Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

A DENGAN GANGGUAN “AIDS” DI RUMAH


SAKIT RSUD ARJAWINANGUN KAB.CIREBON

Disusun Oleh :

Nabila Zhalsa Pramesta (19032)

Neneng Sutria (19033)

Nindi Tilawa (19034)

Nur Hamidah Oktaviannah (19035)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ahmad Dahlan Cirebon

Jl. Walet No.21, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah jenis virus yang dapat menurunkan
kekebalan tubuh (BKKBN, 2007). Menurut Depkes RI (2008) menyatakan bahwa HIV
adalah sejenis retrovirus-RNA yang menerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala
penyakit yang didapat akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang disebebkan oleh
virus HIV. HIV/AIDS adalah suatu kumpulan klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Wilson, 2009).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan.
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui dua tipe yaitu tipe
HIV-1 dan HIV-2. Infeksi ini yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh HIV-1
sedangkan HIV-2 banyak terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis dari HIV-1 dan HIV-
2 relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah menularkan dan masa inkubasi
sejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit lebih pendek (Martono, 2009).
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membrane
mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (Vaginal, anal, ataupun oral), tranfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau penyusui, serta
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAD, 2007) komplikasi yang terjadi
pada pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut : kondidiasis bronkus, trakea, atau paru-
paru, Kandidiasis esophagus, Kriptokokosis ekstra paru, Kriptosporidiosis intestinal
kronis (>1 bulan), Renitis CMV (gangguan penglihatan), Herpes simplek, ulkus kronik (>
1 bulan), Mycobacterium tuberculosis diparu atau ekstra paru , Ensefalitis toxoplasma.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai Negara didunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta
jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epedemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemic AIDS diklaim bahwa
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari
setengah jiwa (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang infeksi dan
antar 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan
jumlah terbesar sejak tahun 1981 (Nasronudin, 2013)
Di Indonesia manurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember
2014 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2015
menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. jumlah kasus yang
sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kematian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli
epidemiologi sudah membuat estimatis kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar
antara 80.000-130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi Negara peringkat ketiga, setelah
Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi diAsia. (Depkes, 2011).
Di Sumatera Barat, tahun 2017 tercatat penderita HIV/AIDS yang sudah terdaftar karena
sudah sadar dan berobat sebanyak 1.935 orang. Mayoritas mereka anak muda,
mahasiswa, pegawai, karyawan perusahaan, bahkan dosen (Efrida aziz, 2017).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP DASAR

2.1 Pengertian

HIV adalah virus penyebab acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini
memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetic, mereka dari RNA ke DNA dengan
menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses
transkripsi dari RNA & DNA dan transflasi dari RNA ke protein pada umumnya (Murma, et.al,
1999).

HIV merupakan salah satu penyakit menular seksual yang berbahaya di dunia (Silalahi,
Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat diibaratkan sebagai gunung es
(Lestary, Sugiharti dan Susyanti, 2016) yang dimana HIV memang tidak tampak tetapi
penyebarannya mengakibatkan banyaknya kasus HIV baik di Indonesia maupun di dunia.

AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi
oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008) AIDS kependekan dari A; Acquired : didapat, bukan
penyakit turunan. I: Immune : system kekebalan tubuh, D; Deficiency : kekurangan syndrome.
Jadi, AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan system tubuh yang
dibentuk setelah kita lahir (Depkes, 2007).

2.2 Konsep Anatomi dan Fisiologi HIV

Imunologi Sistem
 System Imun
System pertahanan internal tubuh yang berperan dalam mengenali dan menghancurkan
bahan yang bukan “normal self” (bahan asing atau abnormal cells)
 Immunitas atau respon Imun
Kemampuan tubuh manusia untuk melawan organisme atau toksin yang berbahaya

Ada 2 macam RI, yaitu :

 RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.


 RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme.

Sel-Sel yang berperan dalam respon Imun

a. Sel B
Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons antigen tertentu. Sel B
merupakan nama bursa fabrisius, yaitu jaringan limfoid yang ditemukan pada ayam.
Jaringan sejenis yang ada pada mamalia yaitu sumsum tulang, jaringan limfe usus, dan
limpa.
Sel B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti limpa. Nodus limfe, bercak
peyer pada saluran pencernaan, dan amandel. Sel B matur membawa molekul
immunoglobin permukaan yang terikat dengan membrane selnya. Saat derdiferensiasi
melalui dua cara, yaitu :
1. Sel plasma adalah : Sel ini mampu menyintesis dan mensekresi antibody untuk
menghancurkan antigen tertentu.
2. Sel memori B adalah Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap merespons
antigen perangsang yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan respons imun
sekunder yang lebih cepat dan lebih besar.
b. Sel T
Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan berploriferasi jika ada antigen, tetapi
sel ini tidak memproduksi antibody. Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen
melalui reseptor sel T, yaitu protein permukaan sel yang terkait membrane dan analog
dengan antibody. Sel T memproduksi zat aktif secara imulogis yang disebut dengan
limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B merespons antigen,
membunuh sel-sel asing tertentu, dan mengatur respons imun. Respons Sel T adalah sel T
, seperti sel B berasal dari sel batang prekusor dalam sumsum tulang. Pada periode akhir
perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel prekusor bermigrasi menuju kelenjar
timus, tempatnya berproliferasi, berdiferensiasi dan mendapatkan kemampuan untuk
mengenal diri.
Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi menuju organ limfoid
seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan untuk melawan sel yang mengandung
organisme intraseluler.
c. Sel T efektor :
 Sel T Sitotoksik (sel T pembunuh)
Mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing pada
permukaannya
 Sel T pembantu
Tidak berperan langsung dalam pembunuhan sel. Setelah aktivitasi oleh makrofag
antigen, sel T pembantu diperlukan untuk sistesis antibody normal, untuk
pengenalan benda asing sel T pembantu melepas interleukin-2 yang mengindukasi
proliferasi sel T sitotoksik, menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel
T pembantu dapat memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi
(hipersensitivitas).
d. Sel T supresor
Setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B dan sel T.
e. Makrofag
Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau mencerna sebagian
antigen untuk menghasilkan fragmen yang mengandung determinan antigenic. Makrofag
akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan selnya sehingga terpapar untuk
limfosit T tertentu.

2.3 Etiologi
AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV yang masuk ke tubuh
akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan
infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula system
kekebalan tubuh seseorang.
Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang
terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara,
antara lain:
 Hubungan seks : Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui
vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular
melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila
terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau
sariawan.
 Berbagai jarum suntik : Berbagai penggunaan jarum suntik dengan penderita
HIV, adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV.
Misalnya menggunakan jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat
menggunakan NAPZA suntik.
 Transfuse darah : Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor
darah dari penderita HIV.

Selain melalui berbagai cara diatas, HIV juga bisa menular dari ibu Hamil ke janin yang
dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses melahirkan,
atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.
Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau
berpelukan dengan menderita HIV. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah, kecuali
bila penderita mengalami sariawan, gusi berdarah, atau terdapat luka terbuka di mulut.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.


2. Bayi dari Ibu/bapak terinfeksi HIV
3. Orang yang ketagihan obat intravena
4. Partner seks dari penderita AIDS
5. Penerima darah atau produk darah (transfuse).

2.4 Manifestasi Klinis


Pada suatu WHO Workshop yang diadakan di Bangui, Republik Afrika Tengah, 22-24
Oktober 1985 telah disusun suatu definisi klinik AIDS untuk digunakan oleh Negara-
negara yang tidak mempunyai fasilitas diagnostic laboratorium. Ketentuan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala mayor dan satu
gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui seperti
kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
a. Gejala Mayor :
 Penurunan berat badan lebih dari 10%
 Diare kronik lebih dari 1 bulan
 Demam lebih dari 1 bulan (kontinu atau intermiten).
b. Gejala Minor :
 Batuk lebih dari 1 bulan
 Dermatitis pruritic umum
 Herpes zoster rekurens
 Candidiasis oro-faring
 Limfadenopati umum
 Herpes simpleks diseminata yang kronik progresif

2. AIDS dicurigai pada anak (bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan dua
gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui seperti
kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
a. Gejala Mayor :
 Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal.
 Diare kronik lebih dari 1 bulan
 Demam lebih dari 1 bulan
b. Gejala Minor :
 Limfadenopati umum
 Candidiasis oro-faring
 Infeksi umum yang berulang (otitis, faringitis, dsb)
 Batuk persisten
 Dermatitis umum
 Infeksi HIV maternal

Kriteria tersebut diatas khusus disusun untuk Negara-negara Afrika yang mempunyai
prevalensi AIDS tinggi dan mungkin tidak sesuai untuk digunakan di Indonesia. Untuk
keperluan surveilans AIDS di Indonesia sebagai pedoman digunakan definisi WHO/CDC yang
telah direvisi dalam tahun 1987. Sesuai dengan hasil Inter-country Consultation Meeting WHO
di New Delhi, 30-31 Desember 1985, dianggap perlu bahwa kasus-kasus pertama yang akan
dilaporkan sebagai AIDS kepada WHO mendapat konfirmasi dengan tes ELISA dan Western
Blot.

2.5 Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10
minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan
menunjukkan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun
akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu
singkat, virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi,
virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi
genetic virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus
berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang
baru. Partakel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang
terdapat diselaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada
dipermukaan sel-sel darah putih manusi, terutama sel-sel limfosit. Sel-sel yang memiliki
reseptor CD4 biasanya disebut sel CS4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong
berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada system kekebalan (misalnya
limfosit B, makrofag dan Limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya
limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan system tubuh dalam melingdungi dirinya
terhadap infeksi dan kanker.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes
dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
A. Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.
Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa.
2) Tes Blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV).
3) Sel T Limfosit
Penurunan jumlah total
4) Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200)
5) T8 (Sel supresor sitopatik)
Rasio tebalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper (T8
ke T4) mengindikasikan supresi imun.
6) P24 (Protein pembungkus Human Immunodeficiency Virus [HIV] )
peningkatan nilai kuantiatif protein mengindentifikasi progresi infeksi.
7) Kadar Ig
Meningkatkan, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati
normal.
8) Reaksi rantai polymerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.

B. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan Otak, EMG (pemeriksa saraf)

C. Tes lainnya
a) Sinar x dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain.
b) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
c) Skan Gallium
Ambilan difusi pilmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d) Biopis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
e) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dengan kerusakan paru-
paru.
2. Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV. Kurang dari 1%
penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV dan
presentasinya bukan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita
mengandung di perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh
bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, menerima hasil tes mereka. Angka ini
bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan. Dengan demikian, darah
dari para pendonor dan produk darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian
medis, harus selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk immunoasaienzim HIV dan penguji Western blot, dilakukan
untuk mendeteksi antibody HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau
urin pasien. Namun demikian, priode antara infeksi dan berkembangnya antibody
pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi.
Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi
dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV
lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV
meskipun perkembangan antibodynya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode
tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan
secara rutin di Negara-negara maju.
3. USG Abdomen
4. Rongen Thorak

2.7 Penatalaksanaan
Menurut burner dan suddarth 2013 upaya penanganan medis meliputi beberapa cara
pendekatan yang mencakup penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta
malignansi,penghentian replikasi virus HIV lewar preparat antivirus,dan penguatan serta
pemulihan system imun melalui penggunaan preparat immunomodulator. Perawatan suportif
merupakan tindakan yang penting karena efek infeksi HIV dan penyakit AIDS yang sangat
menurunkan keadaan umum pasien ; efek tersebut mencakup malnutrisi,kerusakan
kulit,kelemahan dan imobilitas dan perubahan status mental.

2.8 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama ; Nn. A
Umur ; 25 tahun
Alamat ; Cirebon
Pekerjaan ; mahasiswa
b. Identitas penanggung jawab
Nama ; Ny. E
Umur ; 40 tahun
Alamat ; Cirebon
Pekerjaan ; IRT
Hubungan dengan klien ; ibu kandung

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan umum ; pasien datang ke IGD pada tanggal 25 Desember 2020 dengan
keluhan demam yang berkepanjangan,diare kronis,penurunan berta badan.
b. Riwayat kesehatan sekarang ; pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26
Desember 2020,pasien mengatakan sesak nafas,batuk-batuk,demam,mual dan diare di
sertai penurunan berat badan drastis.
c. Riwayat kesehatan dahulu ; pasien pernah di rawat juga karena penyakit HIV/AIDS.
d. Riwayat kesehatan keluarga ; keluarga pasien mengatakan ada anggota keluarganya
yang menderita penyakit HIV sama seperti pasien.

3. Pemeriksaan fisik
1. Status Generalis
a. Berat badan dan tinggi badan
TB ; 155 cm
BB sebelum sakit ; 60 kg
BB saat sakit ; 30 kg

b. Tanda-tanda vital
Keadaan umum ; lemah

TD ; 120/70 mmHg
N ; 80x/menit
RR ; 25x/menit
S ; 39 c

2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
 Rambut : rambut klien tampak kotor,berminyak,tidak ada ketombe,rambut
tidak beruban,rambut tampak kering,mulai rontok,bau tidak sedap
 Mata : mata terlihat simetris kiri dan kanan,penglihatan mulai
menurun,konjungtivaanemis,palpebral tidak oedema,skeleraikterik,mata
tampak cekung.
 Telinga : telinga terlihat simetris kiri dan kanan.todak ada nyeri
tekan,pendengaran mulaiterganggu pada telinga kanan,tidak ada
pembesaran disekitar telinga,tidak ada oedema,tidak ada pendarahan
disekitar telinga
 Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan,tidak ada lecetan di daerah
hidung,lubang hidung tampak bersih tidak ada secret,penciuman masih
bagus normal.
 Mulut dan gigi : mukosa bibir kering,gigi lengkap,gigi brkaries,,tonsil
tidak ada peradangan
2) Leher
Leher simetris kiri dan kanan

3) Thorax

 Paru – paru : Terlihat simetris kiri dan kanan,binyi sonor,bunyi nafas


wheezing
 Jantung : tidak terlihat pembengkakan,terdengar bunyi redup,iramanya
teratur.
4) Abdomen
Tidak ada pembesaran,bising usus,nyeri tekan pada epigastrium,bunyi normal

5) Punggung
Tidak ada lesi,lecet dan tanda decubitus pada klien,tidak ada pembengkakan

6) Ekstermitas
Atas : simetris kiri dan kanan
Bawah : simetris kiri dan kanan

7) Genetalia : -

8) Integument : warna kulit sawo matang,turgor kulit kering

2.9 Aktivitas sehari-hari


N Aktivitas Di rumah Di rumah sakit
o
1. Pola Nutrisi dan Cairan
Makan dan minum
- Makan
 Menu Nasi Diit tinggi kalori
 Porsi 1 piring tinggi protein
 Frekuensi 3 kali sehari 3 sendok nasi
 Makanan kesukaan nasi padang 4 kali sehari
 Pantangan tidak ada tidak ada
pantangan tidak ada
pantangan

- Minum
 Jumlah 2 liter 600 ml/hari
air Air mineral
 Minuman
mineral Tidak ada
 pantangan
tidak ada
2. Pola Eliminasi BAB
 Frekuensi 1 hari sekali Tidak ada BAB
 Warna Kuning sejak dirawat di
 Bau Khas rumah sakit
 Konsistensi Padat
 Kesulitan Tidak ada

BAK
 Frekuensi Kurang lebih 6x 1000 cc
sehari Pesing
 Bau
Pesing Kuning muda
 Warna
Kuning khas Cair
 Konsistensi Cair Lelah ketoilet
 kesulitan Tidak ada
3. Istirahat dan Tidur
 Waktu tidur 20.00 WIB 22.00 WIB
 Lama tidur 8 jam 7 jam-pagi,sering
 Waktu bangun Subuh terbangun pada
 Hal yang mempermudah Tidak ada malam hari
bangun Pagi hari
 Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
Tidak nyaman
dengan suasana ruma
sakit.
4. Personal Hygine
 Mandi 2x sehari 1x sehari
 Cuci rambut 1x sehari 1x sehari
 Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
 Potong kuku 1x seminggu Belum potong kuku
5. Rekreasi
 Hobby Renang Tidak ada
 Minat khusus Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan waktu senggang Jalan-jalan Tidak ada

3.1 Analisa Data

No Data Problem Etiologi


1. DS : Ketidak seimbangan Gangguan menelan
- Klien mengatakan nurtisi kurang dari
tersa letih dan lemas kebutuhan tubuh
- Klien mengatan tidak
nafsu makan
- Klien mengatakan
sakit tenggorokan
nyeri menelan
- Klien mengatan nyeri
tekan pada perut
DO :
- Klien tampak lemah
dan letih
- Berat badan klien
turun
- Klien tampak kurus

2. DS : Nyeri akut Agen injuri fisik


- Klien mengatakan
nyeri tekan pada perut
- Klien mengatakan
nyeri pada
persendian,saat
beraktivitas dan
istirahat
- Klien mengatakan
dada sakit jika batuk
P : klien mengatakan nyeri di
persendian
Q : klien mengatajan nyeri
saat beraktivitas,nyeri juga
datang tiba-tiba
R : klien mengatakan nyeri di
persendian
S : klien meringis,skala nyeri
5-6
T : klien mengatakan nyeri
hilang timbul

DO :
- Klien tampak meringis
menahan sakit
- Skala nyeri 5-6
- Nyeri tekan pada perut
3. DS : Intoleransi aktivitas Penurunan
- Klien mengatakan sulit kekuatan otot
beraktivitas sendiri
- Klien mengatakan
badan terasa letih dan
lemas jika beraktivitas

DO :
- Klien tampak susah
beraktivitas
- Klien tampak tidak
bersemangat
- Klien tampak terbaring
- Klien tampak tidak
mampu untuk
beraktivitas secara
mandiri

3.2 Diagnosa Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai