Anda di halaman 1dari 93

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DALAM

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU BALITA


TENTANG WASTING DI WILAYAH KERJA PUSTU
SOLOK AMBAH KECAMATAN SIJUNJUNG
KABUPATEN SIJUNJUNG
TAHUN 2022

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

AKTA AMALIA
NIM. 2115303336

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
FORT DEKOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Media Leaflet dalam Upaya


Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita tentang Wasting di
Wilayah Kerja Pustu Solok Ambah Kecamatan Sijunjung
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022
Nama : Akta Amalia
NIM : 2115302236

Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Universitas
Fort De Kock Bukittinggi pada Tanggal………….

Bukittinggi, Agustus 2023

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Resty Noflidaputri, S.ST. M.Kes Bdn.Wahyuni, S.ST.M.Biomed

i
UNIVERSITAS FORT DE KOCK UNIVERSITAS BUKITTINGGI
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
Skripsi, Agustus 2023

Akta Amalia
Pengaruh Penggunaan Media Leaflet dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan
Ibu Balita tentang Wasting di Wilayah Kerja Pustu Solok Ambah Kecamatan
Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2022
VII Bab + 58 Halaman + 6 tabel +2 gambar + 14 Lampiran
ABSTRAK

Kejadian angka Wasting Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung pada
Tahun 2022, sebanyak 1.295 orang Wasting ditandai dengan kurangnya berat badan
menurut panjang/tinggi badan anak (BB/TB). Banyak dampak buruk akibat wasting,
sehingga diperlukan upaya untuk menanganinya salah satunya adalah dengan
peningkatkan pengetahuan ibu tentang wasting memalui media edukasi seperti leaflet.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media leaflet
dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting. Penelitian ini
dirancang dengan metode kuantitatif menggunakan Quasi Experimental dengan
desain One-Group Pretest-Posttest. Dari 13 Puskesmas yang ada, Puskesmas
Sijunjung menjadi urutan pertama kasus wasting terbanyak dengan Jumlah balita
wasting 223 orang. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerjapuskesmas sijunjung di
wilyah pustu Solok Ambah pada 8 November 2022 sampai dengan 1 Agustus 2023.
Populasi 100 orang ibu balita yang memiliki anak wasting. Cara pengambilan sampel
dengan total sampling sehingga diperoleh 46 responden, selanjutnya pengumpulan
data diperoleh melalui instrument penelitian berupa kuesioner kemudian dianalisa
menggunakan analisa univariat dan bivariate. Hasil penelitian ini, didapatkan nilai
pengetahuan responden sebelum diberikan leaflet 11,17 sedangkan nilai pengetahuan
responden setelah diberikan leaflet 14,83. Berdasarkan hasil analisa bivariat diperoleh
nilai P-Value sebesar 0,00, jika P-Value < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media leaflet berpenggaruh dalam upaya
peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting diwilayah kerja pustu Solok
Ambah. Diharapkan puskesmas (pustu) untuk dapat memanfaatkan media leaflet
sebagai media atau informasi dalam pemberian edukasi tentang wasting pada ibu
balita.
Daftar Bacaan : 48 ( 2014 – 2022)
Kata Kunci : Pengaruh; Leaflet; Pengetahuan; Wasting

ii
HEALTH FACULTY OF FORT DE KOCK UNIVERSITY BUKITTINGGI
MIDWIFERY STUDY PROGRAM
THESIS, SEPTEMBER 2023
Akta Amalia

The Influence of Leaflet Media Usage on the Improvement of Knowledge among


Mothers of Toddlers Regarding Wasting in the Working Area of Pustu Solok Ambah,
Sijunjung Subdistrict, Sijunjung District, 2022

VII Chapters + 58 Pages + 6 Tables + 2 Figures + 14 Appendices

ABSTRACT
The occurrence of wasting in the working area of the Sijunjung District Health Office
in 2022 amounted to 1,295 cases of wasting, characterized by inadequate weight
according to the child's length/height (weight-for-length/height). Wasting has
numerous adverse effects, necessitating efforts to address it, one of which is
improving mothers' knowledge about wasting through educational media such as
leaflets. The aim of this research is to determine the influence of leaflet media usage
in efforts to enhance the knowledge of mothers of toddlers about wasting. This study
was designed using a quantitative approach with a Quasi Experimental design,
employing the One-Group Pretest-Posttest method. Among the 13 health centers,
Sijunjung Health Center had the highest number of wasting cases, with 223 wasted
toddlers. The research was conducted in the working area of Sijunjung Health Center,
specifically at Pustu Solok Ambah, from November 8, 2022, to August 1, 2023. The
population consisted of 100 mothers of wasted toddlers, and the sampling method
employed was total sampling, resulting in 46 respondents. Data were collected
through research instruments in the form of questionnaires and were analyzed using
univariate and bivariate analysis. The research findings showed that the respondents'
knowledge score before receiving leaflets was 11.17, while after receiving leaflets, it
increased to 14.83. Based on the bivariate analysis, the P-value obtained was 0.00,
where P-Value < 0.05. Therefore, it can be concluded that the use of leaflet media has
an impact on improving the knowledge of mothers of toddlers about wasting in the
working area of Pustu Solok Ambah. It is recommended that health centers (Pustu)
utilize leaflet media as an educational tool to inform mothers of toddlers about
wasting.
Keywords : Influence; Leaflet; Knowledge; Wasting
References : 48 (2014-2022)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya terhadap
penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Leaflet
dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita tentang Wasting di
Wilayah Kerja Pustu Solok Ambah Kecamatan Sijunjung Kabupaten
Sijunjung Tahun 2022” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat akademik dalam menyelesaikan Program Studi Sarjana Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas Fort DeKock Bukittinggi. Penyusunan skripsi ini
dapat berjalan dengan baik karena adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih yang
tulus kepada :
1. Ibu Dr. Hj.Evi Hasnita, S.Pd., M.Kes, selaku Rektor Universitas Fort De
Kock Bukittinggi
2. Ibu Dr.Oktavianis, S.ST, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Fort De Kock Bukittinggi
3. Ibu Bdn. Febriniwati Rifdi, S.SiT., M.Biomed, selaku Ketua Prodi Sarjana
Kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi
4. Ibu Resty Noflidaputri, S.ST. M.Kes, selaku pembimbing I yang telah
memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini
5. Ibu Bdn.Wahyuni, S.ST.M.Biomed, selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini
6. Dosen beserta staff Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang telah
memberikan banyak ilmu dan masukan serta arahan selama proses pendidikan
7. Kepada responden yang telah bersedia menjadi sampel penelitian ini untuk
memberikan data dan informasi kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini
8. Teristimewa penulis persembahkan untuk kedua orang tua, keluarga, sahabat,
dan teman-teman serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu

iv
persatu yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan.
Namun demikian, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan Hidayah-Nya atas segala
kebaikan yang telah diberikan.

Bukittinggi, Agustus 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN..............................................................................i
ABSTRAK....................................................................................................................ii
ABSTRACT.................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian................................................................................................7
E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................9
A. Konsep Wasting....................................................................................................9
B. Balita...................................................................................................................23
C. Pengetahuan........................................................................................................26
D. Media Leaflet......................................................................................................34
E. Kerangka Teori....................................................................................................38
BAB III KERANGKA KONSEP..............................................................................39
A. Kerangka Konsep................................................................................................39
B. Defenisi Operasional...........................................................................................40
C. Hipotesis Penelitian.............................................................................................41
BAB IV METODE PENELITIAN...........................................................................42
A. Desain Penelitian.................................................................................................42
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................................42
C. Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................................42
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................43
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.........................................................................44
F. Pengolahan dan analisis data...............................................................................45
BAB V HASIL............................................................................................................47
A. Karakteristik Responden.....................................................................................47
B. Analisis Univariat................................................................................................48
C. Analisis Bivariat..................................................................................................49

vi
BAB VI PEMBAHASAN..........................................................................................51
A. Analisis Univariat...............................................................................................51
B. Analisis Bivariat..................................................................................................54
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................57
A. Kesimpulan.........................................................................................................57
B. Saran....................................................................................................................57

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian……………………………..….40
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan Karakteristik …….……………..……..47
Tabel 5.2 Rata-Rata Pengetahuan Responden Sebelum diberikan media leaflet……48
Tabel 5.3 Rata-Rata Pengetahuan Responden Sesudah diberikan media leaflet …....48
Tabel 5.4 Penggaruh Media Leaflet dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan ibu
tentang wasting………………………………………………………….. 49

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman


Gambar 2.1 Kerangka Teori……………………………………………………..…..38
Gambar 3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………...….39

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2. Format Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 3.Kuesioner Penelitian


Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 5. Media Leaflet

Lampiran 6. Surat Komisi Etik

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 9 Surat Validasi Data

Lampiran 10 Master Tabel

Lampiran 11 Hasil Olah data

Lampiran 12 Dokumentasi

Lampiran 13 Lembar Konsultasi

Lampiran 14 Daftar Hadir

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak

serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah

kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah kurus (wasting)

pada balita (Rahayu et al., 2018).Gizi kurus merupakan masalah gizi yang

sifatnya akut, sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak

lama seperti kekurangan asupan makanan (Hendrayati et al., 2014).Wasting

ditandai dengan kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi badan anak

(BB/TB). Panjang badan digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan

dan tinggi badan digunakan untuk anak berumur 24 bulan ke atas. Balita kurus

disebabkan karena kekurangan makan atau terkena penyakit infeksi yang terjadi

dalam waktu yang singkat. Karakteristik masalah gizi yang ditunjukkan oleh

balita kurus adalah masalah gizi akut (Kemenkes Rl, 2022).

Wasting dapat mengakibatkan balita berisiko mengalami ketertinggalan

tumbuh kembang secara jangka panjang, penurunan fungsi sistem imunitas,

peningkatan keparahan dan kerentanan terhadap penyakit menular, serta

peningkatan risiko kematian (World Health Organization, 2019). Dampak

lainnya adalah menurunkan kecerdasan, produktifitas, kreatifitas, dan sangat

berpengaruh pada kualitas SDM.Anak yang sudah mengalami masalah wasting,

1
2

tidak teridentifikasi dan tidak ditangani secara cepat maka anak tersebut tidak

akan mencapai pertumbuhan yang maksimal. Hal ini dapat berdampak buruk

pada kualitas penerus dan merugikan bangsa serta dapat menyebabkanlost

generation jika dialami oleh banyak anak (Kemenkes Rl, 2014)

Di seluruh dunia, 45,4 juta anak di bawah usia 5 tahun menderita wasting.

Pada tahun 2025, prevalensi wasting diperkirakan akan tetap jauh di atas target

global sebanyak 5%. Sebagian besar negara di seluruh dunia untuk mengatasi

malnutrisi dalam segala bentuknya tidak mencukupi untuk memenuhi target gizi

global pada tahun 2025.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018

menunjukkan bahwa prevalensi wasting pada balita di Indonesia yaitu sebesar

10,2% (gizi buruk) (Kemenkes Rl, 2020). Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks

BB/TB di Indonesia Tahun 2017 Sebanyak 2,8% balita mempunyai status gizi

sangat kurus dan 6,7% balita mempunyai status gizi kurus. Persentase

wasting/kurus (sangat kurus dan kurus) pada kelompok balita (9,5%) lebih

rendah dibandingkan kelompok baduta (12,8%) (Kemenkes Rl, 2017).

Berdasarkan laporan kinerja dinas kesehatan sumatra Barat, prevalensi balita

wasting pada 5 (lima) tahun belakangan adalah sebesar 10,1% tahun 2017,

sebesar 11,3% tahun 2018, sebesar 6,0% tahun 2019, sebesar 6,1 tahun 2020,

sebesar 7,4% di tahun 2021 dan naik di tahun 2022 sebesar 17,8% (Dinkes

Provinsi Sumbar, 2022).


3

Berdasarkan laporan dinas kesehatan Kabupaten Sijunjung, jumlah kasus

wasting di Kabupaten Sijunjung pada Tahun 2022 sebanyak 1.295 orang. Dari 13

Puskesmas yang ada, Puskesmas Sijunjung menjadi urutan pertama kasus

wasting terbanyak dengan Jumlah balita wasting 223 kasus (Dinkes Sijunjung,

2022). Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Sijunjung, Kasus wasting paling

banyak ditemui di Nagari Solok Ambah. Jumlah bayi yang lahir pada tahun 2021

sebanyak 43 orang dengan jumlah anak yang wasting sebanyak 36 orang. Pada

tahun 2022 jumlah bayi yang lahir sebanyak 37 orang hingga Desember 2022

jumlah balita Wasting adalah sebanyak 46 orang (Pustu Solok Ambah, 2022).

Wasting dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adalah faktor

anak, faktor orang tua, faktor ekonomi, faktor pendidikan, akses ke fasilitas

kesehatan yang sulit, kesehatan lingkungan dan praktek kebersihan diri yang

tidak optimal (Kemenkes Rl, 2020).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Fika Tahun 2020 tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita

tentangpemberian makanan tambahan dengan kejadian balitaresiko wasting

hasilnya menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita

tentang pemberian makanan tambahan dengankejadian balita resiko wasting.

Penanganan balita wasting harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk

mencegah kematian dan komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh

kembang anak di masa mendatang. Sesuai arah kebijakan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, target tahun 2024 adalah

menurunkan prevalensi wasting dari 7% menjadi 14%. Selain itu target lainnya
4

adalah 60% Puskesmas di seluruh Indonesia mampu memberikan pelayanan tata

laksana gizi buruk dan 90% balita gizi buruk mendapat pelayanan sesuai dengan

tata laksana gizi buruk (Kemenkes Rl, 2020).

Salah satu usaha yang dapat dilakukan sebagai upaya preventif kejadian

wasting adalah dengan melakukan edukasi gizi kepada ibu balita. Pemberian

edukasi ditujukan untuk merubah perilaku (Kemenkes Rl, 2020).Anggota

keluarga yang lebih banyak terlibat langsung dalam merawat anak pada

umumnya ialah ibu, maka status gizi anak lebih dipengaruhi oleh pengetahuan

dan sikap ibu. Seringkali orang tua tidak menyadari pola pengasuhan gizi yang

keliru yang mengakibatkan anak tidak mendapatkan gizi secara maksimal dari

asupan makanan yang diberikan ibu. Merubah perilaku yang telah lama

dilakukan ke perilaku baru yang lebih baik tentulah tidak mudah. Salah satunya

merubah perilaku hidup sehat, dibutuhkan berbagai pendekatan dari pendidikan,

penyuluhan hingga konseling dengan menggunakan media promosi kesehatan.

Media promosi kesehatan merupakan semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator

sehingga meningkatnya pengetahuan sasaran yang akhirnya diharapkan dapat

berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. Jenis media promosi

kesehatan yaitu media cetak, media elektronik, media luar ruang serta media

lainnya (Dwi Susilowati, 2016).Salah satu jenis media cetak adalah leaflet.

Leafletmerupakan media cetak yang sangat sederhana dan efektif, dilihat dari

proses pembuatan dan penggunaanya yang relative mudah. Selain itu media
5

leaflet ialahmedia cetak yang berbentuk selembaran memiliki fungsi untuk

penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang

dilipat. Isi informasi dapat dalam kalimat maupun gambar atau kombinasi

(Jatmika et al., 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Misrina dan Salmi Tahun

2022 tentang analisis penyuluhan menggunakan leaflet terhadap pengetahuan ibu

tentang stunting pada balita hasilnya menyatakan bahwa ada pengaruh diberikan

peyuluhan dengan menggunaan media leaflet (Misrina & Salmiati, 2021).

Penelitian terkait lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ludya, dkk tahun

2018 tentang pengaruh media leaflet mengenai gizi balita terhadap pengetahuan

ibu hasilnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengatahuan yang signifikan

pada ibu balita sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media

leaflet (Ludya, 2019). Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan oleh Farida,

dkk tahun 2020 tentang pengaruh penyuluhan gizi seimbang balita dengan media

leaflet terhadap pengetahuan ibu hasilnya menyatakan bahwa penyuluhan gizi

seimbang balita dengan media leaflet berpengaruh dalam meningkatkan

pengetahuan ibu (Farida, 2020).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang

ibu balita didapatkan hasil bahwa 7 balita diantaranya menderita wasting. Hal ini

terkait dengan data jumlah bayi yang lahir di Pustu Solok Ambah. Setelah

dilakukannya pengkajian lebih dalam, didapatkan bahwa ibu tidak memiliki

pengetahuan yang baik tentang wasting. Didapatkan bahwa, bidan sudah


6

melakukan edukasi, hanya saja tidak menggunakan alat bantu/ media, sehingga

informasi yang diberikan tidak mudah dipahami oleh ibu bayi/balita. Pustu Solok

Ambah merupakan pustu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sijunjung,

pustu ini terletak di daerah yang jauh dari pusat kabupaten, karena kondisi

geografis tersebut, wilayah ini jarang mendapatkan pendidikan kesehatan. Jarak

dari Nagari ke Puskesmas adalah 35 km, dengan waktu tempuh 1 jam.Akses

untuk masuk ke wilayah ini memiliki tantangan tersendiri, selain jarak yang jauh

akses jalannya juga memberikan tantangan serta tidak ada sinyal internet.Dengan

keadaan tersebut, mengakibatkan rendahnya akses ibu mendapatkan pendidikan

kesehatan. Umunya pendidikan ibu di Nagari Solok Ambah hanya tamatan SMP

dan SMA, akses kepelayanan kesehatan pun susah untuk di dapatkan, jaringan

internet yang tidak ada sehingga media yang cocok untuk diberikan kepada ibu

dalam upaya peningkatan pengetahuannya tentang wasting yaitu media metak

dalam bentuk leaflet.

Berdasarkan penelitian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Penggaruh penggunaan media leaflet dalam upaya

peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting ditempat dan sasaran yang

berbeda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah

penelitian ini adalah “Pengaruh Penggunaan Media Leaflet dalam Upaya


7

Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita tentang Wasting di Wilayah Kerja Pustu

Solok Ambah Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2022?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media leaflet dalam upaya

peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting di Wilayah Kerja Pustu

Solok Ambah Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui rata-rata pengetahuan ibu balita tentang wasting sebelum

diberikan media leaflet diwilayah kerja pustu Solok Ambah

Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2022.

b. Diketahui rata-rata pengetahuan ibu balita tentang wasting sesudah

diberikan media leaflet diwilayah kerja pustu Solok Ambah

Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2022.

c. Untuk mengetahui penggaruh penggunaan media leaflet dalam upaya

peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting diwilayah kerja

pustu Solok Ambah Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun

2022.
8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, untuk meningkatkan dan menggali wawasan serta dapat

menerapkan ilmu yang sudah didapat selama mengikuti pendidikan di

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

2. Bagi tempat penelitian, dapat di jadikan sebagai acuan dalam upaya

pencegahan kejadian wasting pada balita.

3. Manfaat teoritis, dapat dijadikan tambahan referensi tentang upaya

pencegahan kejadian wasting pada balita.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggaruh

penggunaan media leaflet dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu balita

tentang wasting. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi

Experimental dengan desain One-Group Pretest-Posttest. Penelitian

dilaksanakan di wilayah kerja pustu Solok Ambah pada 8 November 2022

sampai dengan 3 Juli 2023. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

media leaflet sedangkan variabel dependent adalah peningkatan pengetahuan ibu

tentang wasting. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang ada

di wilayah kerja pustu Solok Ambah dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan total sampling sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 46

responden. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat, dalam
9

membuktikan hipotesis menggunakan Uji-T. Derajat kepercayaan dalam

penelitian ini adalah 95% (α = 0,05).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Wasting

1. Pengertian Wasting

Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat

kurus (severely wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut

Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

dengan ambang batas (Z-score) <-2 SD. 4 Wasting atau kekurangan gizi akut,

merupakan akibat dari penurunan berat badan yang cepat atau kegagalan

untuk menambah berat badan (UNICEF, 2014a).

Seorang anak yang tergolong kurus atau kegemukan memiliki risiko

kematian yang tinggi. Masalah wasting dipastikan dapat mengancam

kesehatan jiwa, baik dari segi gizi buruk, kelaparan, maupun dampak terhadap

suatu penyakit. Anak-anak yang menderita wasting memiliki kekebalan tubuh

yang lemah, menghambat perkembangan dan juga meningkatkan risiko

kematian (UNICEF, 2017).

BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang paling

baik, karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif

dan spesifik. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya

perkembangan berat badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan. Oleh

karena itu, berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi

9
10

badannya. Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator

BB/TB (Majestika, 2018):

a) Sangat kurus : Z-score< -3,0

b) Kurus : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0

c) Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0

d) Gemuk : Z-score > 2,0

2. Manifestasi Klinis dan Dampak Wasting

Anak-anak yang terkena wasting memiliki berat badan kurang

dibandingkan dengan tinggi badannya.Akibatnya, anak dapat mengalami hal-

hal seperti berikut:

a. Perlambatan gerak lambung dan penurunan sekresi asam lambung

b. Atrofi dan fibrosis sel a sinar pancreas

c. Penurunan rata filtrasi glomerulus dan aliran plasma pada ginjal

d. Anemia

e. Trombositopenia

f. Berkurangnya volume jantung

g. Hilangnya kekuatan otot-otot pernafasan

h. Atrofi mukosa usus halus

i. Penumpukan lemak dalam hati

j. Hipoplasia sel penghasil eritrosit

k. Memudahkan infeksi tuberculosis, bronchitis atau pneumonia

l. Penurunan daya eksplorasi terhadap lingkungan


11

m. Peningkatan frekuensi menangis

n. Penurunan interaksi dengan sesamanya

o. Kurangnya perasaan gembira

p. Cenderung menjadi apatis

q. Gangguan kognitif

r. Penurunan prestasi belajar

s. Gangguan tingkah laku

t. Meningkatkan resiko kematian

3. Cara pengukuran Wasting

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui wasting, yaitu

a. Teknik antropometri (pengamatan keadaan fisik responden)

Antropometrik bertujuan untuk mendapatkan data status gizi dari aneka

ketidak seimbangan (pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh)

antara asupan protein dengan energy. Salah satu indikator antropometrik

adalah tinggi badan dan berat badan dengan menghitung Indeks Massa

Tubuh (IMT).

b. Penulusuran rekam medis responden

Hal-hal yang perlu diselidiki dari rekam medis ini adalah jenis obat yang

pernah diberikan oleh dokter dan penyakit apakah yang pernah diderita

sebelumnya. Penyelidikan terhadap penyakit tersebut termasuk berapa

lama ia terkena penyakit, gejala-gejala yang pernah dirasakan dan

diagnosisnya.
12

c. Pengamatan pola makan

Beberapa hal yang perlu diamati yaitu porsi makan dan kualitas asupan

makanannya, pola makanan di lingkungan keluarga dan alergi terhadap

makanan tertentu.

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah cara yang paling mudah digunakan untuk

mengetahui apakah seseorang mengalami wasting atau tidak. Tanda-tanda

wasting yang harus diamati adalah: warna dan keadaan rambut, warna dan

keadaan wajah, warna dan keadaan mata, keadaan bibir, warna dan

keadaan lidah, keadaan gigi, warna dan keadaan gusi, keadaan wajah,

warna dan keadaan kuku, keadaan otot sebelum dan pada saat digerakkan,

keadaan jantung dan tekanan darah, keadaan perut dan stabilitas tubuh dan

kemampuan reflex.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wasting

UNICEF menyebutkan bahwa terdapat empat penyebab kekurangan

gizi termasuk wasting pada anak, yaitu faktor langsung, faktor tidak langsung,

faktor masalah utama dan faktor masalah dasar (UNICEF, 2014b).

a. Faktor langsung

Faktor penyebab langsung terdiri atas asupan makanan dan penyakit

terutama penyakit infeksi.


13

1) Asupan Makanan

Selama masa pertumbuhannya, balita membutuhkan asupan

makanan yang adekuat diantaranya adalah asupan energi dan

proteinnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan

Wahyono (2013) anak yang kurang asupan energi dan proteinnya

akan memiliki resiko yang lebih tinggi terjadi wasting dibandingkan

dengan anak yang asupan energi dan proteinnya cukup (Putri, D. S.

K. & Wahyono, 2014).

Gangguan gizi pada awal kehidupan memengaruhi kehidupan

berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya memengaruhi

gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kualitas

kecerdasan dan perkembangan di masa mendatang. Oleh karena itu

peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti pada

makanan yang mengandung energi, protein (terutama protein

hewani), vitamin (vitamin B kompleks, vitamin C, vitamin A), dan

mineral (Ca,Fe, Yodium, Fosfor, Zn).

2) Penyakit Infeksi

Anak-anak di negara berkembang terutama pada tahuntahun

pertama dari kehidupan mereka sering menderita penyakit infeksi.

Infeksi memberikan kontribusi terhadap defisiensi energi, protein,

dan gizi lain karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan

makanan berkurang. Sakit pada anak mempunyai efek negatif pada


14

pertumbuhan anak. Dalam penelitian Mgongo et al, anak yang sakit

pada satu bulan terakhir meningkatkan risiko terjadinya wasting

(Mgongo, 2017).

Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak balita adalah

demam, diare, dan infeksi saluran pernafasan atas. Kenyataannya,

kekurangan gizi dan penyakit infeksi sering terjadi pada saat

bersamaan. Kekurangan gizi dapat meningkatkan risiko infeksi,

sedangkan infeksi dapat menyebabkan kekurangan gizi yang

mengarahkan ke lingkaran setan. Anak kurang gizi, mempunyai daya

tahan terhadap penyakitnya rendah, jatuh sakit, dan akan menjadi

semakin kurang gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk

melawan penyakit dan sebagainya. Ini disebut juga infection

malnutrition (Tomkins, A. & Watson, 2019).

Penyakit diare salah satu penyakit dengan sumber penularan

melalui air (water borne disease) dan penyakit diare yang terjadi pada

balita umumnya disertai muntah dan mencret. Diare berdampak

terhadap pertumbuhan linear anak. Diare merupakan salah satu

penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak dinegara

berkembang. Anak balita ratarata mengalami tiga kali diare pertahun.

Menurut World Health Organization diare adalah suatu keadaan

buang air besar dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi

lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari,
15

sedangkan diare persisten terjadi selama >14 hari. Secara klinis

penyebab diare terbagi menjadi enam kelompok yaitu infeksi,

malabsorbsi, alergi, keracunan makanan, imunodefisiensi dan

penyebab lain seperti gangguan fungsional dan malnutrisi

(Tambunan, 2019).

b. Faktor Tidak Langsung

Faktor penentu status gizi anak secara tidak langsung, dipengaruhi

oleh tiga faktor penentu yang mewujudkan dirinya di tingkat rumah

tangga, meliputi ketersediaan pangan keluarga, pola asuh dan pemberian

ASI, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan(UNICEF,

2014b). Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 33

tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI

yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa

menambahakan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

Penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif

hingga usia balita mencapai 6 bulan berkontribusi secara signifikan untuk

meningkatkan status gizi anak (Rahman, 2016). Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Mima Salamah dan Resti Noflindaputri menunjukkan

bahwa balita yang mengalami masalah gizi banyak terjadi pada balita

yang tidak diberikan ASI Ekslusif dibandingkan dengan balita yang

diberikan ASI Ekslusif. Balita yang tidak diberikan ASI ekslusif memiliki

imunitas yang lemah sehingga mudah terserang penyakit. Apabila balita


16

terserang penyakit akan terjadi pengalihan energy. Energi yang

seharusnya digunakan untuk pertumbuhan tetapi akhirnya digunakan

untuk melawan infeksi atau penyakit yang ada di dalam tubuhnya

(Salamah, 2021).

c. Faktor masalah utama

Faktor penentu gizi anak selanjutnya, dipengaruhi oleh faktor

masalah utama. Penyebab masalah utama gizi di level masyarakat adalah

kuantitas dan kualitas sumber daya potensial yang ada di masyarakat

misalnya: manusia, ekonomi, lingkungan, organisasi, dan teknologi.

Faktor kemiskinan, karakteristik keluarga, dan sosiodemografi merupakan

penyebab utama permasalahan gizi di level masyarakat yang berkaitan

dengan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di masyarakat.

1) Kemiskinan

Kemiskinan merupakan faktor masalah utama terjadinya

permasalahan gizi. Seseorang dianggap berada dalam kemiskinan

absolut saat dia tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka

secara memadai seperti makanan, kesehatan air, tempat tinggal,

pendidikan dasar, dan partisipasi masyarakat. Dampak kemiskinan

terhadap gizi buruk anak sangat besar. Rumah Tangga dan individu

miskin tidak dapat mencapai ketahanan pangan, memiliki sumber

daya perawatan yang tidak memadai, dan tidak dapat memanfaatkan


17

(atau berkonstribusi untuk menciptakan) sumber daya untuk

kesehatan secara berkelanjutan.

2) Karakteristik Keluarga

Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin,

akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus

diberi makanan jumlahnya sedikit. Panganyang tersedia untuk suatu

keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya

setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah

gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Kemenkes RI,

2019).

Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling

rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan

anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan

pangan. Sebab seandainya besar keluarga bertambah maka pangan

untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari

bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih

banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-

anak yang muda mungkin tidak diberi cukup makan. Selain anak-

anak, wanita yang sedang hamil dan menyusui juga merupakan

kelompok yang rawan akan kekurangan gizi. Apabila mereka hidup

dalam keluarga dengan jumlah yang besar dan kesulitan dalam

persediaan pangan tentunya masalah gizi akan timbul.


18

Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga

sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan harus

dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang dalam

keluarga. Anak, wanita hamil dan menyusui harus memperoleh

sebagian besar pangan yang kaya akan protein. Semua anggota

keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan, harus mendapat

bagian energi, protein dan zat-zat gizi lain yang cukup setiap harinya

untuk memenuhi kebutuhan.

3) Sosiodemografi

a) Jenis Kelamin

Jenis kelamin menentukan besar kecilnya status gizi anak.

Anak laki-laki biasanya membutuhkan lebih banyak zat gizi seperti

energi dan protein lebih banyak daripada anak perempuan. Jenis

kelamin merupakan faktor internal seseorang yang berpengaruh

terhadap komposisi tubuh dan distribusi lemak subkutan antara

anak laki-laki dan perempuan berbeda. Pada anak laki-laki 11%

dari berat badan merupakan jaringan subkutan dan pada anak

perempuan 18% dari berat badan merupakan subkutan. Anak

perempuan lebih banyak menyimpan lemak, sedangkan anak laki-

laki lebih banyak massa otot dan tulang (Indriawati, 2015).


19

b) Usia

Pertumbuhan pada usia balita dan prasekolah lebihlambat

dibandingkan pada masa bayi namun pertumbuhannya stabil. Masa

balita merupakan usia paling rawan, karena pada masa ini balita

sering terkena penyakit infeksi sehingga menjadikan anak berisiko

tinggi menjadi kurang gizi. Pada usia prasekolah yaitu usia 2-6

tahun, anak mengalami pertumbuhan yang stabil, terjadi

perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan

meningkatnya keterampilan dan proses berfikir (Brown, n.d.).

Memperlambatnya pertumbuhan ini tercermin dalam penurunan

nafsu makan, padahal dalam masa ini anakanak membutuhkan

kalori dan zat gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan akan

zat gizi mereka (Agedew, E. & Shimeles, 2016).

c) Tingkat Pendidikan Ibu

Menurut Putri (2015) semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin mudah diberikan pengertian mengenai

suatu informasi dan semakin mudah untuk mengimplementasikan

pengetahuannya dalam perilaku khususnya dalam hal kesehatan

dan gizi. Dengan demikian, pendidikan ibu yang relatif rendah

juga akan berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam

menangani masalah kurang gizi pada anak balitanya (Putri, Rona

Firmana., Delmi Sulastri., 2015). Pendidikan orang tua akan


20

berpengaruh terhadap pengasuhan anak, karena dengan pendidikan

yang tinggi pada orang tua akan memahami pentingnya peranan

orang tua dalam pertumbuhan anak. Selain itu, dengan pendidikan

yang baik, diperkirakan memiliki pengetahuan gizi yang baik pula.

Ibu yang berpendidikan lebih baik cenderung lebih mudah

menerima informasi gizi dan menerapkan pengetahuannya dalam

mengasuh anak dan dalam praktik pemberian makanan. Pada

penelitian Putri dan Wahyono di Indonesia menunjukkan bahwa

pendidikan ibu berhubungan dengan kejadian wasting (Putri, D. S.

K. & Wahyono, 2014).

d) Pekerjaan

Ibu yang tidak bekerja dinilai akan mempunyai waktu yang

banyak untuk mengasuh dan memperhatikan anaknya. Asupan gizi

anaknya juga akan diperhatikan. Penelitian Agedew dan Shimeles

di Ethiopia menyebutkan bahwa proporsi anak wasting lebih tinggi

pada ibu yang bekerja (Agedew, E. & Shimeles, 2016).

e) Tingkat Pendapatan

Gizi Balita Hasil dari analisis hubungan antara status

ekonomi orang tua dengan status gizi balita yaitu status ekonomi

orang tua mempengaruhi status gizi anak balita usia 1-5 tahun di

Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Pendapatan merupakan

faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan.


21

Kemampuan orang tua untuk membeli bahan makanan bergantung

terhadap besar kecilnya pendapatan orang tua. Selain itu tingkat

pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang tua dengan

pendapatan terbatas menyebabkan daya beli makanannya rendah

sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang

diperlukan dan pada akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi

anak balitanya. Sebaliknya semakin tinggi pendapatan orang tua

maka kebutuhan gizi anggota keluarga dapat terjamin (Alqustar, A.

and Listiowati, 2014).

d. Faktor Masalah Dasar

Masalah dasar dari timbulnya masalah gizi adalah

ketidakmampuan pengelola negara dalam mengelola proses politik,

sehingga banyak menimbulkan penyalahgunaan wewenang, sehingga

pelaksanaan program pembangunan negara tidak sesuai dengan amanat

Undang-Undang Dasar 1945, sehingga kesejahteraan umum tidak dapat

tercapai secara optimal. Selanjutnya ketidakcakapan para pemimpin

dalam mengelola negara yang mengakibatkan banyak penyalahgunaan

anggaran, akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan, rendahnya

kualitas sumber daya manusia, menyebabkan negara tidak mampu

membuka lapangan kerja, yang mengakibatkan pada tingginya angka

pengangguran, sehingga memunculkan kemiskinan.


22

5. Upaya Pencegahan Wasting

Prinsip pencegahan kekurangan gizi pada anak adalah:

memberikanasupan makanan sesuai dengan umur dan mencegahterjadinya

infeksi. Hal hal lain yang perlu dilakukan adalah:

a. Pembinaan secara aktif pada keluarga dan masyarakat dengan edukasi

tentangpola asuh yang benar pada anak, misalnya dengan menerapkan pola

makan sesuaidengan umur, pola hidup bersih dan sehat, menerapkan

higiene dan sanitasi yangbaik, memantau tumbuh kembang anak (misalnya

di posyandu dan pos penimbanganlainnya seperti PAUD, BKB, atau di

faskes), dengan membawa Buku KIA yang juga dapatdigunakan sebagai

media informasi untuk keluarga/masyarakat.

b. Pemanfaatan pelayanan kesehatan, misalnya imunisasi dasar lengkap,

pemberianvitamin A dan obat cacing, tatalaksana balita sakit di tingkat

pelayanan dasar (MTBS) dan faskes rujukan sesuai standar, serta SDIDTK.

c. Penapisan kekurangan gizi pada balita oleh kader/masyarakat melalui

pengukuran LiLA untuk menemukan balita dengan hambatan pertumbuhan,

gizi kurang atau giziburuk sedini mungkin. Kasus yang ditemukan

selanjutnya dirujuk ke petugas kesehatan.

d. Pemantapan peran lintas sektor dalam memberikan dukungan untuk

mencegahkekurangan gizi pada balita, misalnya aparat desa bekerja sama

dengan dinas peternakan/perikanan dan pertanian untuk mewujudkan

ketahanan pangan. Masyarakat dibinauntuk memelihara ternak/sumber


23

protein lainnya dan menanam sayuran/buah-buahanuntuk meningkatkan

ketersediaan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga (Kemenkes Rl,

2020).

B. Balita

1. Definisi

Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau

lebih popular denganpengertian anak dibawah lima tahun. Balita adalah istilah

umum bagi anak usia 1-3 tahun(batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat

usia batita, anak masih tergantung penuhkepada orang tua untuk melakukan

kegiatan penting seperti mandi, buang air dan makan.Perkembangan berbicara

dan berjalan sudah bertambah baik. Namun, kemampuan lain masihterbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang

manusia.Perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu

keberhasilan pertumbuhan danperkembangan anak di periode selanjutnya

(Yuliawati, 2017).

2. Tumbuh Kembang Balita

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran baik

besar,jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu.Perkembangan

lebih menitikberatkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsipematangan

organ ataupun individu, termasuk pula perubahan pada aspek sosialatau

emosional akibat pengaruh lingkungan. Dengan demikian proses pertumbuhan


24

mempunyai dampak terhadap aspek fisissedangkan proses perkembangan

berkaitan dengan fungsi pematangan intelektual danemosional organ atau

individu (Wahyuni, 2018).

Pada masa balita, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat

kemajuan dalam perkembanganmotorik (gerak kasar dan gerak halus) serta

fungsi ekskresi.Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada

masa balita. Pertumbuhan dasar yangberlangsung pada masa balita akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.Setelah lahir

terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan

sel-selotak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf

dan cabang-cabangnya,sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang

kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini

akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuanbelajar

berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.Pada masa balita,

perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya (Direktorat Kesehatan Departmen Kesehatan

Keluarga, 2016).

Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk

pada masa ini, sehinggasetiap kelalnan/penyimpangan sekecll apapun apablla

tidak dideteksl apalagi tidak ditangani denganbaik, akan mengurangi kualitas

sumber daya manusia dikemudian hari (Direktorat Kesehatan Departmen


25

Kesehatan Keluarga, 2016). Anak usia 0-6 bulan hanya boleh diberikan ASI

saja, sedangkan anak usia diatas 6 bulan sudah boleh diberikan MP-ASI 3-4

kali sehari. Makanan yang diberikan adalah makanan seimbang yang teridri

dari karbohidrat, protein, sayur dan buah sesuai dengan porsinya. Pada saat

tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola perkembangan yang sama,

akan tetapi kecepatannya berbeda (Soetjiningsih dalam Diastiti, 2016).

3. Jenis-Jenis Tumbuh Kembang

Secara garis besar tumbuh kembang dibedakan kedalam 3 jenis yaitu

(Wahyuni, 2018):

a. Tumbuh kembang fisis

Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuaran

besar dan fungsiorganisme atau individu. Perubahan fungsi ini bervariasi

dari fungsi tingkatmolekular yang sederhana seperti aktivasi enzim

terhadap diferensiasi sel, sampai kepada psoses metabolisme yang

kompleks dan perubahan bentuk fisis pada masa pubertas dan remaja.

b. Tumbuh kembang intelektual

Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian

berkomunikasidan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan

simbolik, sepertiberbicara, bermain, berhitung atau membaca

c. Tumbuh kembang emosional

Proses tumbuh kembang emosional bergantung kepada

kemampuan bayiuntuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk


26

bercinta dan berkasih sayang, kemampuan untuk menangani kegelisahan

akibat suatu frustasi dan kemampuan untuk rangsangan agersif.

4. Kebutuhan gizi sepanjang usia

Kebutuhan gizi anak berdasrkan usia adalah sebagai berikut

(Kemenkes Rl, 2020) :

a. Balita usia 9 – <12 bulan: memerlukan 800 kkal/hari dengan porsi ASI 60-

70%, porsi lemak30-45% dari kebutuhan kalori dan kalori dari MP-ASI

300 kkal.

b. Balita usia 12 – <24 bulan: memerlukan 1100 kkal/hari dengan porsi ASI

30-40%, porsi lemak30-45% dari kebutuhan kalori dan kalori dari MP-

ASI 550 kkal.

c. Balita usia 24-59 bulan: kebutuhan kalorinya adalah 90 kkal/kg BB, porsi

lemak 30-35%dari kebutuhan kalori dan sisanya dipenuhi dari makanan

keluarga.

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah sesorang

melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan tersebut

melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, indra penciuman,

indra pendengaran, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif adalah

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over

behavior) (Notoadmodjo, 2014).


27

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui

pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan

non formal. Pengetahuan seoarang tentang suatu objek mengandung 2

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan

menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan ojek yang

diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek

tertentu. Menurut Teori World Health Organization (WHO) yang dikutip

oleh Notoadmodjo, salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan

oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Notoadmodjo,

2021).

2. Tingkat Pengetahuan

a) Know (Tahu)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telahdipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan

yangpaling rendah. Kata kerja untuk megukur bahwa seseorang tahu

tentang apa yang dipelajari seperti menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, danlainnya. Contohnya: dapat

mendefinisikan tanda tanda anak stunting.

b) Comprehension (Memahami)

Memahami merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dandapat

menginterpretasikan materi secara benar. Orang yang sudah paham


28

tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contohnya seperti menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang sudah dipelajari. Contohnya: dapat menyimpulkan mengapa

harus makan makanan bergizi.

c) Aplication (Aplikasi)

Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang sudah dipelajari saat kondisi atau situasisebenarnya. Disini

aplikasi dapat diartikan juga sebagai aplikasiatau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan lainnya dalam situasi yang lain

seperti dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

d) Analysis (Analisis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Synthesis (Sintesis)

Sintesis mengarah pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan menyusun

formulitas baru dari formulasi-formulasi yang ada. Contohnya: dapat

menyusun, merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu


29

teori atau rumusan yang ada.

f) Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian atau justifikasi terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukansendiri, atau

meggunakan kriteria yang telah ada. Contohnya: dapat membandingkan

antara anak yang cukup gizi dengan anak yangkekurangangizi.

3. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain adalah:


a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk tujuan

kebahagiaan dan keselamatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang, maka aan semakin mudah untuk menerima informasi tentang

obyek atau yang berkaitan dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya

dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru,

dan media masa.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah segiatan yang harus dilakukan untuk menunjang

kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan keluarga.


30

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses

informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

3) Umur

Umur seseorang yang terhitung sejak lahir sampai berulang tahun.

Semakin cukup umur maka akan semakin tinggi tingkat kematangan

seseorang dalam bekerja dan berpikir.

4) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-

laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun

kultural.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah sumber pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

persoalan yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman seseorang sangat

mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak pengalaman seseorang

tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula pengetahuan

seseorang akan hal tersebut.

b. Faktor Ekternal

1) Informasi

Informasi adalah berita atau sumber pengetahuan. Seseorang yang

mendapat informasi akan memperoleh pengetahuan terhadap suatu hal.


31

2) Lingkungan

Pengetahuan diawali dari hasil observasi dan pengalaman serta

adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik) yang terjadi di

lapangan (masyarakat).

3) Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang

maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Kebudayaan

berserta kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan,

presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

4. Cara memperoleh pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang

berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,

buku petunjuk, petugas kesehatan, media, kerabat dekat, dan sebagainya. Cara

memperoleh pengetahuan antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi

persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan coba-coba saja.

Cara coba-coba dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan

dalam memecahkan masalah, apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini juga gagal,
32

maka dicoba kemungkinan selanjutnya sampai kemungkinan tersebut

berhasil.

b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja

oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara kekuasaan dan otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni

orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,

otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang

lalu. Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”, ini

mengandung maksud bahwa pengalaman merupakan sumber pengalaman

untuk memperoleh pengetahuan.

e. Cara akal sehat (common sense)

Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan manusia cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Pemberian

hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut banyak orang untuk

mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.


33

f. Metode penelitian

Cara modern dalam meperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis,

dan ilmiah.

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdarkan jenis

penelitiannya kualitatif atau kuantitatif : (Notoadmodjo, 2014). Penelitian

kuantitatif pada umumnya akan mencari jawaban atas fenomena yang

menyangkut berapa lama, berapa sering, berapa banyak, dan lainnya, maka

biasanya dapat menggunakan metode angket dan wawancara

a) Metode pengukuran melalui kuesioner atau metode mengisi sendiri.

Instrument atau alat ukurnya yaitu wawancara, hanya saja jawaban

responden di sampaikan lewat tulisan.

b) Metode wawancara. Instrument atau alat ukurnya yaitu kuesioner. Metode

ini memiliki 2 jenis yaitu wawancara terbuka dan tertutup. Wawancara

tertutup merupakan suatu wawancara dimana jawaban responden atas

pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban, responden bisa

memilih jawaban yang mereka anggap paling benar atau paling tepat.

Sedangkan wawancara terbuka yaitu pertanyaan yang diajukan bersifat

terbuka dan responden boleh menjawab apa saja yang sesuai dengan

pendapat atau pengetahuan responden sendiri.

Dalam penelitian ini, pengukuran pengetahuan dilakukan dengan

wawancara dengan alat ukurnya kuesioner. Kuesioner dibuat dalam bentuk


34

pilihan ganda. Jawaban benar dapat diberikan skor 1 serta jawaban salah

diberikan skor 0. Hasil ukur dengan 2 kategori dengan menggunakan

pengukuran memusat pada nilai mean atau nilai rata-rata:

- Baik, jika nilanya ≥ rata-rata

- Kurang Baik, jika nilainya < rata-rata

Skala ukur yang digunakan adalah skala rasio. Skala rasio merupakan

skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran yang bisa

dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan bisa dibandingkan.

D. Media Leaflet

1. Defenisi Media Leaflet

Leaflet ialah media cetak berbentuk selembaran yang memiliki fungsi

untuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran

yang dilipat. Isi infromasi dapat dalam kalimat maupun gambar, atau

kombinasi. Lembaran leaflet hanya dilipat kemudian diberi desain yang

menarik dan menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh

pembaca. Leaflet umumnya digunakan sebagai media promosi, baik berupa

barang, produk atau jasa. Leaflet biasanya terdiri dari tiga sampai empat lipatan

dalam selembarnya. Jumlah lipatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan

yang diinginkan (Jatmika et al., 2019).

Pada umumnya penyampaian pendidikan kesehatan yang

menggunakanceramah akan dibarengi dengan pemberian leaflet, dimana leaflet

tersebut berisipesan-pesan yang diberikan saat pendidikan kesehatan


35

menggunakan ceramah. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan

singkat tentang suatu masalah seperti masalah wasting. Ukuran leaflet biasanya

20 x 30 cm yang berisi tulisan 200-400 kata dan disajikansecara berlipat. Isi

yang ada didalam leaflet harus dapat dibaca sekali pandang. Leaflet

dapatdiberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan

seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.

Leaflet dapat dibuat sendiri denganperbanyakan sederhana (Siregar, 2020).

Sebelum menyampaikan promosi kesehatan menggunakan media

leaflet maka terdapatbeberapa hal yang harus di perhatikan dalam membuat

leaflet yaitu :

a. Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai

b. Tulisan yang terdapat didalam leaflet dan tujuan pembuatanleaflet

c. Tentukan isi singkat hal-hal yang ingin ditulis dalam leaflet

d. Kumpulkan tentang subjek yang akan disampaikan

e. Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya

bagaimana bentuk tulisan gambar serta tata letaknya

f. Buatkan konsepnya

2. Kelebihan Media Leaflet

Media Leaflet memudahkan pemberian materi atau informasi baik

berupa gambar atau penjelasan dalam bentuk kata-kata. Kelebihan lain dari

media Leafletantara lain adalah (Jatmika et al., 2019) (Siregar, 2020):

a. Mudah dibawa kemanapun dan dimanapun


36

b. Biaya produksi relatif terjangkau

c. Dapat disimpan lama

d. Merupakan media promosi yang memiliki desain yang menarik dan unik

e. klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri

f. Media leaflet dapat mempermudah masyarakat untuk mengingatkembali

tentang hal-hal yang telah diajarkan atau dikomunikasika

g. Dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan

secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki

h. Mudah disesuaikan dengankelompok sasaran. sasaran dapat menyesuaikan

dan belajar mandiri

i. Praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat.

j. Sangat efektif untuk memperkenalkan ide-ide barukepada orang banyak.

3. Kekurangan Media Leaflet

Kekurangan dari menggunakan media Leafletadalah(Jatmika et al.,

2019) (Siregar, 2020):

a. Membutuhkan tempat penyimpanan yang khusus

b. Membutuhkan keterampilan untuk membuatnya

c. Membutuhkan keahlian mendesain atau menggambar

d. Bila cetakannya tidakmenarik, orang enggan menyimpannya.

e. Kebanyakan orang enggan membacanya apabila hurufnya terlalu kecil dan

susunannya tidak menarik.


37

f. Dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan

klien dalam membaca dan mengunakan materi

g. Leaflet tidak bisadigunakan oleh individu yang kurang lancar membaca atau

buta huruf.

4. Pengukuran Media Leaflet

Dalam penelitian ini, pengukuran media leaflet dilakukan dengan

wawancara dengan alat ukurnya media leaflet. Untuk melihat keefektifan dari

media leaflet tersebut dapat diketahui dengan melihat hasil ukur pengetahuan

responden menggunakan pengukuran memusat pada nilai mean atau nilai rata-

rata. Melihat nilai mean atau rata-rata pengetahuan responden sebelum dan

sesudah diberikannya media leaflet tentang topik penelitian. Adapun skala

ukur yang digunakan adalah nominal. Skala ukur nominal bertujuan untuk

mengidentifikasi dan menghitung obyek dan subyek untuk diklasifikasikan

dalam suatu kategori. Kategori skala nominal menunjukkan suatu urutan atau

jarak serta dapat mengelompokkan beberapa hal dalam suatu kategori

kelompok.
38

E. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat diambil kerangka teoritis

penelitian ini yaitu sebagai berikut :


Upaya
Kesehatan Edukasi Kesehatan tentang wasting
menggunakan media informasi
(Media Leaflet)

Dampak
Status Balita Gizi Kurus
(Wasting)

Penyakit Infeksi Konsumsi Makanan


Faktor
Langsung

Tidak cukup Pola asuh anak Sanitasi dan air


ketersediaan pangan tidak memadai bersih/ yankes dasar
tidak memadai

Kurang Pendidikan, Kurang Pengetahuan, dan


Kurang Keterampilan Ibu

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Kerangka Teori Penyebab Wasting (gizi kurus)
(UNICEF 1998, WNPG 2004, dalam Palupi. MP 2012
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:


Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan tentang variabel-variabel
yang di alami atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu
konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung di amati atau di
ukur. Konsep hanya dapat di amati atau di ukur melalui konsrak atau yang telah di
kenal dengan variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukan
nilai atau bilangan dari konsep ( Notoadmojo,2012 ) untuk lebih jelasnya kerangka
konsep penelitian ini dapat dilihat dari gambar 3.1 berikut :

Pre-Test Intervensi Post-test

Pengetahuan Pengetahuan
sebelum setelah

Intevensi Leaflet

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

39
40

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Cara Alat Hasil Skala


Operasioanal Ukur Ukur Ukur Ukur

1. Pengeta- Kemampuan responden wawancara Kuesio-ner Skor Rasio


huan untuk menyebutkan pengetahua
terhadap serta menguraikan: n sebelum
wasting a. Defenisi wasting dan
b. Manifestasi Klinis sesudah
dan Dampak
Wasting
c. Cara pengukuran
wasting
d. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
wasting
e. Upaya pencegahan
wasting
f. Masalah gizi
g. Makanan gizi
seimbang
h. Pesan gizi seimbang
i. Jenis makanan
yang baik
diberikan kepada
anak

2. Media Leaflet adalah media Responden Leaflet Diberikan Nominal


leaflet cetak berbentuk Menbaca media
tentang selembaran yang dilipat Leaflet leaflet
wasting dan digunakan untuk tentang
gizi menyampaikan wasting
seimbang informasi tentang dan gizi
wasting dan gizi seimbang
seimbang
41

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Terdapat pengaruh penggunaan media leaflet dalam upaya peningkatan


pengetahuan ibu balita tentang wasting diwilayah kerja pustu Solok
Ambah
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan

eksprerimental dengan rancangan Quasi Experimental design dalam bentuk One-

Group Pretest-Posttest Design. Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat

keefektifan media leafletyang sesuai dengan kebutuhan dalam meningkatkan

pengetahuan ibu tentang upaya mencegah wasting pada balita.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja pustu Solok Ambah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada 8 November 2022 sampai dengan 1Agustus 2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang memiliki

anak wasting di wilayah kerja pustu Solok Ambah yaitu berjumlah 46 orang.

42
43

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling. Totalsampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan jumlah populasi. Alasan mengambil total sampling karena

populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 orang, Sehingga sampel dalam

penelitian ini adalah 46 orang.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Kriteria Inklusi

a) Ibu yang memiliki anak balita di wilayah kerja pustu Solok Ambah

b) Ibu yang bersedia diteliti dan mengikuti prosedur penelitian

c) Ibu yang bisa membaca

2) Kriteria Eksklusi

a) Ibu yang sedang dalam keadaan sakit

b) Ibu yang tidak berada di tempat saat dilakukannya penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan

kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan

serangkaian pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2017). Peneliti membagikan kuesioner secara langsung kepada responden

penelitian. Data yang dikumpulkan untuk melihat hasil Pre-Test pengetahuan ibu
44

tentang wasting sebelum intervensi media leafletdan hasil Post-Test pengetahuan

ibutentang wasting setelah diberikan intervensi media leaflet.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Sijunjung

b. Setelah mendapatkan izin penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Sijunjung, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada

Puskesmas Sijunjung

c. Setelah mendapatkan izin dari Puskesmas Sijunjung, peneliti meminta izin

kepada Pemda Nagari Solok Ambah yang dijadikan lahan penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

1. Pre-Test

Peneliti membagikan kuesioner sebagai Pre-Test pada sasaran yang

bersedia menjadi responden untuk ditanda tangani pada lembar Informed

consent (persetujuan menjadi responden penelitian) kemudian mengisi

kuesioner sesuai petunjuk. Hasil Pre-Test digunakan untuk mengetahui rata-

rata pengetahuan responden sebelum diberikan media leaflet tentang wasting.

2. Intervensi

Setelah mendapatkan informasi tentang pengetahaunresponden tentang

wating, Peneliti lalu memberikan intervensi berupa media leaflet pada sasaran.
45

Peneliti menjelaskan kegunaan dan informasi apa saja yang terdapat dalam

media tersebut. Peneliti melakukan sebanyak 2 kali intervensi.

3. Post-Test

Setelah dilakukan Intervensi, peneliti memberikan kuesioner Post-Test

untuk diisi oleh responden. Hasil Post-Test digunakan untuk mengetahui rata-

rata pengetahuan responden setelah diberikan media leaflet tentang wasting

dan mengetahui keefektifan dari media leaflet tersebut dalam upaya

peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting.

F. Pengolahan dan analisis data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan,

antara lain adalah :

1) Pengecekan data (Editing), dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan

isian instrumen penelitian (kuesioner).

2) Pengkodean data (Coding), dilakukan untuk mengubah data berbentuk

kalimat menjadi angka. Pada kuesioner pengetahuan, peneliti

memberikan skor 1 untuk pertanyaan yang benar dan skor 0 untuk

pertanyaan yang salah.

3) Pemasukan data (Data Entry), dilakukan untuk memasukkan jawaban-

jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode

(angka) ke dalam program atau software SPSS.


46

4) Pembersihan data (Cleaning), dilakukan untuk melakukan pengecekan

kembali kepada data dari setiap sumber data atau responden untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode dan

ketidaklengkapan yang kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

masing-masing variabel penelitian. Analisa data ini menyajikan nilai

statistic meliputi nilai minimum, nilai maksimum dan nilai rata-rata

(mean).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalis hubungan antara

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam

membuktikan hipotesis peneliti menggunakan pairet T-Test. Derajat

kepercayaan dalam penelitian ini adalah 95% (α = 0,05). Jika p-value <

0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat efektivitas penggunaan media

leaflet dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting

diwilayah kerja pustu Solok Ambah. Jika p-value > 0,05 maka Ho

diterima, artinya tidak terdapat efektivitas penggunaan media leaflet

dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting

diwilayah kerja pustu Solok Ambah.


BAB V
HASIL PENELITIAN

A.Gambaran umum lokasi penelitian

Puskesmas Sijunjung Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung, merupakan

Puskesmas perkotaan milik Pemerintah Kabupaten Sijunjung yang jarak nya 14 KM

dari Ibukota Kabupaten Muaro Sijunjung. Secara Geografis Puskesmas Sijunjung

terletak di wilayah Kecamatan Sijunjung, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut

a. Sebelah Utara dengan Kabupataen Tanah Datar dan Kabupaten 50 Kota

b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Dharmasraya

c. Sebelah Barat Dengan Kabupate Solok

d. Sebelah Timur dengan Kabupaten Kuantan singingi, Provinsi Riau

Puskesmas Sijunjung memiliki beberapa Pelayanan seperti UGD 24 Jam,

Rawat Inap, Poned, Poli Umum, Poli Lansia, Poli Mata, Poli Anak, Poli KIA &

KB, Poli Gigi, Imunisasi, Kefarmasian, Konseling Gizi, PTM, Kesling, Gigi,

Remaja, Penunjang Laboratorium.Peneliti mengunakan karakteristik responden

yaitu nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan.

47
48

B.Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Balita diWilayah Kerja
Pustu Solok Ambah Tahun 2022
Karakteristik F %
Umur 20-30 18 39,1
31-40 28 60,9
Pendidikan SMP 31 67,4
SMA 13 28,3
Perguruan Tinggi 2 4,3
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 43 93,5
Pedagang 3 6,5
Jumlah 46 100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam

penelitian ini adalah berumur 28 tahun sebesar 60,9%. Dengan pendidikan terakhir

Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 31 (67,4%) dan mayoritas

responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 43 (93,5%).

C. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan penelitian kepada 46

responden tentang upaya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting

diwilayah kerja pustu Solok Ambah diperoleh data sebagai berikut:


49

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik dari masing-masing variabel yang diteliti.

a. Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum diberikan Media Leaflet

Tabel 5.2
Rata-Rata Pengetahuan Responden Sebelum
diberikan Media Leaflet
N Min Max Mean
Pengetahuan
sebelum pemberian 46 5 15 10,54
media Leaflet
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa nilai pengetahuan

responden sebelum diberikan leaflet adalah dengan nilai minimal 5, nilai

maksimal 15 dan nilai mean 10,15.

b. Rata-rata Pengetahuan Responden Sesudah diberikan Media Leaflet

Tabel 5.3
Rata-Rata Pengetahuan Responden Sesudah
diberikan Media Leaflet
N Min Max Mean
Pengetahuan setelah
pemberian media 46 10 18 14,11
Leaflet
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai pengetahuan

responden sebelum diberikan leaflet adalah dengan nilai minimal 10, nilai

maksimal 18 dan nilai mean 14,11.


50

2. Analisis Bivariat

Bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunan

media leaflet dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang

wasting diwilayah kerja pustu solok ambah kecamatan sijunjung kabupaten

sijunjung tahun 2023.

Tabel 5.4
Penggaruh Media Leaflet dalam Upaya Peningkatan
Pengetahuan Ibu Balita tentang Wasting

n Mean P-Value
Pengetahuan sebelum 46 10,54
pemberian media Leaflet
0,00
Pengetahuan setelah pemberian 46 14,11
media Leaflet
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa diperoleh nilai P-Value

sebesar 0,00, jika P-Value < 0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh

penggunaan media leaflet dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu balita

tentang wasting diwilayah kerja pustu Solok Ambah.


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum diberikan Media Leaflet

Nilai pengetahuan responden sebelum diberikan leaflet adalah dengan

nilai minimal 5, nilai maksimal 15 dan nilai mean 11,54. Rata-rata

pengetahuan responden sebelum diberikan intervensi masih rendah. Hal ini

disebabkan karena responden belum mengetahui tentang wasting secara

menyeluruh dan belum pernah mendapatkan informasi tentang wasting. Jika

hal ini terus terjadi maka akan semakin meningkat angka kejadian wasting di

masyarakat.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan sebagai upaya preventif kejadian

wasting adalah dengan melakukan edukasi gizi kepada ibu balita. Pemberian

edukasi ditujukan untuk merubah perilaku (Kemenkes Rl, 2020). Perubahan

perilaku diawali dengan adanya perubahan pengetahuan. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan mausia diperoleh melalu mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

52
53

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosiana, dkk Tahun 2022

tentang Edukasi Gizi dan Peningkatan Keterampilan dalam Mempersiapkan

Makanan Bergizi Seimbang bagi Ibu Balita Wasting. Hasil pre dan post test

setelah diadakan edukasi gizi pengetahuan ibuibu memenuhi kriteria skor

awal 38% menjadi 64%, keterampilan pengolahan bahan makanan dan

penyediaan menu sehat gizi seimbang dari 30 sampel dibuat menjadi 10

kelompok dalam mengikuti lomba, hanya 3 kelompok yang memenuhi kriteria

penilaian berupa (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral), warna,

tektur dan penampilan. Evaluasi dengan melakukan penimbangan berat badan

balita sebanyak 30 orang dengan hasil dimana sebelum dilakukan edukasi

berat badan minimal 3.8 kg maksimal 16.3 kg dengan rata-rata 9.33 kg,

setelah dilakukan edukasi berat badan minimal balita 4 kg dan maksimal 16.5

kg dengan rata-rata 9.72 kg. Sehingga Para pelaksana pengabdian diharapkan

dapat lebih kreatif dan berkesinambungan dalam memberikan informasi, ilmu

dan materi terbaru (up to date) untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan sehingga berat badan balita dapat ditingkatkan (Rosiana, 2022).

Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian terlihat bahwa pengetahuan

ibu sebelum diberikan intervesi masih rendah. Hal ini dilatarbelakangi oleh

pendidikan ibu yang rendah. Pendidikan orang tua ini sangat penting dalam

status gizi serta tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik

orang tua dapat menerima informasi – informasi dari luar tentang kesehatan

dengan baik, seperti cara pengasuhan anak, gizi maupun cara memberi makan
54

pada anak. Dengan kurangnya pengetahuan ibu tersebut, sehingga ibu tidak

memahami bagaimana cara menyusun menu makanan, mengolah makanan,

waktu makan, serta cara memberikan makanan yang baik dan benar. Maka

dari itu peneliti berharap setelah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan

media leaflet ini bisa menambah pengetahuan ibu tentang bagaimana cara

mengatasi wasting ini.

2. Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum diberikan Media Leaflet

Nilai pengetahuan responden sebelum diberikan leaflet adalah dengan

nilai minimal 10, nilai maksimal 18 dan nilai mean 14,11. Pada penelitian ini

terjadi peningkatan pengetahuan responden. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Budiarti Tahun 2023 tentang efektivitas media

edukasi leaflet dan stiker terhadap pola pemberian makanan pada anak

stunting yang hasilnya menyatakan bahwa terjadi perubahan pengetahuan

setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet (Budiarti,

2023).

Setelah dilakukan posttest, diperoleh hasil rata-rata pengetahuan

responden yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum diberikan media

edukasi kesehatan. Pada kuesioner, responden sudah mampu menjawab

dengan benar hampir keseluruhan pertanyaan, namun masih ada beberapa

responden yang menjawab tidak benar. Berdasarkan hal ini, dapat dilihat
55

bahwa media leaflet dapat meningkatkan pengetahuan seseorang karena berisi

inti-inti materi yang dibutuhkan oleh responden.

Perubahan perilaku didahului oleh perubahan pengetahuan, adanya

perubahan pengetahuan pada seseorang terjadi ketika seseorang tersebut

mengetahui manfaat dari perubahan perilaku yang dilakukan. Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Proses perubahan perilaku terjadi dalam beberapa

tahapan antara lain adalah Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui stimulus terlebih dahulu, Interest yakni

orang mulai tertarik kepada stimulus, Evaluation yakni menimbang-nimbang

baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial yakni orang telah mulai

mencoba perilaku baru, Adoption yakni seseorang telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

(Notoatmodjo, 2014).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Goa, dkk.

Tahun 2022 tentang Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi

Dengan Perawatan Balita Kurus (Wasting). Berdasarkan hasil uji statistik

menggunakan Spearman Rho, diperoleh hasil p-value (0,003) yang berarti

nilai p lebih kecil dari a (0,005) artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu

tentang status gizi dengan perawatan balita kurus (wasting). Dimana,

meskipun pengetahuan bukan merupakan faktor langsung yang

mempengaruhi status gizi pada balita namun pengetahuan gizi memiliki peran
56

penting tentang kesehatan dan berbagai masalah yang akan timbul sehingga

dapat dicari pemecahannya.

Menurut asumsi peneliti untuk menambah pengetahuan serta wawasan

tidak perlu di tempat – tempat formal, bahkan dimana saja bisa diperoleh,

apalagi sekarang zaman sudah semakin canggih, ibu dapat menerima

informasi baik dari Hp, TV, dll. Ini tergantung pada keinginan ibu untuk

mencari informasi – informasi tentang kesehatan, khusunya tentang masalah

wasting. Dengan dilakukan penelitian berupa penyuluhan dengan media

leaflet ini oleh peneliti, berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada ibu

balita terdapat peningkatan nilai rata – rata pengetahuan ibu balita sebelum

dan setelah diberikan intervensi tersebut. Sehingga peneliti menyimpulkan

salah satu media yang efektif dalam peningkatan pengetahuan ini yaitu

dengan memberikan edukasi dengan leaflet. Karena media leaflet yang

diberikan kepada responden dapat dibawa kemana saja, dibaca kapan saja, dan

berisi inti materi. Hal ini memungkinkan responden lebih mudah mengingat

hal-hal yang diajarkan karena responden dapat membaca isi leaflet berulang-

ulang.

B. Analisis Bivariat

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh

bahwa nilai pengetahuan responden sebelum diberikan leaflet adalah 10,54

sedangkan pengetahuan responden setelah diberikan media leaflet adalah 14,


57

11. Terdapat selisih nilai sebelum dan sesudah sebesar 3,57. Berdasarkan

analisa bivariat diperoleh bahwa media leaflet berpenggaruh dalam upaya

peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting diwilayah kerja pustu

Solok Ambah.

Pengetahuan merupakan domain pertama dari perilaku. Semakin baik

pengetahuan seseorang maka semakin baik juga perilakunya terhadap kesehatan

(Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber salah

satunya adalah dari media edukasi cetak seperti leaflet. Leaflet merupakan

selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, padat,

mudah dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana. Beberapa

keuntungannya yaitu dapat disimpan lama, sebagai referensi, jangkauan dapat

jauh, membantu media lain, isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan

diskusi (Agustini, 2019).

Media Leaflet memudahkan pemberian materi atau informasi baik berupa

gambar atau penjelasan dalam bentuk kata-kata. Kelebihan lain dari media

dapat disimpan lama, sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri,

mempermudah masyarakat untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah

diajarkan atau dikomunikasikan serta dapat memberikan informasi yang detail

yang mana tidak dapat diberikan secara lisan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Telisa, dkk.

pada Tahun 2022 tentang Pencegahan & Asuhan Gizi Balita Wasting. Adapun

hasil pre dan posttest terkait pengetahuan gizi terkait wasting dan asuhan gizi
58

rata-rata nilai pengetahuan 56 menjadi 69 hal ini menggambarkan pengetahuan

ibu-ibu balita sebagian besar sudah baik akan tetapi anak-anak mereka dengan

status gizi wasting hal tersebut dikarenakan antara lain: kurang usaha untuk

Memberikan makanan terutama frekuensi makan (porsi kecil tapi sering), ibu

mempunyai anak balita lebih dari satu, ibu memang kurang motivasi, ibu

beralasan memang makanan tidak tersedia di rumah karena kondisi ekonomi

keluarga kurangmemenuhi kebutuhan untuk makan sehari-hari. Sehingga

diharapkan pada pihak Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya untuk

mengadakan kegiatan rutin serupa di setiap kegiatan posyandu tiap bulanya

agar para ibu-ibu balita termotivasi untuk memberikan makanan balita mereka

yang terbaik sehingga tidak ada lagi balita wasting di daerah tersebut.

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa

ada peningkatan pengetahuan ibu tentang wasting setelah diberkan penyuluhan

dengan menggunakan media leaflet tersebut. Dengan telah diberikan informasi

– informasi tentang wasting ini diharapkan pada ibu balita untuk menerapkan di

rumah terhadap apa yang telah dia ketahui tentang wasting. Agar anak balita

dapat tumbuh kembang sesuain dengan normalnya. Karena apabila anak

mengalami wasting dapat mengakibatkan balita berisiko mengalami

ketertinggalan tumbuh kembang secara jangka panjang, menurunkan

kecerdasan, produktifitas dan kreatifitas. Seta anak yang mengalami masalah

wasting, tidak teridentifikasi dan tidak ditangani secara cepat maka anak

tersebut tidak akan mencapai pertumbuhan yang maksimal. Maka dengan


59

adanya peningkatan pengetahuan ibu setelah diberikan media leaflet ini

diharapkan agar dapat meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

untuk mencegah anak agar tidak menjadi wasting.


60

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian dan pembahasan tentang

pengaruh media leaflet dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang

wasting diwilayah kerja pustu Solok Ambah, dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata pengetahuan ibu balita tentang wasting sebelum diberikan media

leaflet diwilayah kerja pustu Solok Ambah adalah 11,54.

2. Rata-rata pengetahuan ibu balita tentang wasting sesudah diberikan media

leaflet diwilayah kerja pustu Solok Ambah adalah 14,11.

3. Media leaflet Pengaruh dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu balita

tentang wasting diwilayah kerja pustu Solok Ambah, dengan nilai p-value

0,000

B. Saran

1. Bagi Ibu yang mempunyai balita wasting


Diharapkan pada ibu yang mempunyai balita wasting untuk menambah

pengetahuan dari media leaflet,media cetak maupun media lainya serta dapat

dijadikan referensi tentang upaya pencegahan kejadian wasting pada balita.

2. Bagi Puskesmas Sijunjung

Puskesmas diharapkan tetap mempertahankan dan meningkatkan

program kesehatan yang sudah ada terutama dalam upaya pencegahan wasting
61

pada balita. Mengadakan kelas ibu balita secara rutin agar ibu mendapatkan

informasi yang lebih banyak lagi mengenai wasting pada balita dan

memberikan PMT pada balita yang wasting, sehingga merubah prilaku dan

sikap orang tua balita wasting menjadi lebih baik lagi kedepannya.

3. Bagi institusi pendidikan

penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi referensi bagi

Program Sarjanan Kebidanan terkait pengaruh penggunaan media leaflet

dalam upaya peningkatan pengetahuan pada ibu balita tentang wasting.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini

dengan metode penelitian yang berbeda, variabel yang berbeda, jumlah

populasi dan sampel yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil yang lebih

baik. Mengembangkan media leaflet serta media edukasi lainnya dalam

upaya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang wasting.


DAFTAR PUSTAKA

Agedew, E. & Shimeles, A. (2016). Acute undernutrition (Wasting) and Associated


Factors among Children aged 6-23 Months in Kemba Woreda, Southern
Ethiopia : A community based Cross-Sectional Study. Int. J. Nutr. Sci. Food
Technol.
Agustini, A. (2019). Promosi Kesehatan. Grup Penerbit CV Budi Utama.
Alqustar, A. and Listiowati, E. (2014). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Ekonomi
Orang Tua dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Kraton, Yogyakarta.
Brown, J. E. (n.d.). Nutrition Through the Life Cycle.
Dinkes Provinsi Sumbar. (2022). Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat.
Dinkes Sijunjung. (2022). Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut
Tinggi Badan. Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung.
Direktorat Kesehatan Departmen Kesehatan Keluarga. (2016). Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Bakti Husada,
59.
Dwi Susilowati, M. K. (2016). Promosi Kesehatan. Pusdik SDM Kesehatan.
Farida, dkk. (2020). Pengaruh Penyuluhan Gizi Seimbang Balita dengan Media
Leaflet Terhadap pengatahuan Ibu. 5.
Filayeti, A. N. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Stunting.
Repository.Uinjkt.Ac.Id, 124–130.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/49134
Goa, dkk. 2022. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS
GIZI DENGAN PERAWATAN BALITA KURUS (WASTING). Fakultas
Kesehatan Universitas Citra BangsaKupang
Hendrayati, Amir, A., & Darmawati. (2014). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Wasting Pada. Media Gizi Pangan, XV(1).
Indriawati, R. & S. (2015). Hubungan Konsumsi Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas
Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia 11-13 Tahun.
Jatmika, septian emma dwi, Maulana, M., Kuntoro, & Martini, S. (2019).
Pengembangan Media Promosi Kesehatan. In Buku Ajar. Penerbit K-Media.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019. Kemenkes RI.
Kemenkes Rl. (2014). Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, Dan Gangguan
Tumbuh Kembang Anak. Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes Rl. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. In Buku saku
pemantauan status gizi tahun 2017. Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrerian Kesehatan.
Kemenkes Rl. (2020). Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita di
Layanan Rawat Jalan Bagi Tenaga Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes Rl. (2022). Kamus Kementrian Kesehatan (Pengertian Wasting).
https://www.kemkes.go.id/index.php?txtKeyword=balita&act=search-by-
map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C-ALL=1
Layla, R. A. P. tambunan. (2017). Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Wasting pada
Balita Melalui Analisis Mix Methods di Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018.
22–52.
Ludya, dkk. (2019). Pengaruh Media Leaflet Mengenai Gizi Balita Terhadap
Pengetahuan Ibu di Desa Gunung Sari Kecamatan Pamijahan Kabupaten
Bogor. 2(3).
Majestika, S. (2018). Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi. UNY Press.
Mgongo, M. (2017). Underweight , Stunting and Wasting among Children in
Kilimanjaro Region , Tanzania ; a Population-Based Cross-Sectional Study. Int.
J. Environ. Res. Public Healt.
Misrina & Salmiati. (2021). Analisis Penyuluhan Menggunakan Leaflet Terhadap
Pengetahuan Ibu Tentang Stunting Pada Balita di Desa Cot Puuk Kecamatan
Gandapura Kabupaten Bireuen. 7(2).
Notoadmodjo. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Notoadmodjo, S. (2021). Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan. In Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Puspitasari, A. G. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemenuhan Gizi
Seimbang Anak dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler) di Posyandu
Desa Ngliliran Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan.
Putri, D. S. K. & Wahyono, T. Y. M. (2014). Faktor Langsung dan Tidak Langsung
yang Berhubungan dengan Kejadian Wasting pada Anak Umur 6 – 59 Bulan Di
Indonesia Tahun 2010. Media Peneliti Dan Pengemb. Kesehatan.
Putri, Rona Firmana., Delmi Sulastri., Y. L. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2018). Study Guide -
Stunting dan Upaya Pencegahannya. In Hadianor (Ed.), Buku stunting dan
upaya pencegahannya.
Rahman, A. (2016). Significant Risk Factors for Childhood Malnutrition: Evidence
from an Asian Developing Country. Public Heal.
Rosiana, dkk. 2022. Edukasi Gizi dan Peningkatan Keterampilan dalam
Mempersiapkan Makanan Bergizi Seimbang bagi Ibu Balita Wasting. Poltekkes
Kemenkes Palembang
Salamah, M. dan R. N. (2021). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Surian. Jurnal Ilmiah : J-HESTECH,
4(1), 43–56. http://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/jhest
Siregar, P. A. (2020). Diktat Dasar Promkes. In Buku Ajar Promosi Kesehatan.
Sri. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita dengan Status
Gizi Balita di Desa Jelat Kecamatan Baregbeg Tahun 2020.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Sutopo (Ed.)).
Alfabeta.
Tambunan, A. D. (2019). Analisis Faktor Risiko Wasting Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur.
Telisa, dkk. 2022. Pencegahan & Asuhan Gizi Balita Wasting. Poltekkes Kemenkes
Palembang
Tomkins, A. & Watson, F. (2019). Malnutrition and Infection − A review − Nutrition
policy discussion paper No. 5. Nutrition UNITED NATIONS.
UNICEF. (2014a). Mengatasi beban ganda malnutrisi di Indonesia.
https://www.unicef.org/indonesia/id/nutrisi
UNICEF. (2014b). UNICEF’s approach to scaling up nutrition for mothers and their
children.
UNICEF. (2017). Levels and Trends In Child Malnutrition.
Utari. (2021). Pengaruh Media Vidio pada Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Ibu Tentang Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Harapan
Kecamatan Ulok Kupai Tahun 2021.
Wahyuni, C. (2018). Panduan Lengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun.
World Health Organization. (2019). Joint Child Malnutrition Estimates: Levels and
Trends in Child malnutrition2018. Unicef/WHO/The World Bank.
Yuliawati, D. (2017). Status Gizi Balita. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
2016.
Lampiran 1

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : Akta Amalia
NIM : 2115303336
Saya adalah mahasiswi Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kesehatan
Universitas Fort DeKock Bukittinggi yang sedang melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Media LeafletDalam Upaya Peningkatan Pengetahuan
Ibu Balita Tentang Wasting Diwilayah Kerja Pustu Solok Ambah”. Mohon
kesediaan Saudara untuk menjadi responden penelitian ini. Saudara dapat menjawab
pertanyaan ini apa adanya sesuai dengan kondisi yang Saudara alami. Informasi yang
Saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian ini. Atas partispasi dan waktu yang diberikan Saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Peneliti
Lampiran 2

FORMAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca penjelasan pada lembaran pertama, saya mengerti bahwa


penelitian ini tidak berakibat buruk pada saya serta identitas dan informasi yang saya
berikan dijaga kerahasiaannya dan betul-betul hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Maka saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan
oleh mahasiswi Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas
Fort DeKock Bukittinggi yang bernama Akta Amalia dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Media LeafletDalam Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita
Tentang Wasting Diwilayah Kerja Pustu Solok Ambah”. Saya berjanji akan
menjawab pertanyaan ini apa adanya sesuai dengan kondisi yang saya alami.

Bukittinggi, Juli 2023


Responden

(……………………………….)
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET
DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU BALITA
TENTANG WASTING DIWILAYAH KERJA PUSTU SOLOK AMBAH

A. IdentitasResponden
1. Nama/inisial : No Responden:
2. Pendidikan Terakhir :
3. Pekerjaan :
B. Kuesioner Pengetahuan
1. Petunjuk Pengisian
a. Bacalah setiap item pertanyaan dan alternatif jawaban dengan teliti
b. Silangi hanya 1 jawaban yang dianggap paling benar
c. Hal-hal yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada peneliti
2. Pertanyaan

1. Apakah yang dimaksud dengan wasting ?


a. Kurangnya berat badan terhadap umur sehingga tubuh tidak
(0)
seimbang
b. Kurangnya berat badan terhadap tinggi badan sehingga tubuh
(1)
tidak seimbang
c. Kurangnya berat badan terhadap jenis kelamin sehingga tubuh
(0)
tidak seimbang
d. Kurangnya berat badan terhadap ukuran normal sehingga tubuh
(0)
tidak seimbang

2. Wasting diakibatkan oleh?


a. Gangguan fungsi jantung (0)
b. Gangguan fungsi ginjal (0)
c. Gangguan pada otak (0)
d. Gangguan nafsu makan (1)
3. Dampak dari wasting, kecuali ?
a. Anak rentan terhadap penyakit (0)
b. Penurunan daya ekplorasi terhadap lingkungan (0)
c. Meningkatkan resiko kematian pada anak (0)
d. Meningkatnya kekelaban tubuh anak (1)

4. Bagaimana cara mengetahui anak mengalami wasting?


a. Membandingkan berat badan anak dengan berat badan normal (0)
b. Melihat postur tubuh anak (0)
c. Membandingkan berat badan dengan tinggi badan anak (1)
d. Memihat pergerakan anak (0)

5. Salah satu upaya pencegahan wasting yang dapat dilakukan adalah?


a. Membawa anak ke posyandu untuk bermain dengan anak
(0)
seumurannya
b. Membawa anak ke posyandu untuk ditimbang berat dan tinggi
(1)
badannya
c. Membawa anak ke posyandu untuk diberi makanan tambahan (0)
d. Membawa balita ke posyandu untuk memantau pertumbuhannya (0)

6. Yang termasuk upaya pencegahan wasting pada anak adalah ?


a. Memberikan makanan yang disukainya (0)
b. Memberikan porsi makan yang banyak kepada anak (0)
c. Memberikan anak makanan yang hanya sesuai kebutuhan gizinya (1)
d. Memberikan anak makanan yang sama dengan anggota keluarga
(0)
lainnya

7. Pemberian makanan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan?


a. Makanan kesukaan ibu (0)
b. Kemampuan ibu dalam memasak makanan (0)
c. Makanan kesukaan anak (0)
d. Usia dan kebutuhan gizi anak (1)

8. Berapa kali idealnya anak usia 12-24 bulan diberikan makan ?


a. 3-4 kali sehari (1)
b. 1 kali sehari (0)
c. 5-6 kali sehari (0)
d. 2 kali sehari (0)

9. Makanan seimbang terdiri dari?


a. Karbohidrat, protein, susu dan coklat (0)
b. Karbohidrat, protein, sayur dan buah (1)
c. Karbohidrat, protein, gandum dan vitamin (0)
d. Karbohidrat, protein, mineral dan susu (0)

10. Yang bukan termasuk faktor yang mempengaruhi kejadian wasting ?


a. Faktor genetik/ keturunan (1)
b. Faktor kesehatan lingkungan (0)
c. Faktor ekonomi (0)
d. Faktor pola asuh dan pemberian asi (0)

11. Penyakit infeksi yang beresiko terhadap kejadian wasting pada anak
adalah?
a. Sakit kepala (0)
b. Mata merah (0)
c. Deman dan Diare (1)
d. Diabetes mellitus (0)

12. Manakah pernyataan yang benar tentang dampak wasting?


a. Anak wasting memiliki kemampuan yang tinggi dalam belajar (0)
b. Anak wasting memiliki kemampuan konsentrasi tinggi (0)
c. Anak wasting memiliki kecerdasan tinggi (0)
d. Anak wasting memiliki kemampuan berfikir rendah (1)

13. Manakah pernyataan yang salah tentang dampak wasting?


a. Kurangnya rasa gembira pada anak (0)
b. Tingginya kekebalan tubuh anak (1)
c. Kemampuan berpikir anak yang rendah (0)
d. Anak memiliki resiko mudah terkena penyakit (0)

14. Manakah pernyataan yang paling benar mengenai sistem kekebalan tubuh
yang dimiliki anak wasting?
a. Anak wasting memiliki sistem kekabalan yang lebih baik dari
(0)
pada anak yang tidak wasting
b. Anak wasting memiliki sistem kekabalan yang sama baik dari
(0)
pada anak yang tidak wasting
c. Anak wasting memiliki sistem kekabalan yang sama dengan
(0)
orang tuanya
d. Anak wasting memiliki sistem kekabalan yang rentan terkena
(1)
infeksi dibandingkan dengan anak yang tidak wasting

15. Anak sebaiknya diberi makanan yang bevariasi dengan cara?


a. Mengganti menu makanan anak setiap hari (0)
b. Mengganti menu makanan anak pada setiap jadwal makan anak (1)
c. Memberikan makanan pokok dan makanan tambahan dalam satu
(0)
waktu
d. Memberikan makanan tambahan sebelum makanan pokok (0)

16. Manakah pernyataan dibawah ini yang paling benar mengenai tingkat
kematian dalam kondisi wasting?
a. Wasting menurunkan angka kematian (0)
b. Wasting meningkatkan angka kematian (1)
c. Wasting tidak menyebabkan kematian (0)
d. Wasting tidak berhubungan dengan angka kematian (0)

17. Apakah wasting termasuk faktor pengetahuan ibu?


a. Ya (0)
b. Tidak (1)
c. Mungkin saja (0)
d. Ragu-ragu (0)

18. Dibawah ini yang bukan bentuk pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
upaya pencegahan wasting adalah?
a. Imunisasi dasar lengkap (0)
b. Pemberian vitamin A (0)
c. Pemberian obat cacing (0)
d. Imunisasi campak (1)

19. Dibawah ini yang bukan bentuk perilaku dalam upaya pencegahan wasting
adalah?
a. Memantau tumbuh kembang anak (0)
b. Menerapkan perilaku hidup yang tidak sehat (0)
c. Memberikan anak makanan yang seimbang (1)
d. Memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti imunisasi (0)

Sumber. (Filayeti, 2019), (Utari, 2021)&(Layla, 2017)


Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok Bahasan : Wasting


2. Sub Pokok Bahasan : Wasting
3. Sasaran : Ibu Baduta
4. Waktu :-
5. Tempat :-
6. Pelaksana : Peneliti
7. Tujuan :
a. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan, ibu diharapkan dapat memahami
tentang wasting pada anak.
b. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, ibu diharapkan mampu :
a) Menyebutkan pengertian wasting
b) Menyebutkan dampakwasting
c) Menyebutkan cara pengukuranwasting
d) Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhiwasting
e) Menyebutkan upaya pencegahanwasting
8. Metode : Ceramah dan tanya jawab
9. Media : Leaflet
10. Materi :
a. Pengertian wasting
b. Dampakwasting
c. Cara pengukuranwasting
d. Faktor-faktor yang mempengaruhiwasting
e. Upaya pencegahanwasting
11. Skenario penyuluhan

No Kegiatan Penyuluhan Metode Media Waktu Kegiatan Sasaran


1. Pembukaan : Menjawab salam,
a. Perkenalan Ceramah - 2 menit mendengarkan dan
b. Tujuan memperhatikan
2. Materi 2 menit
a. Menjelaskan Ceramah Memperhatikan,
Leaflet
pengertian wasting mendengarkan,
memahami
b. Menjelaskan dampak 3 menit Memperhatikan,
wasting Ceramah Leaflet mendengarkan,
memahami
c. Menjelaskan cara 2 menit Memperhatikan,
pengukuran wasting Ceramah mendengarkan,
Leaflet
memahami

d. Menjelaskan faktor- 4 menit Memperhatikan,


fakor yang Ceramah mendengarkan,
Leaflet
mempengaruhi memahami
wasting
e. Menjelaskan upaya 3 menit Memperhatikan,
pencegahan wasting Ceramah mendengarkan,
Leaflet memahami

3. Penutup
a. Evaluasi Tanya - 5 menit Menjawab
jawab
b. Kesimpulan Tanya - 2 menit Mendengarkan dna
jawab memahami
c. Saran Tanya - 1 menit Mendengarkan
jawab
Total 24 Menit

12. Evaluasi :
a) Bentuk : Lisan
b) Prosedur : Langsung
13. Materi Penyuluhan
a. Pengertian Wasting
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan
sangat kurus (severely wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan
menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dengan ambang batas (Z-score) <-2 SD. 4 Wasting atau
kekurangan gizi akut, merupakan akibat dari penurunan berat badan yang
cepat atau kegagalan untuk menambah berat badan.
b. Dampak Wasting
Anak-anak yang terkena wasting memiliki berat badan kurang
dibandingkan dengan tinggi badannya. Akibatnya, anak dapat mengalami
hal-hal seperti berikut: Perlambatan gerak lambung dan penurunan sekresi
asam lambung, Atrofi dan fibrosis sel a sinar pancreas, Penurunan rata
filtrasi glomerulus dan aliran plasma pada ginjal, Anemia,
Trombositopenia, Berkurangnya volume jantung, Hilangnya kekuatan
otot-otot pernafasan, Atrofi mukosa usus halus, Penumpukan lemak dalam
hati, Hipoplasia sel penghasil eritrosit, Memudahkan infeksi tuberculosis,
bronchitis atau pneumonia, Penurunan daya eksplorasi terhadap
lingkungan, Peningkatan frekuensi menangis, Penurunan interaksi dengan
sesamanya, Kurangnya perasaan gembira, Cenderung menjadi apatis,
Gangguan kognitif, Penurunan prestasi belajar, Gangguan tingkah laku
dan Meningkatkan resiko kematian
c. Cara pengukuran Wasting
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui wasting, yaitu
1) Teknik antropometri (pengamatan keadaan fisik responden).
Antropometrik bertujuan untuk mendapatkan data status gizi dari
aneka ketidakseimbangan (pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh) antara asupan protein dengan energy. Salah satu
indikator antropometrik adalah tinggi badan dan berat badan dengan
menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).
2) Penulusuran rekam medis responden. Hal-hal yang perlu diselidiki
dari rekam medis ini adalah jenis obat yang pernah diberikan oleh
dokter dan penyakit apakah yang pernah diderita sebelumnya.
Penyelidikan terhadap penyakit tersebut termasuk berapa lama ia
terkena penyakit, gejala-gejala yang pernah dirasakan dan
diagnosisnya.
3) Pengamatan pola makan. Beberapa hal yang perlu diamati yaitu porsi
makan dan kualitas asupan makanannya, pola makanan di lingkungan
keluarga dan alergi terhadap makanan tertentu.
4) Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik adalah cara yang paling mudah
digunakan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami wasting
atau tidak. Tanda-tanda wasting yang harus diamati adalah: warna dan
keadaan rambut, warna dan keadaan wajah, warna dan keadaan mata,
keadaan bibir, warna dan keadaan lidah, keadaan gigi, warna dan
keadaan gusi, keadaan wajah, warna dan keadaan kuku, keadaan otot
sebelum dan pada saat digerakkan, keadaan jantung dan tekanan darah,
keadaan perut dan stabilitas tubuh dan kemampuan reflex.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wasting


1) Faktor langsung. Faktor penyebab langsung terdiri atas asupan
makanan dan penyakit terutama penyakit infeksi.Selama masa
pertumbuhannya, balita membutuhkan asupan makanan yang adekuat
diantaranya adalah asupan energi dan proteinnya.Penyakit infeksi
yang sering terjadi pada anak balita adalah demam, diare, dan infeksi
saluran pernafasan atas. Kekurangan gizi dapat meningkatkan risiko
infeksi, sedangkan infeksi dapat menyebabkan kekurangan gizi yang
mengarahkan ke lingkaran setan. Anak kurang gizi, mempunyai daya
tahan terhadap penyakitnya rendah, jatuh sakit, dan akan menjadi
semakin kurang gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk
melawan penyakit dan sebagainya.
2) Faktor Tidak Langsung
Faktor penentu status gizi anak secara tidak langsung,
dipengaruhi oleh tiga faktor penentu yang mewujudkan dirinya di
tingkat rumah tangga, meliputi ketersediaan pangan keluarga, pola
asuh dan pemberian ASI, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan. Pemberian ASI eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa
menambahakan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain. Penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa pemberian ASI
eksklusif hingga usia balita mencapai 6 bulan berkontribusi secara
signifikan untuk meningkatkan status gizi anak.
3) Faktor masalah utama
Faktor penentu gizi anak selanjutnya, dipengaruhi oleh faktor
masalah utama. Penyebab masalah utama gizi di level masyarakat
adalah kuantitas dan kualitas sumber daya potensial yang ada di
masyarakat misalnya: manusia, ekonomi, lingkungan, organisasi, dan
teknologi. Faktor kemiskinan, karakteristik keluarga, dan
sosiodemografi merupakan penyebab utama permasalahan gizi di
level masyarakat yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia di masyarakat.
4) Sosiodemografi
Adapun faktor sosiodemografi yang mempengaruhi
kejadian wasting adalah jenis kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan
Ibu, Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan
5) Faktor Masalah Dasar
Masalah dasar dari timbulnya masalah gizi adalah
ketidakmampuan pengelola negara dalam mengelola proses politik,
sehingga banyak menimbulkan penyalahgunaan wewenang, sehingga
pelaksanaan program pembangunan negara tidak sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar 1945, sehingga kesejahteraan umum
tidak dapat tercapai secara optimal.
e. Upaya Pencegahan Wasting
Prinsip pencegahan kekurangan gizi pada anak adalah:
memberikanasupan makanan sesuai dengan umur dan mencegahterjadinya
infeksi. Hal hal lain yang perlu dilakukan adalah:
1) Pembinaan secara aktif pada keluarga dan masyarakat dengan edukasi
tentangpola asuh yang benar pada anak, misalnya dengan menerapkan
pola makan sesuaidengan umur, pola hidup bersih dan sehat,
menerapkan higiene dan sanitasi yangbaik, memantau tumbuh
kembang anak (misalnya di posyandu dan pos penimbanganlainnya
seperti PAUD, BKB, atau di faskes), dengan membawa Buku KIA
yang juga dapatdigunakan sebagai media informasi untuk
keluarga/masyarakat.
2) Pemanfaatan pelayanan kesehatan, misalnya imunisasi dasar lengkap,
pemberianvitamin A dan obat cacing, tatalaksana balita sakit di tingkat
pelayanan dasar (MTBS)dan faskes rujukan sesuai standar, serta
SDIDTK.
3) Penapisan kekurangan gizi pada balita oleh kader/masyarakat melalui
pengukuran LiLA untuk menemukan balita dengan hambatan
pertumbuhan, gizi kurang atau giziburuk sedini mungkin. Kasus yang
ditemukan selanjutnya dirujuk ke petugas kesehatan.
4) Pemantapan peran lintas sektor dalam memberikan dukungan untuk
mencegahkekurangan gizi pada balita, misalnya aparat desa bekerja
sama dengan dinas peternakan/perikanan dan pertanian untuk
mewujudkan ketahanan pangan. Masyarakat dibinauntuk memelihara
ternak/sumber protein lainnya dan menanam sayuran/buah-
buahanuntuk meningkatkan ketersediaan kebutuhan pangan di tingkat
rumah tangga.

Lampiran
HASIL PENGOLAHAN DATA

ANALISA UNIVARIAT

UJI KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 22 1 2.2 2.2 2.2

23 2 4.3 4.3 6.5

26 4 8.7 8.7 15.2

27 1 2.2 2.2 17.4

28 5 10.9 10.9 28.3

29 2 4.3 4.3 32.6

30 3 6.5 6.5 39.1

31 4 8.7 8.7 47.8

32 3 6.5 6.5 54.3

33 4 8.7 8.7 63.0

34 2 4.3 4.3 67.4

35 6 13.0 13.0 80.4

36 2 4.3 4.3 84.8


37 1 2.2 2.2 87.0

38 3 6.5 6.5 93.5

39 3 6.5 6.5 100.0

Total 46 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 31 67.4 67.4 67.4

SMA 13 28.3 28.3 95.7

Perguruan Tinggi 2 4.3 4.3 100.0

Total 46 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 43 93.5 93.5 93.5

Pedagang 3 6.5 6.5 100.0

Total 46 100.0 100.0

ANALISA UNIVARIATE

ANALISA DESKRIPTIVE

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pengetahuan Sebelum
46 5 15 10.54 2.447
Diberikan Leaflet
Pengetahuan Setelah
46 10 18 14.11 2.068
Diberikan Leaflet
Valid N (listwise) 46

TESTS OF NORMALITY
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pengetahuan Sebelum
.139 46 .026 .957 46 .091
Diberikan Leaflet
Pengetahuan Setelah
.168 46 .002 .945 46 .030
Diberikan Leaflet
a. Lilliefors Significance Correction

UJI Paired Samples T -Test

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Pengetahuan Sebelum
10.54 46 2.447 .361
Diberikan Leaflet
Pengetahuan Setelah
14.11 46 2.068 .305
Diberikan Leaflet

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pengetahuan Sebelum
Diberikan Leaflet &
46 .858 .000
Pengetahuan Setelah
Diberikan Leaflet
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviati Error Difference
Mean on Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Pengetahuan
Sebelum
Diberikan
Leaflet -
-3.565 1.259 .186 -3.939 -3.191 -19.209 45 .000
Pengetahuan
Setelah
Diberikan
Leaflet

Anda mungkin juga menyukai