6

gram protein, minimum 12 gram lemak. Makanan Tambahan Ibu Hamil diperkaya

11 macam vitamin(A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Asam Folat) dan 7 macam

mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium). Bentuk PMT

yaitu biskuit lapis (sandwich) yang pada permukaan atas biscuit tercantum tulisan

“MT Ibu Hamil”. Tekstur/Konsistensi, yaitu biscuit (renyah), isi (krim/selai padat

dan lembut), berat (berat rata-rata 20 gram/biskuit lapis), warna (sesuai dengan hasil

proses pengolahan yang normal (tidak gosong), rasa (manis), isi (manis rasa

strawberry/nenas/lemon).

Mutu dan keamanan produk makanan tambahan ibu hamil memenuhi

persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk ibu hamil. Masa kedaluwarsa yaitu

waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak dikonsumsi, produk

MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan. Kemasan PMT yaitu setiap 3 (tiga)

biskuit lapis dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 60 gram), setiap 7

(tujuh) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan sekunder (berat 420
19

gram), setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier

(Kemenkes RI (2017).

2.1.1.6 Penyelenggaraan PMT


Proses kegiatan PMT terdiri dari persiapan, pelaksanaan, pemantauan,

pencatatan dan pelaporan. Langkah-langkah penyelenggaraan PMT sebagai

berikut:

Meunurut Juknis PMT (2019), pengiriman MT Balita dan Ibu Hamil

Pengadaan Pusat (franco puskesmas) dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Direktorat Gizi Masyarakat mengirimkan surat ke Dinkes Provinsi untuk

membuat surat permintaan nama petugas pemeriksa MT di Dinkes

Kabupaten/kota dan nama petugas penerima MT di puskesmas;

b. Dinkes Provinsi mengirimkan surat permintaan nama petugas pemeriksa

MT di Dinkes Kabupaten/kota dan nama petugas penerima MT di

puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota;

c. Dinkes Kabupaten/Kota membuat SK petugas pemeriksa MT di Dinkes

Kabupaten/Kota dan petugas penerima MT di puskesmas;

d. Pembuatan SK dilakukan secara online melalui sigiziterpadu. Petunjuk

operasional terlampir. Biaya yang timbul akibat pembuatan SK tersebut

dibebankan pada anggaran pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Direktur Gizi Masyarakat selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

membuat surat pemberitahuan yang ditujukan kepada Kepala Dinas


20

Kesehatan Kabupaten/Kota tentang rencana pengiriman MT sesuai alokasi

yang sudah ditetapkan dengan tembusan ke Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi;

b. Penyedia barang memberitahukan tentang jumlah dan waktu pengiriman

MT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan ke

Direktur Gizi Masyarakat dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;

c. Penyedia barang mengirim MT ke pukesmas melalui Dinkes

Kabupaten/Kota sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan. Apabila jenis

barang yang diterima tidak sesuai, penyedia wajib melengkapi paling

lambat 14 hari kerja;

d. Setelah MT diterima, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat

surat pernyataan menerima hibah;

e. Petugas yang ditunjuk berdasarkan SK/Surat Tugas Kepala Dinas

Kesehatan Kab/Kota membuat dan menandatangani Berita Acara

Pemeriksaan Barang (BAPB) sesuai jumlah, jenis, yang diterima. BAPB

asli diserahkan ke penyedia barang dan tembusan dikirim ke PPK.

f. BAPB dibuat secara online melalui aplikasi Sigizi Terpadu dan di upload

bersama dengan penyedia. Petunjuk Operasional sebagaimana terlampir.

g. Apabila MT yang diterima dalam kondisi tidak layak (kemasan dan atau isi

MT), maka tim pemeriksa Dinkes Kabupaten/Kota wajib menolak dan

mengembalikan sesuai jumlah barang yang tidak layak tersebut kepada

penyedia melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).


21

h. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rencana distribusi MT ke

masing-masing Puskesmas berdasarkan data sasaran riil di masingmasing

Puskesmas;

i. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menginformasikan secara tertulis ke

Puskesmas tentang jumlah dan waktu penerimaan MT yang akan

didistribusikan ke masing-masing Puskesmas;

j. Setelah MT diterima di Puskesmas, petugas penerima Puskesmas membuat

dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Barang (BAST) sesuai

jumlah, jenis, yang diterima. BAST asli diserahkan ke penyedia barang serta

tembusan ke PPK dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

k. BAST dibuat secara online melalui aplikasi Sigizi Terpadu dan di upload

bersama dengan penyedia. Petunjuk Operasional sebagaimana terlampir

l. Penanggungjawab gudang Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan

administrasi gudang, yaitu dengan membuat Surat Bukti Barang Masuk

(SBBM), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Kartu Persediaan Barang

(KPB);

m. Puskesmas mengirim MT ke sasaran melalui Posyandu atau unit pelayanan

kesehatan lainnya melalui Bidan di Desa (BDD) atau petugas yang

ditunjuk/kader;

n. BDD atau petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT ke sasaran dan

mencatat jumlah MT yang telah didistribusikan;

o. Pencatatan distribusi dan konsumsi makanan tambahan ke sasaran

dilakukan melalui Sigizi Terpadu (module-PPGBM).


22

3. Pemantauan/Pengawasan

Meunurut Jukni PMT (2019), pemantauan merupakan komponen penting

dalam pengelolaan MT yang mencakup distribusi MT dan pemanfaatan oleh

sasaran. Kegiatan pemantauan dan evaluasi pemberian MT menggunakan formulir

pemantauan yang kemudian diinput kedalam aplikasi sigiziterpadu.

1. Distribusi MT

Pemantauan distribusi termasuk penyimpanan dilakukan pada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, Puskesmas

a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan

melakukan pengamatan terhadap:

1) Jadwal penerimaan MT di Dinkes Kabupaten/Kota

2) Jumlah dan jenis MT

3) Kondisi fisik gudang dan penyimpanan

4) Catatan administrasi gudang

5) Rencana pendistribusian MT dari Kabupaten ke Puskesmas (alokasi rencana

pendistribusian dan pemberitahuan ke Puskesmas).

6) Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah

didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak).

b. Puskesmas

Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas,

dengan melakukan pengamatan terhadap:


23

1) Jadwal penerimaan MT di Puskesmas

2) Jumlah dan jenis MT

3) Kondisi fisik gudang dan penyimpanan

4) Catatan administrasi gudang

5) Rencana pendistribusian MT dari Kabupaten ke Puskesmas (alokasi

rencana pendistribusian dan pemberitahuan ke Puskesmas).

6) Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah

didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak).

2. Pemantauan Pemanfaatan MT di tingkat Sasaran

Pemantauan dilaksanakan oleh BDD/petugas yang ditunjuk/kader, dengan

melakukan pengamatan terhadap:

1) Cara penyimpanan (wadah, letak)

2) Cara penyajian (besar porsi, daya terima)

3) Persediaan MT

4) Keluhan sasaran terhadap MT

4. Pencatatan/Pelaporan

Pencatatan seluruh kegiatan distribusi makanan tambahan sampai ke sasaran

yang bersumber dari Pengadaan Pusat maupun Pengadaan Daerah, dilakukan

menggunakan formulir bantu manual yang selanjutnya diinput ke dalam aplikasi

pencatatan dan pelaporan elektronik sigiziterpadu yang dapat diakses melalui

alamat http: //sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id.

1. Pencatatan Adminitrasi Gudang


24

Pencatatan administrasi gudang atau Stoc Opname MT dilakukan di Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas menggunakan formulir stock opname

makanan tambahan. Pengisian formulir pencatatan administrasi gudang MT di

puskesmas sama seperti di Dinkes Kabupaten/Kota. Pencatatan administrasi

gudang atau Stock Opname selanjutnya diinput ke aplikasi sigiziterpadu pada menu

Distribusi PMT. Pada aplikasi ini juga terdapat format BAST.

2. Pencatatan Distribusi dan Konsumsi MT pada Sasaran

Pencatatan distribusi dan konsumsi MT dilakukan pada semua sasaran yang

menerima MT. Pencatatan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis MT

yang diterima dan dikonsumsi oleh sasaran. Formulir Distribusi dan Konsumsi MT

pada sasaran dapat digunakan untuk ibu hamil dan balita. Formulir ini selanjutnya

diinput ke aplikasi sigiziterpadu pada modul e-PPGBM entry PMT. Pada menu

tersebut, keterangan menerima makanan tambahan melekat pada data masing-

masing individu seperti data penimbangan, pengukuran maupun pelayanan lainnya.

Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah diinput oleh

puskesmas dapat diamati perubahan pertumbuhan berat badan dan status gizi nya

setiap saat. Rekapitulasi dan pelaporan secara otomatis dilakukan oleh sistem

aplikasi, dan umpan balik dapat dilakukan secara berjenjang pada waktu yang

bersamaan sehingga lebih efektif dan efisien.


25

2.1.2 Kekurangan Energi Kronis (KEK)


2.1.2.1 Pengertian KEK
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan

patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau absolut satu atau

lebih zat gizi (Insana, 2018) KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami

kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan

ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LiLA-nya

kurang `dari 23,5 cm (Kemenkes, (2015) dalam Insana (2018)). Kurang Enenrgi

Kronis merupakan keadaaan dimana ibu penderita kekuarangan makanan yang

berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan

pada ibu (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019).

2.1.2.2 Indikator KEK


Indikator untuk menggambarkan ibu hamil Kurang Energi Kronis dengan

melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) pada lengan atas sebelah kiri

kurang dari 23,5 cm yang diukur dengan menggunakan pita ukur (Dinas Kesehatan

Kota Semarang, 2019). Parameter yang digunakan adalah jumlah bumil KEK dan

prevalensi bumil KEK. Jumlah bumil KEK di hitung setiap bulan untuk intervensi,

sedangkan prevalensi dihitung setiap tahun (Depkes (2008) dalam Nurmadinisia

(2012)). Indikator ibu hamil KEK merupakan indikator untuk mengurangi risiko

persalinan, pertumbuhan dan perkembangan anak dikemudian hari. Persentase ibu

hamil Kurang energi Kronik (KEK) menggambarkan risiko yang akan dialami ibu

hamil dan bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan (Ditjen

Kesmas Kemenkes, 2017).


26

2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KEK Ibu Hamil


Secara umum, kurang gizi pada ibu hamil dikaitkan dengan kemiskinan,

ketidakadilan gender, serta hambatan terhadap akses berbagai kesempatan

pendidikan. KEK juga dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap pelayanan

keseshatan yang adekuat, tingginya fertilitas dan bebab kerja yang tinggi. Secara

spesifik, penyebab KEK adalah ketidakseimbangan antara asupan untuk

pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energy. Yang sering terjadi adalah

ketidakseimbanagn pangan secara musiman atau secara kronis di tingkt rumah

tangga, distribusi didalam rumah tangga yang tidak proporsional dan beratnya

beban kerja ibu hamil.

Beberapa hal yang berkaitan dengan status gizi seorang ibu:

a. Kehamilan yang terlalu muda (dibawah 20 tahun).

b. Kehamilan yang terlalu tua (diatas 35 tahun).

c. Kehamilan yang terlalu dekat dengan jarak kehailan sebelumya (kurang dar 2

tahun), kehamilan yang terlalu sering.

d. Kehamilan yang terlalu jauh jaraknya dari kehamilan sebelumnya (lebih dari 5

tahun), kehamilan yang terlalu jarang. (Nurmadinisia, 2012)

Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil

ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang hamil lebih tinggi

dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya

metabolism energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat

selama hamil. Penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu

1. Penyebab Langsung,

Peyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola konsumsi dan infeksi.
27

2. Penyebab Tidak Langsung

a. Hambatan utilitas zat-zat gizi. Hambatan utilitas zat-zat gizi ialah

hambatan penggunaan zat-zat gizi karena susunan asam amino didalam

tubuh tidak seimbang yang dapat menyababkan penurunan nafsu makan

dan penurunan konsumsi makan.

b. Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi cacing.

c. Ekonomi yang kurang.

d. Pengetahuan

e. Pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang.

f. Produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan.

g. Kondisi hygiene yang kurang baik.

h. Jumlah anak yang terlalu banyak.

i. Usia ibu yang tua

j. Penghasilan rendah.

k. Perdagangan dan distribusi yang tidak lancar dan tidak merata.

Penyebab tidak langsung dari KEK banyak, maka penyakit ini disebut

penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan menggambarkan

interaksi antara faktor dan menuju titik pusat kekurangan energi kronis. (Insana,

2018)

2.1.2.4 Dampak KEK


Kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan

gizi ibu selama hamil. KEK pada ibu hamil perlu diwaspadai kemungkinan ibu

melahirkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin
28

terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak dikemudian hari dan

kemungkinan premature (Kemenkes RI, 2015). Ibu hamil yang berisiko KEK

adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm. Menurut

Hamin et al (2014) dalam Insana (2018) menyatakan bahwa LiLA ibu hamil

berkorelasai positif dengan IMT ibu hamil, sehingga pengukuran IMT ibu hamil

sama akuratnya dengan pengukuran LiLA ibu hamil.

Menurut Moehji (2013) dalam Insana (2018) menyatakan bahwa gizi buruk

karena kesalahan dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak

menguntungkan bukan hanya bagi ibu tetapi juga bagi bayi yang akan lahir.

Dampak gizi buruk terhadap ibu dapat berupa hyperemesis, keracunan kehamilan

(eklampsi), kesulitan saat kelahiran, perdarahan, bahkan dapat membawa kematian.

Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang buruk dapat menyebabkan

terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir sebelum waktunya (premature), BBLR,

kematian neonatus dan kematian dibawah satu tahun.

Selain itu adanya masalah gizi timbul karena perilaku gizi yang salah.

Perilaku gizi yang salah adalah ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan

kecukupan gizi. Jika seseorang mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan

gizinya, maka orang itu akan menderita gizi kurang (Khomsan dan Anwar, 2014

dalm Insana (2018). Menurut Lubis (2013) dalam Insana (2018) bila ibu mengalami

kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun

janin, seperti diuraikan berikut ini:


29

1. Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu

antara lain: anemia, perdarahan, berat badab ibu tidak bertambah secara normal,

dan terkena penyakit infeksi.

2. Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan

pasca persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

3. Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin

dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), kematian neonatal, cacat bawaan,

anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan

BBLR.

Menurut Soetjiningsih (2015) dalam Insana (2018) adanya kekuragan

energy protein (KEP) akan mengakibatkan ukuran plasenta kecil dan kurangnya

suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR mempunyai risiko kematian lebih

tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan

berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin dari

pada malnutrisi akut.

2.1.2.5 Pencegahan Bumil KEK


Menurut Chinue (2015) dalam Insana (2018), ada beberapa cara untuk

mencegah terjadinya KEK, antara lain :


30

1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu :

a. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan

hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayur

berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin

C (seperti daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan

nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam

usus.

c. Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan meminum tablet

penambah darah. Guna mencegah terjadinya risiko KEK pada ibu hamil

sebelum kehamilan (WUS) sudah harus mempunyai gizi yang baik,

misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23.5 cm. Beberapa kriteria ibu

KEK adalah berat badan ibu sebelum hamil <42 kg, tinggi badan ibu <145

cm, berat badan ibu pada kehamilan trimester III <45 kg, Indeks Masa

Tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 dan ibu menderita anemia (Hb <11

gr%).

2.1.3 Puskesmas

2.1.3.1 Definisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No 75, 2014).


31

2.1.3.2 Fungsi Puskesmas


Ada tiga fungsi pokok utama diemban puskesmas dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target/ sasaran masyarakat di

wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut.

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

a. Berupaya menggerakan lintas sektor dalam dunia usaha di wilayah

kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan

kesehatan.

b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari pelayanan setiap

program pembangunan di wilayah kerjanya.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Berupaya agar perorangan, terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan

masyarakat memiliki perilaku berikut.

a. Sadar, mau dan mampu melayani diri sendiri serta masyarakat untuk hidup

sehat.

b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk

pembiayaan.

c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dana mementau pelaksanaan program

kesehatan.

d. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

e. Merangsang masyarakat, termasuk swasta, untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.


32

f. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan

menggunakan suber daya yang ada asecara efektif dan efisien.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan (kontinu) mencakup pelayanan kesehatan peroranngan dan

pelayanan kesehatan masyarakat

4. Pelayana kesehatan perorangan.

5. Pelayanan kesehatan masyarakat (Mubarak, 2012: 184).

2.1.3.3 Visi Puskesmas


Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan

Sehat adalah gambaran masa depan msyarakat kecamatanyang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan

dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan unntuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan

setingitingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapati mencakup empat

indikator.

1. Lingkungan sehat.

2. Perilaku sehat.

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Mubarak, 2012: 185).


33

2.1.3.4 Misi Puskesmas


Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi Pembangunan Kesehatan Nasional. Misi tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang

diselenggarakan di wilayah kerjanya agar memperhatikan aspek kesehatan,

setidak- tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di

bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan

menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehtan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya

menyelenggarakan pelayanan kesehtan yang sesuai dengan standard an

memuaskan masyarakat., mengupayakan pemerataanpelayanan kesehatan,

serta meningkatkan efesiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau

oleh seluruh anggota masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

yang berkunjung atau bertempat tinggal di wilayah kerjanya tanpa


34

diskriminasi. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang

dilakukan puskesma menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan

yang sesuai. Upaya tersebut mencakup pula aspek lingkungan dari yang

bersangkutan.

2.1.3.5 Strategi Puskesmas


Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehtan adalah

melalui pelayanan kesehtan yang bersifat menyeluruh (comprehensive health care

service) serta pelayanan kesehtan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh

(holistic approach) (Mubarak, 2012: 186).

2.1.3.6 Kegiatan Pokok Puskesmas


Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus dilakukan

oleh tiap puskesmas. Kegiatan dikemas dalam “Enam Dasar” berikut:

1. Promosi Kesehatan (promkes).

2. Kesehatan Lingkungan (kesling).

3. Kesehatan Ibu dan Anak, termasuk Keluarga Berencana (KB).

4. Perbaikan Gizi.

5. Pemberantasan Penyakit Menular.

6. Pengobatan.

Berdasarkan buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru, ada 20 usaha

pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Usaha- usaha pokok itu

bergantung pada faktor tenaga, sasaran, prasarana, biaya yang tersedia, serta

kemampuan manajemen dari setiap puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas itu

adalah sebagai berikut :

1. Upaya kesehatan ibu dan anak


35

2. Upaya keluarga berencana

3. Upaya perbaikan gizi

4. Upaya kesehatan lingkungan

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6. Upaya pengobatan, termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan lalu lintas

7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat

8. Kesehatan olahraga

9. Perawatan kesehatan masyarakat

10. Kesehatan kerja

11. Kesehatan gigi dan mulut

12. Kesehatan jiwa

13. Kesehatan mata

14. Laboratorium sederhana

15. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan

16. Kesehatan usia lanjut

17. Pembinaan pengobatan tradisional

18. Kesehatan remaja

19. Dana sehat

Peran puskesmas dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas

mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas

dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebuk ditunjukkan dengan

ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang
36

dan realistis, tata laksana kegiatan- kegiatan yang tersusun rapih, serta sistem

evaluasi dan pemantauan yang akurat. Puskesmas juga di tuntut untuk berperan

dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan

kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Mubarak, 2012: 188).

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis, dan keadaan

infrastruktur lainnya, merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah

kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintahan daerah tingkat II,

sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati dan

memperhatikan sarana teknis dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi.

Untuk kota besar, wilayah kerja puskesmas bisa satu kelurahan, sedangkan

puskesmas di ibukota kecamatan merupakan puskesmas rujukan yang berfungsi

sebagai pusat rujukan dari puskesmas kelurahan serta mempunyai fungsi sebagai

pusat rujukan dari puskesmas kelurahan serta mempunyai fungsi koordinasi.

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata- rata 30.000 penduduk

setiap puskesmas (Mubarak, 2012: 189).

2.1.4 Evaluasi

2.1.4.1 Definisi Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi masalah,

mengumpulkan data dan menganalisis data, membandingkan dengan kriteria,

menyimpulkan hasil yang telah dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi

rumusan kebijakan dan menyajikan informasi (rekomendasi) untuk pembuatan

keputusan. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses membandingkan


37

antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang

direncanakan. Menurut kamus istilah manajemen evaluasi ialah suatu proses

bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan di dalam suatu

organisasi atau pekerjaan (Notoatmodjo, 2003). Evaluasi program merupakan satu

metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas suatu program dengan

membandingkan kriteria yang telah ditentukan atau tujuan yang ingin dicapai

dengan hasil yang dicapai. Hasil yang dicapai dalam bentuk informasi digunakan

sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan penentuan kebijakan.

Jenis evaluasi yang akan digunakan sangat tergantung dari tujuan yang ingin

dicapai lembaga, tahapan program yang akan dievaluasi dan jenis keputusan yang

akan diambil (Syahputra, 2016).

Perhimpunan ahli kesehatan masyarakat Amerika, mendefinisikan evaluasi

merupakan suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan

usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup

kegiatan-kegiatan: memformulasikan tujuan, indentifikasi kriteria yang tepat untuk

digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat

keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program. Dari batasan-

batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses atau kegiatan dan dalam kegiatan

evaluasi itu mencakup langkah-langkah :

1. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yaitu tentang apa yang

akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.

2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan

program yang akan dievaluasi.


38

3. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.

4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil

pelaksanaan evaluasi tersebut.

5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasannya.

6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap

program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.1.4.2 Evaluasi Program/Kegiatan

Dalam evaluasi pembangunan dikenal instrumen kebijakan yang dikenal

dengan istilah program dan kegiatan. Program adalah bentuk instrument kebijakan

yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

pemerintah/lembaga atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh instansi

pemerintah untuk mencapai sasaran tujuan serta memperoleh alokasi anggaran.

Sedangkan kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau

beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu

program. Program adalah sekumpulan kegiatan yang terencana dan tersistem.

Kegiatan terdiri atas sekumpulan elemen sistem yaitu :

1. Input (masukan)

Input adalah sub-elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya

sistem.

2. Proses

Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga

menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.


39

3. Output (keluaran)

Output (keluaran) adalah hal yang dihasilkan oleh proses.

4. Feed-back (umpan balik)

Feed-back (umpan balik) adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan

untuk sistem tersebut.

5. Impact (dampak)

Impact (dampak) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa

waktu lamanya.

6. Environment (lingkungan)

Environment (lingkungan) adalah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem

tersebut.

Program juga terdiri atas komponen-komponen meliputi: tujuan, sasaran,

kriterian keberhasilan, jenis kegiatan, prosedur untuk melaksanakan kegiatan,

waktu untuk melakukan kegiatan, komponen pendukung seperti fasilitas, alat dan

bahan, dan pengorganisasian. Dengan demikian Evaluasi Program adalah proses

untuk mengidentifikasi, mengumpulkan fakta, menganalisis data dan

menginterpretasikan, serta menyajikan informasi untuk pembuatan keputusan bagi

pimpinan. Evaluasi program dilaksanakan secara sistematik seiring dengan tahapan

(waktu pelaksanaan) program untuk mengetahui ketercapaian tujuan, dan

memberikan umpan balik untuk memperbaiki program (Syahputra, 2016).

2.1.4.3 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Evaluasi Program gizi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan hasil

yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh
40

masing-masing wilayah atau daerah. Tujuan evaluasi secara umum untuk

mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang

dijumpai dalam pelaksanaan program/ kegiatan dapat dinilai dan dipelajari guna

perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.

Evaluasi memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Memberikan informasi yang valid mengenai program dan kegiatan yaitu

seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai. Dengan

evaluasi dapat diungkapkan mengenai pencapaian statu tujuan, sasaran dan

target tertentu.

2. Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang

mendasari tujuan dan target.

3. Memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan termasuk

perumusan masalah yang direkomendasikan.

4. Evaluasi memiliki tujuan pokok melihat seberapa besar kesenjangan antara

pencapaian hasil kegiatan dan program dengan harapan atau renacana yang

sudah ditetapkan (Syahputra, 2016).

2.1.4.4 Langkah-langkah Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian integral dari proses manajemen (Notoatmodjo,

2005). Evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja bisa dievaluasi,

apakah itu rencananya, sumber daya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau

bahkan dampak suatu kegiatan serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas.
41

2. Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi

mengenai hasil evaluasi pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan –

batasan yang dipakai agar objektif dan fokus.

3. Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau

beberapa aspek, maka dilakukan perancangan desain.

4. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah

mengembangkan instrumen pengamatan atau pengukuran serta rencana

analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi.

5. Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis. Selanjutnya adalah

melakukan pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta

mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.

6. Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses

evaluasi ini disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau

permintaan.

Sedangkan menurut Nurcholis (2009) dalam Syahputra (2016) secara umum

langkah-langkah evaluasi mencakup 2 hal menurut waktunya, yaitu :

1. Evaluasi formatif: untuk melihat dan meneliti pelaksanaan suatu program,

mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program.

2. Evaluasi sumatif: dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur apakah

tujuan program tersebut tercapai.

2.1.4.5 Jenis Evaluasi


Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dan sesuai dengan tujuan evaluasi,

dapat digunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan


42

sistem. Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana

penilaian secara komprehensif dapat dilakukan dengan menilai input, proses dan

output.

Evaluasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :

1. Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri

tempat pemberian pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia, dana,

sarana dan prasarana. Evaluasi input ini memfokuskan pada berbagai unsur

yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program.

2. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap berbagai kegiatan

yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang berkaitan dengan penyediaan

dan penerimaan pelayanan. Evaluasi proses ini menilai pelaksanaan

kegiatan apakah telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi

kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya. Evaluasi ini

memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi

langsung antara klien dengan staf „terdepan‟ (line staff) yang merupakan

pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program.

3. Evaluasi output adalah evaluasi yang dilakukan terhadap hasil pelayanan,

berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pelayanan tersebut.

Evaluasi ini menilai pencapaian setiap kegiatan penanggulangan gizi.

Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap 3 hal,

yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil

program dan terhadap dampak program


43

1. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut

penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain.

2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut

berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

Misalnya: meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya dan sebagainya.

3. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu

mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak

program-program kesehatan ini tercermin dari membaiknya atau

meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat. Misalnya:

menurunnya angka kematian bayi (IMR), meningkatnya status gizi anak balita,

menurunya angka kematian ibu dsb (Notoatmodjo, 2003).

Dalam evaluasi program dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis umum,

yaitu sebagai berikut:

1. Evaluasi kebutuhan. Pengukuran yang dibutuhkan adalah sebuah perencanaan

program prasyarat untuk efektif

2. Evaluasi dari proses. Setelah program telah dikembangkan dan dimulai,

evaluator akan berubah untuk mendokumentasikan sejauh mana program telah

dilaksanakan seperti yang dirancang dan melayani target populasi

3. Evaluasi dari hasil. Penilaian hasil yang dicapai oleh masyarakat dalam

program telah fokus utama dari evaluator.


44

4. Evaluasi efisiensi. Sebuah program banyak berhasil membantu para peserta,

namun biaya merupakan masalah tambahan yang administrator dan legislator

harus kembali pada perencanaan.

Program harus dirancang dengan cara sedemikian rupa untuk

memungkinkan pengkajian objektif apakah tujuan khusus (objektif) sudah dicapai.

Pelaksanaan intervensi harus dipastikan efektif dan hal ini berada diluar deskripsi

proses yang dipakai untuk melaksanakan intervensi. Ada tiga tipe evaluasi yang

telah diuraikan: formatif, proses dan outcome. Evaluasi formatif menilai perlunya

intervensi, evaluasi proses menjelaskan pelaksanaannya dan evaluasi outcome yang

menguraikan dampaknya pada perilaku. Suatu program dikatakan efektif hanya jika

program tersebut menghasilkan perubahan perilaku seperti yang dikehendaki

outcome. Mempertimbangkan apakah pendekatan yang dilakukan untuk

menghasilkan perubahan yang dikehendaki itu adalah cara yang paling efektif dari

segi waktu dan biayanya, atau menilai cost-benefit pada intervensi tersebut,

merupakan unsur terakhir dalam evaluasi (Syahputra, 2016).

Sedangkan menurut Nurcholis (2009) dalam Syahputra (2016), evaluasi

dapat dilakukan dengan 3 jenis pilihan sesuai waktunya. Ketiga jenis evaluasi

tersebut yaitu:

1. Evaluasi yang dilakukan sebelum suatu program/kegiatan dilaksanakan (ex

ante evaluation)

2. Evaluasi yang dilaksanakan pada saat berlangsung (on-going evaluation)

3. Evaluasi yang dilakukan sesudah program/kegiatan dilaksanakan (ex-post

evaluation).
45

2.2 KERANGKA TEORI

Evaluasi Program PMT Ibu Hamil KEK

INPUT PROSES OUTPUT

1. Man
Sumber Daya 1. Persiapan/Peren 1. Capaian
Manusia Pemberian
canaan
2. Money Makanan
2. Pelaksanaan
Sumber Dana Tambahan
3. Machine 3. Pmantauan/Pen
gawasan 2. Peningkatan
(Sarana dan
4. Pencatatan/Pela status gizi ibu
Prasarana)
4. Market poran hamil KEK
Sasaran
penerima
PMT(ibu hamil
KEK)
5. Method
Bentuk
Pelayanan
6. Material Impact
PMT
Pemulihan

Feedback

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Modifikasi dari Azwar (2010), Pastuty et al (2018).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 ALUR PIKIR

Evaluasi Program PMT Ibu Hamil KEK

INPUT PROSES OUTPUT

1. Capaian
1. Man
Pemberian
Sumber Daya 1. Persiapan/
Manusia (SDM) Makanan
Perencanaan
2. Money Tambahan
2. Pelaksanaan
Sumber Dana 2. Peningkatan
3. Pemantauan/
3. Machine status gizi ibu
Pengawasan
(Sarana dan hamil KEK
4. Pencatatan/
Prasarana)
4. Market Pelaporan
Sasaran
penerima
PMT(ibu hamil
KEK)
5. Method
Bentuk
Pelayanan
6. Material
PMT
Pemulihan
Gambar 3.1 Alur Pikir

46
47

3.2 FOKUS PENELITIAN


Dalam penelitian ini, fokus penelitian berisi pokok kajian yang menjadi

pusat perhatian, yaitu evaluasi program pemberian makanan tambahan (PMT) pada

ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) di wilayah kerja Puskesmas

Karanganyar Kota Semarang.

Fokus dalam penelitian ini adalah mengkaji evaluasi program

penanggulangan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota

Semarang, meliputi :

1. Dari segi input program terdiri dari :

a. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia dapat dilihat dari usia, masa kerja, pendidikan,

pengetahuan tentang program, serta ketersediaan SDMnya.

b. Sumber Dana

Sumber dana Program PMT di Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.

c. Sarana dan prasarana

Ketersediaan fasilitas yang dipakai langsung/alat untuk mencapai tujuan

seperti adanya kartu pencapaian dan formulir pelaporan, timbangan

untuk mengukur berat badan ibu, petunjuk teknis. Ketersediaan fasilitas

penunjang dan sarana meliputi ketersediaan posyandu ataupun polindes.

d. Sasaran PMT

Ibu hamil KEK di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota

Semarang.

e. Cara Penyelenggaraan

Cara penyelenggaraan kegiatan PMT sesuai panduan dari pemerintah.


48

f. Material

Adanya bahan paket PMT untuk ibu hamil KEK.

2. Dalam proses terdiri dari:

a. Perencanaan

1) Besaran masalah yang dihadapi.

2) Ketersediaan dana.

3) Ketersediaan sumber daya

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan program PMT pada ibu hamil KEK mengacu pada

dokumen KAK (Kerangka Acuan Kegiatan) yang telah dibuat pada saat

perencanaan. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil diberikan

dalam bentuk roti biskuit (sandwich).

c. Pengawasan dan Penilaian PMT ibu hamil KEK

Dalam pelaksanaannya, apakah petugas gizi di puskesmas melakukan

pengawasan secara khusus apakah PMT yang diberikan telah

dikonsumsi sesuai aturan atau tidak. Memantau pertambahan berat

badan atau pengukuran LILA ibu hamil.

d. Pencatatan dan Pelaporan

Proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas dalam pelaksanaan

sesuai dengan apa yang telah direncanakanmelalui pelaporan

pertanggungjawaban secara tertulis.

3. Output
49

Capaian Pemberian Makana Tambahan serta status gizi ibu hamil KEK serta

peningkatan status Gizi Ibu Hamil KEK.

3.3 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

kualitatif.

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu studi yang

mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, mempunyai pengambilan

data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. (Mekar,

2013:47). Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth

interview).

3.4 SUMBER INFORMASI


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer

dan data sekunder yang selanjutnya akan diolah menjadi informasi sesuai yang

dibutuhkan.

3.4.1 Data Primer


Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung

secara mendalam kepada pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program

pemberian makanan tambahan (PMT) di Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.

Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling

dan snowball sampling . Teknik purposive sampling merupakan teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Cara pemilihan

informan pada penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan asas

kesesuaian dan kecukupan. Ada delapan informan dalam penelitian ini, lima
50

informan utama dan tiga informan triangulasi. Kriteria untuk informan utama antara

lain:

1. Pelaksana program dalam program PMT ibu hamil KEK di Puskesmas

Karanganyar.

2. Telah bekerja minimal satu tahun di Puskesmas Karanganyar.

3. Bersedia menjadi informan.

Informan utama dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala Puskesmas Karanganyar.

2. Pemegang program PMT di Puskesmas Karaganyar yaitu bidan yang ada di

Puskesmas Karanganyar.

3. Nutrisionis di Puskesmas Karnganyar.

4. Gasurkes di Puskesmas Karanganyar.

5. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi Dinas Kesehatan Kota

Semarang.

Kriteria untuk informan triangulasi antara lain:

1. Ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5 cm penerima PMT.

2. Bersedia menjadi informan.

3.4.2 Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono,

2010:308). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

Puskesmas Karanganyar Kota Semarang berupa jumlah bayi BBLR dan ibu hamil

KEK, serta data geografis wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.
51

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah perangkat yang akan digunakan untuk

memperoleh dan mengumpulkan data (Notoatmojo, 2005:48). Instrumen yang

digunakan adalah pedoman wawancara. Selain pedoman wawancara dalam

penelitian ini, peneliti dan asisten peneliti juga digunakan sebagai instrumen

penelitian. Penelitian sendiri digunakan karena selalu ada pengembangan

pertanyaan pada saat melakukan wawancara, sedangkan asisten peneliti digunakan

untuk membantu peneliti mengambil dokumentasi setiap langkah penelitian.

Kemudian alat tulis, alat perekam dan kamera juga digunakan sebagai instrumen

penelitian. Alat perekam digunakan untuk merekam semua pembicaraan peneliti

dengan informan selama wawancara. Kamera digunakan untuk membantu peneliti

merekam kondisi lingkungan selama wawancara berlangsung (Notoatmojo,

2005:50).

3.5.2 Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi

alamiah (natural setting), sumber data primer dan teknik pengumpulan lebih banyak

pada wawancara mendalam (indepth interview) dan studi dokumentasi. Alat-alat

tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa panduan

wawancara, buku catatan, dan alat perekam (Sugiyono, 2010:308). Teknik

pengambilan data primer pada penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepht

interview). Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh


52

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman wawancara (Saryono, 2010:76). Sementara teknik

pengambilan data sekunder penelitian ini ialah dengan studi literatur.

3.6 PROSEDUR PENELITIAN


Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar adalah

sebagai berikut :

3.6.1 Tahap Pra-Penelitian


Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah :

1. Melakukan studi pustaka dengan mencari data awal melalui dokumen-

dokumen yang relevan, sehingga didapatkan rumusan masalah yang ingin

diteliti.

2. Mengurus perijinan studi pendahuluan dari Universitas Negeri Semarang untuk

instansi yang dituju (Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas

Karanganyar).

3. Penyerahan surat ke Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas

Karanganyar.

4. Melakukan studi pendahuluan ke lapangan.

5. Menyusun proposal skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis

(KEK) Di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.”


53

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

1. Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan (sumber data

primer) yang telah ditentukan.

2. Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap langkah yang

dilakukan.

3.6.3 Tahap Pasca Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

1. Perangkuman semua data wawancara yang telah dikumpulkan, membuat

catatan yang rapi untuk kemudian diserahkan kepada pembimbing sebagai data

mentah.

2. Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder yang terkait dengan

pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan.

3. Analisis data dan membandingkan dengan panduan penyelenggaraan program

pemberian makanan tambahan pemulihan.

4. Penyajian data dan pembuatan simpulan dalam bentuk laporan skripsi.

3.7 PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA


Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan

untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari

tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).

Menurut Sugiyono (2015) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
54

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu.

1) Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan

(member check) dengan masing-masing sumber data (Sugiyono, 2015:274).

2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh

dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner. Bila

dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang

berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data

yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap

benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandang berbeda-beda

(Sugiyono, 2015:274).

3) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum

banyak masalah, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk

itu dalam rangka pengujian kredibiltas data dapat dilakukan dengan pengecekan

dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
55

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono,

2015:274).

Dalam penelitian ini triangulasi dapat dilakukan dengan cara

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen, serta membandingkan

hasil wawancara antar narasumber.

3.8 TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan (Sugiyono, 2015:245).

Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai

dari wawancara, observasi, editing, mengklasifikasikan, reduksi, selanjutnya

aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data (Sugiyono, 2012:246).

Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam anlisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu

data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2015:

246).

3.8.1 Data Reduction (Reduksi Data)


Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan

diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan di lapangan dengan langkah mengurangi atau

menghilangkan hal-hal yang tidak perlu. Reduksi data digunakan untuk


56

menghasilkan hipotesis mengenai komposisi dari hasil lapangan. Sehingga

memberikan gambaran data yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengambilan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan

(Sugiyono, 2012:247).

3.8.2 Data Display (Penyajian Data)


Dalam penelitia kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar ketegori, flowchart dan sejenisnya. Dalam

hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan, yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif (Sugiyono, 2015:249). Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan

adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami.

3.8.3 Conclusion Drawing/ Verification


Langkah ke tiga dalam analisis data menurut Miles and Hberman adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Dan kesimpulan akan kredibel

bila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten (Sugiyono, 2012:252).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

obyek yang sebelumnya masih reang-remang atau gelap sehingga stelah diteliti
57

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori

(Sugiyono, 2015: 253).


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Karanganyar terletak di wilayah kelurahan Karanganyar,

Kecamatan Tugu. Letaknya diperkotaan daerah pinggiran ± 14 km dari pusat kota.

Jarak ke Dinas Kota Semarang sajauh 14 KM, sedangkan jarak tempuh ke

kecamatan maupun kelurahan sejauh 3 KM dan antara 1-4. Luas wilayahnya

1904,71 HA, terdiri dari daratan rendah dengan tinggi dari permukaan laut

maximum 5 m dan minimum 2 m. baik pada musim kemarau ataupun penghujan

100% bisa dilalui oleh kendaraan.

Batas wilayah administrasi Puskesmas adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Laut Jawa

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Tambak Aji

3. Sebelah Barat : Kelurahan Mangkang Wetan

4. Sebelah Timur : Kec Semarang Barat

Dengan wilayah kerja yang meliputi 4 kalurahan :

1. Kelurahan Tugu

2. Kelurahan Jerakah

3. Kelurahan Karanganyar

4. Kelurahan Randu Garut

58
59

Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar dikelilingi daerah industri dan

pabrik. Penduduk di sekitar puskesmas banyak yang bekerja sebagai buruh pabrik,

dan banyak pendatang dari berbagai kota atau daerah luar Semarang untuk bekerja

disana. Penduduk dari luar Semarang bertemat tinggal di rumah kos.

4.1.2 Identifikasi Informan

4.1.2.1 Identifikasi Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1

kepala puskeskas, 1 tenaga gizi puskesmas, 1 koordinator bidan puskesmas, 1

teanga gasurkes, dan 1 kepala seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi di Dinas

Kesehatan Kota Semarang.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Informan Utama

Informan
Umur Jenis Kelamin Pendidikan Jabatan
Utama (IU)
Informan 1 47 tahun Perempuan S-2 Kesehatan Kepala Seksi
Masyarakat Pemberdayaan
Masyarakat
dan Gizi
Informan 2 45 tahun Perempuan S-1 Kepala
Kedokteran Puskesmas
Umum Karanganyar
Informan 3 39 Tahun Perempuan D-IV Bidan
Kebidanan Penyelia
Informan 4 43 tahun Perempuan D-III Sarjana Nutrisionis
Muda Pelaksana
Lanjutan
Informan 5 28 tahun Perempuan D-III Gasurkes di
Kebidanan Puskesmas
Karangayar
60

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat beberapa karakteristik informan

utama yaitu semua informan berjenis kelamin perempuan. Dilihat dari usianya

maka usia informan yang paling muda adalah 28 tahun dan usia yang paling tua

adalah 47 tahun. Dari segi latar belakang pendidikannya 2 orang informan memiliki

tingkat pendidikan D-III Kebidanan, 1 orang memiliki tingkat pendidikan D-IV

Kebidanan, 1 informan memiliki tingkat pendidikan S1 Kedokteran umum dan 1

orang informan memiliki tingkat pendidikan S-2 Kesehatan Masyarakat. Dan

berdasarkan jabatan, 4 informan utama merupakan petugas yang bekerja di wilayah

kerja Puskesmas Karanganya dan 1 orang bertugas di Dinas Kesehatan Kota

Semarang.

4.1.2.2 Identifikasi Informan Triangulasi

Informan triangulasi dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang terdiri dari

ibu hamil KEK yang menerima paket makanan tambahan (PMT).

Tabel 4.2 Gambaran Umum Informan Triangulasi

Informan
Jenis
Triangulasi Umur Pendidikan Keterangan
Kelamin
(IT)
Informan 35 tahun Perempuan SMP Ibu hamil KEK
Triangulasi penerima PMT
1
Informan 28 tahun Perempuan SMA Ibu hamil KEK
Triangulasi penerima PMT
2
Informan 29 tahun Perempuan SMA Ibu hamil KEK
Triangulasi penerima PMT
3
61

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa informan trianggulasi

pendidikan terakhirnya adalah SMP dan SMA. Usia termuda informan adalah 28

tahun dan tertuanya 35 tahun.

4.2 HASIL PENELITIAN

4.2.1 Deskripsi Aspek Input

Variabel input meliputi 6 bagian yaitu Man/ Sumber Daya Manusia (SDM),

Money/ Sumber Dana, Machine/Sarana dan Prasarana, Market/Sasaran penerima

PMT(ibu hamil KEK), Method/ Bentuk Pelayanan dan Material/ PMT Ibu Hamil.

4.2.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)


Puskesmas Karanganyar dipimpin oleh seorang dokter yang telah bertugas

selama 3 tahun sebagai kepala Puskesmas Karanganyar. Tenaga yang berperan

dalam program Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Karanganyar adalah

petugas gizi, bidan dan gasurkes. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara

mendalam dengan informan utama tentang SDM terlibat serta peran dari SDM

tersebut dalam program PMT Ibu Hamil sebagai berikut :

“PMT itu biasanya ada Petugas gizi sama bidan dua dari puskesmas, kalau kader
enggak, PMT ibu hamil kita kasih lagsung ke sasaran berarti ini sama ada
gasurkes ada dua. Kalau PMT soalnya langsung ke sasaran.”
(Informan 3)

“Dateng ya sudah langsung masuk gudang nanti saya kan dapet yang namanya
ini, misalnya susu, berita acara serah terima barang, ini saya fotokopi tak
kasihkan kia jadi kia sudah tau ada barang sejumlah ini, nah dia mau nyetok
diruangannya seberapa.”
(Informan 4)
62

Pernyataan informan utama didukung oleh pernyataan informan triangulasi

bahwa yang memberikan PMT Ibu Hamil adalah bidan dan gasurkes, sebagai

berikut :

“Dulu saya yang ngasih ya bu bidan.”


(Informan Triangulasi 1)

“Kalo yang dateng ke rumah ya gasurkes, tapi kadang bidan juga. Yang ngasih
PMT bu bidan di Puskesmas.”
(Informan Triangulasi 2)

Berdasarkan dari pernyataan dari informan utama, untuk pendisribusian

beban kerja yang diberikan sudah sesuai dengan kapasitas petugas tetapi untuk

pemantauan pemanfaatan PMT, puskesmas tidak mempunyai kader atau petugas

khusus. Hal tersebut berdasarkan dari hasil wawancara dengan narasumber sebagai

berikut.

“Sudah sesuai, ya ada tambahan bidan juga, saya rasa sudah cuma memang
pemengang program KIA itu kan luas ya dari pra nikah dan anaknya dari yang
belum lahir, tapi sudah berbagi beban kerja.”
(Informan 2)
“Kalau untuk hanya pemberiannya saja si sudah cukup ya, tapi kalau untuk
pemantauan yang apakah PMT benar-benar di makan apa tidak, itu kami belum
bisa.”
(Informan 3)

Pernyataan tersebut sesuai dengan keterangan dari Informan Triangulasi

sebagai berkut:
63

“Nggak ada si mbak paling yang nanya ya gasurkes atau bu bidan kalo pas lagi
periksa, dimakan apa nggak rotinya.”
(Informan Triangulasi 1)
Petugas khusus apa mbak, ndak ada. Yang biasa Tanya ya bu bidan itu.
(Informan Triangulasi 2)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi

Puskesmas Karanganyar dalam Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kurangnya

SDM untuk pemantauan pemanfaatan atau penkonsumsian PMT pada ibu hamil.

Sedangkan untuk pendistribusian PMT, SDM sudah sesua dengan beban kerja.

4.2.1.2 Money/ Sumber Dana

Sumber dana merupakan pendukung dalam suatu program agar program

yang dibuat berhasil serta memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Sumber dana

yang tersedia di Puskesmas Karanganyar hanya berupa PMT yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK Semarang) yang di dropping langsung dari

pusat, yaitu Kemenkes dan bersumber dari APBN dan APBD, serta dari perusahaan

swasta. Hal tersebut berdasarkan pernyataan dari informan utama sebagai berikut.

“Dari APBN, kemudian APBD kemudian ada juga dari CSR. CSR itu dari
perusahaaan-perusahaan swasta itu lho dek. Cuman kebanyakan yang swasta itu
kebanyakan si PMTnya PMT balita.”
(Informan 1)
64

“Nggak ada, kalau yang kita kelola sendiri nggak ada, karena itu dari dropping.”
(Informan 2)
“Kalau sumber dana dari puskesmas tidak ada, sumber dana dari APBN dan
APBD , kita dropping,kita terima, pembelian sendiri nggak ada.”
(Informan 3)

Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan informan triangulasi bahwa

dana yang tersedia hanya dalam bentuk PMT dalam program PMT Ibu Hamil. Hal

tersebut berdasarkan wawancara dengan narasumber sebagai berikut.

“Ya biskuit itu mbak.”


(Informan triangulasi 1)
“Biscuit selai stroberi.”
(Informan Triangulasi 2)
“Roti tapi, sebulan.”
(Informan Triangulasi 3)

Berdasarkan pernyataan dari informan utama, tidak ada kendala yang

dihadapi terkait dengan dana dalam program penanggulangan gizi kurang jika ada

kendalanya hanya biasanya PMT dari dinkes tidak tersedia.

“Tidak musti ada PMT nya, maksudnya tidak rutin setiap bulan apa di dropping
itu ndak, tergantung dari pusatya ngasih ke DKK seberapa, kapan seberapa,
kesininya baru bulan apa, kita tidak bisa menentukan.”
(Informan 4)
65

Hal tersebut didukung dengan pernytaan informan triangulasi sebagai

berikut:
“Ya nggak rutin si mbak, kalo pas rotinya di puskesmas habis ya nggak dikasih.”
(Informan Triangulasi 1)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber dana dari

Pukesmas Karanganayar sendiri untuk program PMT ibu hamil tidak tersedia,

hanya memberikan PMT dari pusat saja. Dan kendala yang di hadapi Puskesmas

Karanganyar adalah apabila dropingan dari pusat atau dinas kesehatan tidak tepat

waktu yang mengakibatkan puskesmas kehabisan stok PMT untuk ibu hamil.

4.2.1.3 Machine/Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia baik dari segi kuantitas dan kualitas akan

mendukung untuk mencapai tujuan dari suatu program. Berdasarkan wawancara

dengan infoman utama sarana dan prasarana yang tersedia dalam program PMT Ibu

Hamil yaitu berupa alat untuk pmeriksaan atau pengukuran berat badan dan LILA,

buku panduan untuk pelaksanaan program PMtT, konseling dan penyuluhan, serta

kelas ibu hamil. Berikut hasil wawancara dengan informan utama.

“…konseling sama penyuluhan gitu.”


(Informan 2)
“Ya paling penyuluhan, atau konseling. Sama alat-alat timbangan, pita pengukur
LiLA seperti itu paling.”
(Informan 4)

Sarana prasarana tersebut dirasa cukup untuk ibu hamil KEK, dengan

pernyataan sebgai berikut:


66

“Cukup-cukup aja si mbak.”


(Informan Triangulasi 1)
“Cukup.”
(Informan Triangulasi 2)

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kendala dalam sarana dan prasarana. Pita ukur dan timbangan, panduan atau juknis,

serta ada konseling dan penyuluhan tersedia dengan baik di Puskesmas Karananyar.

Dan ibu-ibu hamil KEK juga sudah merasa cukup dengan sarana prasarana tersebut.

4.2.1.1 Market/Sasaran penerima PMT(ibu hamil KEK)

Karakteristik sasaran dari ibu hamil KEK didapat dari pengumpulan

laporaan program monitoring PMT ibu hamil KEK dan data kohort ibu hamil yang

ada di puskesmas. Sasarnnya yaitu ibu hamil yang lingkar lengan atas (LILA) nya

kurang dari 23,5 cm. Berikut hasil wawancara dengan informan utama.

“Ibu hamil yag KEK, LiLA nya kurang dari 23,5 cm.”
(Informan 3)
“Ini kan ibu hamil, sebenarnya sasarannya bisa , kaitannya untuk PMT
penyuluhan, PMT penyuluhan kepada seluruh ibu hamil gitu ya, ada PMT
infeksi, PMT infeksi adalah untuk ibu hamil KEK tapi untuk saat ini kita ada
untuk memenuhi untuk ibu hamil KEK, sasarannya adalah untuk ibu hamil
KEK.
(Informan 1)

Tetapi dalam kenyataanya, tidak hanya ibu hamil yang LiLA nya di bawah

23,5cm saja yang diberikan PMT, akan tetapi ibu yang anemi juga diturut di beri

PMT. Hal tersebut sejalan dengan keterangan informan berikut.


67

“tidak semua ibu hamil mau diberikan seperti itu, kadang ada yang mau, ada
yang nggak punya resiko, gitu ya , mugkin dia cuma anemi aja bukan sasaran
untuk KEK nya tadi.”
(Informan 3)

Hal tersebut sejalan dengan salah satu keterangan dari informan Triangulasi

berikut:

“Pas periksa ik, soale kan HB ku turun, maksudnya buat tambah-tambah ben
HB ne munggah ngonoiku mbak.
(Informan Triangulasi 3)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa PMT tidak hanya diberikan

kepada ibu hamil KEK saja tetapi pada ibu anemi juga. Hal tersebut dilakaukan

karena pihak Puskesmas Karanganyar mengikuti panduan atau juknis yang ada di

Puskesmas. Menurut Juknis Program PMT ibu hamil KEK dari Puskesmas

Karangayar, sasarannya bukan hanya ibu KEK saja melainkan untuk ibu hamil yang

mengalami anemia juga.

4.2.1.4 Method/ Bentuk Pelayanan

Bentuk pelayanan dari Program PMT Ibu Hamil KEK yaitu pemberian PMT

secara langsung kepada ibu hamil yang KEK serta pemeriksaan secara rutin pada

Antenatal Care (ANC), kelas ibu hamil, penyuluhan, dan konseling. Berikut

pernyataan dari informan utama.

“Bentuknya ya PMT nya kita kasih langsung ke ibu hamil yang KEK, kalo pas
tidak bisa ke puskesmas ya nanti kita titip ke gasurkes yang pas keliling itu. Kan
PMT terintegrasi dengan ANC, nanti juga ada konseling sama penyuluhan gizi.”
(Informan 3)
68

“Ya nanti itu ibu hamil yang KEK kita kasih PMT nya selama stok masih ada”.
(Informan 4)

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Innforman triangulasi berikut:

“Kan ini ada ANC juga, kadang ya ada penyuluhan gizi.”


(Informan Triangulasi 1)
“Iya ada ANC, penyuluhan gizi ya ada.”
(Informan Triangulasi 2)

PMT diberikan ketika ibu datang ke puskesmas, bagi ibu yang tidak dapat

datang, PMT akan dititipkan Gasurkes. Tidak ada kenadala dalam pelayan PMT

karena sudah terintegrasi dengan ANC. Konseling dan penyuluhan dilakukan

sebagai sarana penunjang saat PMT tidak tersedia karena stok habis dan belum ada

dropingan dari pusat.

4.2.1.5 Material/ PMT Ibu Hamil

Makanan Tambahan Ibu Hamil berbentuk biskuit lapis dan rasa manis

dibungkus dalam kemasan alumunium foil berisi 3 keping, Setiap 3 (tiga) biskuit

lapis dikemas dalam 1(satu) kemasan primer (berat 60 gram). Mengandung

minimum 270 kalori, minimum 6 gram protein, minimum 12 gram lemak. Setiap 7

(tujuh) kemasan primet dikemas dalam 1(satu) kotak kemasan sekunder (berat 420

gram). Setiap 4 (empat) kemasan sekunde dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier.

Hal tersebut sejalan dengan peryataan informan utama sebagai berikut.

“PMT nya itu kalau ibu hamil KEK kan biskuit dek, yang dikasih dari punyanya
KEMENKES.”
(Informan 1)
69

“PMT nya berupa biscuit ibu hamil, satu karton untuk satu bulan.”
(Informan 3)

Kendala yang dihadapi terkait dengan material bahan PMTnya adalah tidak

semua ibu mau mengkonsumsinya secara rutin, hal ini disebabkan karena rasa dari

biskuit yang tidak terlalu enak. Dan beberapa ibu, ada yang membagi biskuit

tersebut dengan anak dan suaminya. Hal ini didapat dari pernyataan informan

utama.

“Nek ibu hamilnya punya balita, PMTnya tidak dimakan ibu hamilnya tok. Ibu
hamilnya bosen, berhenti di tengah jalan.”
(Informan 4)
“Kadang juga cerita diamakan tapi eneg mbak, tak bagi sama anak, suami juga
minta, nek pertama kan masih enak belum eneg nah itu kalau udah sering, ya
dibagi-bagi.”
(Informan 5)

Rasa dari biskuit membuat eneg dan terasa tidak enak bagi ibu hamil. Hal

tersebut disebutkan oleh triangulasi sebgai berikut:

“Rotinya eneg kok. Ya dimakan, tapi kan misalnya kalo dimakan setiap hari kan
eneg, dimakan tapi nggak setiap hari, misalkan pengen nyemil atau apa gitu,
tapikan aku punya cemilan sendiri rasanya kan eneng kan kayak gimana gitu,
selainya itu nggak enak, rotinya si emnag enak, tapi nak kayak kalo sek yang
suka ya doyan, kadang kan biasanya nggak ada yang sukak, katanya. Kata
temeku juga pernah dikasih kayak gitu, Cuma kadang eneg memang. kan setiap
hari. Aku nggak makan setiap hari, kadang-kadang.
(Informan Triangulasi 2)
Enggak tak makan setiap hari, eneg soale.
(Informan Triangulasi 3)
70

Dari uraian diatas dapat disimpukan bahwa kendala yang dihadapi adalah,

ibu hamil enggan memakan biscuit dikarenakan ibu-ibu hamil tidak menyukai rasa

dari biskuit PMT dan membuat eneg. Hal tersebut terkadang menjadikan biscuit

juga dibagikan ke anak atau keluarga yang lain. Untuk bahan dan standar gizi,

biskuit sudah terjamin karena didapat langsung dari Dinkes atau Kemenkes. Pihak

Puskesmas Karanganyar tidak pernah membuat sendiri biscuit tersebut.

4.2.2 Deskripsi Aspek Proses

4.2.2.1 Persiapan/ Perencanaan

Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana persiapan sebelum

program pemberian makanan tambahan dilaksanakan meliputi penentuan ibu hamil

yang KEK dengan pengukuran LiLA. Menurut Alita (2013), persiapan menjadi

penentu berjalannya suatu kegiatan atau program. Apabila suatu kegiatan

dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan peluang keberhasilan kegiatan

tersebut. dan penyuluhan.

Dari Dinas Kesehatan Kota Semarang sendiri, program PMT Ibu Hamil

dibawah tanggung jawab bidang Kesehatan Masyarakat dan pada seksi

Pemberdayaan dan Gizi serta bekerja sama dengan seksi KIA. Perencanaan

program PMT Ibu Hamil dimulai dari bawah, yaitu data yang di dapat dari

Puskesmas pada tahun lalu untuk membuat perkiraan jumlah PMT yang akan di

droping dari pusat. Hal ini dijelaskan oleh informan utama sebagai berikut.

“Alur perencanakaan program dari data kita yang ada kan, dari data ibu hamil
KEK itu. Kita kan perencanaan sebenarnya harapannya dari bawah dari
puskesmas data ibu hamil KEK tahun lalu itu berapa, itu didapat dari puskesmas
masing-masing kan. Kita kebutuhan pmt berapa kan gitu ya, itu nanti kemudian
dikirimkan ke pusat.” (Informan 1)
71

“Ya kita kan ada sasaran jumlah penduduk nanti ada target ibu hamilnya dalam
setahun berapa, berdasarkan dari itu dan itu ya diteatapkan oleh dinas, jadi awal
tahun itu kita ditetapkan ibu hamil sekian bayi baru lahir sekian nah itu sebagai
dasar perencananya jadi ketika itu nanti gizinya kan memantau juga diposyandu
kalau bidannya kan lebih kearah penemuannya di puskesmas setiap kunjungan
di puskesmasn begitu, kalau gizinya berdasarkan diposyandu terus kalau yang
lain para medis yang lain kalau ditemukan ibu hamil yang kek segera ditangani.
Jadi memang koordinasinya perencanaan setelah itu dipasrahkan ke dinas
alokasi yang droping itu masih diberikan ke kita.”
(Informan 2)
“Kalo dari dinas, kita terima dari sasaran ibu hamil yang beresiko, misalnya dari
tahun lalu kita ada sekian nanti dinas akan memberiakna dropping sekian ratus
karton ni untuk puskesmas karanganyar nanti kita bisa distribusikan untuk
sasaran kita yang masuk kategori, sasarannya kira-kira dari tahun lalu, seperti
itu, sekian kasus, paling plus minusnya kan 10% jumlah sasaran.”
(Informan 3)

Tetapi dalam kenyataannya, dropingan berasal dari pusat langsung, bahkan

pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang hanya menerima saja jumlahnya berapa.

Dan puskesmas pun sama, mereka tidak tau berapa jumlah yang akan mereka

dapatkan, karena semuanya dari pusat. Dan terkadang terjadi kehabisan stok karena

dropingan yang tidak menentu. Hal ini di paparkan oleh informan utama sebagai

berikut.

“Itu kan dropingan ya jadi memanag kemaren selama stoknya ada di dinas ya di
droping e puskesmas setau saya malah langsung dari KEMENKES kok. Karena
pengadaannya serempak disatu waktu gitu. Pengadaannya juga tergantung
dropingan. “
(Informan 1)

Karena pengadaan dari Kemenkes dikakukan dalam satu waktu, Puskesmas

Karanganyar terkadang kehabisan stok, dan harus menunggu pengadaan


72

selanjutnya untuk mendapatkan PMT lagi. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam

pendistribusian PMT ke ibu hamil KEK yang membutuhkan PMT. Padahal di

Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar banyak pendatang dari luar daerah untuk

bekerja, karena Karanyar merupakan daerah indutri yang menjadikan jumlah ibu

hamil terkadang tidak menentu. Hal ini disampaikan oleh informan utama sebagai

berikut:

“Tapi biasanya ada tambahan tidak terduga dari ibu-ibu dari daerah lain yang
bekerja di pabrik, atau ada ibu hamil yang ikut suaminya kerja di daerah sini.”

(Informan 3)

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dropingan dari pusat sangat

berpengaruh dalam perencanaan di puskesmas, karena semuanya sudah ditentukan

oleh pusat. Kendala yang dihadapi saat perencanaan adalah terkadang jumlah ibu

hamil bertambah dipertengahan tahun karena banyak warga pendatang dari daerah

lain untuk bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar yang merupakan

daerah industri, hal tersebut yang membuat puskesmas kehabisan stok PMT.

4.2.2.2 Pelaksanaan

Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana berjalannya program PMT

Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar dilihat dari pendistribusian

pemberian paket makanan kepada Ibu Hamil KEK, penyimpanan dan pemberian

konseling oleh petugas. Pendistribusian dilakukan dari pusat berupa dropingan, dari

Dinas Kesehatan

Kota Semarang sendiri apabila ada PMT dari pusat, maka akan langsung

dikirim ke Puskesmas yang ada di Semarang sesuai jumlah yang telah ditentukan.
73

Tidak ditimbun di penyimpanan Dinas Kesehatan Kota Semarang, karena

jumlahnya sangat banyak. Apabila masih lebih, baru disimpan di gudang

ppenyimpanan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hal tersebut dijelaskan oleh

informan utama, sebaai berikut.

“Kalo PMT KEK gini biasanya kita langsung ke puskesmas, kalo masih ada sisa
kita taruh di rumah gizi gitu, kita langsung droping ke puskesmas. Dari pusat
terus nanti langsung ke puskesmas, tahun ini kita rencananya minta langung ke
puskesmas. Kalo nanti misal masih ada ya kita tampung dirumah gizi, tapi di
rumah gizi cuma sedikt karena rumah gizi cuma kecil.”
(Informan 1)

Untuk penyimpanan di Puskesmas, mereka mempunyai ruangan

penyimpanan khusus untuk PMT yang terdapat tatakan kayu, agar PMT tidak

langsung terkena lantai. Setelah bagian gizi menerima, langsung dilaporkan ke

bagian KIA dan selanjutnya akan serahkan pada bagiian KIA. Berikut penjelasan

dari informan untama.

“Dateng ya sudah langsung masuk gudang nanti saya kan dapet yang namanya
ini, misalnya susu, berita acara serah terima barang, ini saya fotokopi tak
kasihkan KIA jadi KIA sudah tau ada barang sejumlah ini, nah dia mau nyetok
diruangannyas seberapa begitu.”
(Informan 4)

Dalam kenyataannya PMT tidak selalu ada setiap dibutuhkan. Apabila stok

di Puskesmas habis, maka tidak bisa langsung minta atau di beri oleh Dinas

Kesehatan Kota Semarang karena kalau stok mereka juga habis Dinas Kesehatan

Kota Semarang juga tidak dapat berbuat apa-apa karena semuanya dari pusat.

Apabila tidak ada dropingan dari pusat, maka ke bawahnya juga tidak akan dapat.
74

Hal ini menjadi salah satu kendala dalam program PMT Ibu Hamil seperti

pernyataan informan utama berikut.

“Itu kan dropingan ya jadi memang kemaren selama stoknya ada di dinas ya di
droping ke puskesmas, setau saya malah langsung dari kemenkes kok. Karena
pengadaannya serempak disatu waktu gitu. Pengadaannya juga tergantung
dropingan, paling kita inikan konselingnya aja.”
(Informan 2)

Selama tidak ada stok PMT di puskesmas, maka pihak puskesmas hanya

melakukan penyuluhan. Apabila stok PMT sudah ada maka langsung diberikan.

Jadi kendala utama pelaksanaan program PMT ibu hamil KEK di Puskesmas

Karanganyar adalah habisnya stok PMT dan harus menunggu pengadaan PMT

selanjutnya untuk mendapatkan PMT lagi.

4.2.2.3 Pemantauan/ Pengawasan

Bagian ini akan membahas mengenai pemantauan program PMT Ibu Hamil

di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar, pemantauan dilakukan setiap bulan

selama pelaksanaan pemberian PMT. Pemantauan meliputi pengukuran berat

badan, ukuran LILA memastikan bahwa paket makanan benar-benar dikonsumsi

oleh ibu hamil KEK. Untuk pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang sendiri mereka

mengevauasi dari tiga sampai enam bulan sekali. Evaluasi di lakukan oleh salah

satu staf Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi. Dan untuk memastikan apakah

PMT tersebut benar-benar dikonsumsi oleh Ibu hamil atau tidak, pihak Dinkes

maupun Puskesmas tidak dapat memastikannya. Seperti di jelaskan oleh informan

utama berikut.
75

“Proses pemantauan dan evaluasinya, jadi memang pemantauannya kita baru


memberikan bahwa ini PMT itu bahwa sudah kita distribusikan ke puskesmas
sesuai dengan dari pembagian dari pusat, sesuai dengan puskesmas. Nah
puskesmas itu evaluasinya adalah pmt ini habis atau tidak, nah cuma memang
kita masih belum tapi pemberiannya memang ssesuai dengan juknis yang ada
ya, cuma memang kita belum pernah mengevaluasi apakah, ya itu tadi
penghitungaanya adalah apakah bumil KEK yang kita kasih PMT masih jadi
bumil KEK atau tidak nah itu yang belum pernah kita lakukan, tapi ya
kebanyakan ya masih bumil KEK gitu ya.”
(Informan 1)

“Iya ngecek ditribusinya, kan ada data ibu hamil kek itu berapa, untuk efek
pemberia ini terhadap peningkatan status gizinya memang belum sampai disitu,
hanya sebatas mengetahui kriteria penerima pmt itu, ini kan dropingan apakah
sudah sesuai dengan kriterinya sama megevaluasi jumlahnya, banyak atau
sedikitnya.”
(Informan 2)

Ibu KEK juga mempunyai cemilan lain atau terkadang menkonsumsi

vitamin dan makanan bergizi yang tidak dapat dipantau secara rutin oleh pihak

puskesmas. Hal tersebut disampaikan oleh Informan Triangulasi berikut:

“…tapikan aku punya cemilan sendiri….”

(Informan Triangulasi 2)

Dalam pelaksanaannya kendala yang di hadapi Puskesmas Karanganyar

adalah tidak adanya kader atau petugas khusus untuk memantau atau memastikan

PMT benar-benar dikonsumsi oleh ibu hamil KEK atau tidak. Puskesmas hanya

dapat memantau pendistribusiannya saja, untuk memantau pengkonsumsian PMT,

bidan dan gasurkes hanya sekedar menanyai ibu hamil KEK apakah mereka

menkonsumsinya atau tidak.


76

4.2.2.4 Pencatatan/ Pelaporan

Bagian ini akan membahas mengenai kegiatan pencatatan dan pelaporan

dari kegiatan PMT Ibu Hamil di Puskesmas Karanganyar. Pencatatan dimulai dari

pendataan ibu hamil KEK, penerimaan PMT dari pusat ke Puskesmas, penyerahan

ke ibu hamil KEK dan perkembangan dari ibu dan janin. Ada pencatatan yang

masih manual, tetapi ada juga yang sudah online dengan aplikasi, jadi bisa langsung

terhubung ke pusat. Berikut hasil wawancara dengan informan :

“Sistem pelaporanya, kita kan ada online itu ya kayak dengan SIP itu ya, SIP
pelaporan bulanan itu kan ada, sekaraNg kalau evalusi masalah gizi buruk, itu
pakainya emptbgm. Tapi kalau yang khusus PMT, itu biasanya pencatatanya
pakai total manual. Tapi kalau laporan sistem puskesmasnya ke kita kaitannya
dengan survailens itu adalah tadi dengan laporan bulanan yang pakai SIP itu,
sejenis sistem informasi puskesmas sama ya, dengan emptbgm, online, saya
bukanya sistem informasi gizi terpadu, itu nanti ada data ibu hamil, pemberian
pmt, itu nanti ada. Itu nanti sampai ke pusat, nanti berita acara kita print, nanti
di pusat sudah ngerti. Disemua puskesmas sudah menggunakan. Makanya
sistem ini terpusat dari pusat sisitem informasi terpadu pakai ini semua. Jadi ini
kan masih berprogres ya, jadi selain ini ya tadi sistem informasi puskesmas.”
(Informan 1)

“Mereka ada laporan bulanan simpus yang dari SIK namanya, laporan bulanan
itu yang online juga ada, terus yang dari, itu kan belum bisa menjabarkan,
evalusinya dari yang 3 bulanan itu.”
(Informan 2)
“Bentuknya buku, kalo diterima iya berapa iya, kalo pengkosumsiannya kita
nggak ada yang mantau.”
(Informan 3)

Untuk pencatatan perkembangan gizi ibu hamil seperti ukuran LiLA, berat

badan dll, dicatat oleh gasurkes dan bidan di Puskesmas Kranganyar di buku dan di

sistem. Hal tersebut dikemukakan oleh informan utama sebagai berikut:


77

“Datanya kita, pakenya gaspol, kayak sistem kita online, kita kan laporin ke sini
data mentah, lilanya segini segini segini, nanti yang ngitung kan sini. Yang
nyatet kohortnya kadang kalo ada waktu ya KIA, kalau nggak ada waktu ya dari
kita nya, siapa yang sempet ya itu yang nulis. “
(Informan 5)

Dalam pencatatan dan pelaporan baik dari Puskesmas dan Dinkes, sudah

menggunakan sistem atau online yang terhubung langsung degan pusat atau

Kemenkes, tetapi ada beberapa yang masih menggunakan manual. Untuk

pencatatan dan pelaporan tidak ada kendala di Puskesmas Karanganyar tetapi tidak

ada pencatatan dan pelaporan mengenai pemanfaatan tauan pengkonsumsian PMT

hanya ada pencatatan peneriamaannya saja.

4.2.3 Deskripsi Aspek Output

4.2.3.1 Capaian Pemberian Makanan Tambahan

Berdasarkan hasil telaah dokumen mengenai capaian pemberian makanan

tambahan di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar, cakupan pemberian makanan

tambahan terakhir dilakukan tahun2018. Sedangkan untuk tahun 2019 belum ada

karena droping dari pusat belum ada, jadi di puskesmas tidak dapat melaksnaan

PMT. Saat dropngan dilakukan, pihak puskesmas akan langsung memberikan PMT

pada ibu hamil KEK. Sejauh ini indikator hanya berupa apakah PMT di puskesmas

habis atau tidak dan dimakan atau tidak. Tetapi dari pihak Dinas maupun Puskesmas

hanya bisa memastikan PMT di Puskesmas habis atau tidak, tapi tidak mengetahui

apakah PMT benar-benar dikonsumsi sendiri oleh ibu hamil KEK atau diberikan

pada anak dan suaminya. Seperti pernyataan dari informan utama berikut.
78

“Nah itu kaitannya dengan rutinitas pemberian pmt ini, belum lagi pemantauan
makannya, bukan hanya sekedar diberikan. Bisa jadi ibu hamil dikasih tapi
ternyata ngga dimakan sama ibu hamilnya, dikasihkan anaknya, karena pmt ibu
hmail itu lebih enak, kata temen-temen juga enka lho ini rotinya. Anak saya juga
malah dapet, lho kamu dapet dari mana, teryata dikasih. Nah Kita kan nggak
bisa mengevaluasi sejauh itu, ibaratnya pmo, orang yang kena tb itu, itu kan
diaksih obat itu dipantau, itu sangat sulit disini. Kelemahan kita ya tadi dalam
hal evalusi-evalusi progress pemberian pmt itu sejauh mana itu.”
(Informan 1)
“Saya kok belum bisa jawab presentasenya ya mbak, karena memang kadang
tidak semua diberikan sesuai mau, 3 bulan mau benar-benar bisa gitu, kan
memang harsnya 3 bulan itu diberikan dan konsumsi patuh, kalo peningkatan
ada tapi preentasenya saya ndak bisa bilang berapa, belum diteliti kalo itu,
harusnya ada angkanya kan, dari sekian ibu hamil diberiakn pmt sekian hasilnya
harusnya , nah saya ndak punya data itu.
(Informan 3)
“Secara angka memang nggak ada, KEK itu kan, maksudnya gini, kita
berharapnya kan nggak ada, dan setiap bulan itu kan beda-beda kondisinya gitu,
ya targetnya begitu terdeksi ya langsung dapet PMT nya gitu. Dimanapun dia
terdeteksi misalnya dariposyandu dari informasi kader atau pada saat kunjungan
rumah atau kunjungan kesini ya sedapatnya begitu ditangkapnya maksudnya
terdekteksi ya kita berikan, ya kita ini ya distribusinya bukan hanya disini tapi
juga di posyandu.”
(Informan 2)

Dari uarain diatas dapat disimpulkan bahwa pihak pukesmas dan Dinkes

hanya dapat memantau habis tidaknya stok di puskesmas tetapi tidak dapat

memastikan PMT tersebut benar-benar dikonsumsi secara rutin oleh ibu hamil KEK

atau tidak.

4.2.3.2 Peningkatan status gizi ibu hamil KEK

Peningkatan status gizi ini juga belum dapat diketahui presentasenya oleh

pihak Dinas maupun Puskesmas Karanganyar. Hal ini disebabkan karena mereka
79

juga belum pernah mengevaluasi apakah dengan PMT, LILA ibu hamil bisa naik

apa tidak. Karena ada beberapa faktor penyerta yang lainnya juga, misalnya pihak

puskesmas tidak menegetahui makanan apa saja yang dikonsumsi setiapa hari dan

apakah ibu hamil mengkonsumsi vitamin yang lainnya juga dan kebnayakan ibu

tidak full tiga bulan mengkonsumsi PMT. Faktor lain juga PMT hanya sebagai

cemilan saja, buka makanan utama. Hal ini di paparkan oleh informan utama

sebagai berikut.

Kalau dirumah ya ndak ada memang, kita mantaunya dari berat badan, setiap
bulan kan kontrol nah, cuma sekedar ditanya dimakan ngak, habis ndak, ada
keluhan, mual apa enneg, habisnya berapa, cuma sekedar itu dan penambahan
berat badan gitu.

Tapi memang ada resiko-resiko, misalnya si ibu itu ternyata punya balita, nah
biskuit ibu hamil ini bukan sekedar dimakan ibuknya tapi dimakan juga anakya,
padahal sudah dibilangin, ini untuk ibuknya, tapi kalau anaknya mau, minta
gimana, lah seperti itu lho, jadi tidak 100%, saya akui tidak 100% dimakan habis
ibuknya kalau si ibu itu punya balita, kalau ibuknya cuma berdua sama
suamunya tok atau sama mertuanya, kemungkinan bisa habis oleh ibuknya
sendiri gitu.
(informan 4)

Di perkuat dengan pernyataan dari triangulasi sebagai berikut:

“Yo kadang nek pas laper wae, nek pengen makan ya makan. Nek aku pas leper
gitu, nek malem, orang hamil kan biasanya leper gitu tak makan, tapi kalo ndak
ya ndak.”
(Informan Triangulasi 1)
“misalkan pengen nyemil atau apa gitu, tapikan aku punya cemilan sendiri
rasanya kan eneng kan kayak gimana gitu, selainya itu nggak enak”
Dari pihak Dinkes menjelaskan
(Informan Triangulasi 2)
80

Dari pihak Dinkes menambahkan karena untuk proses membesarkan LiLA

itu membutuhkan waktu yang lama, yang paling diperhatikan disini adalah kondisi

janinnya, apakah berat dan besar janin ibu yang KEK itu sudah sesuai apa belum.

Dan bayi yang dilahirkan mengalami BBLR atau tidak. Hal ini sesuai dengan

pernyataan informan utama sebagai berikut :

“Karena kita belum mengevaluasi ya belum, tapi kalau dari angka BBLR kita
kan nggak terlalu banyak kan gitu lhoo.”
(Informan 1)
“Untuk ibu yang KEK disini bayinya tidak ada yang BBLR.”

(Informan 3)

Peningkatan status gizi pada ibu hamil juga berpegaruh terhadap kondisi

janin dan bayi yang dilahirkan. Apabila kenaikan LiLA belum terlihat, kita juga

dapat melihat bagaimana perkembangan janinnya. Karena di beberapa kasus LiLA

ibu tidak meningkat tetapi berat janin meningkat dan membesar.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 HASIL PEMBAHASAN

5.1.1 Aspek Input

5.1.1.1 Man/ Sumber Daya Manusia (SDM)

Undang-undang No 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan menyatakan

bahwa tenaga kesehatan berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan

yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rustam (2012), efisiensi dan

efektifitas suatu pelaksanaan dari sebuah program bergantung pada sumber daya

manusia. Sumber daya manusia akan sangat menentukan suatu keberhasilan

program dengan esksistensi sumber daya manusia yang berkualitas dan sangat

memadai, agar mereka bisa tanggap dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 369 tahun

2007 tentang standar profesi bidan mengenai intervensi ibu hamil dengan KEK,

dapat dilakukan dengan cara melakukan rujukan ke petugas tenaga gizi serta

berkolaborasi untuk membantu memonitoring serta mengevaluasi asupan

pemberian makanan dan kenaikan berat badan.

78
79

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan

petugas gizi Puskesmas Karananyar, Kepala puskesmas dan Bidan, bahwa Sumber

Daya Manusia yang terlibat dalam program PMT Ibu Hamil di Puskesmas

Karanganyar adalah petugas gizi dari Puskesmas Karanganyar, bidan dan petugas

KIA, dan Gasurkes yang bertutugas di Puskesmas Karanganyar.

Berdasarkan juknis PMT (2019), harus ada BDD/petugas yang

ditunjuk/kader,untuk melaksanakan pemantauan pemanfaatan PMT pada ibu hamil

KEK. Di Puskesmas Karanganyar sendiri SDM untuk Pemnatauan pemanfaatan

belum ada, hanya ada SDM untuk pendistribusian saja.

5.1.1.2 Money/ Sumber Dana

Anggaran adalah ungkapan keuangan dari program kerja untuk mencapai

sasaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan dapat juga diartikan suatu

rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan,

yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter serta berlaku untuk jangka waktu

(periode) tertentu yang akan datang. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

dibiayai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Prawita (2017).

Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pembiayaan kesehatan

berasal dari pemerintah, permerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara, anggaran

dana untuk program PMT Ibu Hamil KEK berasal dari APBN, APBD, dan

Perusahaan Swasta. Akan tetapi anggaran ini sudah berupa produk yaitu biscuit siap

makan yang di droping langsung dari pusat, dari Kementrian Kesehatan. untuk
80

Dinas Kesehatan dan Puskesmas mereka tidak menyediakan dana untuk program

ini, karena sudah di droping dari pusat langsung. Apabila terjadi kekosongan stok,

Puskesmas tidak menganggarkan untuk membeli produk melainkan hanya

melakukan penyuluhan dan konseling sebagai penggantinya. Pendistribusian PMT

tidak menentu waktunya, bahkan tahun 2019 belum ada droping dari pusat.

Sehingga PMT tersebut tidak dapat diberikan kepada Ibu Haml KEK yang

membutuhkan.

Dapat disimpulkan bahwa anggaran yang digunakan oleh Puskesmas

Karanganyar untuk program PMT ibu hamil KEK sudah sesuai dengan Juknis PMT

dari Kemenkes.

5.1.1.3 Machine/ Sarana dan Prasarana

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rustam (2012), ketersediaan

sarana dan prasarana keberadaannya sangat penting dalam melaksanakan suatu

program kesehatan karena sarana dan prasarana merupakan alat penunjang untuk

mencapai tujuan dari suatu program. Sarana dan prasaran kesehatan meliputi

seberapa banyak fasilitas-fasilitas kesehatan, konseling maupun pusat-pusat

informasi bagi individu masyarakat.

Berdasarkan pernyataan dari wawancara mendalam dengan narasumber

tentang sarana dan prasarana, ketersediaan sarana dan prasarana di Puskesmas

Karanganyar dapat dipenuhi baik dari jenis dan jumlahnya. Sarana yang tersedia

untuk menunjang kegiatan program PMT Ibu Hamil seperti timbangan injak

manual, pita ukur, meja dan kursi, ANC, kelas ibu hamil, konseling dan Juknis
81

pelaksanaan program PMT. Untuk sarana penunjang bagi pelaksana program,

masing-masing mempuyai kompuer atau leptop untuk menginput data pada sistem

gizi.

Menurut hasil penelitian Lamabelawa (2006:102), mengatakan bahwa

pekerjaan seseorang untuk menjalankan tugasnya tingkat kualitas hasilnya sangat

ditentukan oleh sarana dan prasarana. Alat kerja yang canggih disertai pedoman dan

pelatihan penggunaannnya secara lengkap dan sempurna akan berpengaruh

terhadap produktifitas dan kualitas kerja yang optimal.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sarana dan

prasarana di Puskesmas sudah lengkap baik dari segi fisik, konseling, juknis

maupun sistem. Untuk menunjang terlaksananya suatu kegiatan maka harus

tercukupi sarana dan prasarananya.

5.1.1.4 Market/ Sasaran penerima PMT(Ibu Hamil KEK)

Pada ibu hamil KEK yang memiliki Lingkar Lengan Atas (LiLA) dibawah

23,5 cm diberikan MT disertai konseling yang bertujuan untuk meningkatkan status

gizi ibu. Jangka waktu pemberian MT pada ibu hamil KEK dapat lebih dari 1 bulan.

Ibu hamil harus menghabiskan MT yang diterima dan melakukan kunjungan ANC

termasuk melakukan pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan

berat badan ibu hamil dan atau LiLA.

Meunurut Juknis PMT (2019), Pada kehamilan trimester I diberikan 2

keping biskuit lapis per hari. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping

biskuit lapis per hari. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60
82

gram). Pemberian MT ini sebagai MT Penyuluhan yang diberikan dengan waktu

pemberian maksimal 1 (satu) bulan disertai dengan edukasi. MT Ibu Hamil ini dapat

juga digunakan pada situasi darurat.

Sasaran program Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil KEK di

Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar adalah semua ibu hamil yang mengalami

KEK berdasarkan ukuran LILA <23,5 cm dan ibu hamil yang mengalami anemia.

Hal tersebut d=sesuai dengan Juknis yang dibuat oleh pihak Puskesmas

Karanganyar Biasanya ukuran LiLA akan diketahui saat pemeriksaan rutin yang

dilakukan oleh ibu hamil. Ibu hamil dengan LiLA <23,5 cm akan didata dan diberi

PMT apabila stok PMT masih ada. Apabila stok PMT habis, maka akan diberi

penyuluhan dan konseling serta pengukuran rutin perbulan.

Kesimpulannya sasaran PMT ibu hamil KEK di Puskesmas Karanganyar

tidak sesuai dengan Juknis PMT dari Kemenkes tetapi mengikuti Juknis PMT dari

Puskesmas Karanganyar sendiri yaitu ibu yang mengalami anemia juga medapatkan

PMT.

5.1.1.5 Method/ Bentuk Pelayanan

Meunurut Juknis PMT (2019), pemberian makanan tambahan atau

suplementasi gizi khususnya bagi ibu hamil dan anak merupakan salah satu strategi

peningkatan akses pangan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan anak dan ibu hamil

dalam mengatasi masalah gizi. Karena berdasarkan data Survei Diet Total (SDT)

tahun 2014 menunjukan masih kurangnya konsumsi harian ibu hamil dan anak dari

kebutuhannya berdasarkan angka kecukupan gizi. Lebih dari separuh balita (55,7%)
83

mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang

dianjurkan. Pada kelompok ibu hamil baik di pedesaan maupun perkotaan lebih dari

separuhnya mengalami defisit asupan energi dan protein.

Pemberian MT pada ibu hamil dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi

ibu selama kehamilan dengan tetap mengkonsumi makanan keluarga sesuai gizi

seimbang. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal

Care (ANC).

Menurut Mengalik (2019), pendistribusian PMT dilakukan di Puskesmas

saat ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC terpadu, pada tahapan pemeriksaan

gizi akan dilakukan skrining gizi, konseling dan edukasi gizi terlebih dahulu

kemudian diakhir dengan pemberian makanan tambahan.

Di Puskesmas Karanganyar apabila terjadi kekosongan stok PMT, maka

akan ada penyuluhan, kelas ibu hamil dan konseling. Menurut Prawita (2015), ibu

yang telah diberikan konseling kesadaran gizi serta melakukan pemeriksaan rutin

antenatal dapat meningkatkan perbaikan status gizi. Hal ini didukung oleh

penelitian Haoyue Gao dkk (2013), bahwa kepatuhan setidaknya untuk beberapa

nutrisi yang direkomendasikan, dengan penekanan khusus pada pendidikan

mengenai gizi dapat mengurangi kesenjangan status gizi yang terjadi. Hal ini

menunjukkan konseling dan penyuluhan juga penting bagi ibu hamil KEK.

Dipuskesmas karanganyar bentuk pelayanan PMT ibu hamil sudah sesuai

dengan JUknis PMT dari Kemenkes, yaitu terintegrasi dengan ANC dan dibarengi

dengan konseling dan penyluhan sebagai sarana penunjang.


84

5.1.1.6 Material/ PMT Pemulihan

Meunurut Juknis PMT (2019), biskuit Ibu Hamil diperkaya 11 macam

vitamin(A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Folat) dan 7 macam mineral (Besi,

Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium). Makanan Tambahan Ibu

Hamil berbentuk biskuit lapis dan rasa manis dibungkus dalam kemasan

alumunium foil berisi 3 keping, dengan rincian :

1. Setiap 3 (tiga) biskuit lapis dikemas dalam 1(satu) kemasan primer (berat

60 gram). Mengandung minimum 270 kalori, minimum 6 gram protein,

minimum 12 gram lemak.

2. Setiap 7 (tujuh) kemasan primet dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan

sekunder (berat 420 gram).

3. Setiap 4 (empat) kemasan sekunde dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier.

Di Puskesmas Karanganyar PMT bagi ibu hamil KEK sudah sesuai standar

karena dropingan langsung dari pusat dan tidak pernah membuat pengadaan sendiri.

Kadaluarsa, kemasan, dan penyimpanan selalu diperhatikan dari pihak puskesmas,

terutama gudang penyimpanan yang menggunakan alas kayu untuk penempatan

PMT agar boks tidak bersentuhan langsung dengan lantai

5.1.2 Aspek Proses

Menurut Pastuti (2018) menyebutkan, hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam melakukan proses yaitu menilai perencanaan program untuk mengetahui

target sasaran dari program PMT, pelaksanan program serta pengawasaan program
85

apakah telah mencapai target yang ditetapkan, serta mengidentifikasi kendala dan

masalah yang dihadapi dan pemecahannya.

5.1.2.1 Persiapan/ Perencanaan

Meunurut Juknis PMT (2019), dalam hal perencanaan, volume pengadaan

MT balita dan ibu hamil ditetapkan menggunakan prevalensi balita kurus usia 6 –

59 bulan dan prevalensi ibu hamil KEK yang bersumber dari data nasional. Dalam

tahap pelaksanaan, volume pengadaan MT balita dan ibu hamil ditetapkan dengan

data sasaran riil yang ditemukan berdasarkan rekapitulasi hasil kegiatan surveilans

gizi di puskesmas. Sebelum MT didistribusikan dilakukan inspeksi di gudang

penyedia terkait kesesuaian jumlah dan spesifikasi produk. Makanan tambahan

yang sudah diproduksi dan diinspeksi dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan

Barang (BAPB) oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan MT baik di Pusat

atau di Daerah.

Dari hasil wawancara dengan pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas

Karanganyar, perencanaan program PMT Ibu Hamil di Puskesmas Karanganyar

dimulai dari sasaran jumlah penduduk yang nanti menjadi target ibu hamilnya

dalam setahun berapa, jadi awal tahun nanti ditetapkan ibu hamil sekian bayi baru

lahir sekian, itu sebagai dasar perencananya lalu data tersebut dikirim ke dinas dan

pusat. Setelah data tersebut dikirim, KEMENKES yang akan menentukan besaran

jumlah PMT yang akan diterima. Untuk perencanaannya Puskesmas Karanganyar

sudah sesuai dengan Juknis PMT dari Kemenkes.


86

5.1.2.2 Pelaksanaan

Setelah persiapan program pemberian makanan tambahan pemulihan telah

selesai dibuat maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan program. Pelaksanaan

program dapat berjalan dan berhasil apabila ada persiapan yang baik. Pelaksanaan

program pemberian makanan tambahan pemulihan terdiri dari pendistribusian dan

konseling. Pendistribusian paket makanan tambahan pemulihan merupakan proses

pemberian paket makanan tambahan ke ibu hamil KEK. PMT tersebut diberikan

langsung kepada ibu hamil KEK yang datang ke puskesmas. Dalam

pelaksanaannya, droping PMT dari pusat tidak menentu turunnya, dan jumlahnya

telah di tentukan oleh pusat. Dalam penditribusiannya, setelah Dinkes menerima

dari pusat, maka langsung di distribusikan ke masing-masing Puskesmas. Apabila

masih ada stok lebih, maka akan di taruh di rumah gizi. Setelah diberikan PMT ibu

hamil KEK juga diberikan edukasi tentang gizi. Setelah konseling diharapkan

individu dan keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi

masalahnya.

5.1.2.3 Pemantauan/Pengawasan

Meunurut Juknis PMT (2019), pemantauan merupakan komponen penting

dalam pengelolaan MT yang mencakup distribusi MT dan pemanfaatan oleh

sasaran. Kegiatan pemantauan merupakan proses untuk mengamati secara terus

menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman atau rencana yang sudah

disusun sebelumnya. Dengan dilakukan pemantauan nantinya akan diketahui jika

terjadi penyimpangan. Semua kebijakan publik, baik itu peraturan, larangan,


87

kebijakan retribusi atau apapun kebijakannya pastilah mengandung unsur control

(pengawasan) (Agustino, 2014:166).

Pemantauan yang dilakukan oleh kepala Puskesmas Karanganyar yaitu

dengan melihat laporan bulanan dan melakukan pengecekan ke lapangan.

Selanjutnya, pemantauan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang juga dilakukan

dengan melihat laporan setiap bulan, selain itu juga melakukan kunjungan ke

puskesmas.

Pemantauan dari pihak Dinas Kesehatan dilakukan pada tiga sampai enam

bulan sekali. Sedangkan di puskesmas dilakukan sebulan sekali dan tiga bulan

sekali. Pemantauan di Puskesmas Karanganyar belum sesuai dengan Juknis PMT

dari Kemenkes karena pemantauan hanya dapat dilakukan pada distribusi saja, yaitu

dari pusat ke puskesmas dan dari puskesmas ke ibu hamil KEK saja. Sedangkan

untuk pemantauan pemanfaatanya baik dari pihak Dinkes maupun Puskesmas

belum dapat melaksanakannya. Mereka tidak dapat memastikan apakah PMT

tersebut dikonsumsi baik secara rutin maupuan tidak. Pihak puskesmas hanya

menanyai apakah PMT dikonsumsi dan memberikan penyuluhan agar PMT benar-

benar dikonsumsi. Hal ini dikarenakan tidak adanya kader atau petugas khusus

untuk memantau pemanfaatan atau pengkonsumsian PMT.

5.1.2.4 Pencatatan/Pelaporan

Pencatatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui

bagaimana berjalannya program apakah dapat terlaksana dan dapat mencapai tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya. Pencatatan dapat dilakukan siapa saja yang ikut
88

terlibat dalam pelaksanaan program atau petugas pelaksana program. Sedangkan

pelaporan adalah pemberian hasil pencatatan yang telah dilakukan oleh petugas

kepada pihak yang berada diatasnya. Fungsi dari pencatatan dan pelaporan adalah

untuk mengetahui keberhasilan program dan sebagai bahan evaluasi program.

Evaluasi program akan digunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan program

yang akan datang supaya nantinya program dapat berjalan lebih baik dari

sebelumnya.

Meunurut Juknis PMT (2019), pencatatan seluruh kegiatan distribusi

makanan tambahan sampai ke sasaran yang bersumber dari Pengadaan Pusat

maupun Pengadaan Daerah, dilakukan menggunakan formulir bantu manual yang

selanjutnya diinput ke dalam aplikasi pencatatan dan pelaporan elektronik

sigiziterpadu yang dapat diakses melalui alamat http:

//sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id.

Pencatatan administrasi gudang atau Stoc Opname MT dilakukan di Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas menggunakan formulir stock opname

makanan tambahan. Pengisian formulir pencatatan administrasi gudang MT di

puskesmas sama seperti di Dinkes Kabupaten/Kota. Pencatatan administrasi

gudang atau Stock Opname selanjutnya diinput ke aplikasi sigiziterpadu pada menu

Distribusi PMT. Pada aplikasi ini juga terdapat format BAST. Pencatatan distribusi

dan konsumsi MT dilakukan pada semua sasaran yang menerima MT. Pencatatan

ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis MT yang diterima dan dikonsumsi

oleh sasaran. Formulir Distribusi dan Konsumsi MT pada sasaran dapat digunakan

untuk ibu hamildan balita. Formulir ini selanjutnya diinput ke aplikasi sigiziterpadu
89

pada modul e-PPGBM entry PMT. Pada menu tersebut, keterangan menerima

makanan tambahan melekat pada data masing-masing individu seperti data

penimbangan, pengukuran maupun pelayanan lainnya. Data sasaran balita dan ibu

hamil penerima MT yang sudah diinput oleh puskesmas dapat diamati perubahan

pertumbuhan berat badan dan status gizi nya setiap saat. Rekapitulasi dan pelaporan

secara otomatis dilakukan oleh sistem aplikasi, dan umpan balik dapat dilakukan

secara berjenjang pada waktu yang bersamaan sehingga lebih efektif dan efisien.

Di Puskesmas Karanganyar pencatatan dan pelaporan menggunakan sistem

atau online dan juga manual. Pencatatan dimulai dari gasurkes, bidang gizi dan

KIA. Untuk pelaporan ke kepala puskesmas menggunakan laporan bulanan atau per

tiga bulan. Sedangkan pelaporan untuk ke Dinkes menggunakan email dan sistem.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem pencatatan da pelaporan di Puskesmas

Karanganyar sudah sesuai dengan Juknis PMT dari Kemenkes.

5.1.3 Aspek Output

Output mengenai evaluasi program penanggulangan gizi kurang di

Puskesmas Karanganyar yaitu, Status gizi ibu hamil KEK, dan capaian pemberian

makanan tambahan (PMT).

5.1.3.1 Capaian Pemberian Makanan Tambahan

Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting karena gizi ibu

hamil berhubungan dengan gizi bayinya. Program 1000 hari kehidupan dimuai

sejak ibu hamil atau anak masih dalam kandungan. Ibu hamil rentan terhadap

kesehatan gizi salah satunya adalah kekurangan energi kronis (KEK). Salah satu
90

upaya peningkatan status gizi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Karangannyar

yaitu dengan mengadakan PMT ibu hamil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Alita & Ahyanti (2013), keberhasilan pemberian makanan tambahan berhubungan

dengan perencanaan, pelaksanaan, pencatatan, penilaian dan pelaporan.

Hasil penilitian yang dilakukan wilayah kerja Puskesmas Karanganyar,

pemberian makanan tambahan telah sesuai dengan prosedur apabila stok masih ada.

Pemberian PMT bukan hanya pada ibu hamil KEK saja tetai diberikan juga untuk

ibu hamil yang mengalami anemia, hal ini sejalan dengan juknis yang dibuat oleh

Puskesmas Karanganyar. Tetapi untuk pemantauan dimakan atau tidak, itu belum

dapat dipantau. Pengukuran LiLA perbulan juga kadang tidak dilakukan. Dan

makanan apa saja yang dimakan tidak diketahui oleh pihak puskesmas.

Berdasarkan telaah dokumen tentang cakupan pemberian makanan

tambahan hanya ada di tahun 2018. Sedangkan untuk tahun 2019 belum dilakukan

pemberian makanan tambahan karena stoknya belum ada, dan tidak ada dropingan

dari pusat. Unuk capaian Program PMT ibu hamil di Puskesmas Kanganyar masih

kurang dan belum maksimal karena masih banyak kendala dan beberapa bagian dari

program tidak sesuai dengan panguan Juknis dari Kemenkes.

5.1.3.2 Status Gizi Ibu Hamil KEK

Hasil penelitian yang dilakukan di Kota Surabaya mengemukakan bahwa

pemberian makanan tambahan (PMT) mampu memberikan perubahan status gizi

ibu hamil KEK menjadi normal. Tetapi masih terdapat faktor lain yang

mempengaruhi status gizi ibu hamil KEK seperti pola makan, konsumsi makanan,
91

status ekonomi, status kesehatan dan faktor internal seperti beban kerja berlebihan

dan pengetahuan gizi kurang baik (Nugrahini, 2013).

Hasil penelitian Kathleen dan Drora Fraser (2010), mengemukakan

pemberian intervensi pada ibu hamil dengan KEK berefek positif pada bobot lahir

bayi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa risiko terjadinya BBLR dapat menurun

jika dilakukan intervensi. Penelitian di Palembang oleh Pastuti (2018) menyatakan,

berdasarkan analisis data menunjukan perbandingan ukuran LILA sebelum PMT-P

pada ibu hamil dan setelah PMT-P diberikan selama 90 hari, menunjukan tidak ada

ukuran LILA ibu hamil yang berkurang setelah PMT-P. Sebanyak 103 ibu hamil

mengalami pertambahan ukuran LiLA setelah PMT-P dan 6 ibu hamil dengan tidak

ada penambahan ukuran LILA. Hasil Uji Wilcoxon menunjukan nilai significancy

0,001 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang

bermakna ukuran LILA sebelum PMT dan setelah PMT pada Ibu Hamil KEK.

Sebagian kecil ibu hamil yang mendapatkan PMT tidak mengalami perubahan pada

ukuran LiLA selama mendapatkan PMT, hal ini kemungkinan dikarenakan ibu

yang tidak rutin mengkonsumsi makanan tambahan, ataupun asupan gizi pokok

baik kuantitas maupun kualitas masih belum memenuhi standar asupan gizi

seimbang, ataupun faktor karakteristik ibu berdasarkan usia serta gaya hidup ibu

yang tidak sehat.

Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta tentang pengaruh PMT-P pada ibu

hamil terhadap berat lahir bayi dengan jumlah sampel 128 ibu hamil didapatkan

hasil rerata berat lahir bayi pada kelompok perlakuan adalah 3.248 g dan kelompok

pembanding 2.974 g dengan perbedaan rerata berat lahir bayi sebesar 274 g
92

(p=0,0002; 95%CI:131-416) sehingga PMT-P terbukti secara signifikan

berpengaruh terhadap berat lahir bayi (Zulaidah, 2014).

Analisis data kuantitatif diolah dengan uji Mann-Whitney, menunjukkan

hasil bahwa program PMT pada ibu hamil KEK hanya mampu memperbaiki status

gizi menjadi normal sebesar 13%. Asupan energi dan protein ibu hamil KEK setelah

program PMT mampu mengubah status gizi menjadi normal sebesar 20%. Tidak

terdapat perbedaan asupan energi dan protein setelah program PMT-P terhadap

status gizi ibu hamil KEK dan normal (p>0,05) (Nugraheni, 2014).

Dari hasil wawancara dengan informan pihak Dinas Kesehatan, peningkatan

LiLA tidak dapat terjadi begitu cepat, butuh waktu beberpa bulan. Sedangkan

menurut penelitian yang telah di lakukan, ibu yang mengkonsumsi PMT lebih dari

tiga bulan mengakibatkan bayi tumbuh terlalu besar. Untuk saat ini lebih

dipentingkan untuk perkembangan bayinya, jadi walaupun LiLA nya ibu kecil, tapi

kalau janinnya sudah sesuai berat dan sehatnya maka itu juga dapat menjadi acuan.

Serta kelahiran bayi yang normal atau tidak terjadi BBLR pada bayi yang lahir dai

ibu hamil KEK juga dapat dijadikan acuan peningkatan status gizi ibu. Berdasarkan

hasil wawancara dan telaah dokumen, di Puskesmas Karanganyar Sendiri, ibu

hamil yang KEK tidak tercatat bayinya mengalami BBLR. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan gizi pada ibu hamil KEK penerima PMT di

Puskesmas Karanganyar.
93

5.2 HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN

5.2.1 Hambatan Penelitian

Wawancara terhadap informan triangulasi dilakukan dirumah informan jadi

peneliti mengalami kesulitan dalam mencari rumah informan.

5.2.2 Kelemahan Penelitian

Penelitian ini berfokus pada Program PMT ibu hamil KEK, terdapat

beberapa faktor yang mungkin berpengaruh pada status gizi ibu hamil KEK tidak

diteliti pada penelitian ini.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Input, sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Karanganyar masih

kuranng terutama untuk kader/ petugas pemantauan pemanfaatan PMT ibu

hamil KEK. Dana pada program PMT Ibu Hamil hanya berupa PMT yang di

dapat dari Dinkes atau langsung dari pusat yang sudah berupa biscuit siap

makan. Sarana dan prasarana pada program PMT Ibu Hamil di Puskesmas

Karanganyar dinilai sudah cukup. Sasarannya mengikuti Juknis Puskesmas.

Bentuk pelayanannya berupa pemberian PMT, ANC, kelas ibu hamil, dan

konseling. PMT nya berupa biskuit lapis dan rasa manis dibungkus dalam

kemasan alumunium foil.

2. Proses, perencanaannya dimulai dari prevalensi ibu hamil KEK yang

bersumber dari data nasional yang dikirim oleh puskesmas. Pelaksanaanya

dilapangan, waktu droping tidak menentu, bahkan hampir setahun belum ada

droping dari pusat. Pemantauan dilakukan setiap sebulan sekali di puskesmas

dan tiga bulan sekali dari Dinas Kesehatan Kota Semarang dan hanya

pemantauan ditribusi saja, pemantauan pemanfaatan belum dilakukan.

Pencatatan dan pelaporannya menggunkan manual dan online. Untuk yang

online menggunakan email atau aplikasi yang langsung terhubung dengan

pusat.

94
95

3. Output, pemberin PMT hanya dapat dipantau sampai pendistribusian kepada

ibu hamil KEK, tetapi untuk pemantauan penkonsumsian belum dilakukan.

Penambahan ukuran LiLA merupakan output dari program PMT Ibu Hamil,

tapi kenyataanya untuk meningkatkan ukuran LiLA butuh waktu yang tidak

sebentar, banyak ibu hamil KEK susah naik LiLAnya. Untuk output lain dapat

dilihat dari kelahiran bayinya, apakah BBLR atau tidak. Di Puskesmas

Karangayar Ibu hamil yang mempunyai riwayat KEK tetapi menerima PMT

banyak yang bayinya tidak BBLR.

6.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi Dinas Kesehatan

Menambah SDM, agar beban kerja lebih efisien dan dapat melaksanakan tugas

dengan baik.

2. Bagi Puskesmas

a. Meningkatkan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang

tujuan program pemberian makanan tambahan. Kalau bisa jangan hanya

ibu hamilnya saja tapi juga suami atau anggota keluarganya juga, agar

mereka mengerti pentingnya PMT dan tidak ikut mengkonsumsiya.

b. Pengawasan program pemberian makanan tambahan harus lebih

ditingkatkan supaya program dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

dapat mencapai tujuan.


96

3. Bagi masyarakat

a. Masyarakat dan lintas sektor perlu mendukung dan berpartisipasi dalam

pelaksanaan program pemberian makanan tambahan secara bersama-sama

demi tercapainya tujuan program.

b. Masyarakat terutama suami harus lebih memperhatikan kebutuhan gizi

yang diperlukan oleh keluarga terutama kebutuhan gizi ibu hamil serta

memberi semangat dan motivasi untuk mengkonsumsi PMT yang

diberikan.

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut,

misalnya dengan menggunakan metode dan desain penelitian lain untuk

mengetahui dan meneliti faktor lain menegani program PMT ibu hamil
DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Saba., Miruts, Gebremeskel., & Shumye, Ashenafi. (2015). Magnitude


of chronic energy deficiency and its associated factors among women of
reproductive age in the Kunama population,Tigray, Ethiopia, in 2014. BMC
Nutrition, 1:12.
Abu- Saad, Kathleen, Drora Fraser.(2010).Maternal nutrition and birth outcome.
Israel: Oxford Journal.
Agustino, Leo. (2014). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung.
Aprianti, E. (2017) Gambaran Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada
Ibu Hamil di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta Tahun 2017.
Yogyakarta: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL
ACHMAD YANI.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2019). Laporan Tahunan Bidang Kesehatan
Masyarakat tahun 2018. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan. (2017). Laporan
Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Elvandari, Fulinda. (2018). Kajian Pelaksanaan Program Pmeberian Makanan
Tambahan (PMT) pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK)(Studi
pada Puskesmas Cakru Kecamatan Kencong Kabupaten Jember Thun
2017).Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Gao H, Stiller CK, Scherbaum V, Biesalski HK, Wang Q, Hormann E, et al. (2013)
Dietary intake and food habits of pregnant women residing in urban and
rural areas of deyang city. sichuan province. china. Nutrients.
Hadiriesandi, Monica. (2016). Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Untuk Balita Gizi Buruk di Puskesmas Andong Kabupaten
Boyolali.Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Indrawati, Siti. (2015). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR
di Wilayah Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman. Yogyakata: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Insana, Sari.(2018). Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Wilayah Kerja
Puskesmas Alosika Kabupaten Konawe Tahun 2018.Skripsi. Kendari:
Politeknik Kesehatan Kendari.
Izwardi, Doddy. (2019). Kebijakan dan Strategi Penangulangan Stunting di
Indonesia. FGD Skrining Malnutrisi pada Anak di Rumah Sakit. (pp. 25).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

97
98

Kementrian Kesehatan RI.(2007).Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor


369/MENKES/SK/ III/2007. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan Penyelenggaraan Pemberian
Makanan Tambahan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional
Ksehatan). Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementrian kesehatan
RI.
Kemetrian Kesehatan RI dan WHO. (2013) Buku Saku Pedoman Pelayanan Gizi
Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta: Kementrian Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI.(2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 51 tahun
2016 Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi. Jakarta: Kementrian
kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI.(2016). Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015.
Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. (2017).
Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (balita-ibu hamil-anak
sekolah). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. (2019).
Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (balita-ibu hamil-anak
sekolah). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
(Situasi Balita Pendek (stunting) di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Mangalik, Gelora., Koritelu, R. Trikoriyanto ., Amah, Mirna Wala., Junezar,
Rananda., I, Omega Peggy., Kbarek, Widi, Ristia. (2019). Program
Pemberian Makanan Tambahan:Studi Kasus Pada Ibu Hamil Dengan
Kurang Energi Kronis Di Puskesmas Cebongan Salatiga. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan, 10(1): 111-115.
Mekar, S. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang
Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta
Mubarak, Iqbal Mubarak. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat : Konsep dan
Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
99

Nisa, Linda Syahadatun., Sandra, Cristyana., & Utami, Sri. (2018). Penyebab
Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Risiko Tinggi dan
Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Jember.
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2): 136-142.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,
Jakarta, PT. Rineka cipta.
Nugrahini EY, Effendi J, Herawati D. Asupan energi dan protein setelah program
pemberian makanan tambahan pemulihan ibu hamil kurang energi kronik
di puskesmas kota surabaya. Universitas Padjadjaran; 2013.
Pastuty, Rosyanti., KM, Rochmah., & Hrawati, Teti. 2018. Efektifitas Program
Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan Pada Ibu Hamil Kurang Energi
Kronik di Kota Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(3):179-
188.
Prawita, Arsy.,Susanti, Ari Indra.,Sari, Puspa. (2017). Survei Intervensi Ibu Hamil
Kurang Energi Kronik (KEK) di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015. JSK,
2(4): 186-191.
Rustam S. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) (Studi Kasus di Puskesmas Konda
Kabupaten Konawe Selatan), Tesis, Universitas Indonesia
Sandjaja. (2009). Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di
Indonesia. Gizi Indon, 32(2):128-138.
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta
Sugiyono, P.D. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Vol. 8).
Alfabeta. Bandung
Syahputra, Ridwan. (2016). Evaluasi Program Penanggulangan Gizi Kurang di
Wilayah Kerja Puskesmas Bugangan Kecamatan Semarang Timur Kota
Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Zulaidah, H.S., Kandarina. I., Hakimi, M. (2014). Pengaruh Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) pada Ibu Hamil Terhadap Berat Lahir Bayi.

Jurnal Gizi Klinik Indonesia UGM, 11(2): 61-71


LAMPIRAN

100
101

Lampiran 1

Surat Keputusan Pembimbing


102

Lampiran 2

Surat izin penelitian dari Fakultas Ilmmu Keolahragaan, UNNES


103

Lampiran 3

Surat izin penelitian dari Kesbangpol


104
105

Lampiran 4

Ethical Clearance
106
107
108
109
110
111
112
113
114

Lampiran 5

Surat telah melaksanakan penelitian


115

Lampiran 6

Instrumen Penelitian

PEDOMAN WAWANCARA MWNDALAM


EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG

Untuk Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi Dinas Kesehatan


Kota Semarang
I. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No. HP :

II. Daftar Pertanyaan


INPUT
1. Sejak kapan program PMT ibu hamil KEK diselenggarakan di Kota
Semarang?
2. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT di
Kota Semarang?
3. Apakah SDM nya sudah sesuai dengan beban kerja?
4. Apa saja peran staf yag terkait kegiatan PMT Ibu hamil KEK di Kota
Semarang tersebut?
5. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan bagaimana
pengeolaannya?
6. Bagaimana kriteria Ibu hamil yang mendapatkan PMT di Kota Semarang?
7. Apa saja sarana penunjang untuk program PMT ibu hamil?
8. Apakah di Dinkes ada buku panduan untuk Program PMT ibu hamil?
9. Apa bentuk PMT yang diberikan dalam kegitan PMT Ibu hamil KEK di
Kota Semarang?
10. Bentuk programnya sendiri itu bagaimana?
116

PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Kota Semarang?
2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak
Dinas Kesehatan Kota ke Puskesmas?
3. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Kota Semarang? Baik yang terjadi ditingkat Dinkes maupun dalam
pelaksanaan yang dilaporkan oleh petugas gizi di Puskesmas?
4. Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Kota Semarang?
5. Apakah yang dilakukan pihak Dinas kesehatan dan Puskesmas apabila di
puskesmas mengalami kekosongan PMT? Dan mengapa?
6. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari pihak Dinas
Kesehatan Kota ke Puskesmas?
7. Apakah ada waktu evaluasi khusus dari pihak Dinkes ke Puskesmas?
8. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?

OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian program PMT ibu hamil KEK di Kota Semarang?
2. Apakah hasil dari kegitan PMT Ibu hamil KEK di Kota Semarang sudah
dapat diukur tingkat keberhasilannya? Jika iya, bagaimana hasil yang
didapatkan? Jika tidak, mengapa?
117

PEDOMAN WAWANCARA MWNDALAM


EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG

Untuk Kepala Puskesmas Karanganyar

I. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No. HP :
II. Daftar Pertanyaan
INPUT
1. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT
di Puskesmas Karanganyar?
2. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan sasaran program PMT, apakah
ketersediaan SDM untuk program PMT di Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi??
3. Siapa saja yang staf yang terlibat dalam Program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
4. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan berapa besar
dananya?
5. Apa saja sarana yang disediakan untuk program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/ petunjuk teknis pelaksanaan program PMT
dari Puskesmas?
7. Siapakah sasaran untuk program PMT dan bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang terlibat dan seperti apa peran Anda dalam
penentuan sasaran?
8. Bagaimana bentuk pelayanan program PMT dari Puskesmas?
9. Apa saja bahan paket PMT darimana bahan PMT tersebut diperoleh?

PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Puskesmas
Karangayar?
118

2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak


Puskesmas kepada ibu hamil KEK?
3. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
4. Apakah yang dilakukan pihak puskesmas apabila di mengalami
kekosongan PMT? Dan mengapa?
5. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
6. Siapa yang menjadi pengawas dan penilai dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karanganyar?
7. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?

OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian Program PMT ibu hamil KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
2. Apakah ibu haml KEK mengalami kenaikan status gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
119

PEDOMAN WAWANCARA MWNDALAM


EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG

Untuk Kepala Penanggung jawab Porgram PMT ibu hamil KEK di Puskesms
Karanganayar
I. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No. HP :

II. Daftar Pertanyaan


INPUT
1. Sejak kapan program PMT ibu hamil KEK diselenggarakan di
Puskesmas Kranganyar?
2. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT
di Puskesmas Karanganyar?
3. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan sasaran program PMT, apakah
ketersediaan SDM untuk program PMT di Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi??
4. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan berapa besar
dananya?
5. Apa saja sarana yang disediakan untuk program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/ petunjuk teknis pelaksanaan program PMT
dari Puskesmas?
7. Siapakah sasaran untuk program PMT dan bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang terlibat dan seperti apa peran Anda dalam
penentuan sasaran?
8. Bagaimana bentuk pelayanan program PMT dari Puskesmas?
9. Apa saja bahan paket PMT darimana bahan PMT tersebut diperoleh?
120

PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Puskesmas
Karangayar?
2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak
Puskesmas kepada ibu hamil KEK?
3. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
4. Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT
Ibu hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
5. Apakah yang dilakukan pihak puskesmas apabila di mengalami
kekosongan PMT? Dan mengapa?
6. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
7. Apakah ada waktu khusus yang dilakukan untuk mengevaluasi
pemberian PMT kepada Ibu hamil KEK ?
8. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?

OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian Program PMT ibu hamil KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
2. Apakah ibu hamil KEK mengalami kenaikan status gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
121

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG

Untuk Tenaga Gizi di Puskesmas Karanganyar


I. Identitas Informan
Nama Informan :
Tempat Tanggal Lahir :
Pendidikan Terakhir :
Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
No. HP :

II. Daftar Pertanyaan


INPUT
1. Sejak kapan program PMT ibu hamil KEK diselenggarakan di
Puskesmas Kranganyar?
2. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT
di Puskesmas Karanganyar?
3. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan sasaran program PMT, apakah
ketersediaan SDM untuk program PMT di Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi??
4. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan berapa besar
dananya?
5. Apa saja sarana yang disediakan untuk program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/ petunjuk teknis pelaksanaan program PMT
dari Puskesmas?
7. Siapakah sasaran untuk program PMT dan bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang terlibat dan seperti apa peran Anda dalam
penentuan sasaran?
8. Bagaimana bentuk pelayanan program PMT dari Puskesmas?
9. Apa saja bahan paket PMT darimana bahan PMT tersebut diperoleh?

PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Puskesmas
Karangayar?
122

2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak


Puskesmas kepada ibu hamil KEK?
3. Bagaimana pelaksanaannya, apakah sudah sesuai dengan petunjuk
teknis PMT?
4. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
5. Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT
Ibu hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
6. Apakah yang dilakukan pihak puskesmas apabila di mengalami
kekosongan PMT? Dan mengapa?
7. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
8. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?

OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian Program PMT ibu hamil KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
2. Apakah ibu hamil KEK mengalami kenaikan status gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
123

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG

Untuk Tenaga Gasurkes di Puskesmas Karanganyar

I. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No. HP :
II. Daftar Pertanyaan
INPUT
1. Apakah anda mengetahui tetang Prgram PMT ibu hamil KEK?
2. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan sasaran program PMT, apakah
ketersediaan SDM untuk program PMT di Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi?
3. Siapa saja yang staf yang terlibat dalam Program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
4. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan berapa besar
dananya?
5. Apa saja sarana yang disediakan untuk program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/ petunjuk teknis pelaksanaan program PMT
dari Puskesmas?
7. Siapakah sasaran untuk program PMT dan bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang terlibat dan seperti apa peran Anda dalam
penentuan sasaran?
8. Bagaimana bentuk pelayanan program PMT dari Puskesmas?
9. Apa saja bahan paket PMT darimana bahan PMT tersebut diperoleh?

PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Puskesmas
Karangayar?
2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak
Puskesmas kepada ibu hamil KEK?
3. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
124

4. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari Kepala


Puskesmas?
5. Kalau pemantauan dari gasurkes ke ibu hamil kEK terkait PMT
bagaiamna?
6. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?

OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian Program PMT ibu hamil KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
2. Apakah ibu hamil KEK mengalami kenaikan status gizi setelah
pemberian makanan tambahan?
125

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG

Untuk ibu hamil KEK penerima PMT di Puskesmas Karanganyar


I. Identitas Informan
Nama Informan :
Tempat Tanggal Lahir :
Pendidikan Terakhir :
Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
No. HP :

II. Daftar Pertanyaan


1. Apakah ibu mengetahui tentang program PMT untuk ibu hamil KEK?
2. Apakah ibu mendapatkan bahan PMT secara rutin?
3. Sejak kapan ibu menerima PMT?
4. PMT yang diberikan kepada ibu berupa apa saja?
5. Berapa jumlah PMT yang ibu terima?
6. Yang memberikan PMT siapa dan dimana ?
7. Apa ibu sudah merasa cukup dengan sarana yang disediakan untuk program
PMT bumil?
8. Siapa saja yang mengonsumsi PMT?
9. Apakah ada petugas khusus yang menayai atau memantau penkonsumsian
PMT ?
10. Apakah petugas gizi dan gasurkes, memberi motivasi/ dorongan kepada ibu
untuk mengikuti program PMT? Jika iya, motivasi seperti apa yang
diberikan?
11. Apakah berat badan ibu bertamabah setelah mngkonsumsi PMT?
12. Apakah ada keluhan apada saat dan setelah mengkosumsi PMT? Jika iya,
apa keluhan tersebut?
13. Apakah dikonsumsi secara rutin?
14. Rasanya bagaimana?
126

Lampiran 7

Hasil Wawancara
1. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi Dinas Kesehatan Kota

Semarang

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

INPUT

1. Sejak kapan program PMT ibu Oh itu ya sudah sejak lama, sebelum
hamil KEK diselenggarakan saya disini ya sudah ada.
di Kota Semarang?

2. Siapa saja yang bertanggung Yang namanya program, yang


jawab terhadap pelaksanaan bertanggungjawab ya dari kepala
kegiatan PMT di Kota dinas to ya, Kabid, Kasi begitu, nah
Semarang? kalo yang bertanggungjawab ya itu.
Kalo dari bidangnya itu Kesmas,
seksinya berarti kalo PMT itu kita
bergandengan dengan KIA, jadi
inikan pemberdayaan masyarakat dan
gizi, ditambah dengan KIA karena
yang punya ibu hamilnya dari sana.

3. Apakah SDM nya sudah Kalo di dinkes sendiri itu kita kurang,
sesuai dengan beban kerja? karna ini aja kita sudah nabahin non
ASN dua orang, kan gitu, belum lagi
rumah pelangi aja belum ada yang
nggarap. Jadi untuk rumah pelangi
yang untuk stanbay disana nggak ada,
hanya penjaga malem.

4. Apa saja peran staf yag terkait Tenaga nutrisioneis itu ada tiga ASN
kegiatan PMT Ibu hamil KEK dua non ASN, penjaga malam di
di Kota Semarang tersebut? rumah gizi satu orang, pramusaji satu
127

orang untuk di rumah gizi. Untuk


SKM ada dua orang di seksi kita .

5. Dari mana sumber dana untuk Dari APBN, kemudian APBD


program tersebut dan kemudian ada juga dari CSR. CSR itu
bagaimana pengeolaannya? dari perusahaaan-perusahaan swasta
itu lho dek. Cuman kebanyakan yang
swasta itu kebanyakan si PMTnya
kebanyakan PMTnya balita.

6. Bagaimana kriteria Ibu hamil Ini kan ibu hamil, sebenarnya


yang mendapatkan PMT di sasaranya bisa, kaitannya untuk PMT
Kota Semarang? penyuluhan, PMT penyuluhan kepada
seluruh ibu hamil gitu ya, ada PMT
infeksi, PMT infeksi adalah untuk ibu
hamil KEK tapi untuk saat ini kita ada
untuk memenuhi untuk ibu hamil
KEK, sasarannya adalah untuk ibu
hamil KEK.

7. Apa saja sarana penunjang Sarana ANC itu masuk sarana


untuk program PMT ibu penunjang lain nggak, kita wajibkan
hamil? ibu hamil itu untuk senantiasa ANC,
sampai kan minimal kan K4,
walaupun kan sebenarnya harusnya
kan nggak harus k4 ya, harapannya
ibu hamil rutin dengan kesehatannya.
Dan sebenarnya penaganan ini ibu
hamil kek, sekarang kan remaja-
remaja pada diet to mbak, yak an, trus
akhire ini ne kecil-kecil to lengannya
sini kecil to jadi kek, lha untuk
ngedekkan itukan lama kan, kan gitu
ya, pemberian pmt itu sebenarnya,
untuk menangani ibu kek dalam
waktu beberapa bulan, bayangin lah
jenengan lah udah kecil gini terus
kepengen tidak kek itu kan prosesnya
128

lama kan. Kita dalam pemberian PMT


itu memang focus untuk bagaimana
perkembangan kesehatan janinnya
kan gitu, makanya untuk selain
pemberian PMT karena untuk
meningkatkan ibu hamil kek menjadi
ibu hamil normal yang kita perhatkan
adalah perkembangan janinnya,
karena, kenapa sih kita openi ibu
hamil kek, itu karena kita lagi ingin
menyelamatkan yang seribu hari
kelahiran, nah sribu hari kelahiran
kan dari mulai ibu hamil gitu lho,
Cuma sebenarnya harusnya
penanganan ini dari mulai remaja
seperti jenengan, yang kecil-kecil
kuru-kurus kayak gini tu harusnya
ditingkatkan gizinya, jadi nanti jadi
ibu hamil sudah sehat gitu, makanya
tadi alternatifnya untuk menangani ini
tadi ya dengan bagaimana ibu hail ini
bisa periksa ANC dan rutin.

8. Apakah di Dinkes ada buku Untuk penyelenggaraan, ini ada, ini


panduan untuk Program PMT maksudnya, ini dari pusat, kita kan
ibu hamil? mengacunya ke KEMENKES,
aturannya dari sana semua. Ini tahun
2019 yang baru. Saya baru dapat
kemaren saya dapetnya bau tiga, jadi
tiga ini yang satu tak kasih ke
pemegang programnya belum kita
kasihkan ke puskesmas tapi hamper
mirip kok sama yang sebelumnya.

9. Apa bentuk PMT yang PMT nya itu kalau ibu hamil KEK
diberikan dalam kegitan PMT kan biscuit dek, yang dikasih dari
punyanya KEMENKES
129

Ibu hamil KEK di Kota


Semarang?

10. Bentuk programnya sendiri itu Jadi, setelah ibu hamil yang KEK
bagaimana? terdata kalau setoknya masih ada ya
langsung dikasih ke ibunya.

PROSES

1. Bagaimana perencanaan Alur perencanakaan program dari


program PMT Ibu hamil KEK data kita yang ada kan, dari data ibu
di Kota Semarang? hamil KEK itu. Kita kan perencanaan
sebenarnya harapannya dari bawah
dari pusksmas data ibu hamil KEK
tahun lalu itu berapa, itu didapat dari
puskesmas masing-masing kan. Kita
kebutuhan PMT berapa kan gitu ya,
itu nanti kemudian dikirimkan ke
pusat. Cuma kemarin saat saya
pelatihan saya tahu-tahu sudah dapat
kota semarang dapat PMT segini, ni
puskemas ini, ini ini, gitu ya. apakah
memang karena datanya itu sudah di
tarik ke pusat saya ngga ngerti, tapi
ngerti-ngerti kita kota semarang saat
saya pelatihan itu kota semarang
dapatnya segini, walaupun kemaren
terus terang juga pada saat plotingan
ini juga direvisi kalau memang
kelebihan atau bagaimana gitu. Tapi
kita tetap merekap dari data ibu hamil
KEK berapa, itu kira-kira kebutuhan
PMT nya berapa seperti itu.

2. Bagaimana pendistribusian Kalo PMT kek gini biasanya kita


dan penyimpaan PMT Ibu langsung ke puskesmas, kalo masih
hamil dari pihak Dinas ada sisa kita taruh di rumah gizi gitu,
Kesehatan Kota ke kita langsung droping ke puskesmas.
Puskesmas? Dari pusat terus nanti langsung ke
puskesmas, tahun ini kita rencananya
130

minta langung di droping ke


puskesmas. Kalo nanti misal masih
ada ya kita tampung dirumah gizi, tapi
di rumah gizi cuma sedikit karena
rumah gizi cuma kecil.

3. Kendala apa sajakah yang Kendalanya itu adalah yang perlu kita
biasanya muncul dalam evaluasi tadi, satu, harapannya
kegiatan PMT Ibu hamil KEK perencanaan itu diwali dari bawah,
di Kota Semarang? Baik yang misalnya PMT itu butuhnya segini,
terjadi ditingkat Dinkes dari PMT yang turun itu harusnya
maupun dalam pelaksanaan tepat sasaran, ya kemudian bener-
yang dilaporkan oleh petugas bener dievalusi, cuman yang jadi
gizi di Puskesmas? masalahnya tadi ada yang
jangkaunnya satu puskesmas sampai
10 kelurahan ya bayangin, itu kan
sangat jauh bnaget apalagi harus
ngerambah ibu hamil segitu bayaknya
kan gitu, ibu hamilnya kan sasaranya
kan bukan sedikit, kan banyak. Nah
itu kaitannya dengan rutinitas
pemberian PMT ini, belum lagi
pemantauan makannya, bukan hanya
sekedar diberikan. Bisa jadi ibu hamil
dikasih tapi ternyata ngga dimakan
sama ibu hamilnya, dikasihkan
anaknya, karena PMT ibu hamil itu
lebih enak, kata temen-temen juga
enak lho ini rotinya. Anak saya juga
malah dapet, lho kamu dapet dari
mana, teryata dikasih. Nah Kita kan
nggak bisa mengevaluasi sejauh itu,
ibaratnya PMO, orang yang kena TB
itu, itu kan diaksih obat itu dipantau,
itu sangat sulit disini. Kelemahan kita
ya tadi dalam hal evalusi-evalusi
progress pemberian PMT itu sejauh
mana itu
131

4. Bagaimana cara mengatasi Yang ingin saya lakukan ya


kendala yang terjadi dalam bagaimana kita, e-PPGBM membuat
kegiatan PMT Ibu hamil KEK komitmen bersama dulu, karena
di Kota Semarang? pelaporan didalam sistem ini kan
banyak banget mbak,bayangkan, di
puskesmas cuma ada satu orang tok,
ini padahal kan ada kaitannya dengan
e-PPGBM, terus kaitannya denan
laporan rutin ya, kaitannya tambahan
PMT. PMT nya itu ada balita ada
bumil, itu banyak banget lho, itu nanti
memsukkan data e-PPGBM kan per
by nim , memasukkan data by nim itu
harus ada NIK nya nah kemarin itu
kesulitannya NIK nya. Setelah NIK
nya kemaren sudah, nanti berikan
dengan discukcapil, tapi kalau itu
NIK nya nggak punya itu kan kita
kesulitan juga data nggak bisa
muncul, terus nanti ada pengukuran
penimbangan, idealnya pengukuran
penimbangan ini masukkan setiap
bulan, bayangin, padahal balitanya
berapa, kan banyak banget itu kan,
belum nnati tambah bumilnya kan
gitu. Bumilnya terus dikasih evalusi
tu PMT terus dievauasi, masukan lagi
datanya berapa lama itu. Dan lagi pula
ini sistemnya ini kadang kala eror,
dan itu bisa konek pada malam hari,
memangnya kita kerja sampai malam
hari, kalo internet kan baru akan
lancar pada malam hari kan gitu.
Kendalanya satu sisi sasarnya
banyak, tenaga nya hanya satu orang
belum lagi mereka harus pembinaan
ke lapangan bagaimana acaranya, dan
132

untuk nyampek PMT sudah dimakan,


sesungguhnya kan kita tidak tau.

5. Apakah yang dilakukan pihak Ibu hamil ini kan sembilan bulan to
Dinas kesehatan dan mbak, nah untuk pemberian PMT
Puskesmas apabila di pada ibu hamil KEK itu kan tiga
puskesmas mengalami bulan, nah dari sembilan bulan berarti
kekosongan PMT? Dan ada tiga bulan kan, misalnya sekarang
mengapa? itu habis ni pas usianya sembilan
bulan, berarti otomatis sebelumnya
kan udah dapet, kalau sekarang masih
baru trimester pertama itu ini habis,
itu kan nanti ada dropping dari
KEMENKES, cuma itu ini nanti
rencanaya bulan November ini, kalo
ngga November ya awal Desember.
Cuma ini kana ada penyuluhan, kan
ibu hamil tidak cuma dikasih saja.

6. Bagaimana proses Proses pemantauan dan evaluasinya,


pemantauan program PMT jadi memang pemantauannya kita
Ibu hamil dari pihak Dinas baru memberikan bahwa ini PMT itu
Kesehatan Kota ke bahwa sudah kita distribusikan to ke
Puskesmas? puskesmas sesuai dengan dari
pembagian dari pusat, sesuai dengan
puskesmas. Nah puskesmas itu
evaluasinya adalah PMT ini habis
atau tidak, nah cuma memang kita
masih belum tapi pemberiannya
memang sesuai dengan juknis yang
ada ya, cuma memang kita belum
pernah mengevaluasi apakah, ya itu
tadi penghitungaanya adalah apakah
bumil kek yang kita kasih PMT masih
jadi bumil KEK atau tidak nah itu
yang beelum pernah kita lakukan, tapi
ya kebanyakan ya masih bumil KEK
gitu ya, padahal, tadi memang saya
133

diskusikan sebenarnya karena


pemberian PMT yang kemaren kita
sudah evaluasi, itukan dalam
pemberian PMT bumil KEK yang
lebih, eh itukan dalam pedoman yang
ini (2019) itukan satu bulan, dan bisa
lebih. Cuman ini yang buku dulu itu,
kalau ngga salah 90 hari, 90 hari kan
3 bulan kan berarti kan, nah kalau
lebih dari pemberian 3 bulan teryata
nanti bayi nya jadi tambah besar, itu
pernah dicoba kan, yang kemaren
ditemukan itu kalau lebih dari 3 bulan
itu ternyata janinnya jadi besar,
sehinnga makanya dibatasi itu. Tapi
ibu hamilnya ya jelas menurut saya
masih tetep KEK, walaupun saya
tidak punya datanya nih ibunya masih
KEK, cuma berapa persennya ibu
hamil kek yang diberi PMT janin nya
yang normal berapa yang BBLR
berapa, maaf itu belum kita lakukan.
Untuk saat ini PMT sudah diserap
gitu aja.

7. Apakah ada waktu evaluasi Cuman kaitannya dengan PMT habis


khusus dari pihak Dinkes ke atau tidak, itu biasanya kita evaluasi
Puskesmas? dalam waktu kurun 6 bulan sekali.
Cuma memang karena kesibukan
temen-temen apalagi dengan SDM
yang memang yang sangat minim, itu
kadang kala satu tahun sekali, pada
saat supervisi kan, supervisi dilihat
PMTnya masih banyak apa tidak gitu.

8. Bagaimana sistem pencatatan Sistem pelaporanya, kita kan ada


dan pelaporannya? online itu ya kayak dengan SIP itu ya,
SIP pelaporan bulanan itu kan ada,
134

sekarang kalau evalusi masalah gizi


buruk, itu pakainya e-PPGBM. Tapi
kalau yang khusus PMT, itu biasanya
pencatatanya pakai total manual. Tapi
kalau laporan sisitem puskesmasnya
ke kita kaitannya dengan survailens
itu adalah tadi dengan laporan
bulanan yang pakai SIP itu, sejeis
sistem informasi puskesas sama ya,
dengan e-PPGBM, online, saya
bukanya sistem informasi gizi
terpadu, itu nanti ada data ibu hamil,
pemberian PMT, itu nanti ada. Itu
nanti sampai ke pusat, nanti berita
acara kita print, nanti di pusat suadah
ngerti. Disemua puskesmas sudah
mengguakan. Makanya sistem ini
terpusat dari pusat sisitem informasi
terpadu pakai ini semua. Jadi ini kan
masih berprogres ya, jadi selain ini ya
tadi sitem informasi puskesmas.

OUTPUT

1. Bagaimana pencapaian Semuanya sudah menggnakan sistem,


program PMT ibu hamil KEK jadi data bisa langsung terhubung
di Kota Semarang? semua.

Kami hanya bisa memantau


penditribusiannya, untuk
penkonsumsian rutinnya kami belum
bisa memanta.

2. Apakah ibu haml KEK Karena kita belum mengevaluasi ya


mengalami kenaikan status belum, tapi kalau dari angka BBLR
gizi setelah pemberian kita kan nggak terlalu banyak kan gitu
makanan tambahan? lhoo, kalau dilihat dari itu dan gizi
buruknya masih dibawah target
nasional apakah itu berhasil apakah
dari PMT, wallahu a’alam saya ya
135

nggak ngerti, itu kan belum ada


survey berhasil apa tidaknya.

Targetnya PMT habis ya habis, nah


yang saya kejar kan dampaknya,
dampak dari pemberian PMT apa.

Belum ada renstra yang


menunnjukkan target tentang
keberhasilan pemberian PMT, adanya
angka kematian ibu, angka kematian
bayi, kan gitu.

2. Kepala Puskesmas Karanganayar

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

INPUT

1. Apakah anda mengetahui Ya tahu, program tentang pemberian


tetang Prgram PMT ibu makanan tambahan untuk ibu hamil,
hamil KEK ? yang berupa biskuit itu kan.

2. Siapa saja yang bertanggung Ada bidan, tenaga gisi, ada gasurkes
jawab terhadap pelaksanaan juga.
kegiatan PMT di Puskesmas
Karanganyar?

3. Jika dilihat berdasarkan Sudah sesuai ya ada tambahan bidan


kebutuhan sasaran program juga, saya rasa sudah. Cuma memang
PMT, apakah ketersediaan pemengang program KIA itu kan luas
SDM untuk program PMT di ya dari pra nikah anaknya dari yang
Puskesmas Karanganyar belum lahir tapi sudah berbagi beban
sudah mencukupi? kerja.
136

4. Siapa saja yang staf yang Program KIA, pemegang


terlibat dalam Program PMT programnya, ahli gizinya terus untuk
di Puskesmas Karanganyar? penyimpanan ada bagian umumnya
juga yang nyimpen digudang.

5. Dari mana sumber dana Nggak ada, kalau yang kita kelola
untuk program PMT dan sendiri nggak ada, karena itu dari
berapa besar dananya? dropping.

6. Apa saja sarana yang Kalau secara fisik nggak, konseling


disediakan untuk program sama penyuluhan gitu.
PMT di Puskesmas
Karanganyar?

7. Adakah panduan/ pedoman/ Ada, nanti bisa dilihat di bagian gizi


petunjuk teknis pelaksanaan ya.
program PMT dari
Puskesmas?

8. Siapakah sasaran untuk Ya, ibu hamil yang LiLAnya kurang


program PMT dan dari 23,5 cm, setelah periksa kan
bagaimana cara penentuan diukur biasanya, kalau ibu hamilnya
sasaran serta siapa saja yang termasuk KEK ya nanti dikasih.
terlibat dan seperti apa peran
Anda dalam penentuan
sasaran?

9. Bagaimana bentuk Program ini terintegrasi dengan ANC,


pelayanan program PMT dan penyuluhan ke ibu hamil.
dari Puskesmas?

10. Apa saja bahan paket PMT PMT berupa biscuit yang didapat
darimana bahan PMT langsung dari pusat, semuanya dari
tersebut diperoleh? pusat, kita tidak menyediakan kalau
bukan dari pusat untuk ibu hamil.
137

PROSES

1. Bagaimana perencanaan Ya kita kan ada sasaran jumlah


program PMT Ibu hamil penduduk nanti tu ada target ibu
KEK di Puskesmas hamilnya dalam setahun berapa,
Karangayar? berdasarkan dari itu dan itu ya
ditetapkan oleh dinas, jadi awal tahun
itu kita ditetapkan ibu hamil sekian
bayi baru lahir sekian nah itu sebagai
dasar perencananya jadi ketika itu
nanti gizinya kan memantau juga
diposyandu kalau bidannya kan lebih
kearah penemuannya di puskesmas
setiap kunjungan di puskesmasn
begitu, kalau gizinya berdasarkan
diposyandu terus kalau yang lain para
medis yang lain kalau ditemukan ibu
hamil yang kek segera ditangani. Jadi
memang koordinasinya perencanaan
setelah itu dipasrahkan ke dinas
alokasi yang droping itu masih
diberikan ke kita.

2. Bagaimana pendistribusian Itu kan dropingan dari pusat, nanti


dan penyimpaan PMT Ibu kalau barangnya datang kita taruh di
hamil dari pihak Puskesmas gudang dulu, baru nanti yang KIA
kepada ibu hamil KEK? yang ngambil di gudang, biasanya di
taruh diruang KIA juga biar gampang
ngambilnya.

3. Kendala apa sajakah yang Kendalanya nggak ada ya, karena ini
biasanya muncul dalam memang diberikan semua ke ibu
kegiatan PMT Ibu hamil hamil KEK yang sesuai kriteria ya
KEK di Puskesmas sudah, walaupun dia bukan domisili
Karangayar? sini ataupun domisili sini tapi bukan
KTP sini mereka berkunjung ke sini
dan memenuhi kriteria ya kita beri.
138

4. Apakah yang dilakukan Itu kan dropingan ya jadi memanag


pihak puskesmas apabila di kemaren selama stoknya ada di dinas
mengalami kekosongan ya di droping e puskesmas setau saya
PMT? Dan mengapa? malah langsung dari KEMENKES
kok. Karena pengadaannya serempak
disatu waktu gitu. Pengadaannya juga
tergantung dropingan, paling kita
inikan konselingnya aja.

5. Bagaimana proses Iya ngecek ditribusinya, kan ada data


pemantauan program PMT ibu hamil KEK itu berapa, untuk efek
Ibu hamil dari Kepala pemberia ini terhadap peningkatan
Puskesmas? status gizinya memang belum sampai
disitu, hanya sebatas mengetahui
kriteria penerima PMT itu, ini kan
dropingan apakah sudah sesuai
dengan kriterinya sama megevaluasi
jumlahnya, banyak atau sedikitnya.

6. Siapa yang menjadi Pengawas ada lainnya ada bagian gizi


pengawas dan penilai dalam juga iya, bidan juga iya, kita biasanya
kegiatan PMT Ibu hamil monevnya per PJ , inikan sebuan
KEK di Puskesmas sekali , biasanya saya sekitar tiga
Karanganyar? bualn sampai enam bulan nanti saya
liat lagi sekali. Ini kan saya juga ada
monev dengan gasurkes ini memntau
kan ada ibu hamil restinya, kan salah
satunya KEK itu, itu antara tiga
bulanan lah.

7. Bagaimana sistem Mereka ada laporan bulanan simpus


pencatatan dan yang dari SIK namanya, laporan
pelaporannya? bulanan itu yang online juga ada,
terus yang dari, itu kan belum bisa
139

menjabarkan, evalusinya dari yang


tiga bulanan itu.

OUTPUT

1. Bagaimana pencapaian Secara angka memang nggak ada,


Program PMT ibu hamil KEK itu kan, maksudnya gini, kita
KEK di Puksesmas berharapnya kan nggak ada, dan
Karanganyar ? setiap bulan itu kan beda-beda
kondisinya gitu, ya targetnya begitu
terdeksi ya langsung dapet PMT nya
gitu. Dimanapun dia terdeteksi
misalnya dariposyandu dari informasi
kader atau pada saat kunjungan rumah
atau kunjungan kesini ya sedapatnya
begitu ditangkapnya maksudnya
terdekteksi ya kita berikan, ya kita ini
ya distribusinya bukan hanya disini
tapi juga di posyandu.

2. Apakah ibu haml KEK Dari penelitian yang seperti kan


mengalami kenaikan status belum pernah gitu ya, maksudnya
gizi setelah pemberian apakah ada dampak yng signifikan
makanan tambahan? dari pemberian pmt terhadap
kenaikan LiLA, itu memag belum.
Cuma kalau melihat apa namanya
keberlanjutan ini kan, inikan
maksudya kadang mereka periksa
kesini konsul kesini, terus periksa ke
yang lain nah, kalo ke tempat yang
lain kan otomatis nggak dapet yang
itu, pemantauannya juga agak susah
kalau tidak benar-benar dalam
penelitian gitu kan, kalau penelitian
kan kita memantau beberapa orang
terus menerus berkesinambungan
pemberian ini sampai dia hampir
melahirkan iu ada signifikan apa
140

nggak, nah itu kita nggak bisa nilai


itu, karena memang , untuk
menganalis itu kita belum ada, jadi
kita bertugas mendistribusi PMT.

3. Penanggung jawab Program PMT di Puskesmas Karnganyar

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

INPUT

1. Sejak kapan program PMT Sudah lama si, saya kesini udah ada.
ibu hamil KEK
diselenggarakan di
Puskesmas Kranganyar?

2. Siapa saja yang bertanggung PMT itu biasanya ada Petugas gizi
jawab terhadap pelaksanaan sama bidan dua dari puskesmas, kalau
kegiatan PMT di Puskesmas kader enggak, PMT ibu hamil kita
Karanganyar? kasih lagsung ke sasaran berarti ini
sama ada gasurkes ada dua. Kalau
PMT soalnya langsung ke sasaran.

3. Jika dilihat berdasarkan Kalau untuk hanya pemberiannya saja


kebutuhan sasaran program si sudah cukup ya, tapi kalau untuk
PMT, apakah ketersediaan pemantauan yang apakah PMT benar-
SDM untuk program PMT di benar di makan apa tidak, itu kami
Puskesmas Karanganyar belum bisa.
sudah mencukupi?

4. Dari mana sumber dana Kalau sumber dana dari puskesmas


untuk program PMT dan tidak ada, sumber dana dari APBN
berapa besar dananya? dan APBD, kita dropping, kita terima,
pembelian sendiri nggak ada.
141

5. Apa saja sarana yang Sarana pendukung ya kalau pita ukur,


disediakan untuk program timbangan, seperti itu, ada juga
PMT di Puskesmas konseling dan penyuluhan.
Karanganyar?

6. Adakah panduan/ pedoman/ Ada, tapi nggak di saya, nanti bisa


petunjuk teknis pelaksanaan dilihat di bagian gizi ya.
program PMT dari
Puskesmas?

7. Siapakah sasaran untuk Ibu hamil yang KEK, LiLA nya


program PMT dan kurang dari 23,5 cm. Sasaran droping
bagaimana cara penentuan itu, mereka memberikan itu
sasaran serta siapa saja yang tergantung dari sasaran kita, misalnya
terlibat dan seperti apa peran dari tahun kemarin. Kan ada juga
Anda dalam penentuan yang diberikan tapi tidak mau.
sasaran?

8. Bagaimana bentuk Bentuknya ya PMT nya kita kasih


pelayanan program PMT langsung ke ibu hamil yang KEK,
dari Puskesmas? kalo pas tidak bisa ke puskesmas ya
nanti kita titip ke gasurkes yang pas
keliling itu. Kan PMT terintegrasi
dengan ANC, nanti juga ada
konseling sama penyuluhan gizi.

9. Apa saja bahan paket PMT PMT nya berupa biskuit ibu hamil,
darimana bahan PMT satu karton untuk satu bulan, nanti
tersebut diperoleh? kalau datang lagi diskasih lagi, kalau
ynag KEK itu kan butuh waktuya kan
lama nggak satu bulan , susah paling
ndak itu tiga sampai enam bulan
evaluasinya, kayak gizinya kurang.
142

PROSES

1. Bagaimana perencanaan Kalo dari dinas, kita terima dari


program PMT Ibu hamil sasaran ibu hamil yang beresiko,
KEK di Puskesmas misalnya dari tahun lalu kita ada
Karangayar? sekian nanti dinas akan memberiakna
dropping sekian ratus karton ni untuk
Puskesmas Karanganyar nanti kita
bisa distribusikan untuk sasaran kita
yang masuk kategori, sasarannya
kira-kira dari tahun lalu, seperti itu,
sekian kasus, paling plus minusnya
kan 10% jumlah sasaran.

Tapi biasanya ada tambahan tidak


terduga dari ibu-ibu dari daerah lain
yang bekerja di pabrik, atau ada ibu
hamil yang ikut suaminya kerja di
daerah sini.

2. Bagaimana pendistribusian Kalau ada dropingan biasanya gizi


dan penyimpaan PMT Ibu yang nerima dulu baru nanti kita
hamil dari pihak Puskesmas dikasih tau, lalu kita yang
kepeda ibu hamil KEK? menyerahkan ke ibu hamilnya.

3. Kendala apa sajakah yang Kendala PMT, ya ndak semua ibu


biasanya muncul dalam hamil mau diberikan PMT, kan ada
kegiatan PMT Ibu hamil yang nggak suka, bener nggak
KEK di Puskesmas dimakan dia-nya nggak, kita nggak
Karangayar? bisa tau kan karena tidak kita lihat
secara langsung, kan nggak ada yang
mantau.

4. Bagaimana cara mengatasi Kita konselingnya sudah kita


kendala yang terjadi dalam informasikan, ini untuk ibu hamil
kegiatan PMT Ibu hamil bukan untuk balita, balita nanti ada
143

KEK di Puskesmas sendiri, anak ada sendiri, tapi kan


Karangayar? nggak tau semua, kalau misalnya dia
rasanya nggak suka, mau gimana lagi
terusan, nggak suka enneg atau apa,
silahkan dengan PMT yang lain, kan
ndak harus PMT itu kan, tapi kan bisa
mandiri

5. Apakah yang dilakukan Ya tadi dengan konseling,


pihak puskesmas apabila di penyuluhan, begitu.
mengalami kekosongan
PMT? Dan mengapa?

6. Bagaimana proses Saya nggak ada yang mantau mbak,


pemantauan beda sama obat TBC, yang wajib
pengkonsumsian program diminum setiap hari, kalau PMT itu
PMT Ibu hamil? nggak ada yang mantau kita ingetin
aja.

7. Apakah ada waktu khusus Pengevaluasianya setiap satu bulan,


yang dilakukan untuk satu bulan masih ada apa nggak,
mengevaluasi pemberian dimakan apa nggak pasien kontrol,
PMT kepada Ibu hamil KEK bisa dapat lagi kan.
?

8. Bagaimana sistem Bentuknya buku, kalo diterima iya


pencatatan dan berapa iya, kalo pengkosumsiannya
pelaporannya? kita nggak ada yang mantau.

OUTPUT

1. Bagaimana pencapaian Saya kok belum bisa jawab


program PMT ibu hamil presentasenya ya mbak, karena
KEK di Kota Semarang memang kadang tidak semua
diberikan sesuai mau, e tiga bulan
144

mau benar-benar bisa gitu, kan


memang harusnya tiga bulan itu
diberikan dan konsumsi patuh, kalo
peningkatan ada tapi presentasenya
saya ndak bisa bilang berapa, belum
diteliti kalo itu, harusnya ada
angkanya kan, dari sekian ibu hamil
diberiakn PMT sekian hasilnya
harusnya, nah saya ndak punya data
itu.

Misalnya ada pembagian ibu hamil


tapi yang peningkatan bener-benar
tiga bulan itu dievaluasi ni, itu yang
belum mbak.

2. Apakah ibu hamil KEK Pada intinya si gini, memang tidak


mengalami kenaikan status semua kadang diberikan dengan
gizi setelah pemberian sesuai yang ada di standarya,
makanan tambahan ? juknisnya secara realita dilapangan,
ya, standarnya si seperti itu tadi, ada
tiga bulan berturut-turut bagaimana
dievaluasi lagi, apa bener-bener ini,
tapi memang ada beberapa kendala
yang dihadapi di lapangan, tidak
semua ibu hamil mau diberikan
seperti itu, kadang yang mau, yang
nggak punya resiko, gitu ya , mugkin
dia cuma anemi aja bukan sasaran
untuk KEK nya tadi, atau yag lain,
entah diskonsusi atau tidak, dan
mungkin form nya kita juga belum
sesuai ya yang ada di ini ya, saya juga
nggak liat (juknis dari kemenkes).

Untuk ibu yang KEK disini bayinya


tidak ada yang BBLR.
145

4. Tenaga Gizi di Puskesmas Karanganyar

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

INPUT

1. Sejak kapan program PMT Sudah lama mbak, ya sebelum saya


ibu hamil KEK disini ya sudah ada kok.
diselenggarakan di
Puskesmas Kranganyar?

2. Siapa saja yang bertanggung Ya saya, terus bu bidan si paling


jawab terhadap pelaksanaan mbak, tapi saya tanggung jawabnya
kegiatan PMT di Puskesmas lebih ke balita, kalo ibu hamil itu
Karanganyar? bagian KIA.

3. Jika dilihat berdasarkan Ya kita cuma, pelaksana dari atas,


kebutuhan sasaran program kalau cuma untuk nerima sama ngasih
PMT, apakah ketersediaan si ya cukup-cukup aja mbak.
SDM untuk program PMT di
Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi?

4. Dari mana sumber dana Kita nggak ada dana untuk PMT iu
untuk program PMT dan hamil, seua itu dropingan dari pusat.
berapa besar dananya? Kita nggak menyediakan dana
sendiri, kan itu udah berupa barang
mbak, langsung.

5. Apa saja sarana yang Ya paling penyuluhan, atau


disediakan untuk program konseling. Sama alat-alat timbangan,
pita pengukur LiLA seperti itu paling.
146

PMT di Puskesmas
Karanganyar?

6. Adakah panduan/ pedoman/ Ada juknisnya, dari puskesmas


petunjuk teknis pelaksanaan sendiri, buat sendiri, kalo puskesmas
program PMT dari sudah akreditasi sudah harus punya
Puskesmas? sendiri.

7. Siapakah sasaran untuk Sasarannya ya ibu hamil KEK itu


program PMT dan mbak
bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang
terlibat dan seperti apa peran
Anda dalam penentuan
sasaran?

8. Bagaimana bentuk Ya nanti itu ibu hamil yang KEK kita


pelayanan program PMT kasih PMT nya selama stok masih ada
dari Puskesmas?

9. Apa saja bahan paket PMT PMT berupa biscuit yang didapat
darimana bahan PMT langsung dari pusat, semuanya dari
tersebut diperoleh? pusat, kita tidak menyediakan kalau
bukan dari pusat untuk ibu hamil.

PROSES

1. Bagaimana perencanaan Biasanya itu dari jumlah yang tahun


program PMT Ibu hamil kemarin, nanti dari situ mbak.
KEK di Puskesmas
Karangayar?

2. Bagaimana pendistribusian Dateng ya sudah langsung masuk


dan penyimpaan PMT Ibu gudang nanti saya kan dapet yang
namanya ini, misalnya susu, berita
147

hamil dari pihak Puskesmas acara serah terima barang, ini saya
kepeda ibu hamil KEK? fotokopi tak kasihkan KIA, jadi KIA
sudah tau ada barang sejumlah ini,
nah dia mau nyetok diruangannya
seberapa KIA sebenarnya punya ini
mbk, cuma karena orangnya yang
dulu sudah pensiun mungkin
tinngalane mbuh neng di, dan tidak
dikasihkan ke saya juga, mungkin
nanti kalau ada pmt lagi baru, dateng,
nanti beliaunya otomatis akan
membuat buku stok, buku serah
terimanya

Terakhir tahun 2018, tahun 2019


belum ada, saya suah laporan ya
sudah.

3. Bagaimana pelaksanaannya, Kita sebisa mungkin ya sesuai Juknis,


apakah sudah sesuai dengan tapi kan keadaan di lapangan kadang
petunjuk teknis PMT? beda.

4. Kendala apa sajakah yang Tidak musti ada PMT nya,


biasanya muncul dalam maksudnya tidak rutin setiap bulan
kegiatan PMT Ibu hamil apa di dropping itu ndak, tergantung
KEK di Puskesmas dai pusatya ngasih ke DKK seberapa,
Karangayar? kapan seberapa, kesininya baru bulan
apa, kita tidak bisa menentukan lha ini
sudah satu tahun habis, kita nggak
bisa ngasih, udah selesai-selesai,
belum tentu ada.

Tadi tingkat konsumsi, nek


diharapakan makanan tambahan ibu
hamil ini diharapakan bisa
meningkatan berat badan ibu hamil,
belum tentu bisa seratus persen
148

berhasil, karena inikan cuma utuk


cemilan tok

Nek ibu hamilnya punya balita,


PMTnya tidak dimakan ibu hamilnya
tok.

Ibu hamilnya bosen, berenti di tengah


jalan, tiga bulan berturu-turut suruh
makan ini tok ya belum tentu kan,
terus nek makane kui tok ndak makan
yang lain yo apa bisa meningkatkan
berat badan wong cuma segitu tok

5. Bagaimana cara mengatasi Paling ya penyluhan ke ibu hamilnya


kendala yang terjadi dalam mbak.
kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?

6. Apakah yang dilakukan Ya kita nggak bisa apa-apa karena


pihak puskesmas apabila di kan itu droping dari pusat lagsung,
mengalami kekosongan kalo dari sana nya tidak ada ya kita
PMT? Dan mengapa? tidak bisa apa-apa.

7. Bagaimana proses Ada bukunya, buku stok yang


pemantauan program PMT diterima, saya nggak punya yang di
Ibu hamil pada penangung juknis ini, ini yang punya malah
jawab program di kesling, kita Cuma sekedar jumlah
Puskesmas? dan manual di buku, kan makanan ada
batas kadaluarsa, harus sekedar
didistribusikan.

Kalau dirumah ya ndak ada memang,


kita mantaunya dari berat badan,
setiap bulan kan kontrol nah, cuma
sekedar ditanya dimakan ngak, habis
149

ndak, ada keluhan, mual apa enneg,


habisnya berapa, cuma sekedar itu
dan penambahan berat badan gitu,.

Tapi memang ada resiko-resiko,


misalnya si ibu itu ternyata punya
balita, nah bskuit ibu hamil ini bukan
sekedar dimakan ibuknya tapi
dimakan juga anakya, padahal sudah
dibilangin, ini untuk ibuknya, tapi
kalau anaknya mau, minta gimana,
lah seperti itu lho, jadi tidak 100%,
saya akui tidak 100% dimakan habis
ibuknya kalau si ibu itu punya balita,
kalau ibuknya cuma berdua sama
suamunya tok atau sama mertuanya,
kemungkinan bisa habis oleh ibuknya
sendiri gitu

Kita Cuma pemantauan sekedar


penambahan berat badan dan ditanya
dimakan ngak, tapi memang ada
resiko-resiko.

8. Bagaimana sistem Dengan buku, sama penambahan


pencatatan dan berat badan yang ada di KIA, yang
pelaporannya? kohort itu

Pencatatan setiap bulannya dikirim


ke Dinkes lewat email.

OUTPUT

1. Bagaimana pencapaian Kalau cuma pemberiannya ya sudah,


Program PMT ibu hamil tapi kalau untuk pemantauannya
KEK di Puksesmas belum.
Karanganyar ?
150

2. Apakah ibu hamil KEK Kalau angka realnya kita belum bisa
mengalami kenaikan status jawab, soalnya belum benar-benar
gizi setelah pemberian bisa kita pantau.
makanan tambahan?

5. Gasurkes

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

INPUT

1. Apakah anda mengetahui Ya tahu, program tentang pemberian


tetang Prgram PMT ibu makanan tambahan untuk ibu hamil,
hamil KEK ? yang berupa biskuit itu kan.

2. Jika dilihat berdasarkan Kalau sesuai, si sesuai, soalnya nggak


kebutuhan sasaran program begitu banyak juga ibu hamilnya, dari
PMT, apakah ketersediaan pada yang megang satu keluaraha tapi
SDM untuk program PMT di yang ibu hamilnya banyak ya banyak.
Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi?

3. Siapa saja yang staf yang Yang tau programnya ya yang bagian
terlibat dalam Program PMT KIA itu mbak.
di Puskesmas Karanganyar?

4. Dari mana sumber dana Yang saya tau itu langsung berupa
untuk program PMT dan barang di droping langsung dari pusat
berapa besar dananya? .

5. Apa saja sarana yang Kadang kita bawa di kelas ibu hamil,
disediakan untuk program tapikan nggak semua ibu hamil itu
PMT di Puskesmas KEK, pemberiannya rata, nggak
Karanganyar?
151

semua yang KEK tok, tapi yang


dateng itu dapet biscuit semua.

6. Adakah panduan/ pedoman/ Sepertinya itu di bagian gizi yang


petunjuk teknis pelaksanaan punya.
program PMT dari
Puskesmas?

7. Siapakah sasaran untuk Ya nanti itu diberikan ke ibu KEK,


program PMT dan kita si paling cuma kadang dititipi aja,
bagaimana cara penentuan biasanya langsung diberikan di
sasaran serta siapa saja yang puskesmas pas mereka periksa.
terlibat dan seperti apa peran
Anda dalam penentuan
sasaran?

8. Bagaimana bentuk Saya taunya kayaknya da kaitannya


pelayanan program PMT sama ANC si.
dari Puskesmas?

9. Apa saja bahan paket PMT Biskuit ibu hamil itu si.
darimana bahan PMT
tersebut diperoleh?

PROSES

1. Bagaimana perencanaan Kalau untuk itu saya kurang paham,


program PMT Ibu hamil soalnya kan disini saya gasurkes ya,
KEK di Puskesmas kita cuma keliling untuk data aja,
Karangayar? kalau perencanaanya itu ya dari yang
pegang program mungkin lebih
paham.
152

2. Bagaimana pendistribusian Disini kita Cuma data dan kadang


dan penyimpaan PMT Ibu dititipin saja dari bu bidan, pas kita
hamil dari pihak Puskesmas keliling.
kepeda ibu hamil KEK?

3. Kendala apa sajakah yang Nggak ada kendala si untuk


biasanya muncul dalam pendataanya.
kegiatan PMT Ibu hamil
Kalo kader si kebanyakan pmt untuk
KEK di Puskesmas
bayi, kalo untuk ibu hamil si emang
Karangayar?
diserahkannya disini juga biar ibu
hamilnya periksa disini jadi ada
timbal balikya , nggak satu tok, nek
kita bawain kesana, periksanya
dibidan tok cukup, ndak ke
puskesmas. Biar periksanya juga
tetep dipuskesmas, jadi harus kesini,
biar kesini sendiri biar dapetnya dari
sini.

4. Bagaimana proses Kalo puskesmas kurang tau, tapi


pemantauan program PMT mungkin, mungkin juga kelapangan
Ibu hamil dari Kepala juga, tapi ya kadang ke lapangan tapi
Puskesmas? kalo puskesmas lebih ke ibu hamil
resti-resti yang terlalu bahaya, kalau
untuk yang KEK aja si jarang, paling
kalau KEK sama apa peyertanya lha
itu mereka turun. Tapi kalau KEK tok
nggak ada faktor lain mereka jarang si
memang.

5. Kalau pemantauan dari Kita cuma tanya aja , Kadang juga


gasurkes ke ibu hamil kEK cerita diamakan tapi eneg mbak, tak
terkait PMT bagaiamna? bagi sama anak, suami juga minta,
nek pertama kan masih enak belum
eneg nah itu kalau udah sering, ya
dibagi-bagi.
153

6. Bagaimana sistem Datanya kita, pakenya gaspol, kayak


pencatatan dan sistem kita online, kita kan laporin ke
pelaporannya? sini data mentah, lilanya segini segini
segini, nanti yang ngitung kan sini

Yang nyatet kohortnya kadang kalo


ada waktu ya KIA, kalau nggak ada
waktu ya dari kita nya, siapa yang
sempet ya itu yang nulis.

OUTPUT

1. Bagaimana pencapaian Karena disini saya cuma mendata


Program PMT ibu hamil saja, kalau dari saya ya sudah.
KEK di Puksesmas
Karanganyar ?

2. Apakah ibu hamil KEK Setiap bulan kan kita periksa, yang
mengalami kenaikan status wajib dipriksa kan tensi sama
gizi setelah pemberian LiLAnya kalau kunjungan ke rumah,
makanan tambahan? jadinya kan tau perkembangannya
kayak apa naik apa nggak .

Kurang tau juga si, karena kan


konsumsinya bukan PMT tok,
mungkin dirumahnya dia masak-
masaknya ditambah gizinya, kalau
satu faktor, pmt tok mempengaruhi,
ya kurang tau juga, soalaya
dirumahnya juga mereka masak apa
ya mereka yang tau juga. Mungkin ya
berpengaruh, tapi ya beberapa persen
tok mungkin.
154

6. Ibu hamil KEK peneriam PMT (1)

No. Pertanyaan Hasil Wawanara

1. Apakah ibu mengetahui tentang Enggak mbak, nggak tau.


program PMT untuk ibu hamil
KEK?

2. Apakah ibu mendapatkan bahan Dari 4 bulan sampe pas meh lahir
PMT secara rutin?
Ndak, kadang nek pas habis
sakanane ya ndak, kalo aku masih
ada gitu ya, ya udah diabiskan dulu,
kalo nggak pas sananya kosong ya ,
ya nggak dikasih, kalo ada ya
dikasih.

3. Sejak kapan ibu menerima PMT? Sejak 4 bulan kayaknya


Karena hb ku rendah, LILA nya 21
Dikasih pas ke puskesmas aja.

4. PMT yang diberikan kepada ibu Ya biskuit itu mbak.


berupa apa saja?

5. Berapa jumlah PMT yang ibu Koyone 3 dus po mbak, ya nggak


terima dan apakah diberikan rutin si mbak, kalo pas rotinya di
secara rutin? puskesmas habis ya nggak dikasih.
Atau kalo pas rotine saya masih ya
belum dikasih lagi.

6. Yang memberikan PMT siapa Dulu saya yang ngasih ya bu bidan.


dan dimana ?

7. Apa ibu sudah merasa cukup Cukup-cukup aja si mbak. Kan ini
dengan sarana yang disediakan ada ANC juga, kadang ya ada
untuk program PMT bumil? penyuluhan gizi.
155

(sarana fisik, ANC, penyuluhan


gizi)

8. Siapa saja yang mengonsumsi Ya saya sendiri, tak makan sendiri.


PMT?
Iya, kadang kan orang hamil mut-
mutan kadang pengen sek seger-
seger, roti kan eneg, pengennya yang
seger-seger buah atau apa gitu.

9. Apakah ada petugas khusus yang Nggak ada si mbak paling yang
menayai atau memantau nanya ya gasurkes atau bu bidan kalo
penkonsumsian PMT ? pas lagi periksa, dimakan apa nggak
rotinya.

10. Apakah petugas gizi dan Ya hee dimakan ya biar hb nya


gasurkes, memberi motivasi/ nambah.
dorongan kepada ibu untuk
mengikuti program PMT? Jika
iya, motivasi seperti apa yang
diberikan?

11. Apakah berat badan ibu Hb nya biasa aja nggak naik.
bertamabah setelah
Nek selama hamil yak nambah.
mngkonsumsi PMT?
Ya mungkin, nambah gara-gara apa
kan nggak tau, orang hamil kan
makannya juga banyak

12. Apakah ada keluhan apada saat Nggak ada, aku cuma HB tok.
dan setelah mengkosumsi PMT?
Jika iya, apa keluhan tersebut?

13. Apakah dikonsumsi secara rutin? Yo kadang nek pas laper wae, nek
pengen makan ya makan.
156

Nek aku pas leper gitu, nek malem,


orang hamil kan biasanya leper gitu
tak makan, tapi kalo ndak ya ndak.

14. Rasanya bagaimana? Ya mayan, stroberi to, tapi yang


stroberinya kadang nggak tak makan
Cuma rotinya aja. Kan eneg aku.

7. Ibu hamil KEK peneriam PMT (2)

No. Pertanyaan Hasil Wawanara

1. Apakah ibu mengetahui tentang Enggak mbak, nggak tau.


program PMT untuk ibu hamil
KEK?

2. Apakah ibu mendapatkan bahan Pokoknya selama sembilan, tiga


PMT secara rutin? bulan apa, tapi aku ngga dapet tiga,
nggak dua bulan, berapa bulan, lupa
ik, nggak 2 bulan full.

Pertama kan LiLA nya kurang, terus


dikasih itu, dikasih langsung sama
bu bidannya.

3. Sejak kapan ibu menerima PMT? Pas pertma kali aku dites pertama
kali hamil, kurang HBnya, HBnya
10, lingkarnya 22 kalo nggak salah.

4. PMT yang diberikan kepada ibu Biscuit selai stroberi.


berupa apa saja?

5. Berapa jumlah PMT yang ibu Dua dus aja.


terima dan apakah diberikan
secara rutin?
157

Nggak tau, mungkin hbnya udah


normal.

Pas ANC nggak dikasih, pas priksa


aja.

6. Yang memberikan PMT siapa Kalo yang dateng ke rumah ya


dan dimana? gasurkes, tapi kadang bidan juga.
Yang ngasih PMT bu bidan di
Puskesmas.”

7. Apa ibu sudah merasa cukup Cukup. Iya ada ANC, penyuluhan
dengan sarana yang disediakan gizi ya ada.
untuk program PMT bumil?

(sarana fisik, ANC, penyuluhan


gizi)

8. Siapa saja yang mengonsumsi Tak makan sendiri.


PMT?

9. Apakah ada petugas khusus yang Petugas khusus apa mbak, ndak ada.
menayai atau memantau Yang biasa Tanya ya bu bidan itu.
penkonsumsian PMT?

10. Apakah petugas gizi dan Ya hee si suruh makan, ya tak


gasurkes, memberi motivasi/ makan, tapi aku bilang nggak setiap
dorongan kepada ibu untuk hari karena eneg gitu, emang kayak
mengikuti program PMT? Jika gitu rasanya.
iya, motivasi seperti apa yang
diberikan?

11. Apakah berat badan ibu Nggak tau yo tapi karena makanya
bertamabah setelah nggak setiap hari si.
mngkonsumsi PMT?
158

12. Apakah ada keluhan apada saat Engak ik.


dan setelah mengkosumsi PMT?
Jika iya, apa keluhan tersebut?

13. Apakah dikonsumsi secara rutin? Enggak tak makan setiap hari, eneg
soale.

14. Rasanya bagaimana? Rotinya eneg kok.

Ya dimakan, tapi kan misalnya kalo


dimakan setiap hari kan eneg,
dimakan tapi nggak setiap hari,
misalkan pengen nyemil atau apa
gitu, tapikan aku punya cemilan
sendiri rasanya kan eneng kan kayak
gimana gitu, selainya itu nggak enak,
rotinya si emang enak, tapi nak
kayak kalo sek yang suka ya doyan,
kadang kan biasanya nggak ada yang
sukak, katanya. Kata temeku juga
pernah dikasih kayak gitu, Cuma
kadang eneg memang. kan setiap
hari. Aku nggak makan setiap hari,
kadang-kadang.

8. Ibu hamil KEK peneriam PMT (3)

No. Pertanyaan Hasil Wawanara

1. Apakah ibu mengetahui tentang Rak retia, aku rak doyan.


program PMT untuk ibu hamil
KEK?

2. Apakah ibu mendapatkan bahan Sepisan tok.


PMT secara rutin?
159

3. Sejak kapan ibu menerima PMT? Pas periksa ik, soale kan HB ku
turun, maksudnya buat tambah-
tambah ben HB ne munggah
ngonoiku mbak.
Pas turun tok kae pisan tok.

Pas periksa sekali tok, waktu pas 6


bulan.
Uuran LiLA ne lali aku mbak.

4. PMT yang diberikan kepada ibu Roti tapi, sebulan.


berupa apa saja?

5. Berapa jumlah PMT yang ibu Sak dus tok.


terima dan apakah diberikan
secara rutin?

6. Apa ibu sudah merasa cukup Cukup. ANC ada, penyuluhan ada.
dengan sarana yang disediakan
untuk program PMT bumil?

(sarana fisik, ANC, penyuluhan


gizi)

7. Siapa saja yang mengonsumsi Dimakan sendiri. Do rak doyan si


PMT? mbak ngonokui, rsane ki rak enak,
enek, ambune ki ws heh, stroberi-
stroberi.

8. Apakah ada petugas khusus yang Adanya ya mbak hesti itu. Biasane
menayai atau memantau Tanya dimakan apa nggak rotine.
penkonsumsian PMT ? Kadang yo aku sek cerita-cerita.

9. Apakah petugas gizi dan Hee, mbak hesti ngono iku wonge.
gasurkes, memberi motivasi/
dorongan kepada ibu untuk
mengikuti program PMT? Jika
160

iya, motivasi seperti apa yang


diberikan?

10. Apakah berat badan ibu Ndak, yo ngonokiu, kan wong


bertamabah setelah meteng dewe-dewe si mbak, delalah
mngkonsumsi PMT? aku meteng 3 yo ngono kabeh HB ku
rendah terus, nggak ada perubahan,
rak ngefek.

11. Apakah ada keluhan apada saat Ndak, biasa.


dan setelah mengkosumsi PMT?
Jika iya, apa keluhan tersebut?

12. Apakah dikonsumsi secara rutin? Ya dimakan.

13. Rasanya bagaimana? Rak enak ik.


161

Lampiran 8

Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN UNTUK IBU
HAMIL KEK
MENURUT PEDOMAN PETUNJUK TEKNIS MAKANAN TAMBAHAN
BALITA DAN IBU HAMIL TAHUN 2019

JAWABAN
No. INFORMASI KETERANGAN
YA TIDAK

1. Mengetahui Lihat Surat


jadwal Rencana
penerimaan dari Pengiriman
Dinkes dari Dinkes
Kabupaten/Kota kabupaten/Kot
√ a ke Kepala
Puskesmas
atau cek
apakah ada
informasi lisan
melalui telepon

2. Ada gudang Amati gudang


penyimpanan penyimpanan
PMT, amati PMT

penyimpanan
PMT di gudang

- Kebersihan
- Ventilasi
162

- Kelembaban
- Atap tidak
bocor
- Kapasitas
- Cara
penyimpanan
- Tumpukan
kardus
- Palet
- Penyimpanan
terpisah dari
bahan
berbahaya
- Penyimpanan
yang rusak
terpisah

3. Penerimaan Cocokkan
PMT tepat √ dokumen SPB
Waktu dengan BAPB

4. Jumlah dan Cocokkan


jenis yang dokumen SPB
diterima sesuai dengan BAPB

dengan Surat
Pengiriman
Barang (SPB)

5. Ada catatan Cek catatan


administrasi administrasi
MT gudang

- Masuk
- Keluar
- Sisa
163

- Rusak

6. Apakah ada Cek data


data sasaran ? sasaran MT di
- Bumil KEK √ seluruh desa
wilayah kerja
Puskesmas

7. Apakah ada Cek dokumen


rencana rencana

kegiatan distribusi MT
distribusi MT ?

8. Apakah Cek arsip surat


sebelum pemberitahuan
pendistribusian distribusi MT
MT, ada dari

pemberitahuan Puskesmas ke
dari Puskesmas? BDD/petugas
yg
ditunjuk/kader

9. Apakah Cek
pendistribusian kesesuaian
MT sesuai jumlah MT
rencana ? yang dikirim

- Jumlah dengan jumlah
- Jenis sasaran
- Waktu
distribusi
164

10. Apakah ada MT APBDII/lainlain


dari sumber lain
yang
didistribusikan ?

- Sumber
- Namaproduk
- Jenis
- Jumlah
- Sasaran
165

Lampiran 9

Dokmentasi Penelitian

Wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi Dinas

Kesehatan Kota Semarang

Wawancara dengan Kepala Puskesmas Karanganyar


166

Wawancara dengan Nutrisionis di Puskesmas Karanganyar

Wawancara dengan Penanggung jawab Program PMT ibu hamil di Puskesmas

Karanganyar
167

Wawancara dengan Gasurkes di Puskesmas Karanganyar

Wawancara dengan ibu KEK penerima PMT


168

Wawancara dengan ibu KEK penerima PMT

Wawancara dengan ibu KEK penerima PMT


169

Penyimpanan PMT di Puskesmas Karanganyar

Biskuit PMT ibu hamil

Anda mungkin juga menyukai