Anda di halaman 1dari 2

VALUES AND ATTITUDES (NILAI DAN SIKAP)

Setiap individu mungkin memiliki perbedaan secara signifikan dalam nilai dan sikap yang
mereka miliki. Perbedaan-perbedaan ini memengaruhi perilaku seorang pemimpin dan dan
para pengikutnya.

Instrumental and End Values


Value (nilai) merupakan cara pandang yang dianggap penting bagi setiap individu dan relatif
tidak berubah (stabil) dari waktu ke waktu, serta memiliki pengaruh pada sikap, persepsi,
perilaku dan kebiasaan. Nilai menyebabkan seseorang lebih suka untuk melakukan sesuatu
secara satu arah dibandingkan dengan cara lain. Apakah kita mengenalinya atau tidak, kita
terus-menerus menilai sesuatu, orang, atau gagasan dengan penilaian baik atau buruk,
menyenangkan atau tidak menyenangkan, etis atau tidak etis, dan sebagainya. Salah satu cara
untuk berpikir tentang nilai adalah dalam hal nilai instrumental dan nilai akhir. End Value,
disebut juga Terminal Value, adalah keyakinan tentang jenis tujuan atau hasil yang layak untuk
dicapai. Sebagai contoh, beberapa orang menghargai keamanan, kehidupan yang nyaman, dan
kesehatan yang baik di atas segalanya sebagai tujuan penting untuk diperjuangkan di dalam
kehidupan. Orang lain mungkin akan lebih menghargai pengakuan sosial, kesenangan, dan
kehidupan yang menyenangkan. Instrumental Value (nilai instrumental) adalah keyakinan
tentang jenis perilaku yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Nilai instrumental meliputi
hal-hal seperti membantu orang lain, jujur, atau menunjukkan keberanian. Meskipun setiap
orang memiliki nilai instrumental dan nilai akhir, setiap individu memiliki cara berbeda dalam
mengatur nilai menjadi prioritas, yang memberikan variasi luar biasa di antara orang-orang.
Memahami nilai-nilai sendiri dengan menjelaskan apa yang penting untuk kepemimpinan yang
efektif. Seorang pemimpin dapat mengidentifikasi dan memahami perbedaan setiap nilai untuk
meningkatkan komunikasi dan efektivitas.
Budaya nasional, perbedaan generasi, dan latar belakang keluarga dapat memengaruhi cara
orang dalam menilai orang lain. Misalnya, di Amerika Serikat, kemerdekaan sangat dihargai dan
diperkuat oleh banyak lembaga, termasuk sekolah, organisasi keagamaan, dan bisnis. Budaya-
budaya lain tidak terlalu menghargai independensi dan lebih banyak menganggap nilai sebagai
bagian dari komunitas yang terjalin erat. Orang yang lebih muda biasanya memiliki peringkat
keamanan keluarga yang lebih rendah daripada orang tua. Beberapa pemimpin mengutip orang
tua mereka sebagai sumber utama dari nilai-nilai yang mereka junjung tinggi. Nilai-nilai kita
umumnya cukup bagus pada awal masa dewasa, tetapi nilai-nilai seseorang juga dapat berubah
sepanjang hidupnya. Pembahasan ini mencerminkan bagaimana nilai-nilai dapat membentuk
tindakan seorang pemimpin di saat krisis telah berkembang dari waktu ke waktu. Nilai-nilai
dapat memengaruhi para pemimpin dan kepemimpinan dalam sejumlah cara. Untuk satu hal,
nilai-nilai memengaruhi bagaimana para pemimpin berhubungan dengan orang lain.
Seorang pemimpin yang menghargai ketaatan, kesesuaian, dan kesopanan mungkin akan
mengalami kesulitan saat memahami dan menghargai seorang pengikut yang mandiri, kreatif,
dan sedikit pemberontak. Nilai-nilai pribadi memengaruhi bagaimana para pemimpin
memahami peluang, situasi, dan masalah, serta keputusan yang mereka ambil sebagai respons
terhadapnya. Pertimbangkan keputusan yang dibuat Vern Clark sebagai Kepala Operasi
Angkatan Laut AS (CNO) dari tahun 2000 hingga pensiun pada 2005.
Seorang pemimpin seperti Admiral Vernon Clark yang memberi nilai tinggi dengan mendukung
pengikutnya, bersikap berani, dan membela apa yang orang yakini jauh lebih mungkin untuk
membuat keputusan yang mungkin tidak selalu populer tetapi ia percaya itu benar. Pemimpin
dapat lebih efektif ketika mereka mengklarifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan memahami
bagaimana nilai-nilai dapat mengarahkan tindakan mereka dan memengaruhi organisasi
mereka. Selain itu, bagi banyak organisasi saat ini, mengklarifikasi dan menyatakan nilai-nilai
perusahaan mereka, termasuk nilai-nilai etika, telah menjadi bagian penting dalam
mendefinisikan bagaimana organisasi beroperasi.

How Attitudes Affect Leadership (Bagaimana Sikap dapat Memengaruhi Kepemimpinan)


Nilai membantu menentukan sikap yang dimiliki oleh pemimpin tentang diri mereka sendiri dan
tentang pengikut mereka. Sikap adalah evaluasi — baik positif atau negatif — tentang orang,
peristiwa, atau hal-hal lain. Seperti yang dibahas sebelumnya, sikap optimis atau pandangan
hidup yang positif sering dianggap sebagai kunci untuk kepemimpinan yang sukses dan efektif.
Sikap seorang pemimpin terhadap pengikut memengaruhi bagaimana dia berhubungan dengan
orang-orang. Gaya setiap pemimpin didasarkan pada batas tertentu pada sikap tentang sifat
manusia pada umumnya — gagasan dan perasaan tentang apa yang memotivasi orang, apakah
orang pada dasarnya jujur dan dapat dipercaya, dan sejauh mana orang dapat tumbuh dan
berubah. Satu teori untuk menjelaskan perbedaan gaya dikembangkan oleh Douglas McGregor,
berdasarkan pengalamannya sebagai manajer dan konsultan serta pelatihannya sebagai
psikolog. McGregor mengidentifikasi dua set asumsi tentang sifat manusia, yang disebut Teori X
dan Teori Y, yang mewakili dua set sikap yang sangat berbeda tentang bagaimana berinteraksi
dengan dan memengaruhi bawahan.
Secara umum, Teori X mencerminkan asumsi bahwa orang pada dasarnya malas dan tidak
termotivasi untuk bekerja dan bahwa mereka memiliki kecenderungan alami untuk
menghindari tanggung jawab. Dengan demikian, seorang pengawas yang menganut asumsi
Teori X memiliki sikap bahwa orang harus dipaksa, dikendalikan, diarahkan, atau diancam untuk
membuat mereka melakukan upaya terbaik mereka. Pemimpin yang menerapkan Teori X
kemungkinan akan berorientasi pada tugas dan sangat focus kepada hasil kerja daripada orang.
Teori Y, di sisi lain, didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang pada dasarnya tidak menyukai
pekerjaan dan akan berkomitmen pada diri mereka sendiri untuk bekerja yang mereka
pedulikan. Teori Y juga mengasumsikan bahwa, di bawah kondisi yang tepat, orang akan
mencari tanggung jawab yang lebih besar dan akan melatih imajinasi dan kreativitas dalam
mengejar solusi untuk masalah organisasi. Seorang pemimpin yang menganut asumsi Teori Y
tidak percaya jika orang harus dipaksa dan dikendalikan agar dapat bekerja secara efektif. Para
pemimpin ini lebih sering berorientasi pada orang dan peduli dengan hubungan, meskipun
beberapa pemimpin Teori Y juga bisa berorientasi pada tugas atau produksi. McGregor percaya
Teori Y sebagai pendekatan yang lebih realistis dan produktif untuk melihat bawahan dan
membentuk sikap para pemimpin. Studi yang mengeksplorasi hubungan antara sikap pemimpin
dan keberhasilan kepemimpinan secara umum mendukung idenya, meskipun hubungan ini
belum dieksplorasi dengan cermat.

Anda mungkin juga menyukai