Anda di halaman 1dari 52

Pengaruh Dukungan Nakes Dalam Pemberian PMT

Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis


Di Wilayah Kerja Puskesmas Silaping
Kabupaten Pasaman Barat
Tahun 2022

PROPOSAL

OLEH

ISRA DINA
2115302093

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


TERAPAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia nya sehingga dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul

“Pengaruh Dukunga Nakes dalam Pemberian PMT pada Ibu Hamil Kekurangan

Energi Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Silaping Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2022”. Proposal ini diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan di Universitas Fort De Kock Bukittinggi

Tahun 2022.

Dalam penulisan Proposal ini Penulis banyak mendapat Bantuan dan

Bimbingan serta bimbingan moril dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis juga

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr.Hj.Evi Hasnita, S.Pd, Ns, M.Kes sebagai Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi serta sebagai pembimbing I peneliti, yang mana beliau telah

banyak memberikan masukan dan arahan dalam pembuatan proposal ini,

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed selaku sebagai Dekan Universitas Fort De

Kock Bukittinggi,

3. Ibu Febriniwati Rifdi, S.SiT,M.Biomed selaku ketua Ka Prodi studi sarjana

terapan kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi,

4. Ibu Nurhayati, S.ST. M. Biomed selaku pembimbing II yang telah

memberikan saran serta masukan dalam pembuatan proposal ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen program studi sajana terapan kebidanan Universitas

Fort De Kock Bukittinggi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan,bimbingan serta nasehat selama menjalani pendidikan.

i
6. Teristimewa Untuk keluarga tercinta yang telah memberikan semanggat dan

dukungandalam penyusunan Proposal ini.

7. Rekan-rakan mahasiswa program studi sajana terapan kebidanan Universitas

Fort De Kock Bukittinggi yang sama-sama berjuang dalam penyusunan

Skripsi ini.

8. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

9. Penulisan telah berupaya dalam pembuatan Skripsi ini. Untuk iu penulis

dengan tangan terbuka menerima semau kitik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih.

Bukittinggi, Januari 2022

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekurangan energi kronik (KEK) yaitu keadaan ibu hamil yang

menderita kekurangan makanan yang berlangsung lama (kronik) dengan

berbagai timbulnya gangguan kesehatan. KEK pada ibu hamil dapat

menyebabkan risiko anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah

secara normal, dan serangan penyakit infeksi. Dampak terhadap proses

persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum

waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan

operasi cenderung meningkat (Sari, 2020).

Angka kematian bayi dan ibu serta bayi dengan Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi

ibu hamil. Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang

Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko

kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan

berat badan yang normal. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang

mengalami 3 masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi

Kronik (KEK) dan animea. Kejadian KEK dan anemia pada ibu hamil

umumnya disebabkan karena rendahnya asupan zat gizi ibu selama kehamilan

bukan hanya berakibat pada ibu bayi yang dilahirkannya, tetapi juga faktor

resiko kematian ibu (Husna, dkk. 2020).

1
2

Masalah ibu hamil KEK disebabkan oleh konsumsi zat gizi yang

kurang. Kekurangan zat kizi makro berkaitan dengan keurangan zat gizi

mikro khususnya vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, senk, kalsium,

dan iodium. Faktor penyebab lansung ibu hamil KEK konsumsi gizi yang

tidak cukup dan penyakit. Faktor penyebab yang tidak langsung adalah

persediaan makanan yang tidak cukup, pola asuh yang tidak memadai dan

kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai

( Ramadhini, 2018).

Promosi kesehatan merupakan tahapan yang pertama dan utama pada

pencegahan penyakit. Kegiatan atau usaha Promosi Kesehatan diantaranya

seperti pendidikan kesehatan meliputi peningkatan gizi, kebiasaan hidup,

seksual. Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian

kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam

bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,

dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat (Rachmawati,

2019).

Pemberian makanan tambahan pemulihan merupakan salah satu

langkah dalam memperbaiki status gizi pada ibu hamil KEK. biskuit PMT

pemulihan hanya sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama

sehari-hari. Makanan tambahan ibu hamil adalah suplementasi gizi berupa

biskuit lapis yang dibuattdengan formulaakhusus dan difortifikasii dengan

vitamin dan mineral yang diberikan kepada ibu hamilldengan kategori kurang

energy kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi (Lestari, 2021).


3

Berdasarkan pedoman penyelenggaraan PMT-P dari Kementerian

Kesehatan RI, disebutkan bahwa pelaksanaan program pemberian makanan

tambahan pemulihan terdiri dari 4 tahap. Pertama yaitu persiapan, terdiri dari

penentuan, menentukan makanan, membentuk kelompok ibu, sosialisasi

program dan penyuluhan. Kedua yaitu pelaksanaan, terdiri dari

pendistribusian dan konseling. Ketiga yaitu pemantauan dengan melakukan

pengukuran untuk mengetahui perkembangan dan memastikan bahwa paket

makanan dikonsumsi. Keempat yaitu pencatatan dan pelaporan, dilakukan

mulai dari ibu hamil, bidan desa dan petugas gizi puskesmas kemudian hasil

pencatatan dilaporkan dari bidan desa ke puskesmas, dari puskesmas ke dinas

kesehatan setiap bulan (Aryani, 2019).

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Nurina (2016) tentang

Program Pemberian Makanan Tambahan untuk Peningkatan Status Gizi Ibu

Hamil dan Balita di Kecamatan Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan,

Karawang, yang mana hasil penelitiannya yaitu sebanyak 17 orang (100%)

penerima manfaat PMT-P mengalamiKEK (LILA <23,5 cm) Namun, angka

tersebut turun berturut-turut menjadi 24 persen, 12 persen, hingga tidak ada

lagi ibu hamil yang tergolong KEK pada bulan pertama, kedua, dan ketiga

pemberian PMT-P. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan status gizi

ibu hamil selama program PMT-P dilaksanakan.

Berdasarkan Penelitian Internasional yang dilakukan oleh Sunnarti, dkk

(2016) tentang The Formulation of High-Calorie and Rich-Fe Biscuits for

Pregnant Women with Chronic Energy Malnutrition mendapatkan hasil

penelitian yaitu bahwa biskuit ini dapat dijadikan sebagai program alternatif
4

pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil wanita penderita gizi buruk

energi kronis dengan dosis 60-80 gram per porsi biskuit.

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan selama

masa kehamilan sehingga hal ini menjadi masalah yang besar di Indonesia.

Menurut World Health Organization (WHO) sepanjang tahun 2017 sekitar

810 wanita meninggal karena sebab yang dapat dicegah terkait dengan

kehamilan dan persalinan, antara 2000 sampai 2017, rasio kematian ibu

(jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup) turun sekitar 38% di

seluruh dunia dan 94% dari semua kematian ibu terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2019).

Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan

keluarga di Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627

kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan

tahun 2019 sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar

kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330

kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan

sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus (Profi Kesehatan Indonesia,

2020).

Tahun 2020 ditemukan sebanyak 21 kasus , jumlah ini naik jika

dibanding tahun 2019 (16 orang). Penyebab kematian ibu adalah perdarahan

(3 kasus), hipertensi (2 kasus), infeksi (2 kasus), gangguan sistem peredaran

darah (3 kasus), gannguan metabolik (2 kasus) dan penyebab lain-lain yang


5

merupakan penyakit penyerta (9 kasus). Kematian ibu dipengaruhi dan

didorong oleh berbagai faktor yang mendasari timbulnya resiko maternal dan

neonatal yaitu faktor-faktor penyakit seperti kanker, jantung atau penyakit

lain yang diderita ibu, masalah gizi dari WUS, serta faktor 4T (terlalu muda

dan terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak

kehamilan/persalinan dan terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi

tersebut diperberat lagi oleh adanya keterlambatan penanganan kasus

emergensi/komplikasi maternal dan neonatal akibat kondisi 3T (terlambat

mengambil keputusan, terlambat mengakses fasyankes yang tepat dan

terlambat memperoleh pelayanan dari tenaga yang kompeten), (Profil

Kesehatan Dinkes Padang, 2020).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat tercatat selama

tahun 2020 terjadi kematian ibu melahirkan sebanyak 18 kasus. Jika dilihat

perkecamatan, jumlah kematian ibu melahirkan pada tahun 2020 terjadi di 10

kecamatan dan 1 kecamatan zero kasus. Ada beberapa hal penyebab kematian

Ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, diantaranya eklampsia. Eklampsia

adalah kondisi yang menyebabkan ibu hamil mengalami kejang dan

merupakan salah satu kegawatdaruratan pada masa kehamilan. Meski jarang

terjadi, eklampsia adalah kondisi yang berbahaya karena dapat membuat ibu

hamil mengalami kejang dan hilang kesadaran. Terdapat 5 kasus eklampsia

yaitu di Kecamatan Ranah Batahan, Kecamatan Sungai Aur, Kecamatan

Luhak Nan Duo masing-masing 1 kasus, dan 2 kasus pada Kecamatan Kinali.

Selain itu, kematian ibu melahirkan juga disebabkan oleh beberapa kasus
6

lainnya diantaranya; pendaharan, Leukimia, Gagal Jantung dan Hipertensi

(Profil Gender dan Anak Pasaman Barat, 2021).

Data ibu hamil KEK tiga bulan terakhir di Puskesmas Silaping yaitu,

pada bulan oktober terdapat 33 orang ibu hamil yang mengalami KEK dengan

rentang LILA dari 20 – 24,5 cm, sedangkan pada bulan November ibu hamil

yang mengalami KEK yaitu berjumlah 35 orang dengan rentang LILA yang

sama, serta pada bulan Desember ibu hamil yang mengalami KEK yaitu

berjumlah 39 orang, dengan rentang LILA juga dari 20 – 24,5 cm, dari data di

atas dapat di lihat bahwa pada setiap bulannya ibu hamil mengalami

peningkatan Kekurangan Energi Kronis (Puskesmas Silaping, 2021).

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan dengan mewawancarai

beberapa orang ibu hamil serta dengan ibu hamil yang mengalami KEK,

mereka mengatakan bahwa PMT yang diberikan oleh petugas kesehatan juga

dikonsumsi oleh keluarga mereka, bukan hanya untuk ibu hamil tersebut.

Serta kebanyakan dari ibu hamil tersebut tidak mengetahui mengenai ibu

hamil KEK. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk melakukan

pengawasan terhadap ibu hamil dengan melibatkan pihak keluarga, seperti

suami dan orang tua untuk memantau ibu hamil sehingga PMT yang

diberikan pada ibu hamil dapat dikonsumsi ibu hamil itu sendiri dan

mengkonsumsi sesuai dengan anjuran makan yang telah diberitahukan

petugas kesehatan.
7

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

dan membahasnya dalam sebuah proposal dengan judul “Pengaruh Dukungan

Nakes dalam Pemberian PMT pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di

Wilayah Kerja Puskesmas Silaping Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana “Pengaruh Dukungan Nakes dalam

Pemberian PMT pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Wilayah

Kerja Puskesmas Silaping Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Dukungan Nakes dalam Pemberian PMT pada Ibu

Hamil Kekurangan Energi Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Silaping

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis

sebelum diberikan PMT di Wilayah Kerja Puskesmas Silaping

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.


8

b. Mengetahui distribusi frekuensi Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis

setelah diberikan PMT di Wilayah Kerja Puskesmas Silaping

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.

c. Mengetahui Pengaruh Dukungan Nakes dalam Pemberian PMT pada

Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas

Silaping Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang pelayanan

kebidanan terhadap ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi

Kronis.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi di Institusi

pendidikan dan sebagai bahan masukan dalam perkuliahan.

3. Bagi Tempat Penelitian

Hasil ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka upaya

peningkatan kegiatan dan pelayanan kebidanan pada ibu hamil sehingga

aspek promotif dan preventif dapat ditingkatkan tanpa meninggalkan

aspek kuratif dan rehabilitatif sehingga ibu hamil tidak ada yang

mengalami resiko tinggi dan bahaya – bahaya yang lainnya.


9

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi peneliti selanjutnya

untuk meneliti tentang ibu hamil KEK serta mengkaji faktor lain apa

yang mempengaruhi ibu hamil mengalami kekurangan energi kronis.

E. Ruang Lingkup

Penelitian di lakukan untuk mengetahui “Pengaruh Dukungan Nakes

dalam Pemberian PMT pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di

Wilayah Kerja Puskesmas Silaping Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022”.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan rancangan pretest dan

postest dan data dianalisis dengan univariat dan bivariat dengan Uji t-test

independent. Penelitian ini akan dilakukan pada satu kelompok yaitu

eksperimen yang diukur sebelum dan setelah perlakuan. Penelitian akan

dilakukan pada bulan Maret – Mai dengan cara perlakuan. Populasi adalah

seluruh ibu hamil yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Silaping yang

berjumlah 270 orang Ibu hamil. Sampel pada penelitian ini seluruh ibu hamil

KEK TM II di wilayah kerja Puskesmas Silaping yaitu serjumlah 13 orang

ibu hamil. Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner dan daftar ceklis.

Teknik pengambilan sampel dengan Total sampling. Data diolah dengan

menggunakan Komputer.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Ibu Hamil

1. Defenisi Ibu Hamil

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang

organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi

kehamilan. Apabila kehamilan direncanakan, akan memberi rasa

bahagia dan penuh harapan, tetapi di sisi lain diperlukan kemampuan

bagi wanita untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama

kehamilan, baik perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis

(Fatimah, dkk. 2017).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah

bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan

berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir

(Fatimah, dkk. 2017).

8
9

2. Filosofi Asuhan Kehamilan

a. Kehamilan merupakan proses yang alamiah.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan

normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya,

asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan

intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari

kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis

yang tidak terbukti manfaatnya.

b. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan

(continuity of care).

Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari

seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga

profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi

mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka

menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal

si pemberi asuhan ..

c. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta

keluarga (family centered)

Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa

asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu,

bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan

hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga

keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga

menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap,


10

perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh

keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan

mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga

merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan

dukungan yang kuat bagi anggotanya. Dalam hal pengambilan

keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu,

keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam

proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih

dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh

pelayanan kebidanannya.

d. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi

dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan

dengan kehamilannya.

Tenaga professional kesehatan tidak mungkin terus menerus

mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu

mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri

sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu

mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya

melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan. Seorang

bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan

merupakan proses yang alamiah dan fisiologis, walau tidak

dipungkiri dalam beberapa kasus mungkin terjadi komplikasi sejak

awal karena kondisi tertentu/ komplikasi tersebut terjadi kemudian.

Proses kelahiran meliputi kejadian fisik, psikososial dan kultural.


11

Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi

perempuan, keluarga dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa

kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya, perilaku ibu

dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi kesehatan

ibu dan janin yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan

kesehatan ibu dan janin serta mencegah komplikasi pada saat

kehamilan dan persalinan sebagai satu kesatuan yang utuh.

(Retnaningtyas, 2016).

3. Tujuan Antenatal Care (ANC)

a. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu dan bayi

c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan/komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu dan bayi dengan trauma seminimal mungkin

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Ekslusif

f. Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

(Retnaningtyas, 2016).
12

B. Konsep Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik

1. Pengertian

Menurut Depkes 2013 Kekurangan energi kronis merupakan suatu

keadaan dimana status gizi seseorang berada pada kondisi yang kurang

baik. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan dan

sumber energi yang mengandung zat mikro. Kebutuhan wanita hamil

akan meningkat dari biasanya dimana pertukaran dari hampir semua

beban terjadi sangat aktif terutama pada trimester III. Karena itu

peningkatan jumlah konsumsi makan perlu ditambah, terutama

konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi semua kebutuhan ibu

dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori akan menyebabkan

malnutrisi atau biasanya disebut KEK. Kontribusi dari terjadinya KEK

ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain dapat

meningkatkan resiko BBLR (Febriyeni, 2017).

Kekurangan energi kronik (KEK) yaitu keadaan ibu hamil yang

menderita kekurangan makanan yang berlangsung lama (kronik) dengan

berbagai timbulnya gangguan kesehatan. KEK pada ibu hamil dapat

menyebabkan risiko anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak

bertambah secara normal, dan serangan penyakit infeksi. Dampak

terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan

lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah

persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Upaya

pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan yaitu dengan pemeriksaan

antenatal care (ANC). Menurut WHO, ANC untuk mendeteksi dini


13

terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat

menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin.

Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk

meningkatkan hasil kehamilan ( Sari, 2020).

2. Indikator KEK

Indikator untuk menggambarkan ibu hamil Kurang Energi Kronis

dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) pada

lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm yang diukur dengan

menggunakan pita ukur (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019).

Parameter yang digunakan adalah jumlah bumil KEK dan prevalensi

bumil KEK. Jumlah bumil KEK di hitung setiap bulan untuk intervensi,

sedangkan prevalensi dihitung setiap tahun (Depkes (2008) dalam

Nurmadinisia (2012)). Indikator ibu hamil KEK merupakan indikator

untuk mengurangi risiko persalinan, pertumbuhan dan perkembangan

anak dikemudian hari. Persentase ibu hamil Kurang energi Kronik

(KEK) menggambarkan risiko yang akan dialami ibu hamil dan bayinya

dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan (Rohmah,

2020).

3. Faktor – Faktor yang berhubungan dengan KEK

a. Kehamilan yang terlalu muda (dibawah 20 tahun).

b. Kehamilan yang terlalu tua (diatas 35 tahun).


14

c. Kehamilan yang terlalu dekat dengan jarak kehailan sebelumya

(kurang dar 2 tahun), kehamilan yang terlalu sering.

d. Kehamilan yang terlalu jauh jaraknya dari kehamilan sebelumnya

(lebih dari 5 tahun), kehamilan yang terlalu jarang.

(Rohmah, 2020).

4. Faktor – Faktor yang Menyebabkan KEK

a. Faktor langsung

1) Penyakit infeksi

Infeksi dapat mengakibatkan gizi kurang melalui berbagai

mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu

makan dan toleransi terhadap makanan. Orang yang mengalami

gizi kurang mudah terserang penyakit infeksi.

2) Asupan makanan

Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang

dimakan seseorang yang dapat diukur dengan jumlah bahan

makanan atau energi atau zat gizi. Asupan makan seseorang

dipengaruhi oleh kebiasaan dan ketersediaan pangan dalam

keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang berkaitan

dengan makanan menurut tradisi setempat. Kegiatan itu meliputi

hal-hal seperti: bagaimana pangan dipengaruhi, apa yang dipilih,

bagaimana menyiapkan dan berapa banyak yang dimakan.


15

b. Faktor tidak langsung

1) Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota

keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun

mutu gizinya.

2) Pendidikan

Pendidikan ibu hamil memberi pengaruh terhadap perilaku

kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam memilih makanan.

Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak akan memperhatikan

tentang pantangan atau makanan tabu terhadap konsumsi

makanan yang ada. Tingkat pendidikan yang rendah

mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan

akan terbatas.

3) Pengetahuan ibu tentang Gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh

pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/perilaku

pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.

Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai

asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi

makanan dalam keluarga.

4) Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makanan yang

dikonsumsi oleh keluarga tersebut. pola pembelanjaan makanan


16

antara kelompok miskin dan kaya tercermin dalam kebiasaan

pengeluaran. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan

kualitas dan kuantitas makanan.

5) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah akses atau jangkauan anak dan

keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan

kesehatan. Ketidakterjangkauan pelayanan kesehatan (karena

jauh atau tidak mampu membayar), kurangnya pendidikan dan

pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga

memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia.

Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi kesehatan ibu dan

anak.

(Dafiu, 2017).

C. Konseling Gizi pada Kehamilan

1. Pentingnya asupan gizi seimbang, khususnya makanan bersumber

protein, kaya sumber zat besi; mengurangi asupan makanan

mengandung tinggi gula, garam dan lemak; dan tidak mengkonsumsi

TTD bersamaan dengan minuman atau obat yang menghambat

penyerapan zat besi seperti teh, kopi, susu, tablet kalsium dosis tinggi

dan obat sakit maag, serta dikonsumsi pada malam hari untuk

mengurangi mual. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, TTD

dapat dikonsumsi bersama makanan atau minuman bersumber vitamin

C.
17

2. Efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi TTD yaitu

nyeri/ perih di ulu hati, mual serta tinja berwarna kehitaman (yang

berasal dari sisa zat besi yang dikeluarkan oleh tubuh melalui feses).

Efek samping tidak sama dialami oleh setiap orang dan akan hilang

dengan sendirinya.

3. Menganjurkan untuk minum TTD setelah makan dengan makanan

bergizi seimbang atau mengkonsumsi TTD sebelum tidur untuk

mengurangi efek samping.

D. Pemberian PMT

Ibu yang mengalami KEK selama hamil, yang ditandai dengan LiLA

<23,5 cm, merupakan kelompok yang perlu menjadi perhatian. KEK pada

ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada kehamilan yang

akan meningkatkan risiko anak stunting. Pencegahan ibu hamil KEK dapat

dilakukan melalui edukasi dan konseling gizi untuk memperbaiki pola

makan ibu hamil, serta pemberian makanan tambahan (MT) untuk

memenuhi kecukupan gizi ibu hamil, baik melalui pemberian MT berbasis

pangan lokal, maupun MT pabrikan (biskuit) dengan kandungan 11

vitamin dan 7 mineral. Selama kehamilan, selain pemantauan LiLA,

kenaikan berat badan juga harus dipantau agar sesuai standar kenaikan

berat badan selama hamil (Kemenkes, 2020).


18

1. Defenisi

Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa

biskuit lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi

dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan

kategori Kurang Energi Kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan

gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2019).

2. Tujuan

Tujuan PMT ibu hamil adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi

selama kehamilan, sehingga dapat mencegah kekurangan gizi dan

akibat yang ditimbulkan (Panduan PMT, 2012).

3. Sasaran

Sasaran utama PMT Ibu Hamil adalah Ibu Hamil risiko Kurang Energi

Kronis (KEK) yang mempunyai Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang

dari 23,5 cm (Kementrian Kesehatan RI, 2017).

4. Standar makanan tambahan untuk ibu hamil kek

a. Kandungan

1) Komposisi

Produk berbentuk biskuit yang terbuat dari terigu, lemak

nabati tanpa hidrogenasi, gula, susu, telur, kacang-kacangan,

buah kering, diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral,

dengan atau tanpa penambahan Bahan Tambahan Pangan


19

(BTP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bahan pewarna

sintetik, pengawet, dan pemanis buatan tidak boleh

dipergunakan. Semua bahan yang digunakan harus bermutu,

bersih, aman, dan sesuai untuk dikonsumsi ibu hamil.

2) Sayrat mutu

Zat Gizi yang dikandung makanan tambahan dihitung dalam

100 gram produk.

b. Bahan tambahan pangan

1) Penggunaan BTP harus sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangperundangan.

2) BTP pewarna sintetik, pengawet dan pemanis buatan tidak

boleh dipergunakan.

c. Cemaran

Harus memenuhi batas cemaran mikroba, logam berat, dan

cemaran lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

d. Pengolahan

a. Pengolahan produk dilakukan dengan menerapkan cara

produksi pangan olahan yang baik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

b. Proses pengolahan menggunakan teknologi industri guna

memperoleh produk yang berkualitas.


20

e. Pengemasan dan Pelabelan

1) Produk dikemas sedemikian rupa untuk mempertahankan

kualitas, keamanan, dan kemanfaatan produk.

2) elabelan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

(Rohmah, 2020).

5. Kenaikan BB selama hamil berdasarkan IMT Pra – Hamil

No IMT Pra Status Kenaikan BB (kg) dalam Jumlah


Hamil Gizi Trimester (kg)
I II III
1 < 18,5 Kurus 1,5 – 4,5 – 6,6 – 9,5 12,5 – 18,0
2,0 6,5
2 18,5 – Normal 1,5 – 4,0 – 6,0 – 8,0 11,5 – 16,0
24,9 2,0 6,0
3 >25 – BB 1,0 – 2,5 – 3,5 – 6,0 7,0 – 11,5
29,9 Lebih 1,5 4,0
4 >30 Obesitas 0,5 – 2,0 – 3,5 – 5,0 5,0 – 9,0
1,0 4,0
Sumber: Kemenkes, 2020.

Ibu hamil dengan masalah gizi kurang dan atau KEK

membutuhkan penambahan energi sebesar 500 Kalori dan 15 gram

protein per hari. Pemberian MT harus disertai dengan konseling gizi,

mengenai pentingnya konsumsi MT untuk tumbuh kembang janin,

makanan gizi seimbang dengan porsi yang lebih banyak dari sebelum

hamil, mitos pantangan makanan selama kehamilan, serta perilaku

hidup bersih dan sehat (Kemenkes, 2020).


21

6. Persyaratan PMT

a. Dapat diterima

Makanan tambahan untuk ibu hamil sebaiknya dapat diterima

dalam hal bentuk, rasa, dan biasa dikonsumsi sehari-hari. Salah

satu sifat ibu hamil adalah cepat bosan dengan makanan yang

sama bila disajikan berulangkali. Ibu hamil mempunyai

kecendrungan mencoba sesuatu yang baru. Oleh karena itu, bentuk

dan rasa makanan hendaknya dibuat bervariasi dan disesuaikan

dengan selera ibu hamil, sehingga tidak menimbulkan kebosanan.

b. Mudah dibuat

Makanan tambahan untuk ibu hamil hendaknya mudah

dibuat/dikerjakan dengan menggunakan peralatan masak yang

tersedia di rumah tangga atau yang tersedia di masyarakat dan

pembuatannya tidak memerlukan waktu lama.

c. Memenuhi kebutuhan zat gizi

Makanan tambahan ibu hamil seyogyanya memenuhi kebutuhan

zat gizi ibu hamil. Kebutuhan zat gizi ibu hamil lebih besar

dibandingkan dengan kelompok sasaran lainnya. Disamping

jumlah zat gizi yang cukup, makanan tambahan ibu hamil juga

harus memiliki daya cerna yang baik. Daya cerna yang baik dapat

dicapai dengan teknik pengolahan makanan yang benar.

d. Tejangkau

Hendaknya makanan tambahan untuk ibu hamil dapat diolah dari

bahan-bahan yang terjangkau oleh masyarakat berkemampuan


22

ekonomi rendah dengan tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi,

keamanan pangan, dan selera.

e. Mudah didapat

Bahan makanan yang digunakan sebagai makanan tambahan untuk

ibu hamil hendaknya mudah didapat, dengan demikian tentu menu

disesuaikan dengan bahan makanan yang tersedia di lokasi ibu

hamil berada. Dengan menggunakan bahan baku setempat

diharapkan akan mendorong perekonomian di pedesaan melalui

pengembangan dan pendayagunaan potensi pertanian.

f. Aman

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan masih adanya

cemaran mikroorganisme pada makanan olahan sehingga terdapat

kasus keracunan makanan yang masih tinggi di masyarakat. Oleh

karena itu, perlu penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat

dalam hal kebersihan cara memasak bahan makanan dan cara

penyajian.

(Nurmanidisia, 2012)

7. Ketentuan Pemberian

a. PMT diberikan pada ibu hamil KEK, yaitu ibu hamil yang

memiliki ukuran LILA < 23,5 cm.

b. PMT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan ANC

c. Tiap bungkus PMT ibu hamil berisi 3 keping biscuit lapis (60 gr),

apa bila yang diberikan itu roti biscuit.


23

d. Pada kehamilan TM I diberikan 2 keping per hari

e. Pada kehamilan TM II dan III diberikan 3 keping per hari

f. Pemantauan berat badan sesuai dengan standar kenaikan berat

badan ibu hamil. Apabial berat badan sudah sesuai standar

kenaikan berat badan selanjutnya mengkonsumsi amkanan keluarga

gizi seimbang.

(Kemenkes. RI, 2017).

8. Pengelolaan PMT pada ibu hamil

a. Persiapan

1) Menyiapkan gudang penyimpanan makanan tambahan.

2) Menyiapkan data ibu hamil (Gakin dan non Gakin)

berdasarkan data dari Puskesmas kecamatan.

b. Pelaksanaan

1) Mensosialisasikan dan memantau program PMT ibu

hamil kepada lintas program dan sektor.

2) Menerima dan menyimpan makanan tambahan ibu hamil.

3) Mendistribusikan makanan tambahan ibu hamil Gakin ke

Puskesmas.

c. Mekanisme distribusi

1) Produsen mengirimkan makanan tambahan ke gudang yang

telah disiapkan oleh Dinkes kabupaten/kota. Frekuensi

pengiriman dilakukan sesuai jadwal yang disepakati antara

Dinkes provinsi, Dinkes kabupaten/kota dan produsen dengan


24

memperhatikan berbagai hal antara lain: kondisi lapangan,

transportasi dan jarak antara provinsi dan kabupaten/kota.

2) Dinkes kabupaten/kota menginformasikan alokasi makanan

tambahan untuk masing-masing Puskesmas kepada pengelola

program gizi dan penanggung jawab gudang sesuai dengan

rencana distribusi yang telah dibuat Puskesmas.

3) Dinkes kabupaten/kota berkoordinasi dengan tim koordinasi

kabupaten/kota untuk menentukan rencana distribusi ke

masing-masing Puskesmas berdasarkan usulan yang

disampaikan oleh Puskesmas Dinkes kabupaten/kota melalui

gudang kabupaten/kota harus segera mendistribusikan

makanan tambahan tersebut ke Puskesmas dengan segera

sesuai kebutuhan masing-masing.

4) Petugas gudang melakukan pencatatan dan pelaporan

administrasi gudang dengan membuat Surat Bukti Barang

Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Kartu

Persediaan Barang (KPB), dan Buku Agenda Ekspedisi (BAE).

5) Puskesmas menyiapkan tempat penyimpanan sesuai petunjuk

yang terdapat pada kemasan kardus.

6) Makanan tambahan dikirim oleh Puskesmas ke Poskesdes atau

Pustu sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh bidan

desa/kelurahan atau petugas kesehatan yang ditunjuk.

7) Di Puskesmas/Poskesdes/Pustu, bidan atau petugas yang

ditunjuk bersama kader memberikan biskuit lapis kepada


25

sasaran berdasarkan rujukan dari Posyandu dengan kriteria :

a) Ibu hamil dari keluarga miskin dan ibu hamil yang

beresiko KEK dengan LILA <23,5 cm.

b) Apabila persediaan makanan tambahan tidak mencukupi,

sasaran PMT diprioritaskan pada Ibu hamil KEK dari

keluarga miskin dan ibu hamil KEK.

8) Biaya distribusi makanan tambahan dari Puskesmas sampai

dengan sasaran akan dibebankan antara lain pada dana Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) dan dana operasional

Puskesmas dan dana Bansos.

(Nurmanidisia, 2012)

9. Monitoring dan Evaluasi PMT

Tujuan monitoring evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dan kemajuan status gizi ibu hamil KEK dalam

melaksanakan praktek pemberian makan ibu hamil. Indikator

monitoring evaluasi meliputi kenaikan BB, perbaikan nilai

laboratorium, perbaikan tanda klinis, asupan makanan termasuk

makanan dari PMT (Kemenkes, RI, 2017).


26

E. Penyelenggaraan Makanan Tambahan (PMT) Lokal

1. Pengorganisasian

a. Pengorganisasian

Tim pelaksana kegiatan Pendidikan Gizi Dalam Pemberian

Makanan Tambahan Lokal Bagi Ibu Hamil dan Balita berasal dari

organisasi masyarakat yang sudah ada di Kabupaten, Kecamatan

dan Desa dengan pemberdayaan masyarakat setempat. Adapun

susunan tim pelaksana kegiatan sebagai berikut :

Tabel 2.1
susunan tim pelaksana kegiatan organisasi
Jabatan Unsur
Pembina a. TP PKK Provinsi
b. Dinas Kesehatan Provinsi
c. Dinas Kesehatan Kabupaten
d. Dinas Pemberdayaan
Masyarakat
e. Dinas Pertanian &
Ketahanan Pangan
f. Dinas Peternakan
g. Dinas Perikanan dan
Kelautan
Pendamping a. TP PKK Kabupaten
b. Puskesmas (Tenaga
Pelaksana Gizi)
c. Bidan Di Desa
Penanggungja wab TP PKK Kecamatan
Ketua Ketua Ketua PKK Desa
Anggota a. PKK Desa
b. Kader Posyandu

b. Langkah – Lnagkah Persiapan

1) Rapat Koordinasi

Rapat koordinasi dilaksanakan di Tingkat Pusat,

dengan tujuan:
27

a) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan yang

mencakup tempat, waktu, jadwal, petugas dll.

b) Diperolehnya data sasaran penerima makanan tambahan

lokal (ibu hamil dan balita);

c) Meningkatkan pemahaman dalam pelaksanaan kegiatan.

d) Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Direktorat

Gizi Masyarakat dengan TP PKK Kabupaten.

Peserta rapat koordinasi kegiatan Pendidikan Gizi

Dalam Pemberian Makanan Tambahan Lokal Bagi Ibu

Hamil dan Balita adalah Dinas Kesehatan Provinsi,

Dinas Kesehatan Kabupaten, Pemda/Kabupaten, TP

PKK Kabupaten.

2) Sosialisasi dan Orientasi

Sosialisasi dilaksanakan di tingkat kabupaten untuk

menyampaikan:

a) Maksud dan tujuan kegiatan pendidikan gizi melalui

pemberian makanan tambahan lokal bagi ibu hamil dan

balita;

b) Mekanisme penyelenggaran kegiatan;

c) Tugas dan peran Tim penyelenggara kegiatan di tingkat

Kabupaten, Kecamatan dan Desa

3) Merencanakan pelaksanaan kegiatan yang meliputi jadwal,

lokasi, jenis dan bentuk pemberian makanan tambahan lokal,


28

alternatif pemberian, penanggung jawab dan pelaksana

kegiatan.

4) Pendataan sasaran penerima makanan tambahan lokal oleh

TP PKK Kecamatan dan Desa berdasarkan surveilans dengan

ePPGBM :

a) Balita Seluruh balita yang terdaftar di

Posyandu/menyesuaikan dengan dana yang tersedia.

b) Ibu hamil Seluruh ibu hamil yang terdaftar di

desa/menyesuaikan dengan dana yang tersedia..

5) Penyediaan Peralatan Masak, Makan, dan Minum Peralatan

masak, peralatan makan dan minum untuk penerima makanan

tambahan lokal disiapkan sebelum kegiatan pelaksanaan oleh

TP PKK desa secara swadaya.

6) Penyusunan Rencana Kegiatan TP-PKK Kecamatan

menyusun rencana kegiatan di wilayahnya, dan diajukan

kepada TP-PKK Kabupaten untuk mendapatkan jumlah

anggaran yang tersedia.

2. Pelaksanaan

a. Pendidikan Gizi

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan ibu hamil dan orang tua balita dalam penerapan gizi

seimbang/isi piringku dan pemanfaatan bahan pangan lokal dalam

konsumsi makanan sehari hari. Pendidikan gizi dilakukan oleh

Tim Puskesmas, Bidan di desa dan Kader Posyandu dengan cara:


29

1) Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan kelompok dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan pemberian makan tambahan, setelah kegiatan

posyandu atau saat diselenggarakan kelas ibu (15 – 30 menit).

Materi penyuluhan dapat disesuaikan dengan kebutuhan terkait

gizi dan kesehatan ibu hamil dan balita dengan memanfaatkan

media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam bentuk

cetak dan elektronik, seperti: poster, leaflet, games, lagu,

jingle, video, dan lain-lain yang tersedia di Puskesmas

2) Demonstrasi Pembuatan Makanan Tambahan Lokal

Kegiatan demonstrasi pembuatan makanan Tambahan lokal

yang dilakukan Tim Puskesmas, TP PKK, Bidan di Desa dan

Kader Posyandu. Melalui kegiatan ini diharapkan sasaran (Ibu

ibu hamil dan balita) ataupun masyarakat mau dan mampu

menyediakan makanan bergizi bagi keluarga dengan

memanfaatkan bahan pangan lokal.

b. Pembaerian Makan

1) Pemberian makanan tambahan lokal minimal 8 (delapan) kali

pemberian.

2) Tempat memasak dilaksanakan di rumah salah satu warga

atau di tempat yang disepakati bersama seperti posyandu,

rumah kader atau lainnya.

3) Kegiatan pemberian makanan tambahan lokal dapat

dilaksanakan di rumah salah satu warga atau di tempat yang


30

disepakati bersama seperti posyandu, rumah kader, kelas ibu

dan lainnya

4) Makanan tambahan lokal dihidangkan dalam satu piring yang

terdiri dari makanan pokok, lauk pauk (hewani dan nabati),

sayuran dan buah disesuaikan dengan usia kehamilan ibu dan

usia balita

5) Pada saat sasaran sedang makan, ibu PKK dan kader

Posyandu dibawah bimbingan petugas kesehatan dapat

memberikan penyuluhan tentang gizi dan kesehatan.

6) Contoh menu makanan tambahan lokal untuk ibu hamil dan

balita (terlampir)

F. Pemantauan Pemerian Makanan Tambahan Lokal

1. Pemantauan

Pemantauan dilakukan untuk melihat pelaksanaaan kegiatan dan

mengidentifikasi masalah yang ditemukan serta upaya pemecahan

masalah tersebut pada setiap tingkat administrasi. Pelaksana

pemantauan adalah Kementerian Kesehatan, TP-PKK Pusat, Dinas

Kesehatan Provinsi, TP-PKK Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten,

TP-PKK Kabupaten, TP-PKK Kecamatan dan Puskesmas.

Pemantauan dilakukan terhadap kegiatan penyelenggaraan dan

terhadap sasaran kegiatan (Ibu Balita dan Ibu Hamil) dengan

menggunakan formulir sebagaimana terlampir.


31

Mekanisme Pemantauan dan Pendampingan:

a. Pemantauan dan pendampingan dilakukan secara berjenjang

mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan/puskesmas dan

desa.

b. Tim Kabupaten (TP PKK, Dinas Kesehatan) dan tim Kecamatan (

TP.PKK, Kepala Puskesmas, TPG atau tenaga kesehatan atau

Bidan Desa melakukan pendampingan dan pembinaan kegiatan

pendidikan gizi dalam pemberian makanan lokal bagi ibu hamil

dan balita setiap bulan, dan bila ada masalah segera melakukan

koordinasi dan tindakan perbaikan.

c. Tim Pusat dan Provinsi melakukan pemantauan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan gizi dalam pemberian makanan lokal bagi

ibu hamil dan balita pada awal dan akhir kegiatan.

2. Pencatatan dan Pelaporan

Untuk memperoleh informasi pelaksanaan kegiatan Pendidikan Gizi

Dalam Pemberian Makanan Tambahan Lokal Bagi Ibu Hamil dan

Balita yang telah dilaksanakan maka diperlukan pencatatan dan

pelaporan secara berjenjang dari tingkat PKK Desa, TP-PKK

Kecamatan, TP-PKK Kabupaten. Hasil rekap tersebut dikirimkan ke

Dinas Kesehatan Kabupaten dan ditembuskan ke Dinas Kesehatan

Provinsi, TP PKK Provinsi dan TP PKK Pusat . (Form terlampir).


32

Bagan 2.1
Pencatatan dan Pelaporan

Kementrian Kesehatan
Direktorat Gizi Masyarakat
TP-PKK Pusat

Dinkes Provinsi TP-PKK


Provinsi

Dinkes Kabupaten TP-PKK


Kabupaten

Puskesmas / TP-PKK
Kecamatan

PKK Desa / Kelurahan

3. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan

a. Tim Pelaksana mencatat hasil kegiatan melalui pencatatan di

puskesmas dan juga mencatat di kartu pemantauan balita/ibu

hamil sebagai self pemantauan agar Ibu Hamil dan balita dapat

ikut memantau setiap kali mendapat makanan tambahan lokal.

b. Ketua Pelaksana melaporkan pelaksanaan kegiatan

penyelenggaraan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten secara

berkala setiap bulan.


33

c. Dinas Kesehatan Kabupaten melaporkan pelaksanaan kegiatan

penyelenggaraaan Pendidikan Gizi Dalam Pemberian Makanan

Tambahan Lokal Bagi Ibu Hamil Dan Balita kepada Dinas

Kesehatan Provinsi secara berkala setiap bulan.

d. Dinas Kesehatan Kabupaten melaporkan pelaksanaan kegiatan

Pendidikan Gizi Dalam Pemberian Makanan Tambahan Lokal

Bagi Ibu Hamil Dan Balita kepada Kementerian Kesehatan

melalui Direktorat Gizi Masyarakat secara lengkap pada akhir

kegiatan.

(Kemenkes RI, 2018).

G. Alternatif solusi dalam penghambatan bumil KEK

Beberpa alternative solusi dalam penghambatan bumil KEK mendapat

makanan tambahan yaitu :

1. Perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin tentang pemantauan

pemberian makanan tambahan bagi bumil KEK

2. Perlunya penyimpanan Dokumen yang berkaitan dengan indicator

makanan tambahan bagi bumil KEK seperti foto, SBBK, format

pemantauan dan dokumen lainnya yang diperlukan.

3. Pencatan dan pelaporan yang valid

4. Membuat usulan kebutuhan yang sesuai dengan sasaran.

(Dinkes Provinsi Lampung, 2018).


34

H. Formulir Pemantauan Pendidikan Gizi dalam PMT Lokal bagi Ibu


Hamil
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ibu mendapat MT? Ya/ Tidak
2 Sejak kapan ibu menerima MT? Sebutkan
3 Jenis MT apa yang ibu terima? Sebutkan
a. Makanan lengkap
b. Makanan selingan
4 Dimana tempat ibu dieri MT? Sebutkan
5 Berapakali MT diberikan dalam satu hari? Sebutkan
6 Apakah ibu menyukai MT yang diberikan? Dinilai dari habis atau
tidaknya makanan
dimakan
7 Apakah ada keluhan ibu pada saat dan Ada/tidak
setelah mengonsumsi MT dan bagaimana Jika ada sebutkan
cara mengatasi? misalnya : muntah,
diare, sembelit,dll
8 Apakah ibu mendapat penyuluhan gizi
seimbang pada saat pemberian MT?
9 Pesan penyuluhan gizi apa yang saja yang
diberikan petugas/kader?
10 Apakah ibu mengerti tentang pesan
penyluhan gizi yang disampaikan?
11 Apakah ibu dapat mempraktekan pesan
penyuluhan gizi etrsebut di rumah?
35

I. Kerangka Teori

Ibu Hamil TM III

Kebutuhan Nuitrisi

Terpenuhi Tidak Terpenuhi

Ibu Hamil Ketidakseimbangan


asupan &
Normal
pengeluaran energi

Cadangan lemak Cadangan protein


Kadar Zat digunakan untuk digunakan untuk
Besi memenuhi memenuhi
kekurangan nutrisi kebutuhan energy
yang kurang

Anemia Penurunan BB Albumin

Upaya
PEMBERIAN Penanganan IBU HAMIL
PMT KEK

Sumber : Kerangaka Teori Modifikasi dari Bakri (2017), Kemenkes RI (2017).


BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep satu terhadap

konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Variabel yang diteliti

terdiri dari variabel independen atau variabel bebas dan variabel dependen

atau variabel terikat (Notoatmodjo, 2012). Hasil tinjauan pustaka serta

masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti dapat dikembangkan suatu

kerangka konsep, yaitu Pengaruh Dukungan Nakes dalam Pemberian PMT

pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas

Silaping Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.

Skema 3.1
Kerangka Konsep Dukungan Nakes dalam Pemberian PMT pada Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronis

Pretest Perlakuan Postest

Pemantaun KEK Perlakuan Pemantauan KEK


ibu hamil sebelum diberikan PMT setelah diberikan
diberikan perlakuan perlakuan

25
26

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional
N Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Hasil Skala
o Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Variabel Dukungan Nakes 1. Kelompok Ceklis Kurang Nomina
Independen dalam pemberian kasus Mendukun l
Dukungan PMT adalah diberikan (Formulir g = < mean
Nakes pelaksanaan program PMT pemantaua
dalam pemberian makanan n PMT)
Mendukun
Pemberian tambahan pemulihan 2. Kelompok g = ≥ mean
PMT terdiri dari 4 tahap, control
yaitu persiapan, tidak
pelaksanaan, diberikan
pemantauan,dan PMT
pencatatan.
Dilakukan mulai dari
ibu hamil, bidan
desa dan petugas gizi
puskesmas kemudian
hasil pencatatan
dilaporkan dari
bidan desa ke
puskesmas, dari
puskesmas ke dinas
kesehatan setiap
bulan (Aryani,
2019).

2. Variabel KEK adalah salah Daftar Ceklis Ceklis Ibu hamil Nomina
dependen satu keadaan KEK = l
Ibu Hamil malnutrisi. Dimana LLA
KEK keadaan ibu <23,5 cm
menderita
kekurangan makanan Ibu hamil
yang berlangsung tidak KEK
menahun (kronik) = LLA
yang mengakibatkan >23,5 cm
timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu
secara relatif atau
absolut satu atau
lebih zat gizi (Dafiu,
2017)
27

C. Hipotesis

Ada Pengaruh Dukungan Nakes dalam Pemberian PMT pada Ibu Hamil

Kekurangan Energi Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Silaping

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen dengan desain quasi

eksperimen Pretest - posttest design. Pada rancangan ini tidak terdapat

kelompok pembanding (kontrol) hanya satu kelompok yaitu melihat tingkat

kunjungan sebelum dan setelah diberikan perlakuan pendidikan kesehatan

Rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Postest

Kelompok eksperimen 01 X 02

Keterangan :

Kelompok eksperimen : kelompok ibu hamil dan yang diberikan PMT

01 : Pengukuran KEK ibu hamil sebelum diberikan PMT

X : Perlakuan

02 : Pengukuran KEK ibu hamil setelah diberikan PMT

B. Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret – Mai tahun 2022 di Wil Kerja

Silaping, Kabupaten Pasaman Barat.

28
29

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang

secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian. Populasi

adalah target dimana peneliti menghasilkan hasil penelitian ( Swarjana, I

Ketut. 2015). Dalam penelitan ini populasi adalah keselurahan subjek

penelitian yang akan di teliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

silaping yang berjumlah 270 orang ibu hamil, denngan ibu hamil KEK

TM II sebanyak 13 orang ibu hamil.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang

di anggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling Adalah

mengambil semua populasi menjadi sampel ( Swarjana, I Ketut. 2015).

Total sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 13 orang ibu hamil.

D. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mengurus surat izin untuk

melakukan penelitian di Wilayah Kerja PKM Silaping, Kabupaten Pasaman

Barat Tahun 2022. Setelah mendapatkan surat izin, peneliti mulai

melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang meliputi:


30

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia,

maka meraka harus menandatangani surat persetujuan, namun jika

responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonimity ( tanpa nama )

Peneliti memberi jaminan kepada responden bahwa tidak akan

dicantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality ( kerahasiaan )

Dalam melakukan penelitian, peneliti menjamin kerahasiaan atas

semuan informasi atau data yang telah dikumpulkan, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan adalah jumlah ibu hamil yang di Wilayah

kerja Puskesmas Silaping.

2. Cara pengumpulan data

Data dari pretest-postest diambil adalah dengan cara mengukur

secara lansung pemantauan KEK pada ibu hamil serta data lain

responden yang meliputi nama, dan umur.


31

3. Cara Kerja Penelitian

Cara kerja atau proses dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Melakukan pendekatan padaibu hamil dan juga keluarganya bahwa

saya akan melakukan penelitian.

b. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan maksud dari pertemuan

yang dan memberikan surat kesediaan mereka menjadi responden.

c. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa penelitian dilakukan

selama tiga bulan, yaitu 3 kali pertemuan atau lebih.

d. Pertemuan pertama peneliti memastikan ibu hamil KEK dengan

mengukur LILA < 23,5 cm.

e. Peneliti dan petugas gizi dari puskesmas lainnya membagikan PMT

pada ibu hamil KEK, serta memberikan konseling pada keluarga ibu

hamil agar memantau ibu hamil dalam mengkonsumsi PMT yang

telah diberikan petugas kesehatn.

f. Selanjutnya peneliti mengevaluasi PMT yang telah diberikan pada

ibu hamil, dengan mewawancarai ibu hamil itu langsung dan juga

bertanya pada keluarga ibu hami, baik itu suaminya ataupun orang

tua mereka.

g. Setelah peneliti mendapatkan hasil pemantauan KEK ibu hamil

sebelum dan sesudah diberikan PMT, maka selanjutnya peneliti akan

melanjutkan prosedur penelitian dengan mengolah data.


32

F. Teknik Pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan, selanjutnya diolah secara manual dan

komputerisasi dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing

Data yang sudah terkumpul diperiksa untuk mengetahui kelengkapan dan

memeriksa daftar pertanyaan yang diserahkan responden. Tujuannya

adalah untuk mengurangi kesalahan yang ada dalam daftar pertanyaan

responden.

2. Codding

Memberikan kode pada setiap informasi yang sudah terkumpul pada

setia pertanyaan dalam kuisioner untuk memudahkan mengolah data.

3. Scoring

Pada setiap peneliti memberikan skor pada setiap variabel dependen

dan independen.

4. Entry Data

Memproses data agar dapat dianalisa dengan memindahkan data dari

kuisioner kedalam master tabel.

5. Cleaning

Pembersihan data yang perlu dilakukan terhadap kesalahan dalam

memasukkan data dan dilakukan pengecekan ulang pada kuisioner.


33

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari haisl penelitian di olah menggunakan

komputerisasi, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisa data

dilakukan dengan analisa univariat dan analisa bivariate (Notoadmojo,

2012) :

1. Analisis Univariat

Notoadmojo (2012) menjelaskan dan mendeskrpsikan karakteristik

setia variabel yang diteliti. Analisa data yang disajikan adalah nilai

mean, median, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar devisiasi.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran distribusi dari masing-

masing variabel yang diteliti yaitu pemberian PMT variabel independen

dan Keadaan KEK pada ibu hamil sebagai variabel dependen.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa data yang dilakukan pada dua

variabel yang diduga mempunyai korelasi/hubungan (Notoatmodjo,

2005). Sebelum dilakukan uji bivariat terlebih dahulu di uji normalitas

data menggunakan uji statistik Kolmogrov - Smirnov. Apabila data

berdistribusi normal, dilakukan uji parametric dengan uji Paired

Sampels T Test pada a 5% (0,05). Namun bila data distribusi tidak

normal maka digunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Taraf

signifikasi 95% ( a= 0,05 ). Pedoman dalam menerima hipotesis apabila

(P) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha menyatakan ada pengaruh. Statistik

inferensial digunakan untuk mengetahui perbedaan angka kunjungan


34

lansia ke posyandu sebelum dan sesudah diberikan pelatihan kesehatan.

yaitu dengan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test.


DAFTAR PUSTAKA

Antenatal, Pedoman Pelayanan. 2020. Pedoman pelayanan antenatal,


persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. Jakarta: Kemenkes RI.
Bakri, Sri Handayani. 2017. “Pengaruh Pemberian Biskuit Makanan
Tambahan ( Mt) Terhadap Peningkatan Berat Badan , Kadar
Hemoglobin (Hb) Dan Albumin Pada Ibu Hamil Kurang Energi
Kronis Yang Mendapat Tablet Tambah Darah (Ifa) The”.
Universitas Hasanuddin.
Dafiu, Tita Rosmawati. 2017. “Hubungan pengetahuan ibu hamil
tentang gizi kehamilan dengan kejadian kurang energi kronik
(kek) pada kehamilan”. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Erlyani, Neka et al. 2018. Promosi Kesehatan. Surabaya: UNAIR.
Febriyeni. 2017. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil”. STIKes
Fort De Kock Bukittinggi 2(3).
Lestari, Beiti. 2021. “Peran Petugas Gizi Dan Dukungan Sosial
Terhadap Kepatuhan Konsumsi Makanan Tambahan (Mt)
Pemulihan Pada Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (Kek)”.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Nurina, Rahma. 2016. “Program Pemberian Makanan Tambahan
untuk Peningkatan Status Gizi Ibu Hamil dan Balita”. Jurnal
CARE 1(1): 44–49.
Nurmadinisia, Rahmi. 2012. “Efektifitas Program Pemberian
Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi
Kronik”. Universitas Islam Negeri Jakarta Tahun.
Padang, Profil Kesehatan Kota. 2021. “Profil Kesehatan Tahun 2020”.
Pastuty, Rosyati, Rochmah KM, en Teti Herawati. 2018. “Efektifitas
Program Pemberian Makanan Tambahan- Pemulihan Pada Ibu
Hamil Kurang Energi Kronik Di Kota Palembang”. Poltekkes
Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan 9(November): 179–88.
Puspitasari, Mita, Tin Gustina, Novita Rany, en Zulfayeni. 2021.

28
29

“Pemberian makanan tambahan ibu hamil kek ”. STIKes Hang


Tuah Pekanbaru 7.
Rahmi, Nuzulul, Asmaul Husna, en Fauzia Andika. 2020.
“Determinan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada
Ibu Hamil”. Universitas Ubudiyah Indonesia 6(1): 608–15.
Ramadhini, Ade Ayu. 2018. “Dukungan Suami Terhadap Istri dengan
Kehamilan Beresiko Tinggi Akibat Kekurangan Energi Koronis”.
UNIVERSITAS JEMBER.
Retnaningtyas, Erma. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil.
Ponorogo: ISBN.
RI, Kemenkes. 2021. “Profil Kesehatan Indonesia 2020”.
Ri, Kementerian Kesehatan. 2021. “Kementerian Kesehatan Tahun
2020”.
RI, Kementrian Kesehatan. 2020. “Pedoman pelayanan gizi Pada
Masa Tanggap Darurat Covid-19”.
Rohmah, Laelatul. 2020. “EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN
MAKANAN Tambahan (PMT) Pada Ibu Hamil Kekurangan
Energi Kronis (KEK)”. Universitas Negeri Semarang.
Sari, Liya Lugita. 2020. “Faktor Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil”. Akademi
Kebidanan Manna 27(1): 23–29.
St, Fatimah S, en Nuryaningsih S St. 2017. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Kehamilan. Jakarta: ISBN.
Sunarti, Sunarti et al. 2016. “The Formulation of High-Calorie and
Rich-Fe Biscuits for Pregnant Women with Chronic Energy
Malnutrition”. International Journal of Public Health Science
(IJPHS) 5(3): 329.

Anda mungkin juga menyukai