Anda di halaman 1dari 35

12

BAB II

UPAYA GURU MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEMERDEKAAN


MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA SISWA MELALUI
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

A. Pengertian Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

Pengungkapan gagasan pada dasarnya diawali dari kegiatan berpikir

yang dianugrahi oleh Tuhan sejak manusia itu dilahirkan. Menurut hadist H.R

Baghawi dalam kitab Mashabihus sunnah dan Abu Dawud dalam (M. Thalib,

1998:177) menyebutkan bahwa :

Manusia diperintahkan oleh islam menggunakan akalnya untuk


berpikir sungguh-sungguh, supaya dapat memisahkan antara yang
benar dengan yang batal. Jadi islam memberikan kemerdekaan
berpikir kepada manusia, asalkan tidak menyalahi keterangan Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.

Menurut G. Niemeyer dalam (Bachsan Mustafa, 1989:80)

menyebutkan bahwa “Berpikir adalah alat bagi tindakan manusia”. Sedangkan

menurut Abdul Wahhab Khallaf (1994:28) menyatakan “Dalam masalah

agama setiap individu boleh berijtihad (berpikir) dan berpendapat dengan

ijtihadnya selama tidak ada nas (manfaat), dan juga ra’yu (penalaran) itu

dalam batasan dasar-dasar agama dan nasnya yang benar”.

Ketentuan hukum yang menjamin adanya kebebasan berpikir untuk

mengeluarkan pendapat tertuang dalam Dekralasi Universal Hak-Hak Asasi

Manusia Pasal 18, dalam (Adeng Muchtar Ghazali, 2004:98). yang berbunyi :
13

Setiap orang berhak akan kebebasan pikiran, hati nurani, dan agama,
termasuk kebebasan mengganti agama atau kepercayaan dan
kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya dengan cara
sendiri maupun bersama-sama orang lain di tempat umum maupun di
tempat tersendiri.

Dan Pasal 19, dalam (Saronji Dahlan dan H. Asy’ari, 2006:118). yang

berbunyi :

Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat atau mengeluarkan


pendapat; hak itu meliputi kebebasan mempertahankan pendapat
dengan tanpa gangguan, serta mencari, menerima, dan meneruskan
segala informasi dan gagasan, melalui media apa pun dan tanpa
memandang batas.

Meskipun berpikir sebenarnya merupakan kegiatan yang tersembunyi

dalam lubuk hati, tetapi jika hasil pemikiran tersebut diungkapakan akan

berpengaruh terhadap situasi tertentu, sehingga muncul hal baru yang disebut

dengan komunikasi. Carl I. Hovland dalam (Bachsan Mustafa, 1989:30)

menyatakan “Komunikasi sebagai proses di mana seseorang (komunikator)

menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam

bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain”. Sedangkan

Bachsan Mustafa (1989:31) menyatakan “Komunikasi sebagai proses

penyampaian keinginan atau kehendak seseorang kepada orang lain”.

Dari beberapa pendapat yang telah di ungkapkan jelas bahwa

komunikasi itu penting, dan telah diatur dalam pasal 28 F UUD 1945,

(2008:84) yang berbunyi :

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi


untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
14

untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan


menyampaikan informasi dengan menggunakan jenis saluran yang
tersedia.

Oleh karena itulah manusia membutuhkan kemerdekaan untuk

mengemukakan pendapat.

Mengemukakan pendapat pada hakikatnya berarti menyampaikan

gagasan atau pikiran secara logis sesuai dengan konteks. Dalam hal ini tersirat

hubungan antara orang yang menyampaikan pendapat dengan orang yang

diajak berkomunikasi mengenai persoalan yang sedang dibahas. Menurut

hadist H.R Baghawi dalam kitab Mashabihus sunnah dan Abu Dawud (dalam

M. Thalib, 1998:177) menyatakan “Kemerdekaan menyatakan pendapat

haruslah berdasarkan ilmu yang benar, bukan sekedar mengeluarkan cercaan,

kejengkelan dan rasa iri hati”. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998

(Dep. Hukum dan HAM, Pasal 1:176), “Kemerdekaan menyampaikan

pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan

lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Hal mengenai

Kemerdekaan mengemukan pendapat ini juga tercantum dalam Al-Qur’an

pada Surah Al-Baqarah 2 : 35-36 dan Surah Al-A’raaf 7 : 19-24 yang

berbunyi : “Allah menunjukan bahwa manusia diberi kebebasan untuk

bertindak dan berpendapat”. Baharuddin Lopa (1999:79)


15

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka yang dimaksud

dengan kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah kebebasan yang

diberikan kepada manusia baik secara perorangan maupun berkelompok untuk

mengeluarkan pikiran atau pendapatnya melalui lisan, tulisan dan sebagainya,

namun hak kebebasan tersebut harus memegang prinsip bebas dan

bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Hak mengemukakan pendapat ini termasuk dalam bidang hak asasi

pribadi, jadi sering salah pemahaman bahwa demi melindungi haknya,

seseorang beranggapan bahwa dirinya dapat melanggar hak orang lain secara

sengaja. Karena itulah dalam menggunakan hak kebebasan mengemukakan

pendapat juga memiliki kewajiban, harus memegang prinsip bebas dan

bertanggung jawab. Bebas artinya bahwa segala ide, pikiran atau pendapat

dapat dikemukana secara bebas tanpa tekakan dari siapapun. Bertanggung

jawab maksudnya bahwa ide, pikiran atau pendapat kita tersebut mesti

dilandasi akal sehat, niat baik dan norma-norma yang berlaku.


16

B. Upaya Guru Meningkatkan Pemahaman Kemerdekaan Mengemukakan


Pendapat Pada Siswa Melalui Proses Pembelajaran PKn

1). Seni Berinteraksi dan Berkomunikasi Dalam Pembelajaran

a. Penyampaian Pesan atau Materi Pelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan proses transformasi pesan

edukatif berupa materi belajar dari sumber belajar kepada pembelajar.

Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi untuk menyampaikan

pesan dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar pesan

dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman

serta perubahan tingkah laku. Dengan demikian keberhasilan kegiatan

pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas proses komunikasi

yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.

Menurut H. A. W. Widjaja (2000:26) menyebutkan bahwa :

“Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik

individu maupun kelompok”. Sedangkan menurut H. Martinis Yamin

(2007:162) menyebutkan bahwa: “Komunikasi terjadi apabila terdapat

kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa

yang dipergunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan

kesamaan makna. Dengan kata lain, seseorang yang mengerti bahasa

belum tentu mengerti maknanya”.

Dan menurut Harold Lasswell dalam (Onong Uchjana Effendy,

2006:10) menyatakan bahwa : “Komunikasi adalah proses


17

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek tertentu”.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang

kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki peran

yang paling menentukan dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan

komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.

Penyampaian pesan atau materi pelajaran menurut Udin. S.

Winataputra (2004:63) terdiri dari beberapa komponen antara lain :

1. Kejelasan
Kejelasan dari suatu pesan tergantung dari beberbagai faktor
seperti : kelancaran dan kejelasan ucapan dalam berbicara,
susunan kalimat yang baik dan benar, penggunaan istilah-
istilah yang sesuai dengan perbendaharaan bahasa siswa, serta
pengguunaan waktu ‘diam sejenak’ untuk melihat reaksi siswa
terhadap penjelasan yang diberikan.
2. Penggunaan contoh dan ilustrasi
Suatu penjelasan akan menjadi lebih menarik dan mudah
dipahami jika disertai dengan contoh dan ilustrasi yang tepat.
Konsep yang sulit dan kompleks dapat dipermudah dengan
pemberian contoh dan ilustrasi yang diambil dari kehidupan
nyata para siswa. Contoh-contoh dapat berupa contoh konkrit
dalam kehidupan, dapat pula berupa ilustrasi yang diambil dari
bidang lain yang kira-kira mudah dipahami oleh siswa.
3. Pemberian tekanan
Variasi mengajar memberi peluang bagi guru untuk mengubah
suara ketika mengucapkan butir-butir penting disertai dengan
mimik dan gerak yang sesuai. Misalnya guru mengucapkan inti
masalah tersebut dengan nada berat dan dalam, sambil
menunjuk kepada gambar atau tulisan yang berkaitan dengan
inti masalah tersebut.
18

4. Balikan
Tujuan utama guru dalam memberikan penjelasan adalah agar
siswa memahami masalah yang dijelaskan oleh guru. Oleh
karena itu, selama memberikan penjelasan, hendaknya
meluangkan waktu untuk memeriksa pemahaman para siswa
dengan mengajukan pertanyaan atau melihat ekspresi wajah
siswa setelah mendengarkan penjelasan guru. Dengan cara ini,
guru akan mendapatkan balikan dari penjelasan yang
diberikan.
Berdasarkan balikan tersebut, guru hendaknya mengubah
teknik penjelasannya, misalnya dengan memberi contoh,
meminta siswa mencari contoh sendiri menggunakan bahan
yang lebih sederhana atau mengulang lagi penjelasan tentang
masalah yang belum dipahami oleh siswa.

b. Hubungan Timbal Balik

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi timbal

balik antara siswa dengan guru sebagai komunikator, dan siswa

sebagai komunikan. Pola alir yang terjadi dalam komunikasi atau

interaksi berkembang dari satu orang kepada yang lainnya secara

teratur. Katz dan Kahn (dalam H. Martinis Yamin, 2007:177)

menunjukan bahwa : “Pola interaksi sangat dibatasi oleh bentuk

terjadinya proses pembelajaran, dan pensyaratan pembatasan

mengenai siapa berbicara kepada siapa”. Menurut Aha Gambreng

(2010, http://ahnku.wordpress.com) menyatakan bahwa :

“Pola komunikasi dalam proses pembelajarn merupakan hal


penting karena keefektifan kegiatan belajar mengajar sangat
dipengaruhi oleh proses komunikasi. Proses komunikasi
berbanding lurus dengan kesuksesan belajar mengajar.
Sehingga semakin efektif proses komunikasi semakin sukses
juga suatu kegiatan belajar mengajar”.
19

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pola interaksi

atau dengan kata lain hubungan timbal balik pada komunikasi dan

interaksi dalam proses pembelajaran sangat penting dan pembelajaran

dapat menjadi lebih efektif karena proses pembelajaran itu cendrung

akan kegiatan interaksi baik berbentuk lisan maupun tulisan.

Pengaturan tempat duduk sangat signifikan terjadinya

interaksi. pola alir yang biasa dipakai dalam proses pembelajaran

adalah sebagai berikut menurut H. Martinis Yamin (2007:177) :

Gambar 2.1
Pola Roda
B

E A C

D
Pola Roda adalah interaksi yang mengarahkan seluruh

informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang

dalam posisi sentral menerima pertanyaan, kritik, dan saran dari

masing-masing siswa lainnya. Dalam hal ini dapat dilakukan dalam

belajar diskusi dan persentasi sebuah masalah. Masing-masing

individu akan interaktif dengan teman yang lain, dengan pola yang

telah dikondisikan.
20

Gambar 2.2
Pola Lingkaran

E B

D C

Pola lingkaran memungkin setiap siswa berkomunikasi satu

dengan lainnya melalui sejenis sistem pengulangan pesan. Tidak

seorang anggota yang dapat berhubungan dengan semua anggota

lainnya, demikian pula anggota yang memiliki akses langsung

terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan

persoalan. Hasil penelitian pada pola roda dan pola lingkaran

menyatakan kedua pola ini menghasilkan konsekuensi yang amat

berbeda. Bavelas, 1950; Bavelas & Barrett, 1951; Burgess, 1969;

Leavitt, 1951; Shaw, 1958, (dalam H. Martinis Yamin, 2007:178-179)

Pola lingkaran meliputi orang-orang menyampaikan pesan


cendrung lebih baik dari pada pola roda yang mencakup aliran
komunikasi yang amat terpusat dalam keseluruhan aksesibilitas
anggota antara yang satu dengan yang lainnya, moral atau
kepuasan terhadap prosesnya, jumlah pesan yang dikirim, dan
kemampuan beradabtasi dengan materi baru. Dipihak lain, pola
roda memungkinkan pengawasan pesan yang lebih baik atas
aliran pesan, memunculkan seseorang siswa yang beradaptasi
bisa lebih cepat, dan pembelajaran lebih kondusif, menunjukan
21

kecermatan tinggi dalam pemecahan masalah, cepat dalam


memecahkan masalah, tetapi terlihat cendrung mengalami
kelebihan beban pesan dan perkerjaan.

Pola alir lain banyak juga dipakai dalam proses pembelajaran,

seperti :

Gambar 2.3
Pola Saling Interktif

B C D E F

Pola alir ini saling interaktif dengan posisi sentral, yang

bertindak sebagai posisi sentral adalah seseorang yang

mempresentasikan masalah, yaitu A dapat berkomunikasi dengan B,

C, D, E, dan F. A di sini memungkinkan guru yang berkomunikasi

timbal balik dengan seluruh siswa.

Sedangkan menurut Lingren dalam (Moh. Uzer Usman,

2000:25) mengemukakan empat jenis komunikasi atau interaksi antara

guru dan siswa antara lain :

1. Komunikasi satu arah


2. Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi di antara siswa
3. Ada balikan bagi guru, siswa berinteraksi
4. Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa lainnya
22

Menurut Aha Gambreng (2010, http://ahnku.wordpress.com)

menyatakan beberapa pola komunikasi yang ada dalam proses belajar

mengajar adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah

Gambar 2.4
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah

Gambar 2.5
3. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah

Gambar 2.6
4. Komunikasi tidak terkendali

Gambar 2.7
23

2). Kiat Mengaktifkan dan Mempartisipasikan Siswa Dalam Kegiatan

Pembelajaran

a. Merangsang Siswa Dalam Mengajukan Pertanyaan

Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola pikir yang

dimliki oleh seseorang, dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

penanya, Guru memiliki kesempatan yang banyak memperbaiki,

melatih cara mengajukan pertanyaan siswa, bimbingan yang akan

diberikan itu akan berpengaruh positif bagi siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran.

Menurut Nuristo (2010, http://share2bagi2.wordpress.com)

agar siswa tertantang untuk bertanya kepada guru ada beberapa hal

yang harus diperhatikan antara lain :

1. Guru harus mampu berdaya tarik dalam mengajar


2. Guru tampak enerjik di depan siswa
3. Penjelasan yang disampaikan selalu dalam sistem yang akurat
4. Penjelasan guru masih bersifat global atau dalam garis
besarnya saja
5. Guru harus mampu menyembunyikan bagian tertentu dari
keseluruhan materi pelajaran yang sesungguhnya yang
disembunyikan itu adalah materi inti.

Menurut H. Martinis Yamin, (2007:90) ada beberapa kiat

untuk merangsang siswa mengajukan pertanyaan dalam proses

pembelajaran diantaranya :
24

1. Saling Lempar Pertanyaan


Setiap siswa diharuskan menyiapkan pertanyaan tentang materi
pelajaran yang dipelajari dan melemparkan pertanyaan
terhadap temannya. Pertanyaan tersebut boleh saja mereka
mengetahui jawabannya atau tidak, manakala pertanyaan itu
tidak mampu dijawab pihak kedua, boleh ditanyakan kepada
pihak ketiga, keempat sehingga pertanyaan itu terjawab.
Kemudian teman yang ditanyai mencari teman lain untuk
diajukan pertanyaan dan jawabannya seperti perlakuan di atas
dan seterusnya
2. Mencari Jawaban
Diminta siswa menulis tiga pertanyaan atau lebih mengenai
suatu topik di atas secarik kertas. Lalu, siswa diminta berdiri
berkeliling ruangan selama kira-kira lima menit sambil saling
bertanya secara berpasangan. Jika orang yang ditanya tidak
tahu jawabannya juga, kedua orang tersebut harus bertanya
kepada orang ketiga atau keempat hingga mereka betul-betul
mendapat jawaban dari pertanyaan itu. Setiap pertanyaan yang
tidak terjawab dapat djawab oleh fasilitator atau guru setelah
pelajaran selesai. Sebagai tinjauan, fasiltator dapat meminta
siswa membaca pertanyaan mereka dan mengungkapkan
jawabannya. Jika perlu seluruh siswa dan guru boleh
menjawab.
3. Pertanyaan Maraton
Tentukan kelompok untuk berpasangan. Tunjuk seorang mitra
sebagai “Budi” dan yang lain “Tono”. Suruh “Budi” bertanya
kepada “Tono” nonstop selama lima menit, satu pertanyaan
disusul dengan pertanyaan lainnya. Semua pertanyaan itu bisa
merupakan campuran dari pertanyaan yang diketahui
jawabannya. Ajaklah mereka mencatat pertanyaan yang tidak
dapat dijawab, baik oleh “Budi” dan “Tono”. Setelah waktu
yang ditentukan habis, ajaklah pasangan itu bertukar peran.
Setelah kegiatan ini selesai, seluruh siswa di kelas bersama
dengan guru, dapat menjawab pertanyaan yang belum
terjawab.
4. Pertanyaan yang Ditempelkan
Bagikan beberapa kertas tempel besar, dan minta siswa
menuliskan pada setiap kertas itu satu pertanyaan mengenai
materi pelajaran. Minta mereka menempelkan pertanyaan
secara anonim pada papan pertanyaan di dinding atau pada
papan tempel. Saat istirahat, mintalah siswa meneliti
pertanyaan-pertanyaan tersebut dan ambil yang dapat mereka
25

jawab. Setelah selesai istirahat, suruhlah siswa membaca di


depan kelas pertanyaan yang telah mereka ambil dan memberi
jawaban. Teman-teman sekelas dan guru boleh menambahkan
jawaban itu jika perlu. Setiap pertanyaan yang masih tertinggal
di papan setelah kegiatan dapat djawab oleh guru.
5. Bola Pertanyaan
Bagikan kepada setiap siswa selembar kertas kosong. Mintalah
setiap siswa menulis pertanyaan pada kertas itu. Mintalah
mereka menulis dengan huruf cetak agar mudah dibaca oleh
teman yang menerima, tanpa harus menulis nama atau identitas
pembuat pertanyaan. Ajaklah masing-masing siswa memeras
kertas itu menjadi seperti bola. Selanjutnya, guru dapat
mengumpulkan bola pertanyaan dalam keranjang dan membagi
kembali bola-bola itu dengan melemparkan satu demi satu
pada setiap orang di dalam kelas. Atau jika kelas
membutuhkan penyegaran fisik, guru dapat meminta siswa
berdiri dan bermain perang-perangan dengan saling melempar
bola pertanyaan, melempari orang sebanyak banyaknya selama
30 detik. Kemudian jika diberi aba-aba, setiap orang harus
mengambil sebuah bola, membukanya dan meminta siapa saja
atau menggunakan apa saja dalam ruangan itu untuk menjawab
pertanyaan pada bola. Setelah beberapa menit, mintalah setiap
orang membaca pertanyaan mereka di depan kelas dan
memberi jawabanya. Guru dan siswa boleh mengomentari bila
perlu.
6. Tumpukan Kartu (Pertanyaan) di Atas Meja
Bagikan kartu kosong kepada para siswa yang duduk berlima
atau berenam per-meja. Mintalah setiap siswa menuliskan
pertanyaan mengenai bahan pelajaran pada kartu tersebut, satu
pertanyaan setiap kartu suruh seorang setiap meja seorang
pembagi kartu. Selanjutnya, pembagi mengocok dan
membagikan kartu secara teertelungkup. Secara bergiliran
setiap siswa membaca salah satu kartu pertanyaannya didepan
kelompok, yang diberi waktu 30-60 detik untuk menjawabnya.
Pertanyaan yang tidak bisa dijawab kelompok letakkan di
tengah meja dan ditanyakan kepada seluruh siswa di kelas pada
akhir kegiatan.
7. Pertanyaan Musikal
Mintalah setiap siswa menulis pertanyaan mengenai bahan
pelajaran dikartu kosong. Minatalah semua siswa berdiri dan
membentuk lingkaran. Sementara guru memainkan musik,
mintalah mereka mengedarkan kartu pertanyaan sekeliling
26

lingakaran kepada orang di sebelah kanannya. Ketika musik


berhenti, mereka diberi waktu 1-3 menit untuk merumuskan
jawaban bagi pertanyaan yang ada di tangan mereka. Mereka
dapat meminta siapa saja atau menggunakan apa saja di dalam
ruangan untuk membantu menjawab. Lalu, setiap orang
membaca pertanyaan mereka dan memberi jawaban.
8. Lingkaran Pertanyaan Kentang Panas
Mintalah semua siswa berdiri dan membentuk lingkaran. Suruh
salah seorang memulai permainan dengan bertanya dengan
melemparkan bola dalam lingkaran. Siswa yang menangkap
bola harus menjawab pertanyaan. Jika siswa tersebut tidak
dapat menjawab pertanyaan dengan segera, ia harus cepat-
cepat melemparkan bola itu layaknya sebutir kentang panas
kepada siswa lain dalam lingkaran. Bola terus beredar sampai
ada yang dapat menjawab pertanyaan yang dajukan siswa yang
menjawab pertanyaan itu, mengajukan pertanyaan baru dan
prosesnya diimulai lagi. Selain bola dapat digunakan kentang
sungguhan (variasi : untuk memancing, guru dapat memberi
setiap siswa sebuah kartu berisi pertanyaan yang dapat
ditanyakan jika giliran mereka tiba).
9. Tukar Menukar Pertanyaan Antar Tim
Bagilah siswa menjadi dua tim atau kelompok. Mintalah setiap
tim menyusun pertanyaan berisi 10-20 pertanyaan untuk tim
lain yang akan menguji pemahaman mereka tentang bahan
pelajaran yang telah diajarkan. Selanjutnya, tim-tim tersebut
bertukar pertanyaan. Tim pertama yang berhasil menjawab
semua pertanyaan dengan benar mendapat sebungkus kuaci
atau hadiah yang lain.
10. Lempar Pertanyaan
Bagilah kelas menjadi dua tim. Mentalah setiap tim menyususn
10 atau 20 pertanyaan mengenai materi belajar untuk tim
lawan. Lalu, mintalah kedua tim berdiri dan saling
melemparkan pertanyaan satu demi satu. Jika satu tim dapat
menjawab pertanyaan dalam waktu yang telah ditantukan
mereka mendapat nilai.
11. Tanyailah Sobatmu
Pada pertengahan atau akhir persentasi, kelompokkan siswa
berpasangan. Mintalah pasangan itu saling mengajukan lima
pertanyaan mengenai bahan pelajaran kepada mitranya baik
pertanyaan yang mereka ketahui maupun yang tidak. Jika
kedua belah pihak tidak dapat menjawab pertanyaan yang
27

diajukan, mereka menanyakan pertanyaan tersebut kepada


seluruh kelompok pada akhir kegiatan.
12. Edarkan Topi
Mintalah setiap siswa menuliskan pertanyaan, satu atau lebih,
pada sebuah kartu dan menaruhnya di dalam topi. Lalu, minta
seluruh siswa mengambil pertanyaan dari topi dan membaca di
depan kelas. Siswa pertama yang dapat menjawab dengan
benar mendapat nilai atau hadiah ringan berupa kacang,
permen, kuaci, dan lan-lain. Guru hanya menjawab pertanyaan
yang tidak dapat dijawab siswa.

Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa untuk merangsang

siswa mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran guru harus

memperhatikan hal-hal penting pada saat menjelaskan materi pelajaran

yang utama adalah guru harus mampu menyembunyikan bagian

tertentu dari keseluruhan materi pelajaran yang disampaikan dengan

begitu siswa akan lebih tertarik untuk bertanya atau dengan

mengunakan metode game (permainan) dalam proses pembelajaran.

b. Mengaktifkan Siswa Dalam Kerja Sama

Menurut Vygotsky dalam Zack & Graves dalam Wijaya dalam

Nasrullah (2010, http://nasunsri048.wordpress.com) “Siswa pertama

kali mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi mereka dengan

orang dan konteks aktivitas”. Karena itu, guru harus memfasilitasi

siswa untuk berinteraksi satu sama lain. Guru dapat merancang

aktivitas yang membuat siswa dapat bekerja bersama untuk

menyelesaikan masalah yang diberikan baik dalam kelompok maupun

memberikan pertanyaan untuk diskusi kelas.


28

Untuk mengaktifkan siswa dalam kerja sama dapat pula

dilakukan dengan metode pembelajaran kooperatif. Menurut M. Rizal

(2011, http://onrongmarokinarisal.blogspot.com) menyebutkan bahwa

“Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berorientasi pada

kegiatan kerjasama antara siswa dalam bentuk kelompok sehingga

siswa dapat belajar bersama dalam suasana kelompok”.

Sedangkan menurut H. Martinis Yamin (2007:89)

“Belajar kelompok dapat merangsangkan siswa lebih aktif dengan


membuat variasi kelompok, tujuannya tidak lebih ingin meningkatkan
aktivitas masing-masing siswa dalam kelompok, melatih siswa
memecahkan masalah, membuat keputusan, dan melahirkan gagasan
kreatif. Kelompok tersebut dirancang oleh guru menurut formatnya,
kemudian kelompok itu dapat dikasifikasikan menjadi dua kelompok
besar : privat dan publik (terbatas dan terbuka). Kelompok pertemuan
(kelompok terapi), kelompok belajar, panitia, konferensi (rapat) adalah
kelompok privat. Panel, wawancara terbuka (public interview), forum,
simposium termasuk kelompok publik”.

Dari beberapa pendapat ahli diatas maka untuk mengaktifkan

siswa dalam kerja sama diperlukan rancangan yang matang terlebih

dahulu dan metode tertentu.

Pengaturan format diskusi didasarkan atas susunan tempat

duduk, urutan siapa yang berbicara dan kapan, dan aturan waktu yang

diizinkan untuk berbicara, yang sebagaimana sejalan dengan format

diskusi menurut Cragan dan Wright (dalam H. Martinis Yamin,

2007:97) antara lain :


29

1. Diskusi meja bundar


2. Simposum
3. Diskusi panel
4. Kolokium
5. Diskusi gaya parlementer

3). Penerapan Metode Pembelajaran Diskusi

a. Pola-Pola Diskusi

1. Prasaran

1.1 Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang

pembicara dengan prasaran tertulis (makalah, kertas kerja)

1.2 Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain

(penyanggah/pembahas). Tanggapan peserta diskusi terhadap

bahan pokok

2. Ceramah

2.1 Seorang/lebih pemceramah menguraikan bahan pokok

2.2 Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk

meminta penjelasan yang lebih teliti

3. Diskusi Panel

3.1 Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau

masalah dari segi tertentu

3.2 Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk

meminta penjelasan dari panelis


30

4. Brainstorming

4.1 Bahan pokok yang disiapkan ditawarkan kepada peserta

diskusi pimpinan

4.2 Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak

mungkin orang diajak bicara dan setiap ide dicatat

4.3 Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya.

Kesimpulan ini kemudian dijadikan kerangka pembicaraan dan

pembahasan lebih lanjut

Berikut ini ada beberapa contoh pengaturan tempat duduk

dalam pelaksanaan diskusi agar efektif. M. Firdaus Zarkasi (2007:81)

antara lain :

Gambar 2.8
Bentuk Setengah Lingkaran
31

Gambar 2.9
Bentuk Lingakaran

Gambar 2.10
Bentuk U

Gambar 2.11
Bentuk Kelas
32

Gambar 2.12
Bentuk Empat Persegi Panjang

Keterangan :

Bangku peserta diskusi

Bangku pemimpin diskusi

b. Aplikasi Metode Diskusi

Metode diskusi memungkinkan adanya interaksi antara guru

dengan siswa, atau antara siswa dengan siswa. Dengan metode diskusi

guru dapat membaca pikiran siswa tentang konsep yang baru

dipelajarainya, seperti pemahaman siswa apakah siswa mengerti atau

bias terhadap konsep baru tersebut. Reaksi/emosi siswa terhadap

konsep tersebut dapat diamati untuk melihat kesiapan siswa menerima

inovasi/konsep-konsep baru.

Metode diskusi baru dapat berjalan dengan baik tidak hanya

bila siswa telah memiliki pengalaman atau konsep dasar tentang

masalah yang akan didiskusikan namun harus ada suasana keramahan


33

dan keterbukaan. Diskusi yang bermanfaat didasarkan atas rasa saling

menghormati pendapat setiap orang yang hadir.

Menurut M. Firdaus Zarkasi (2007:83) pada dasarnya metode

diskusi diaplikasikan dalam proses pembelajaran untuk :

1. Mendorong siswa berpikir kritis


2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara
bebas
3. Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama
4. Mengambil satu alternatif jawaban/beberapa alternatif
jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama
5. Membina perasaan bertanggung jawab mengenai suatu
pendapat
6. Membiasakan siswa suka mendengar pendapat orang lain
sekali pun berbeda dengan pendapatnya sendiri
7. Membiasakan siswa bersikap toleran
8. Membiasakan siswa bersikap terbuka
9. Menghilangkan kebiasaan meneriama pendapat atas dasar
bujukan atau paksaan
10. Memberikan kesempatan siswa menguji tingkat
pengetahuan masing-masing
11. Mengurangi rasa ngantuk dibanding belajar sendiri.
Apalagi jika pelajaran itu kurang menarik perhatian siswa.
Dengan belajar diskusi (bersama) siswa punya teman yang
memaksa siswa aktif. Ada kesempatan bersenda gurau
barang satu menit untuk menghilangkan kebosanan
12. Merangsang motivasi belajar kalau ada lawan jenis
dikelompok itu sering bisa menambah semangat. Dengan
belajar bersama akan tumbuh perasaan ada persaingan
13. Memudahkan siswa memecahkan persoalan yang
sebelumnya tidak dapat dipecahkan sendiri. Karena dengan
belajar diskusi Ada tempat bertanya dan saling mengoreksi
kesalahan
14. Membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang
mudah diingat. Contoh, jika tidak ada kesepakatan diantara
kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan.
Setelah perdebatan, biasanya akan mudah mengingat apa
34

yang dibicarakan dibanding masalah lain yang lewat begitu


saja
15. Membina dan meningkatkan rasa solidaritas

Dari apa yang diuraikan, sesungguhnya pemanfaatan diskusi

oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam

pikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang

diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran

berlangsung baik antara siswa maupun komunikasi guru dengan siswa.

sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial di mana guru dapat

membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka. Aplikasi

metode diskusi mempunyai sisi positif dan negatif menurut M. Firdaus

Zarkasi (2007:83) sebagai berikut :

1. Sisi positif
1.1 Suasana belajar di kelas akan berkembang. Hal ini dapat
diketahui karena konsentratrasi siswa akan terfokus
kepada masalah yang didiskusikan. Sehingga partisipasi
siswa dalam metode ini sangat dituntut pernyataannya
1.2 Memberikan pelajaran bersikap toleran, demokratis, kritis
dan berfikir sistematis kepada siswa
1.3 Memberikan pengalaman kepada siswa tentang etika
bermusyawarah
2. Sisi negatif
2.1 Jalannya diskusi akan lebih didominsi oleh siswa yang
pintar sehingga mengurangi peluang yang lain untuk
berpartisipasi
2.2 Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan
yang menyimpang dari topik pembahasan masalah,
sehingga pembahasan melebar kemana-mana
2.3 diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu,
sehingga tidak sejalan dengan prinsip efesiensi.
35

Menurut Semiwan, dkk dalam (Tukiran Taniredja, 2007:24)

keuntungan dar metode diskusi adalah :

1. Mempertinggi peran serta secara perorangan


2. Memepertinggi peran serta secara keseluruhan
3. Memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain

Sedangkan menurut suryosubroto dalam (Trianto, 2007:127)

menyatakan keuntungan dan kelemahan dari metode diskusi adalah

sebagai berikut :

1. Keuntungan
a. Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam
kegiatan belajar mengajar (KMB)
b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan
penguasaan bahan pelajarannya masng-masing
c. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara
berpikir dan bersikap ilmiah
d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya
dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat
memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri
e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan
sikap sosial dan sikap demokratis para para siswa
2. Kelemahan
a. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai
bagaimana hasil sebab tergantung kepada kepemimpinan
dan partisipasi anggota-anggotanya
b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan
tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya
c. Jalannya diskusi dapat dikuasai oleh beberapa siswa yang
“menonjol”.
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi
hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang
didiskusikan
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak
f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani
mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit
untuk membatasi pokok masalah
36

g. Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan


mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk
mengemukakan pendapat

Djajadisastra dalam (Tukiran Taniredja, 2011: 37)

mengemukakan beberapa langkah untuk mengatasi kelemahan metode

diskusi dalam pembelajaran yaitu :

1. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil,


misalnya lima orang murid setiap kelompok. Kelompok kecil
ini harus terdiri dari siswa-siswa yang pandai dan tidak pandai,
yang pandai bicara dan tidak kurang pandai berbicara, siswa
laki-laki dan perempuan. Dalam setiap kelompok ditetapkan
ketuanya.
2. Agar tidak menimbulkan “kelompok-isme”, ada baiknya bila
untuk diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk
lagi kelompok–kelompok baru dengan cara pertukaran
anggota-anggota kelompok. Dengan demikian siswa akan
pernah mengalami suasana belajar bersama-sama dalam satu
kelompok dan juga pernah mengalami belajar bersama-sama
secara kelompok dengan semua teman sekelasnya
3. Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok
diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran siswa, dari
surat-suarat kabar, dari kejadian sehari-hari di sekitar sekolah,
dan kegiatan di masyarakat yang menjadi pusat perhatian
penduduk setempat.
4. Mengusahakan penyesuaian dengan berat topik yang dijadikan
pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi di dalam beberapa hari
atau minggu berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-
topik yang lebih kecil lagi (sub topik), keleluasaan diskusi
dapat pula dilakukan dengan suatu pekan diskusi di mana
seluruh pekan itu dipergunakan untuk mendiskusikan
problema-problema yang telah dipersiapkan sebelumnya
5. Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang
diperlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang
terdapat di luar sekolah
37

c. Penyelenggaraan Diskusi

Meskipun semua telah dipertimbangkan, berdiskusi memang

tidak mudah. Misalnya bantuan berupa penjelasan atau penegasan dari

guru jika ada kesulitan menanggapi. Mula-mula siswa takut

melibatkan diri, siswa lebih aman berpegang pada aturan dari buku

atau guru.

Selain itu mungkin akan timbul situasi yang sulit terutama jika

tujuan-tujuan instruksionalnya saling bertentangan. Karena itu guru

harus menjaga agar diskusi memuat pada masalah tertentu, dan

mengabaikan komentar-komentar siswa yang menyeleweng atau yang

tidak relevan. Tetapi biasanya guru juga ingin memberikan kebebasan

berbicara kepada siswa.

Maka perlu dikompromikan meskipun pengelolaannya rumit.

Ini berarti kadang-kadang guru harus memberikan saran supaya hal-

hal tertentu tertunda, meskipun sangat menarik perhatian siswa.

Menurut Kasmadi dalam (Tukiran Taniredja, 2007:23)

mengatakan bahwa :

Diskusi yang baik bukan semata timbul dari peran guru. Akan
tetapi lebih tepat apabila timbul dari siswa setelah memahami
masalah dan situasi yang dihadapinya. Tetapi dalam hal ini
guru dapat pula memberikan arahan kepada peserta didik
dalam memperoleh tema/masalah yang tepat untuk
didiskusikan, yang sebelumnya peserta didik diberikan tugas
untuk mempelajari, memmahami dan menganalisis masalah
yang dijadikan topik diskusi.
38

Tukiran Taniredja (2007:33) mengemukakan beberapa hal

penting mengenai sikap siswa pada saat berdiskusi yang harus dipatuhi

agar diskusi berhasil, yakni :

1. Perhatian terfokus pada diskusi, artinya seluruh peserta


perhatiannya harus terpusat pada masalah yang
didiskusikan
2. Tidak ada yang berbicara sendiri atau berdiskusi kecil,
kecuali mereka yang diberi kesempatan berbicara, dan
semua harus memperhatikan sepenuh hati kepada yang
sedang diberi kesempatan untuk berbicara. istilah yang
lebih tepat tutup mulut rapat-rapat, buka mata, telinga, dan
pikiran lebar-lebar
3. Menghargai pendapat orang lain walaupun mungkin
pendapatnya berbeda atau bahkan bertolak belakangdengan
pendapatnya. Adanya kesadaran bahwa pendapat orang lain
tidak sepenuhnya dan selamanya salah walaupun berbeda.
Dan pendapat diri sendiri tidak sepenuhnya benar
4. Mau mendengar orang lain, tidak hanya mau didengar
orang lain
5. Tidak memotong pembicaraan orang lain, kecuali dalam
keadaan yang sangat terpaksa, karena pembicaraan sudah
keluar dari fokus pembicaraan. Itu pun harus meminta izin
dahulu kepada moderator
Ada beberapa lngkah-langkah yang harus diperhatikan dalam

penyelenggaran diskusi menurut Tjokrodihardjo dalam (Trianto,

2007:125) sebagai berikut :

Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan mengatur setting;


Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus
dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi
Tahap 2 : Mengrahkan diskusi;
Guru mengarahkan fokus diskusi dengan
menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan awal, menyajikan situasi
yang tidak segera dijelaskan, atau menyampaikan
isu diskusi
39

Tahap 3 : Menyelenggarakan diskusi;


Guru memonitor antar aksi, mengajukan
pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa,
menanggapi gagasan, melaksanakan aturan dasar,
membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan
sendiri
Tahap 4 : Mengakhiri diskusi;
Guru menutup diskusi dengan merangkum atau
mengungkapkan makna diskusi yang telah
diselenggarakan kepada siswa
Tahap 5 : Melakukan tanya jawab singkat tentang proses
diskusi itu;
Guru menyuruh para siswa untuk mengoreksi
proses diskusi dan berpikir siswa

Pada pelaksanaan praktiknya, menurut Tukiran Taniredja,

(2007:29) biasanya metode diskusi mengalami hambatan seperti :

1. Hambatan dari peserta didik. Mengingat bahwa peserta


didik berlatar belang yang bermacam-macam ada yang
rajin ada yang malas, ada yang pendiam ada yang banyak
bicara dan sebagainya. Tidak jarang kelompok penyaji
ketika menyajikan kurang menarik, atau ketika menanggapi
pertanyaan dari teman-teman malah diam mungkin karena
kurang mengusai permasalahan atau mereka sulit
berbicara/mengemukakan pendapat bahkan tidak menutup
kemungkinan kelompok penyaji seluruhnya tidak hadir,
karena merasa tidak siap, atau alasan-alasan lain
2. Hambatan dari materi. Harus ada waktu bagi ketua
kelompok beserta anggotanya untuk membahas dan
mendiskusikan terlebih dahulu tentang bagian tema yang
harus mereka sajiakan, sehingga mereka ada kemantapan
dan penguasaan terhadap tema yang menjadi tanggung
jawabnya. Guru sebelumnya perlu memberikan penjelasan
kepada mereka, serta siap menjadi konsultan apabila ada
kelompok yang belum jelas dan mohon penjelasan dari
guru terkait tema materi mereka
3. Hambatan dari media, sarana prasarana. Penataan ruang
diupayakan sedemikian rupa agar semua siswa dapat
melihat siswa lain, juga tempat duduk pemimpin diskusi,
40

bisa melihat semua peserta diskusi, sehingga lebih


komunikatif. Media pembelajaran harus disiapkan terlebih
dahulu agar presentasi menjadi lebih mantap dan menarik

Untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan metode

diskusi, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan diupayakan guru

menurut Sagala dalam (Tukiran Taniredja, 2007:30) agar diskusi

berhasil dengan baik, yaitu :

1. masalahnya harus kontroversial, artinya mengandung


pertanyaan dari peserta didik. Masalahnya harus menarik
perhatian mereka karena bertalian dengan pengalaman
mereka.
2. guru harus menetapkan dirinya sebagai pemimpin diskusi.
Ia harus membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk
tentang jalannya diskusi. Guru juga berperan sebagai
penangkis terhadap pertanyaan yang diajukan peserta didik.
3. guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar fungsi
guru sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya

d. Peranan Guru Dalam Diskusi

Pimpinan diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat

juga diserahkan kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan

kepada siswa untuk belajar memimpin. Kecakapan memimpin diskusi

memang harus dilatih, bila menginginkan keberhasilan suatu diskusi.

Seseorang yang belum berpengalaman dalam suatu diskusi dapat

kebingungan, apabila terjadi pembicaraan yang jauh menyimpang dari

pokok persoalan. Dapat juga terjadi, seseorang yang senang berbicara

akan menguasai seluruh pembicaraan sehingga tidak memberi


41

kesempatan kepada yang lain untuk mengemukakan pendapat.

Demkian pula bila diantara peserta diskusi saling bertentangan

pendapat, bagi pemimpin yang belum terampil, tidak dapat

mencarikan jalan tengah sehingga diskusi berakhir tanpa adanya

kesimpulan yang jelas. Bila siswa belum pernah mengenal tata cara

diskusi, mereka akan berbicara secara serempak atau spontan

menanggapi bila ada suatu pendapat yang menarik, juga sering

beberapa siswa belum memahami persoalan, sehingga memberikan

komentar yang menyimpang dan berkepanjangan. Akibatnya suasana

menjadi menjemukan dan tidak dapat dillihat kemajuan-kemanjuan

yang telah dicapai.

Pemimpin diskusi yang baik, akan sanggup cepat mengambil

tindakan-tindakan menanggapi ketimpangan-ketimpangan tersebut di

atas. Untuk itulah para siswa perlu dilatih untuk memperoleh

keterampilan memimpin yang pada hakekatnya dapat dipelajari.

Menurut Winarno Surakhmad dalam bukunya “Pengantar Interaksi

Belajar-Mengajar”, dalam (M. Firdaus Zarkasi, 2009:86)

mengemukakan tiga peran pemimpin diskusi sebagai berikut :

1. Pengatur Lalu Lintas


2. Dinding penangkis
3. Petunjuk Jalan
42

Adapun uraian pendat M. Firdaus Zarkasi di atas sebagai

berikut :

1. Pemimpin sebagai pengatur lalu lintas

Sebagai seorang pemimpin ia berhak :

1.1 Menujukkan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka

1.2 Menjaga agar semua anggota tidak berbicara serempak

1.3 Mecegah dikuasainya pembicaran oleh orang-orang tertentu

yang gemar berbicara

1.4 Membuka kesempatan bagi para anggota yang pemalu atau

pendiam untuk menyumbangkan ide-ide mereka

1.5 Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap pemicaraan dapat

ditanggkap dengan jelas oleh pendengar

Dari peran tersebut, dapat dilihat bahwa pemimpin akan

belajar memahami sifat-sifat peserta. Ia akan belajar bagaimana

cara mendorong anggota yang pendiam untuk ikut serta, dan

bagaimana mencegah anggota yang senang berbicara dan

membuka kesempatan bagi anggota lain secara merata.

Di sini pemimpin harus dapat mengatur pembicaraan

dengan bijaksana sehingga tidak menimbulkan rasa tertekan,

marah atau rendah diri.


43

2. Pemimpin sebagai dinding penangkis

Dalam peran ini diibaratkan seseorang pemain tenis yang

berlatih memukul bola ke dinding, selalu memantul kembali.

Demikian pula pemimpin diskusi senantiasa menerima pertanyaan-

pertanyaan dari para peserta dan dipantulkan kembali ke dalam

kelompok. Dia sendiri tidak selalu menjawab langsung setiap

pertanyaan yang penting.

Bila sudah memperoleh jawaban maka jawaban tersebut

dilontakan kembali kepada para peserta untuk meminta pendapat

mereka. Pada suatu saat mungkin diskusi mengalami jalan buntu,

maka pada kesempatan ini pemimpin atau guru dapat bentindak

sebagai penasehat dan memberi jawaban sehingga soal-soal pokok

yang sedang didiskusikan dapat dilanjutkan.

3. Pemimpin sebagai petunjuk jalan

Dalam suatu diskusi sering terjadi para siswa tidak

menyadari struktur pokok diskusi mereka, atau tidak memahami

pokok masalah yang didiskusikan sehingga mudah timbul

pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang dari garis pembicaraan.

Mereka kehilangan pegangan dan tidak melihat hasil-hasil yang

dicapai atau tidak disadari bahwa telah tiba saatnya untuk menarik

kesimpulan dan menetapkan langakah-langakah.


44

Kewajiban pemimpin diskusilah untuk memahami dengan

seksama struktur diskusi yang baik sehingga ia dapat menunjukan

jalan lurus bila terjadi penyimpangan. Dengan demikian pemimpin

mempunyai kewajiban menuntun anggota dalam menentukan

langkah-langkah yang perlu dipahami dan dipakai sebagai

pedoman.

(a). Apakah masalah yang dihadapi?

Pemimpin perlu mengetahui dengan jelas permasalahan yang

dihadapi. Bila perlu ditulis di papan tulis sebelum diskusi

dimulai sehingga peserta senantiasa melihat tujuan diskusi.

(b).Soal-soal penting mana yang terdapat dalam masalah itu?

Kalau dalam diskusi terdapat pandanngan yang berbada, ada

baiknya pandangan-pandangan tersebut ditulis pula.

Faedahnya, siswa dapat melihat kekurangan-kekuranngannya

dan mencoba memperbaiki sebelum diskusi dilanjutkan. Daat

terjadi seluruh peserta tidak mengatahui dengan pasti faktor

tertentu yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. faktor

serupa ini terpaksa dicari dari sumber-sumber lain atau dari

narasumber yang mengetahui.

(c). Kemungkinan-kemungkinan jawaban bagaimana yang dapat

dirumuskan oleh kelas terhadap suatu msalah?


45

Selama diskusi pemimpin atau guru kelas melihat adanya

sejumlah jawaban yang dianggap merupakan jawaban yang

setepat-tepatnya.

(d).Hal manakah yang telah diterima oleh suara terbanyak sebagai

persetujuan?

(e). Tindakan apakah yang sudah direncanakan? Siapakah yang

melaksanakan dan bagaimana?

e. Manfaat Dalam Pelaksanaan Diskusi

Menurut M. Firdaus Zarkasi (2009:90) manfaat yang dapat

diperoleh dalam pelaksanaan diskusi antara lain :

1. Siswa dapat kepastian apakah ia telah mengerti/

menangkap hal yang dipelajarinya secara betul

2. Menimbulkan dan membina sikap serta perbuatan siswa

yang demokratis

3. Dengan mendengarkan keterangan teman-teman belajarnya

seseorang siswa akan lebih meresapkan apa yang telah

dipelajarinya, kalau tadinya belajarnya dengan penglihatan

(membaca), maka sekarang dengan mendengarkan

pembicaraan.
46

4. Dengan bertanya dan menerangkan apa yang dipelajari,

masing-masing peserta belajar bersama atau diskusi akan

menguasai bahan yang dipelejari dengan lebih baik.

5. Dengan berpartisispasi secara aktif dalam kegiatan belajar

bersama atau diskusi siswa-siswi akan mengembangkan

kebiasaan belajar yang baik.

6. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan cara

berpikir kritis, analitis dan logis.

7. Memupuk rasa kerja sama, sikap toleran dan rasa sosial.

8. Membina kemampuan untuk mengemukakan pendapat

dengan bahasa yang baik dan benar.

9. Dengan belajar bersama atau diskusi juga dapat

meningkatkan pemahaman siswa mengenai kemerdekaan

mengemukakan pendapat itu adalah hak pribadi yang telah

ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan.

Anda mungkin juga menyukai